1. Landasan Teori
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung
agregat dengan berat agregat keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di
dalam agregat perlu diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang
diperlukan didalam campuran beton. Agregat yang basah (banyak mengandung
air), akan membuat campuran juga lebih basah dan sebaliknya.
2. Tujuan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar air agregat dengan
cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang
dikandung agregat dengan agregat dalam keadaan kering. Nilai kadar air ini
digunakan untuk koreksi takaran air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan
kondisi agregat di lapangan.
Gambar 1, Timbangan
Sumber : gambar sendiri
b. Oven
Gambar 2. Oven
Sumber: gambar sendiri
c. Wadah
Gambar 3. Wadah
Sumber: gambar sendiri
d. Sekop
Gambar 4, sekop
Sumber : gambar sendiri
B. Bahan
Agregat halus (pasir) sebanyak 625 gram.
Perhitungan
Kadar air agregat = ((W3-W5) / W3) × 100
Dimana :
W3= berat benda uji semula (gram)
W5= berat benda uji kering (gram)
6. SNI prosedur
a. timbang dan catatlah berat talam (W1)
b. masukan benda uji ke dalam talam kemudian timbang dan catat beratnya (W2)
c. Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1)
d. keringkan benda uji beserta dalam oven dengan suhu (110 ± 5) °C sampai
beratnya tetap
e. setelah kering, timbang dan catat berat benda uji beserta talam (W4)
f. hitunglah berat benda uji kering (W5 = W4 – W1).
No Video SNI
.
1. Agregat yang digunakan hanya agragat yang digunakan
satu macam agregat tergantung pada ukuran butir
maksimum sesuai daftar 1.
8. Kesimpulan
Pemeriksaan kadar air agregat halus menurut video sudah sesuai SNI,
hanya saja benda uji pada SNI tergantung pada ukuran butir maksimum sesuai
daftar yang digunakan.
9. Flow Chart
Mulai
Prosedur Pengujian
Analisis data
Selesai
VI. PEMERIKSAAN ZAT ORGANIK DALAM AGREGAT HALUS
1. Landasan Teori
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir alam
sebagai disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau pasir buatan
(artificial sand) yang dihasilkan alat-alat pemecah batu.
Sebagai salah satu komponen beton, agregat halus yang digunakan harus
memenuhi syarat-syarat tertentu, salah satunya ialah pasir tidak boleh banyak
mengandung bahan organik. Bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan
humus umumnya banyak tercampur pada pasir alam. Adapun bahan-bahan
organik ini berpengaruh negatif pada semen.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organis dan zat lain
bereaksi dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat mengakibatkan
berkurangnya kekuatan beton dan juga menghambat hidrasi semen sehingga
proses pengerasan berlangsung lambat.
Kandungan bahan organik dalam agregat halus dibuktikan dengan
pemeriksaan warna dari Abraham Harder (dengan memakai larutan NaOH). Pada
pemeriksaan ini agregat halus atau pasir dimasukkan dalam jumlah tertentu
kedalam botol dan ditambahkan dengan larutan NaOH 3%. Setelah mengalami
beberapa proses dan didiamkan dalam jangka waktu yang ditetapkan, bandingkan
warna campuran dengan warna standar hellige tester No. 3. Apabila warna
campuran lebih tua berarti agregat halus mempunyai kadar organik yang tinggi
(kotor).
2. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menenukan adanya bahan organik didalam
agregat halus untuk digunakan didalam adukan beton. Kotoran organic adalah
bahan-bahan organic yang terdapat didalam pasir dan menimbulkan efek kerugian
terhadap mutu beton.
3. Alat dan Bahan Video
A. Alat
a. Botol gelas tidak berwarna, mempunyai tutup dan karet, gabus atau
lainnya yang tidak larut dalam larutan NaOH
Gambar 5, botol
Sumber: gambar sendiri
b. Standar warna (organic plate)
Gambar 7, NaOH
Sumber : gambar sendiri
d. Sendok
gambar 8, sendok
sumber : gambar sendiri
B. Bahan
Agregat halus (pasir) sebanyak 130 mL (kira kira 1/3 isi botol)
6. SNI Prosedur
a. Isi botol kaca dengan sampel agregat halus yang akan diuji kira-kira 130
mL;
b. Tambahkan larutan NaOH sampai volume agregat halus dan larutan,
ditunjukkan setelah dikocok, kira-kira 200 mL;
c. Tutuplah botol erat-erat kemudian kocok dan diamkan selama 24 jam.
8. Kesimpulan
Pada pemeriksaan kadar organic dalam agregat halus, prosedur dalam video
sudah sesuai dengan SNI, hanya saja penjabaran prosedur pada video lebih detail
dibandingkan SNI.
9. Flow Chart
Mulai
Prosedur Pengujian
Selesai
VII. PENGUJIAN KEAUSAN AGREGAT KASAR
1. Landasan Teori
Banyak objek bangunan sipil yang sangat dipengaruhi oleh kondisi agregat,
terutama pada tingkat keausan agregat. Contohnya pada pekerjaan jalan, baik
yang perkerasan kaku (rigid pavement) ataupun perkerasan lentur (flexible
pavement), agregat akan mengalami proses lainnya seperti pemecahan,
pengikisan akibat cuaca, pengikisan ketika pencampuran dan akibat
penghamparan dan pemadatan.
- Pemecahan
- Penurunan mutu
- penghancuan
2. Tujuan
Tujuan dari pengujian keausan agregat kasar adalah untuk mngetahui angka
keausan yang dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus terhadap
berat semula dalam persen.
3. Alat dan Bahan Video
A. Alat
a. Timbangan digital
Gambar 9, timbangan
Sumber : gambar sendiri
b. Bola baja
d. Wadah
e. Oven
Gambar 13. Oven
Sumber: gambar sendiri
B. Bahan
Agregat kasar sesuai table gradasi agregat.
Perhitungan
dengan pengertian:
a adalah berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram;
b adalah berat benda uji tertahan saringan No.12 (1,70 mm), dinyatakan
dalam gram.
6. SNI Prosedur
A. Persiapan benda uji
a. cuci dan keringkan agregat pada temperatur 110°C ± 5°C sampai berat
tetap;
b. pisah-pisahkan agregat ke dalam fraksi-fraksi yang dikehendaki dengan
cara penyaringan dan lakukan penimbangan;
c. gabungkan kembali fraksi-fraksi agregat sesuai grading yang dikehendaki;
d. catat berat contoh dengan ketelitian mendekati 1 gram.
B. Cara Pengujian
a. pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan dengan
salah satu dari 7 (tujuh) cara dalam berikut:
b. benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin abrasi Los Angeles;
c. putaran mesin dengan kecepatan 30 rpm sampai dengan 33 rpm; jumlah
putaran gradasi A, gradasi B, gradasi C dan gradasi D adalah 500 putaran
dan untuk gradasi E, gradasi F dan gradasi G adalah 1000 putaran;
d. setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian saring
dengan saringan No.12 (1,70 mm); butiran yang tertahan di atasnya dicuci
bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada temperatur 110°C ± 5°C
sampai berat tetap;
e. jika material contoh uji homogen, pengujian cukup dilakukan dengan 100
putaran, dan setelah selesai pengujian disaring dengan saringan No.12
(1,70 mm) tanpa pencucian. Perbandingan hasil pengujian antara 100
putaran dan 500 putaran agregat tertahan di atas saringan No.12 (1,70
mm) tanpa pencucian tidak boleh lebih besar dari 0,20;
f. metode pada butir e) tidak berlaku untuk pengujian material dengan
metode ASTM C 535-96.
Perhitungan
dengan pengertian:
a adalah berat benda uji semula, dinyatakan dalam gram;
b adalah berat benda uji tertahan saringan No.12 (1,70 mm), dinyatakan
dalam gram.
No Video SNI
.
1. Sebelum pengujian agregat di Agregat langsung dimasukkan
cuci terlebih dahulu kedalam mesin abrasi
8. Kesimpulan
Pengujian keausan agregat kasar pada video sudah sesuai dengan aturan SNI,
baik dari segi alat, bahan dan prosedur pengujian.
9. Flow Chart
Mulai
Prosedur Pengujian
Selesai