Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

Volume 7, Nomor 2, Mei 2018


Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Shaura Ladayna Isma, Sudaryanto, Ryan Halleyantoro

EVALUASI PROGRAM PEMBERANTASAN KECACINGAN PADA


SISWA SEKOLAH DASAR DI PUSKESMAS ROWOSARI
KECAMATAN TEMBALANG SEMARANG
Shaura Ladayna Isma1, Sudaryanto2, Ryan Helleyantoro2
1
Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
2
Staf Pengajar Ilmu Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
JL. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp. 02476928010

ABSTRAK
Latar Belakang Kecacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing golongan
STH yaitu Ascaris lumbricoides(A. lumbricoides), Trichuris trichura (T. trichura), dan
cacing tambang, yaitu: Necatoramericanus (N. americanus), dan Ancylostoma duodenale (A.
duodenale). Saat ini masyarakat dunia maupun di Indonesia cukup banyak yang terjangkit
penyakit kecacingan. Indonesia telah menetapkan program untuk memberantas penyakit
kecacingan. Program pembertantasan kecacingan dilaksanakan melalui program puskesmas.
Salah satu Puskesmas yang menerapkan program tersebut adalah Puskesmas Rowosari.
Tujuan Mengetahui kesesuaian program pemberantasan kecacingan dengan buku pedoman
pemberantasan kecacingan oleh Dinas Kesehatan Republik Indonesia
Metode Deskriptif dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metode wawancara dan
pemeriksaan laboratorium, serta data pendukung dari puskesmas dan sekolah berupa data
kegiatan penyuluhan, Data infeksi kecacingan sebelumnya, pemberian obat. Sampel
penelitian ini adalah siswa sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas Rowosari.
Hasil Program pemberantasan kecacingan sesuai dengan buku pedoman pemberantasan
kecacingan. Dinilai berdasarkan pada keseluruhan sampel di dapatkan hasil negatif, tingkat
pengetahuan sedang dan kebiasaan hidup bersih baik. Terdapat data penyuluhan , data infeksi
kecacingan sebelumnya tidak ada yang terinfeksi kecacingan, dan pemberian obat cacing
berupa albendazole dengan dosis 400 mg telah dilaksanakan secara rutin. .
Kesimpulan Program pemberantasan kecacingan sesuai dengan buku pedoman oleh Dinas
Kesehatan Republik Indonesia.
Kata Kunci :Program pemberantasan kecacingan, siswa sekolah dasar, Puskesmas
Rowosari.

ABSTRACT
EVALUATION OF WORM ERADICATION PROGRAM ON ELEMENTARY
SCHOOL STUDENTSAT PUSKESMAS ROWOSARI KECAMATAN TEMBALANG
SEMARANG
Background : Infection of STH (Soil Transmitted Helminth) are infected by Ascaris
lumbricoides (A. lumbricoides), Trichuris trichura (T. trichura), and hookworms such as
Necatoramericanus (N. americanus), and Ancylostoma duodenale (A. duodenale). At present,
numbers infected with worm infestation remain high. Indonesia has established a program to
eradicate worm infestation. The worm eradication program is implemented through the
puskesmas program One of the comunity health center that implemented the program is
Rowosari Community Health Center.
Objective : To assess the accordance with guidance book of worm eradication by Health
Departement Republic Indonesia.

551 JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 551-561


JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Shaura Ladayna Isma, Sudaryanto, Ryan Halleyantoro

Methods : Descriptive with quantitative approach using interview method and laboratory
examination with supporting data from community health center and school data regrading
counseling activity, previous infection of worms data, , drug administration data,. The
samples of this research are elementary school students in the working area of Rowosari
Community Health Center.
Results : Worm eradication program in accordance with guidance book of eradication of
worms. Assessed on the basis of the overall samples obtained negative results, moderate
knowledge level and good living habits. There were data on counseling, previous infection
data of worms nobody infected with worms, and dormant albendazole with dose 400 mg have
been done routinely.
Conclusion : Worm eradication program accordance with the guidance book of worms
eradication by Health Departement Republic Indonesia
Keywords : worms eradication program, elementary school students, puskesmas
Rowosari.

PENDAHULUAN Akibat tingginya angka kecacingan


Saat ini kecacingan, umum terjadi
di masyarakat menyebabkan derajat
di kalangan masyarakat dunia maupun di
kesehatan masyarakat ikut menurun.
Indonesia. Golongan cacing yang termasuk
Berdasarkan teori yang dikatakan oleh HL
STH, yang dapat menyebabkan masalah
Blum, terdapat 4 aspek pradigma
kesehatan bagi manusia adalah Ascaris
kesehatan yaitu gaya hidup, lingkungan,
lumbricoides(A. lumbricoides), Trichuris
pelayanan kesehatan, dan genetik. Dalam
trichura (T. trichura), dan cacing tambang,
segi gaya hidup dan lingkungan, yang
yaitu: Necatoramericanus (N. americanus),
mengambil peran penting merupakan
dan Ancylostoma duodenale (A.
masyarakat sendiri misalnya seperti
duodenale).
menjaga kebersihan lingkungan tempat
Berdasarkan Badan Kesehatan
tinggal, rajin berolahraga, makan-makanan
Dunia (WHO) pada tahun 2015 lebih dari
yang bergizi dan lainnya. Sedangkan untuk
1,5 juta orang atau sekitar 2,4%
aspek pelayanan kesehatan dapat diperoleh
masyarakat dunia menderita infeksi
melalui rumah sakit maupun puskesmas
STH1.Sedangkan menurut Departemen
atau praktik dokter. Faktor genetik
Kesehatan Indonesia pada tahun 2015
merupakan satu-sataunya aspek yang tidak
angka kejadian infeksi STH di Indonesia
dapat diubah. Untuk mencapai pradigma
sekitar 28% dari penduduk Indonesia. Hal
kesehatan yang baik keempat aspek
ini menunjukkan bahwa masih tingginya
tersebut harus terpenuhi dengan baik,
angka kecacingan di Indonesia2.
apabila aspek tersebut tidak terpenuhi

JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 551-561


552
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Shaura Ladayna Isma, Sudaryanto, Ryan Halleyantoro

dapat terjadi suatu masalah kesehatan sekolah dasar. Efek yang dapat terjadi
sehingga derajat kesehatan dimasyarakat apabila anak tersebut terinfeksi cacing
menurun. yaitu gangguan pada gizi, pertumbuhan
Untuk meningkatkan derajat fisik, mental, kognitif dan kemunduran
kesehatan di masyarakat terutama intelektual pada anak-anak5.
mengenai masalah kecacingan dengan cara Program pemerintah mengenai
mengadakan program pemberantasan pemberantasan kecacingan telah
kecacingan pada anak. Pada tahun 2001, dilaksanakan sejak tahun 1995 hingga
World Health Assembly memutuskan sekarang. Program tersebut sudah
sebuah resolusi dan mendesak negara dilaksanakan disetiap daerah
anggotanya untuk melaksanakan kabupaten/kota melalui puskesmas.
pengendalian kejadian kesakitan dan Puskesmas Rowosari merupakan salah satu
infeksi STH dengan cara pemberian obat puskesmas di Semarang yang memiliki
antelmintik secara luas pada anak-anak program pemberantasan cacing, yang
usia sekolah di negara berkembang3. Jauh memiliki wilayah kerja yang terdiri atas 5
sebelum World Health Assembly kelurahan yaitu Rowosari, Meteseh,
memutuskan mendesak negara Bulusan, Tembalang, dan Kramas.
berkembang untuk melaksanakan program Program tersebut memiliki sasaran 15
pemberantasan kecacingan, pada tahun sekolah dasar di wilayah kerja Puskesmas
1995, Indonesia pada saat itu telah Rowosari. Puskesmas Rowosari telah
mencanangkan program pemberantasann melaksanakan program pemberantasan
kecacingan. Tujuan dalam pencanangan kecacingan sejak tahun 2015 hingga
program pemberantasan kecacingan ini sekarang, namun selama ini belum
adalah penurunan angka kejadian diadakan evaluasi secara menyeluruh
kecacingan, meningkatkan mitra antara dalam pelaksanaan program
masyarakat, pemerintahan, serta swasta, pemberantasan kecacingan. Kegiatan
dan meningkatkan cakupan program evaluasi bertujuan untuk meningkatkan
pengendalian penyakit kecacingan pada keberhasilan program serta faktor-faktor
siswa sekolah dasar4. yang mempengaruhinya,
Pelaksanaan program Tujuan penelitian ini adalah
pemberantasan kecacingan lebih ditujukan mengetahui keberhasilan program
kepada anak-anak terutama pada anak usia
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 551-561
553
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Shaura Ladayna Isma, Sudaryanto, Ryan Halleyantoro

pemberantasan kecacingan di Puskesmas sampel feses, tingkat pengetahuan,


Rowosari. perilaku, indeks prestasi, sanitasi
lingkungan, dan keadaan jamban. Data
METODE sekunder yang diperoleh dari puskesmas
Penelitian ini merupakan penelitian berupa informasi mengenai penyuluhan,
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. data anemia, status gizi, prevalensi
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar kecacingan, dan pemberian obat
Negeri 01 Rowosari, 02 Rowosari, pencegahan secara massal.
Kramas, Madrasah Ibtidaiyah Khusnul
Khotimah pada periode Agustus- HASIL
September 2017. Subjek penelitian adalah Penelitian ini berlangsung di
siswa dekolah dasar dengan kriteria inklusi Puskesmas Rowosari, Sekolah Dasar
adalah siswa sekolah dasar yang berada di Negeri 01 Rowosari, 02 Rowosari,
wilayah kerja Puskesmas Rowosari, Kramas, Madrasah Ibtidaiyah Khusnul
bersedia ikut serta dalam penelitian ini dan Khotimah, dan laboratorium parasitologi
mendapat izin dari orang tua yang Fakultas Kedokteran Universitas
dibuktikan dengan menandatangani Diponegoro. Telah mendapat persetujuan
informed consent. Kriteria eksklusi dari Kepala Puskesmas, Kepala
penelitian ini adalah siswa yang berpindah Laboratorium, Kepala Sekolah, orang tua
tempat tinggal. subjek penelitian, serta subjek penelitian
Pemilihan subjek penelitian telah bersedia mengikuti penelitian ini
menggunakan consecutive sampling. tanpa paksaan. Subjek penelitian dalam
Subjek penelitian yang memenuhi kriteria penelitian ini sebanyak 96 siswayang
inklusi dan eksklusi mendapat perlakuan memenuhi kriteria inklusi. Subjek
berupa pengambilan sampel feses dan penelitian memenuhi kriteria penelitian
wawancara mengenai pengetahuan dan mengikuti penelitian dengan baik sejak
kecacingan dan perilaku hidup bersih dan bulan Agustus hingga September 2017.
sehat.Variabel perancu yaitu siswa yang Hasil wawancara dengan ketua
berpindah tempat tinggal. pelaksana kegiatan, bahwa kegiatan
Data didapatkan dalam bentuk data promosi berupa penyuluhan dilaksanakan
primer dan sekunder. Data primer yang bersamaan dengan penyuluhan program
diambil langsung oleh peneliti berupa kesehatan lain. Namun demikian tidak
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 551-561
554
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Shaura Ladayna Isma, Sudaryanto, Ryan Halleyantoro

didapatkan dokumen pelaksanaan kegiatan yang diberikan kepada siswa yaitu


seperti surat tugas, materi penyuluhan, albendazole dengan dosis 400 mg
absensi peserta, maupun laporan kegiatan. (berdasarkan surat tugas dari puskesmas)
Rekapitulasi kesehatan yang Prevalensi Kecacingan Pasca
dilaksanakan Puskesmas Rowosari Tahun Program Pemberantasan Kecacingan
2016, surveilans kecacingan dilakukan Tahun 2016, peneliti mengambil data
secara pasif dan tidak ada siswa yang prevalensi kecacingan melalui cara aktif
terinfeksi kecacingan. setelah pelaksanaan program yaitu dengan
Pengendalian faktor resiko berupa pemeriksaan mikroskopis feses.
kebersihan perorangan dan lingkungan Pengambilan sampel feses dilaksanakan di
seperti buang air besar di jamban, mencuci 4 sekolah dari 15 sekolah. Keseluruhan
tangan dengan sabun, menggunakan alas sampel berjumlah 96 orang, 63 siswa kelas
kaki keluar rumah dan lain-lain. 6, 20 siswa kelas 5 dan 13 siswa kelas 4.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Hasil pemeriksaan feses keseluruhan
tim sanitasi Puskesmas Rowosari masih sampel tidak ditemukan siswa yang
ada beberapa rumah yang belum memiliki terinfeksi kecacingan.
jamban pribadi. Jumlah rumah yang belum
memiliki jamban sekitar 23 rumah dari Tabel 1 Hasil pemeriksaan feses
keseluruhan jumlah kepala keluarga di
Jenis
Asal Jumlah Hasil
Kecamatan Tembalang. Puskesmas Kelamin
Sekolah (n) laboratorium
L P
disarankan untuk melaksanakan kegiatan SDN
30 16 14 Negatif
Kramas
pemasangan jamban gratis ke setiap rumah SDN 1
20 5 15 Negatif
yang belum memiliki jamban pribadi Rowosari
SDN 2
13 5 8 Negatif
Penanganan penderita sebelumnya Rowosari
MI Khusnul
33 20 13 Negatif
tidak dilakukan karena tidak ada pasien Khotima

yang terinfeksi kecacingan.


Data mengenai tingkat pengetahuan
Informasi yang diperoleh secara
dan kebiasaan, peneliti menggunakan
lisan dengan ketua pelaksana kegiatan dan
kuesioner dengan metode wawancara
kepala sekolah bahwa pemberian obat
kepada sampel. Tingkat pengetahuan
dilaksanakan secara bersamaan di seluruh
dinilai bedasarkan pengetahuan siswa
sekolah dan posyandu yang berada di
mengenai tanda kecacingan, cara
wilayah kerja Puskesmas Rowosari . Obat
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 551-561
555
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Shaura Ladayna Isma, Sudaryanto, Ryan Halleyantoro

penularan, dan cara pencegahan terhadap Responden dinilai memiliki


infeksi kecacingan, pengetahuan baik apabila 3 kriteria
Tabel 2 Pengetahuan mengenai tanda terpenuhi, 1-2 kriteria terpenuhi
kecacingan, cara penularan, dan infeksi dikategorikan sedang dan tidak ada
kecacingan kriteria terpenuhi dikategorikan buruk.
No Pengetahuan Jumlah (n) Didapatkan hasil tingkat pengetahuan
1. Tanda Kecacingan keseluruhan dari 96 responden, 21
Kurus 24
responden dikategorikan buruk, 53
Lemas/ lesu 52
responden dikategorikan sedang, 22
Pucat/kurang darah 1
Perut buncit 33 responden dikategorikan baik, sehingga
Nafsu makan kurang 16 secara keseluruhan tingkat pengetahuan
Sakit perut/ mencret 45 responden adalah sedang.
Keluar cacing dari mulut/ 3
Tabel 3 Tingkat pengetahuan
dubur
Nafsu makan meningkat 0
No Keterangan Jumlah Persen
Tidak tahu 16 1 Buruk 21 21,8%
2 Cara Penularan 2 Sedang 53 55,2%
Melalui makanan/ minuman 42
3 Baik 22 23%
Melalui tangan/ kaki 48
Jumlah 96 100%
Tidak tahu 41
3 Cara Pencegahan
BAB di jamban 30 Perilaku dinilai berdasarkan
Menjaga kebersihan 32 kebiasaan sehari-hari dan pengamatan
makanan dan minuman kebersihan kuku.
Cuci tangan sebelum makan 65
Tabel 4 Perilaku sehari-hari dan
Cuci tangan setelah BAB 41
Memotong dan 26
kebersihan kuku
membersihkan kuku Jumlah
No Perilaku Persentase
Memakai alas kaki apabila 16 (n)

keluar rumah 1. Kebiasaan BAB


Minum air yang sudah 13 Di jamban 96 100%
dimasak Tidak di jamben 0 0%
Minum obat cacing 54
Sumber air
Tidak tahu 8 2.
bersih
Air ledeng 60 62,5%

JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 551-561


556
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Shaura Ladayna Isma, Sudaryanto, Ryan Halleyantoro

Sumur 34 35,4% buruk, 27 responden dikategorikan sedang,


Penampungan dan 63 responden dikategorikan baik,
2 2,1%
air hujan
sehingga secara keseluruhan perilaku
Sungai 0 0%
Mata air 0 0%
responden adalah baik. Berdasarkan hasil
Kebiasaan keseluruhan dari 96 responden, memiliki
3.
mencuci tangan tingkat pengetahuan yang sedang dan
mencuci tangan 96 100% perilaku yang baik.
Tidak mencuci
0 0% Tabel 5 Perilaku
tangan
Waktu mencuci No Keterangan Jumlah Persen
4.
tangan 1 Buruk 6 6,3%
Sebelum makan 64 - 2 Sedang 27 28,1%
Setelah BAB 96 -
3 Baik 63 65,6%
Tidak mencuci
0 - Jumlah 96 100%
tangan
Kebiasaan
5 menggunakan
alas kaki PEMBAHASAN
Menggunakan
90 93,7% Program pemberantasan
alas kaki
kecacingan terdiri atas promosi kesehatan,
Tidak
menggunakan 6 6,3% surveilans kecacingan, pengendalian faktor
alas kaki resiko, penanganan penderita, dan
6. Kebiasaan jajan pemberian obat pencegahan
Jajan di sekolah 95 98,9%
massal.Terdapat beberapa faktor yang
Tidak jajan 1 1,1%
mempengaruhi jalannya suatu promosi
7. Keadaan kuku
Bersih 84 87,5% kesehatan yaitu pengetahuan, perilaku, dan
Kotor 12 12,5% tokoh masyarakat setempat6. Kegiatan
promosi bertujuan untuk meningkatkan
Perilaku dikategorikan baik apabila perilaku hidup bersih dan sehat serta
5-7 kriteria terpenuhi, 2-4 kriteria pencegahan kecacingan4. Berdasarkan
terpenuhi dikategorikan sedang, 0-1 buku pedoman pemberantasan kecacingan
kriteria terpenuhi dikategorikan menyebutkan sebelum pelaksanaan
buruk.Perilaku keseluruhan dari 96 pemberian obat cacing harus melaksanakan
responden, 6 responden dikategorikan kegiatan penyuluhan5. Sebelum
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 551-561
557
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Shaura Ladayna Isma, Sudaryanto, Ryan Halleyantoro

pelaksanaan kegiatan,Puskesmas Rowosari belum adanya penangan penderita secara


telah melaksanakan penyuluhan sesuai individu yang dilakukan oleh Puskesmas
dengan buku pedoman meskipun kegiatan Rowosari. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut tidak diperoleh dokumen tingkat pengetahuan yang sedang,
pelaksanaan kegiatan. kebiasaan yang baik,sanitasi dan keadaan
Surveilans kecacingan dapat jamban yang baik, hal ini dapat menjadi
diperoleh dengan cara aktif dan pasif. data salah satu alasan belum ada yang terjangkit
yang diperoleh dari puskesmas yaitu infeksi kecacingan
melalui cara pasif. Diperoleh hasil tidak Puskesmas Rowosari sudah rutin
ada yang terjangkit infeksi kecacingan melaksanakan pemberian obat cacing.
sebelumnya. Hal ini dapat disebabkan oleh Buku pedoman menyebutkan salah satu
faktor-faktor yang mempengaruhinya obat yang dapat digunakan sebagai obat
seperti, perilaku dan pengetahuan6. cacing yaitu albendazole4.Albendazole
Kegiatan. Surveilans kecacingan yang memiliki efektifitas yang paling baik
dilaksanakan oleh Puskesmas Rowosari diantara obat cacing lainnya4.Puskesmas
sudah sesuai dengan buku pedoman Rowosari menggunakan albendazole
program pemberantasan kecacingan. sebagai obat dalam kegiatan program
Pengendalian faktor resiko, pemberantasan kecacingan, dengan dosis
berguna untuk mengendalikan faktor- 400 mg. Data yang diperoleh dari
faktor yang dapat meyebabkan Puskesmas Rowosari berupa data surat
4
kecacingan . Hal yang dapat dikendalikan tugas yang menyebutkan pemberian obat
berupa kebersihan perorangan dan cacing harus menggunakan albendazole
lingkungan seperti keadaan jamban serta dengan dosis 400 mg,
sanitasi lingkungan. Puskesmas Rowosari Pemilihan obat yang dipilih oleh
perlu melaksanakan kegiatan seperti Puskesmas Rowosari sudah tepat seperti
pemberian jamban ke tiap rumah yang yang tertulis di buku pedoman, tetapi
belum memiliki jamban pribadi. Hal ini berdasarkan buku pedoman apabila
dapat dikarenakan faktor perilaku prevalensi kecacingan kurang dari 20%
mempengaruhi kegiatan promosi pemberian obat dapat dilakukan dengan
kesehatan6. pengobatan selektif4.
Tidak adanya pasien yang Prevalensi kecacingan pasca
terinfeksi kecacingan memungkinkan program pemberantasan kecacingan tahun
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 551-561
558
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Shaura Ladayna Isma, Sudaryanto, Ryan Halleyantoro

2016 berdasarkan hasil penelitian yang observasi sebagian besar responden


diperoleh tidak ada yang terinfeksi memiliki kebersihan kuku yang baik.
kecacingan setelah pelaksanaan program. Penggunaan alas kaki dan kebersihan kuku
Hal ini dapat disebabkan oleh perilaku dan juga merupakan salah satu faktor yang
kebiasaan yang baik, selain itu dapat mempengaruhi infeksi kecacingan,
disebabkan oleh keadaan lingkungan yang semakin sering menjaga kebersihan kuku
baik juga7. Dapat juga disebabkan oleh dan menggunakan alas kaki dapat memutus
meminum obat cacing secara berkala rantai penularan kecacingan7.
setahun sekali7. Pemberian obat cacing Sumber air sehari-hari sebagian
yang dilakukan berkala dapat disebabkan responden sudah menggunakan air PAM.
oleh kurangnya fasilitas laboratorium Hal ini menandakan sebagian besar
sehingga daerah tersebut dianggap responden sudah meenggunakan air yang
memiliki prevalensi >20% dan harus sudah diolah terlebih dahulu dan melalui
segera meminum obat cacing berkala beberapa proses sehingga kemungkinan
setiap tahun selama 4-6 tahun4. untuk tercemar semakin rendah9.
Tingkat pengetahuan dan perilaku keseluruhan responden sudah
pasca program pemberantasan kecacingan melaksanakan kegiatan buang air besar di
tahun 2016 berdasarkan data yang diambil jamban. Penggunaan jamban juga
oleh peneliti dengan metode wawancara merupakan salah satu cara pemutusan
didapatkan hasil pengetahuan yang sedang rantai penularan infeksi kecacingan, karena
dan kebiasaan yang baik. Sebagian besar kotoran manusia dapat menyebabkan
responden memiliki kebiasaan mencuci banyak penyakit apabila sesorang yang
tangan sebelum makan dan setelah buang terinfeksi kecacingan melakukan kegiatan
air besar baik dengan menggunakan air buang air besar secara sembarang dapat
saja maupun sabun. Hal ini menunjukkan menyebabkan kontaminasi tanah oleh telur
bahwa semakin baik kebiasaan mencuci cacing dan dapat menginfeksi orang sehat7.
tangan semakin berkurang kemungkinan Namun, masih terdapat responden yang
terinfeksi kecacingan.7,8 memiliki kebiasaan buruk. Hal ini harus
Hasil wawancara juga kembali di tingkatkan agar semua
menunjukkan bahwa dalam kegiatan keluar responden memiliki kebiasaan yang baik
rumah seperti bermain sebagian besar Dalam segi pengetahuan mengenai
menggunakan alas kaki, berdasarkan hasil kecacingan, sebagian besar responden
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 551-561
559
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Shaura Ladayna Isma, Sudaryanto, Ryan Halleyantoro

cukup mengetahui cara penularan cacing, banyak dan diteliti lebih dari satu peneliti.
tanda gejala penyakit kecacingan, dan cara Penelitian selanjutnya diharapkan dapat
pencegahan. Menurut penelitian lebih meluas tidak hanya dilaksanakan di
sebelumnya pengetahuan yang baik dapat satu instansi kesahatan tetapi dapat
mencegah terjadinya kecacingan karena dilaksanakan di instansi kesehatan lainnya
pengetahuan merupakaan faktor dominan yang memiliki program pemberantasan
dalam mempengaruhi sesorang dalam kecacingan Penelitian selanjutnya
bertindak9,10. Meskipun begitu masih ada diharapkan dapat melaksanakan evaluasi
responden yang memiliki pengetahuan dalam program lain selain program
yang buruk. Hal ini harus ditingkatkan agar pemberantasan kecacingan. Diharapkan
semua responden dapat memiliki selanjutnya Puskesmas Rowosari dapat
pengetahuan yang baik. Salah satu cara memperbaiki sistem program
agar siswa memiliki tingkat pengetahuan pemberantasan kecacingan sesuai dengan
yang baik yaitu meningkatkan promosi buku pedoman yang Diketahui sudah
kesehatan baik melalui penyuluhan ditetapkan oleh pemerintah
maupun dengan liflet dan pamaflet. pusat.Diharapkan selanjutnya Puskesmas
Rowosari dapat bekerjasama dengan
SIMPULAN DAN SARAN fakultas kedokteran dalam pelaksanaan
Simpulan kegiatan.
Program pemberantasan
kecacingan yang dilaksanakan oleh DAFTAR PUSTAKA
Puskesmas Rowosari sesuai dengan buku 1. World Health Organization. Soil-
pedoman pemberantasan kecacingan. tranmitted helminth infections. 2017
Saran (cited 2017 Mar 3);
Puskesmas diharapkan dapat 2. Departemen Kesehatan. Penyakit
memperbaiki sistem pendokumentasian Kecacingan Masih Dianggap Sepele.
kegiatan pelaksanaan program. Puskesmas Jakarta: 2010 (cited 2017 Mar 20)
diharapkan tetap melanjutkan kegiatan 3. OrganizationWH, UNAIDS.
promosi kesehatan mengenai kecacingan Prevention and control of
kepada siswa sekolah dasar dan posyandu. scistosomiasis and soil-transmitted
Penelitian selanjutnya diharapkan helminthiasis: report of a WHO
dilaksanakan dengan sampel yang lebih
JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 551-561
560
JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Volume 7, Nomor 2, Mei 2018
Online : http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/medico
ISSN Online : 2540-8844
Shaura Ladayna Isma, Sudaryanto, Ryan Halleyantoro

expert committee. World Healyh 10. Osazuwa F et al. A significant


Organization.2002. association between intestinal
4. Kementerian Kesehatan RI Pedoman helminth infection and anaemia
Pengendalian Kecacingan. In burden in children in rural
Jakarta. Direktorat Jendral communities of Edo state, Nigeria.
PP&PL.2017. 2011. (Citied 2017 Sept 29)
5. Cromptton DWT, How Mich Human
Helminthiasis Is There in the World7
J Parasitol (Internet).
1999:85(3):397-403.
6. Suriyani. Faktor –Faktor yang
Mempengaruhi Pelaksanaan Program
Kesehatan Promosi Kesehatan
Rumah Tangga yang Sehat di
Wilayah Kerja Puskesmas Teladan
Medan Kecamatan Medan Kota
Tahun 2009. 2009 (citied 2018 Jan
13)
7. Andaruni A et al. Gambaran faktor-
faktor penyebab infeksi cacingan
pada anak di SDN 01 Pasir Langu
Cisarua. 2012. (citied 2017 Sept 28)
8. Syahrir S et al. Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
Kecacingan Pada Siswa SDN Inpres
No. 1 Wora Kecamatan Wera
Kabupaten Bima 2016. (citied 2017
Sept 28)
9. Perusahaan Daerah Air Minum.
Proses Pengolahan Air. 2012 (citied
2017 Des 30)

JKD, Vol. 7, No. 2, Mei 2018 : 551-561


561

Anda mungkin juga menyukai