TUGAS 2
Penentuan Parameter Mutu Ekstrak Rimpang Kaempferia
galanga L.
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Fitofarmaka
KELOMPOK: 3
KELAS: B
DOSEN PEMBIMBING:
Siti Rofida, M.Farm., Apt.
Amaliyah Dina A., M.Farm., Apt.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu menentukan parameter
spesifik yang terdapat didalam ekstrak rimpang kencur.
1.3 Manfaat
Mahasiswa mengetahui dan memahami cara menentukan parameter mutu spesifik
yang terdapat didalam ekstrak rimpang kencur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Standarisasi
Standardisasi dalam kefarmasian tidak lain adalah serangkaian parameter, prosedur
dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan unsur- unsur terkait pradigma mutu
kefarmasian, mutu dalam artian memenuhi syarat standar (kimia, biologi dan farmasi),
termasuk jaminan (batas- batas) stabilitas sebagai produk kefarmasian umumnya. Dengan
kata lain, pengertian standardisasi juga berarti proses menjamin bahwa produk akhir obat
(obat, ekstrak atau produk ekstrak) mempunyai nilai parameter tertentu yang konstan dan
ditetapkan terlebih dahulu. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi mutu ekstrak yaitu faktor
biologi dari bahan asal tumbuhan obat dan faktor kandungan kimia bahan obat tersebut.
Standardisasi ekstrak terdiri dari parameter standar spesifik dan parameter standar non
spesifik (Depkes RI, 2000).
2.2.1 Parameter Spesifik
Penentuan parameter spesifik adalah aspek kandungan kimia kualitatif dan aspek
kuantitatif kadar senyawa kimia yang bertanggung jawab langsung terhadap aktivitas
farmakologis tertentu.Parameter spesifik ekstrak meliputi :
2.2.1.1 Identitas
Parameter identitas ekstrak meliputi deskripsi tata nama meliputi nama ekstrak
(generik, dagang, paten), nama latin tumbuhan (sisitematika botani), bagian tumbuhan yang
digunakan (rimpang, daun, dan sebagainya) dan nama Indonesia tumbuhan. Penentuan
parameter ini dilakukan untuk memeberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari
senyawa identitas, yaitu senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan metode
tertentu (Dekes RI, 2000).
2.2.1.2 Organoleptik
Parameter organoleptik ekstrak merupakan pendeskripsian bentuk, warna, bau, rasa
dengan menggunakan pancaindera. Penentuan parameter ini dilakukan untuk memberikan
pengenalan awal yang sederhana dan seobyektif ini (Depkes RI, 2000).
a. Bentuk: padat, serbuk-kering, kental, cair.
b. Warna: kuning, cokelat, hitam dll.
c. Bau: aromatik, tidak berbau, dll.
d. Rasa: pahit, manis, kelat, pedas, dll.
2.2.1.3 Senyawa Terlarut dalam Pelarut Tertentu
Parameter senyawa terlarut dalam pelarut ditentukan dengan cara melarutkan ekstrak
dengan pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah solut yang identik dengan jumlah
senyawa yang terlarut dalam pelarut lain, misalnya heksana, diklorometan, metanol.
Penentuan parameter ini dilakukan untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa
kandungan (Depkes RI, 2000).
Prinsip: Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah
solut yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri. Dalam hal tertentu
dapat diukur senyawa terlarut dalam pelarut lain misalnya heksana, diklorometan atau
metanol.
2.2.1.4 Kadar Senyawa Kimia Tertentu
Dengan tersedianya suatu kandungan kimia yang berupa identitas atau senyawa
kimia utama ataupun kandungan kimia lainnya, maka secara kromtaografi instrumental
dapat dilakukan penetapan kadar kandungan kimia tersebut. Instrumen yang dapat
digunakan adalah Densitometer, Kromatografi Gas, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi atau
instrumen lain yang sesuai. Metode penetapan kadar harus diuji dulu validasinya, yaitu batas
deteksi, selektivitas, linieritas, ketelitian, ketepatan dan lain-lain. Penentuan kadar senyawa
identitas ini dapat memberikan data kadar kandungan kimia tertentu sebagai senyawa
identitas atau senyawayang diduga betanggung jawab pada efek farmakologi (Depkes RI,
2000).
Prinsip: Ekstrak ditimbang, dikestraksi dengan pelarut dan cara tertentu, kemudian
dilakukan analisis kromatografi sehingga memberikan pola kromatogram yang khas.
2.2.1.5 Kadar total golongan kandungan kimia
Setiap tanaman pasti memiliki kandungan senyawa metabolit sekunder yang berbeda
dan dengan jumlah yang berbeda pula. Prinsip: Dengan penerapan metode spektrofotometri,
titrimetri, volumetri, gravimetri atau lainnya, dapat ditetapkan kadar golongan kandungan
kimia. Metode harus sudah teruji validitasnya, terutama selektivitas dan batas liniaritas
2.2.2 Parameter Non-Spesifik
Parameter non spesifik merupakan tolak ukur baku yang dapat berlaku untuk semua
jenis simplisia maupun ekstrak, tidak khusus untuk jenis simplisia atau ekstrak dari tanaman
tertentu, ataupun jenis proses yang telah dilalui (Depkes RI, 2000).
2.2.2.1 Susut Pengeringan
Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105 °C selama 30 menit
atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai prosen. Dalam hal khusus (bahan
tidak mengandung minyak menguap/atsiri dan sisa pelarut menguap) identik denggan kadar
air, yaitu kandungan air karena kandungan air berada di atmosfer/lingkungan udara terbuka.
Penentuan parameter ini dilakukan untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang
besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan (Depkes RI, 2000).
EPMS termasuk turunan asam sinamat, dimana asam sinamat adalah turunan senyawa phenil
propanoad. Senyawa-senyawa yang termasuk turunan sinamat adalah sebagai berikut para hidroksi
sinamat (7), 3,4-dihidroksisinamat (8), dan 3,4,5 trimetoksisinamat (9):
Gambar 3. Senyawa turunan asam sinamat: para hidroksi sinamat (7), 3,4-
dihidroksisinamat (8), dan 3,4,5 trimetoksisinamat (9).
EPMS termasuk kedalam senyawa ester yang mengandung cincin benzene dan gugus metoksi
yang bersifat nonpolar dan juga gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat sedikit polar
sehingga dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran
yaitu etanol, etil asetat, metanol, air dan heksana. Dalam ekstraksi suatu senyawa yang harus
diperhatikan adalah kepolaran antara lain pelarut dengan senyawa yang diekstrak, keduanya harus
memiliki kepolaran yang sama atau mendekati sama (Taufikhurohmah, 2008).
BAB III
PROSEDUR KERJA
Ulangi penyarian beberapa kali hingga bila direaksikan dengan besi (III)
ammonium sulfat tidak menunjukkan adanya tanin.
Setelah labu ukur dingin, maka volume diteteapkan sampai tepat 100.0 mL
Kocok lapisan eter dua kali dengan 10 mL larutan asam sulfat P dan saring tiap
lapisan asam masukkan corong pisah 2
Panaskan campuran pada penangas air selama 10 menit dalam tabung refluks.
Ukur serapan pada 515 nm, hitung kadar total antrakinon glikosida
3.2 Deskripsi Prosedur Kerja Parameter Spesifik
1. Identitas
a. Deskripsi tata nama:
Nama latin tumbuhan (sistematika botani) :
Bagian yang digunakan (rimpang, daun, dsb) :
Nama Indonesia tumbuhan :
b. Senyawa Identitas, senyawa tertentu yang menjadi petunjuk spesifik dengan
metode tertentu.
2. Organoleptik
a. Bentuk: padat, serbuk-kering, kental, cair.
b. Warna: kuning, cokelat, dll.
c. Bau: aromatik, tidak berbau, dll.
d. Rasa: pahit, manis, kelat, dll.
3. Senyawa Terlarut dalam Pelarut Tertentu
Prosedur:
Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml air
kloroform LP menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam
pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam.Saring, uapkan 20 ml filtrat hingga
kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan residu pada
suhu 105C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen, dihitung terhadap ekstrak
awal. Percobaan dilakukan 3 kali.
Catatan : Air-kloroform LP adalah air suling 997,5 ml dicampur dg 2,5 ml kloroform.
a. Kadar senyawa larut etanol
Maserasi sejumlah 5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml etanol
(95%) menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam
pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring cepat dengan menghindarkan
penguapan etanol, uapkan 20 ml filtrat hingga kering dalam cawan dangkal berdasar
rata yang telah ditara, panaskan residu pada suhu 105C hingga bobot tetap. Hitung
kadar dalam persen, dihitung terhadap ekstrak awal. Percobaan dilakukan 3 kali.
4. Uji Kandungan Kimia Ekstrak
Prosedur:
Prosedur:
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui dan menerapkan mutu spesifik ekstrak
rimpang kencur sesuai standar parameter yang telah ditetapkan. Parameter spesifik adalah
aspek kandungan kimia kualitatif dan aspek kuantitatif kadar senyawa kimia yang
bertanggung jawab langsung terhadap aktivitas farmakologis tertentu (Depkes RI, 2000).
Sediaan obat tradisional agar terjamin keamanan dan mutu perlu memenuhi persyaratan
standarisasi. Salah satu persyaratan Obat Herbal Terstandar ialah harus menggunakan bahan
baku yang terstandart, yaitu bahan baku yang sudah ditetapkan ketentuannya secara konsisten
sehingga aman dan layak untuk dikonsumsi. Obat Herbal Terstandar juga dilakukan uji
praklinik untuk menjamin keseragaman khasiat, menjamin aspek keamanan dan stabilitas
ekstrak atau dalam bentuk sediaannya.
Parameter spesifik dalam pengujian mutu terdiri atas identitas ekstrak, organoleptis,
dan senyawa terlarut dalam pelarut air dan etanol. Parameter identitas bertujuan memberikan
identitas objektif dari nama dan spesifik dari ekstrak yang digunakan seperti mendeskripsikan
dari tata nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian yang digunakan, nama Indonesia
tumbuhan. Identitas tanaman pada praktikum ini ialah kencur, dimana nama lain dari kencur
adalah Kaempferia galanga L. Bagian tanaman yang digunakan yaitu bagian rimpang yang
kemudian akan diekstrak untuk mendapatkan ekstrak kental rimpang kencur. Senyawa
identitas yang terkandung adalah etil p-metoksisinamat.
Parameter organoleptis adalah uji yang menggunakan panca indra dalam mengamati
bentuk, bau, rasa, dan warna dari ekstrak yang diamati. Parameter ini bertujuan sebagai
pengenalan awal yang sederhana dengan seobjektif mungkin. Hasil pengujian organoleptis
dari ekstrak rimpang kencur menunjukkan bahwa bentuk ekstrak cairan kental dengan warna
coklat tua, bau khas, dan menghasilkan rasa pedas dan tebal di lidah.
Parameter spesifik selanjutnya ialah senyawa terlarut dalam pelarut air dan etanol. Uji
kelarutan penting untuk dilakukan karena dapat mengetahui sediaan yang digunakan apakah
mudah larut dalam pelarutnya. Parameter spesifik senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
memiliki prosedur yang perlu dipahami dengan baik, senyawa terlarut dalam air dan etanol
memiliki perbedaan hanya pada pelarut yang akan digunakan. Pertama, dilakukan maserasi
5,0 gram ekstrak selama 24 jam dengan 100 ml air-kloroform LP untuk uji larut air atau
menggunakan 100 ml etanol 95% untuk uji larut alcohol/etanol. Pelarutan dilakukan di
corong pisah sambal berkali-kali dikocok konstan selama 6 jam pertama. Penambahan pelarut
bertujuan untuk melarutkan senyawa yang larut dalam air (atau senyawa larut etanol untuk uji
larut etanol) dan menarik senyawa tersebut. Kemudian, dibiarkan selama 18 jam lalu
disaring. Hasil filtrate diambil 20 ml dan diuapkan hingga kering. Setelah itu, dilakukan
proses gravimetri dengan memasukkannya ke dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah
ditara, panaskan residu pada suhu 105°C hingga bobot konstan (selisih penimbangan 0,0002
gram). Hitung kadar dalam persen, dihitung terhadap ekstrak awal. Percobaan dilakukan 3
kali (Depkes, 2000). Hasil persen kadar yang didapat dibandingkan dengan nilai standart
persen kadar pada monografi masing-masing ekstrak yang dapat dilihat di sumber Farmakope
Herbal Indonesia. Adapun hasil penimbangan ialah sebagai berikut :
Air
Setelah dilakukan penimbangan sebanyak 13 kali pada pelarut air didapatkan bobot ekstrak
yang relatif konstan. Selanjutnya dilakukan perhitungan masing-masing kadar senyawa
terlarut dari tiap-tiap pelarut menggunakan hasil penimbangan ke-13, yaitu :
( ( 42,225 5 )− ( 42,0018 ) ) X 100 ml
Kadar senyawa larut air X 100 % = 22,37%
5 g X 20 ml
Interpretasi : ekstrak pada pelarut air 22,37 memenuhi persyaratan di Farmakope Herbal
Indonesia yaitu tidak kurang dari 10,6%.
Etanol
Setelah dilakukan penimbangan sebanyak 13 kali pada pelarut etanol didapatkan bobot
ekstrak yang relatif konstan. Selanjutnya dilakukan perhitungan masing-masing kadar
senyawa terlarut dari tiap-tiap pelarut menggunakan hasil penimbangan ke-13, yaitu :
( ( 36,2535 )−( 35,9310 ) ) X 100 ml
Kadar senyawa larut etanol X 100 % = 32,25%
5 g X 20 ml
Interpretasi : ekstrak pada pelarut etanol 32,25% memenuhi persyaratan di Farmakope
Herbal Indonesia yaitu tidak kurang dari 4,6%.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Parameter spesifik:
a. Identitas
Nama ekstrak : Extractum galangae rhizoma
Nama lain : Kaempferia galangal L.
Bagian tumbuhan yang digunakan : rimpang
Nama Indonesia : kencur
Senyawa identitas : Etil p-Metoksisinamat
b. Organoleptis
Bentuk : ekstrak kering
Warna : putih kekuningan
Rasa : agak pedas
Bau : aromatic
c. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu
Senyawa terlarut dalam air
o Ekstrak : 22,37% →memenuhi persyaratan dari Farmakope Herbal Indonesia.
d. Senyawa terlarut dalam etanol
o Ekstrak : 32,25% →memenuhi persyaratan dari Farmakope Herbal Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,
Cetakan Pertama, Dikjen POM. Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.
Nur, R. huda et. a. (2018) ‘ekstraksi oleoresin kencur (kaempferia galanga L.) pada berbagai
lama microwave assisted extraction’, Universitas Semarang, pp. 1–7.
Soleh, S. M. (2019) ‘Karakteristik Morfologi Tanaman Kencur (Kaempferia Galanga L.) dan
Aktivitas Farmakologi’, Farmaka, 17(2), pp. 256–262.
Tim Dosen . (2020). Pembuatan Ekstrak Rimpang Kaempferia galanga. In Buku Panduan
Skill Laboratorium Fitofarmaka (p. 15). Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang, Fakultas Ilmu Kesehatan
Umar, M. I., Mohammad Z. B. A., Amirin S., Rabia A., &Muhammad A. I. (2011).
Phytochemistry and medicinal properties of Kaempferia Galanga L. (zingiberaceae)
extracts. African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 5(14): 1638-1647.