Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

IGNITION SYSTEM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata Praktikum Kuliah Sistem Kontrol Mesin
yang diampu oleh Bapak Drs. Paryono S.T, M.T.

Disusun Oleh   :

DERRY WAHYU A 170513624063

DIMAS EFENDI 170513624043

ERI SANTOSO 170513624048

ERIYANTO 170513624034

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESIN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

MARET 2020

1
DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang...............................................................................................................2


1.2 Rumusan masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN MATERI

2.1 Pengertian Ignition Sistem.................................................................................................. 3


2.2 Komponen utama Ignition Sistem  ......................................................................................4
2.3 Firing Order......................................................................................................................10
2.4 Cara kerja ignition sistem..............................................................................................12

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................13
3.2 Daftar Pustaka. ..............................................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan dunia Otomotif mengalami perkembangan yang begitu cepat, dan hal
yang paling menonjol perkembangannya adalah bagian sistem yang berkaitan dengan kelistrikan.
Hal ini terjadi karena bagian ini mudah untuk dilakukan inovasi. Namun kemudahan ini bukan
berarti bahwa mempelajari sistem ini mudah, tapi justru sebaliknya. Karena kelistrikan itu
sesuatu yang tidak terlihat, sehingga dalam mempelajarinya memerlukan riset terlebih dahulu,
dan jika tidak melakukan riset setidaknya pernah melakukan uji coba sederhana. Diberbagai
perusahaan, biasanya akan memberikan gaji yang lebih pada mereka yang mampu dibidang yang
berhubungan dengan kelistrikan. Karena orang-orang yang mampu dan ahli di bidang ini masih
jarang.

Seorang sarjana teknik mesin khususnya konsentrasi otomotif, harus memilik


kemampuan dibidang ini. Karena mereka kedepannya merupakan calon–calon pendidik dan
bahkan tidak menutup kemungkinan akan bekerja di perusahaan–perusahaan otomotif. dan
apabila kemampuan ini tidak dimliki maka kita akan tersingkirkan oleh lulusan-lulusan
perguruan tinggi yang lain. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sistem pengapian, dimana
sistem ini merupakan sistem yang sangat penting, karena tanpa sistem ini mobil tidak akan dapat
bergerak. Mobil bergerak karena ada proses pembakaran, pembakaran terjadi karena ada suatu
sistem yang membuat terjadinya proses pembakaran, dan sistem tersebut adalah sistem
pengapian. 

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksut dengan ignition sistem?
b. Apa saja komponen utama ignition sistem?
c. Apa yang dimaksut firing order?
d. Bagaimana cara kerja ignition sistem?

1.3 Tujuan
a. Untuk mendeskripsikan apa itu ignition sistem.
b. Untuk mengetahui komponen utama ignition sistem.
c. Untuk mengetahui pengertian firing order.
d. Untuk mengetahui cara kerja ignition sistem.

3
BAB II

PEMBAHASAN MATERI

2.1 Ignition sistem

Ignition control system berfungsi untuk mengontrol waktu pengapian secara electronic,
kapan arus listrik harus dialirkan ke primary coil untuk ignition timing. Engine control modul
(ECM) menentukan kondisi mesin dengan menggunakan signal dari sensor dan kapan
mengirimkannya ke igniter. Untuk menentukan kondisi mesin agar sesuai dengan ignition
timing. Sistem ini mengontrol ke 3 sistem yang berbeda, antara lain :

A. Mengontrol ignition timing saat menstarter mesin

• Pada saat menstarter mesin IC system menentukan posisi igition timing pada posisi 5o
BTDC.

• Posisi ignition timing pada 5o BTDC tersebut terjadi pada waktu :

– Diagnosa switch terminal tidak dihubungkan ke ground

– Test switch terminal dihubungkan ke ground

– Idle switch ON

– Putaran mesin di bawah 2000 rpm

B. Mengontrol ignition timing saat setelah menstarter mesin.

• Setelah mesin hidup(sesudah distarter) ignition timing akan menyesuaikan dengan


kondisi mesin.

Initia l Ba sic
Ig nitio n ig nitio n
Va rious
= + ig nitio n + c o m pe n sa tin g
tim ing tim ing a dva nc e a d va n c e

• Ketika idle switch ON, posisi ignition timing ditentukan oleh basic ignition advance
berdasarkan putaran mesin, compensation advance temperatur mesin dan compensation
advance untuk menstabilkan putaran idle.

• Ketika idle switch off, posisi ignition timing ditentukan oleh basic ignition advance
temperatur mesin.

4
– Compensation advance untuk temperatur mesin penambahan signal berdasarkan
sensor dari temperatur mesin, compensation akan bertambah besar jika
temperatur mesin masih dingin.

– Compensation advance untuk menstabilkan putaran idle compensation ini


berfungsi untuk mempertahankan putaran idle seperti yang diprogram oleh ECM
dengan terus menerus mengoreksi waktu pengapian.

C. Mengontrol waktu kapan arus listrik harus dialirkan ke ignition coil

• System ini berfungsi untuk menstabilkan voltage secondary yang dibangkitkan oleh
ignition coil.

2.2 Komponen ignition sistem

A. Baterai

Sebagai penyedia atau sumber arus listrik.

B. Kunci kontak

Menghubungkan dan memutuskan arus listrik dari baterai ke sirkuit primer.

5
C. Camshaft Position Sensor (CMP)

Berfungsi untuk mengidentifikasi posisi piston setiap silinder, melalui posisi camshaft.
Bersama dengan CKP sensor, oleh ECM dapat diketahui silinder mana yang sedang melakukan
langkah kompresi. CMP ditempatkan dibagian belakang cylinder head dan diputar langsung oleh
camshaft, di dalamnya terdapat signal rotor dan hall element. Melalui kedua komponen ini
dihasilkan output berupa signal digital seperti pada grafik, yang dikirimkan ke ECM dan
diartikan posisi piston berada pada 5o BTDC

D. Crankshaft Position Sensor

CKP terdiri dari signal rotor, magnit dan coil, signal rotor diputarkan langsung oleh
crankshaft. CKP menghasilkan output berupa signal seperti pada grafik. Signal ini bersama-sama
dengan signal dari CMP sensor, oleh ECM digunakan untuk :

– Mengkalkulasi putaran mesin

– Mengidentifikasikan posisi silinder

– Menghindari terjadinya misfire (knocking)

6
E. Ignition coil

Ignition coil termasuk juga di dalamnya igniter, berfungsi untuk membangkitkan tegangan
tinggi dari 12V menjadi 20-40KV sehingga, dapat memercikkan bunga api di busi. Ignition coil
memiliki 3 tipe yaitu sebagai berikut:

a. Ignition Coil On Plug memiliki nama lain yang juga sering disebut dengan single spark
coil ataupun pencil coil karena bentuknya yang dianggap mirip pensil. Ignition Coil On

7
Plug ini merupakan tipe coil yang saat ini banyak dipakai pada mobil-mobil modern masa
kini, lebih tepatnya untuk mobil yang sudah menggunakan sistem pengapian
distributorless (tanpa distributor). Ignition Coil On Plug (Single Spark Coil) ini
digunakan hanya untuk satu busi saja. Semakin banyak busi, maka akan semakin banyak
jumlah Single Spark Coil yang dibutuhkan. Coil jenis ini memiliki desain yang lebih
kecil ramping dan umumnya di letakkan langsung tepat diatas lubang busi.

b. Jika pada single spark coil hanya digunakan untuk satu busi, double spark coil digunakan
untuk dua busi, artinya satu koil melayani dua busi. Oleh karenanya, Double Spark Coil
sanggup memberikan tegangan output hingga mencapai 40.000V.

8
Akibatnya, penggunaan resin dan material berkualitas tinggi membuat koil jenis double
spark ini memiliki harga yang terbilang lebih mahal dibanding jenis koil lainnya. Double Spark
Coil ini juga digunakan khusus pada mobil-mobil yang sistem pengapiannya sudah menganut
sistem distributorless (tanpa distributor).

F. Kondensator

Berfungsi untuk mencegah loncatan bunga api diantara celah kontak pemutus pada saat
kontak mulai membuka,Mempercepat pemutusan arus primer sehingga tegangan induksi yang
timbul pada sirkuit sekunder tinggi.

9
G. Knock sensor

Knock sensor ditempatkan di block silinder, berfungsi untuk mencegah supaya tidak terjadi
knocking (detonasi). Knock sensor terdiri dari piezo electric, reed plate dan weight yang dapat
mendeteksi vibrasi knocking engine dan dirubah dalam bentuk signal tegangan kemudian
diberikan ke ECM untuk mengontrol ignition system.

H. Engine Control Modul (ECM)

ECM adalah pusat pengendalian elektronik pada sistem kelistrikan mesin. ECM akan
mengendalikan berbagai rangkaian elektrical mesin dari mulai sistem pengapian, sistem
pendingin, dan sistem EFI. ECM disusun dari berbagai rangkaian IC yang dapat melakukan
perhitungan secara logic. ECM menerima signal dan memberi perintah menggunakan besaran
tegangan.

10
I. Busi

Berfungsi untuk meloncatkan bunga api listrik diantara kedua elektroda busi di dalam ruang
bakar, sehingga pembakaran dapat dimulai.

2.3 Firing order

Firing order adalah urutan suatu langkah pengapian pada kendaraan yang memiliki silinder
atau ruang bakar lebih dari satu, misalnya pada mobil. Firing order menentukan silinder mana
yang sedang mengalami langkah usaha, langkah buang, langkah masuk, dan langkah kompresi.
Berikut cara menetukan firing order pada engine yang bersilinder 3,4,6, dan 8:

A. Pada engine yang mempunyai 3 cylinder kita kita tidak dapat menjelaskan secara
terperinci  karena ada yang FO nya1,2,3 dan 1,3,2.
B. Pada engine yang mempunyai 4 ciilynder kita dapt menjelaskan cara mendapatka rumus
mengenai susunan pengapian yaitu,Apabila engine menpunyai 4 cilynder maka sebagai
panduan kita tambah 1 maka hasilnya adalah 5.Dan kita buat diagram seperti dibawah ,
Aturan dalam membuat diagram yaitu ,pada blok sebelah kiri yaitu angka pembagian dari
angka 4,

Penjumlahan antara kolom kiri hasilnya harus 5,setelah itu kita susun angka secara
bersilangan.Maka hasilnya ialah 1,3,4,2.
    720⁰ / 4 silinder  =180⁰

11
C. Pada engine yang mempunyai 6 cilynder tidak jauh berbeda dengan yang 4 cilynder
.Apabila 6  cilynder maka untuk mendaptkan rumusnya maka  angka 6 kita jumlahkan 1
maka hasilnya yaitu 7.jadi hasil yang didapatkan antara penjumlahan kolom kiri dengan
kanan yaitu 7,       

Penjumlahan antara kolom kiri dan kanan yaitu 7,maka untuk mendapatkan FO nya pada 6
cylinder yaitu kita susun angka secara bersilangan .Maka hasilnya yaitu 1,5,3,6,2,4.
720⁰/6 silinder= 120⁰

D. Pada engine yang mempunyai 8 cilynder yaitu caranya sama seperti yang diatas yaitu
angka 8 kita jumlahkan 1 maka hasilnya yaitu 9.Maka hasil penjumlahan antara kolom
kiri dan kanan yaitu 9,

12
Penjumlahan antara kolom kiri dan kanan yaitu 9,maka untuk mendapatkan FO nya pada 8
cilynder yaitu kita susun angka secara bersilangan .Maka hasilnya yaitu 1,7,3,5,8,2,6,4
720⁰/8 silinder = 90⁰

2.4 Cara kerja ignition sistem

Cara kerja sistem pengapian ignition system terdiri dari power transistor/Igniter yang
dijalankan oleh sinyal dari ECU untuk mengontrol waktu pengapian dan koil pengapian dan
menginduksi tegangan tinggi berdasarkan kerja pemutusan (intermitting) pada power
transistor/igniter. Tegangan tinggi yang di induksikan dari koil pengapian dikirim ke spark plug
melalui masing-masing spark plug untuk membuat loncatan bunga api sehingga campuran bahan
bakar dan udara yang bertekanan akan terbakar di dalam ruang bakar. ECU menentukan saat
pengapian dan mengirimkan sinyal pengapian (IGT) untuk setiap silinder. Menggunakan signal
IGT, ECU meng ON dan OFF kan power transistor yang ada didalam igniter, dengan ON dan
OFF arus yang ke coil primary. Saat arus ke koil primer diputus, tegangan tinggi akan dihasilkan
pada koil sekunder dan tegangan ini digunakan ke busi untuk menghasilkan bunga api didalam
silinder. Bersamaan ECU memutus arus ke coil primary, igniter mengirim sinyal konfirmasi
pengapian (IGF) ke ECU.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ignition control system berfungsi untuk mengontrol waktu pengapian secara electronic,
kapan arus listrik harus dialirkan ke primary coil untuk ignition timing. Engine control modul
(ECM) menentukan kondisi mesin dengan menggunakan signal dari sensor dan kapan
mengirimkannya ke igniter. Untuk menentukan kondisi mesin agar sesuai dengan ignition
timing. Sistem ini mengontrol ke 3 sistem yang berbeda, antara lain:

1. Mengontrol ignition timing saat menstarter mesin


2. Mengontrol ignition timing saat setelah menstarter mesin.
3. Mengontrol waktu kapan arus listrik harus dialirkan ke ignition coil

14
DAFTAR PUSTAKA

http://sistem-otomotif.blogspot.com/2010/03/rangkaian-sistem-pengapian.html

http://daysco.blogspot.com/2011/03/listrik-automotif-sistem-pengapian.html

New Step 1. 1995. PT. Toyota Astra Motor. Jakarta. _____. New Step 2. 1995.

http://forum.otomotifnet.com/otoforum/archive/index.php/t-1313.html

New Step 1. 2000. PT. Toyota Astra Motor.Jakarta

PPGT.VEDC.MALANG

15

Anda mungkin juga menyukai