MKL Tata Kelola Berbasis Kinerja
MKL Tata Kelola Berbasis Kinerja
Disusun Oleh :
INDRA ANUGRAH
NIM. 1921046
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR
Mungkin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan baik itu
dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya, maka kami sangat mengharapkan
kritikan dan saran guna perbaikan untuk pembuatan makalah selanjutnya dalam
mata kuliah Tata Kelola Pemerintahan.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Kinerja .................................................................................................. 6
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 23
B. Saran .................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance –
GCG) merupakan hal yang diinginkan oleh perusahaan untuk bertumbuh dan
berkembang di seluruh dunia (Fernando, 2009 : 14). Menurut Crawford (2007:
53) tata kelola perusahaan yang baik, yaitu hasil dari perencanaan yang
matang, implementasi, koordinasi, dan evaluasi. Tata kelola perusahaan yang
baik ditentukan berdasarkan standar penilaian yang dikembangkan oleh
Deminor International, sebuah perusahaan konsultan yang berbasis Brussel,
bekerja sama dengan memimpin investor institusi dan juga memperhatikan
kode pemerintahan nasional akun (Schilling, 2003 : 3). Menurut Plessis et al
(2005 : 7) tata kelola perusahaan yang baik harus memenuhi karakteristik
disiplin, transparansi, kemandirian, akuntabilitas, tanggung jawab, keadilan,
tanggung jawab sosial. Prinsip lain dari tata kelola perusahaan yang baik
sebagai indikator menurut Organisasi untuk Kerjasama
Ekonomi dan Pembangunan, adalah keadilan, transparansi,
akuntabilitas, tanggung jawab dan independensi (Zelenak, 2014). Corporate
Governance menciptakan mekanisme dan alat kontrol untuk memungkinkan
terciptanya efisiensi bagi perusahaan (Cahyani Nuswandari, 2009).
Teori yang dikemukakan di atas didukung oleh penelitian sebelumnya,
yaitu ada beberapa buku yang mengatakan bahwa GCG dan kinerja
perusahaan saling mempengaruhi, salah satunya adalah yang mengatakan
tanpa adanya tata kelola perusahaan yang baik, maka kinerja perusahaan
maupun uang investor mungkin akan beresiko (Mallin, 2003 : 1). Ada teori
yang lain yang mengatakan bahwa penerapan prinsip GCG mampu
meningkatkan kinerja perusahaan (Djokosantoso Moeljono, 2005 : 30).
Menurut (A.B. Sutanto, 2005 : 196) agar semua perusahaan dapat berjalan
dengan baik, maka perusahaan itu harus memiliki suatu sistem kinerja yang
baik.
Kinerja perusahaan yang baik merupakan pengelolaan organisasi yang
berkaitan dengan kepengurusan sumber daya keuangan organisasi dan
pengelolaan organisasi yang peduli dengan pengelolaan sumber daya
lingkungan (Crowther et al, 2011 : 42). Kinerja perusahaan yang baik akan
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan yang diperoleh dari pendapatan
penjualan (Zalduendo, 2013 : 2012). Kinerja perusahaan diakui sebagai
informasi bagi manajemen yang memungkinkan untuk terciptanya
pelaksanaan budaya berorientasi pasar (Gounaris, 2005 : 111).
Seperti organisasi pada umumnya maka pemerintah juga berusaha
untuk mencapai kinerja setinggi mungkin. Messer (2017) menyatakan dalam
hasil penelitiannya bahwa membandingkan kinerja aktual dengan kegiatan
yang direncanakan merupakan kontrol manajemen yang penting. Implikasi
dari pernyataan Messer tersebut adalah bahwa kinerja merupakan apa yang
nyatanya telah dilakukan. Dincer, Hacioglu, dan Yuksel (2017) menyatakan
bahwa pengukuran kinerja adalah proses yang menganalisis keluaran
perusahaan dan efektivitas sumber daya yang diperoleh oleh perusahaan ini.
Menganalisis disini dapat berupa membandingkan dengan target, capaian
tahun lalu, atau dengan industri sejenis.
Kinerja pemerintah dapat dalam bentuk pelayanan publik, resapan
anggaran, capaian output, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Pelayanan publik merupakan salah satu tujuan utama dari instansi pemerintah.
Semua organisasi sektor publik bertujuan untuk mensejahterahkan masyarakat
di bidang-bidang tertentu.
2. Rumusan Masalah
1) Bagaimana bentuk tata kelola pemerintahan berbasis kinerja ?
2) Bagaimana pengaruh Prinsip-prinsip Good Governance Terhadap Kinerja?
3) Bagaimana cara pengukuran kinerja dan penerapannya ?
4) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja ?
3. Tujuan Perumusan
1) Untuk mengetahui bentuk tata kelola pemerintahan berbasis kinerja
2) Untuk dapat mengetahui pengaruh prinsip Good Governance terhadap
kinerja
3) Untuk dapat mengetahui pengukuran kinerja dan penerapannya
4) Agar dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi kinerja
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kinerja
Kata kinerja merupakan istilah yang sudah lazim diberikan untuk kata
“performance” yang berarti pekerjaan dan perbuatan. Dalam pengertian yang
lebih luas kata-kata performance selalu dipergunakan dengan kata-kata seperti
job performance atau work performance yang berarti hasil kerja atau prestasi
kerja (Robbins, 2012: 167). Kemudian Prawirosentoso (2013: 2) menyatakan
bahwa “prestasi kerja atau produktivitas merupakan hasil kerja yang dapat
dicapai dalam sebuah organisasi sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang
yang diembannya”.
Dalam keputusan Ketua Lembaga Administrasi Negara No.
589/IX/6Y/2013 Tanggal 20 September 2013 tentang Pedoman Penyusunan
Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah menyatakan bahwa
kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan / program / kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran dan tujuan
organisasi (LAN: 2013).
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka kinerja dapat diartikan
sebagai gambaran tentang sesuatu yang dicapai dalam suatu waktu, biasanya
dalam wujud prestasi yang diperlihatkan melalui hasil-hasil yang telah dicapai
baik dari segi akuntabilitas maupun kualitas sesuai dengan harapan yang
tertuang dalam suatu tujuan organisasi.
Kinerja didefinisikan sebagai hasil kerja (produktifitas) yang dicapai
seorang pegawai dalam sebuah organisasi sesuai dengan wewenang dan
tanggungjawabnya dalam mencapai tujuan, sehingga dapat dikatakan bahwa
pegawai yang kinerjanya tinggi adalah pegawai yang produktif. Kinerja sering
juga disebut sebagai prestasi kerja yaitu kesuksesan seorang pegawai dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
Menurut Dessler kinerja adalah penilaian terhadap hasil kerja
karyawan dengan jalan membandingkan hasil kerja dengan standar kerja yang
diharapkan meliputi kualitas, kuantitas, waktu dan tingkat kepuasan pelayanan
masyarakat.
Fokus kinerja menurut pengertian Dessler tersebut adalah pada
penilaian, hal ini sejalan dengan Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang
Aparatus Sipil Negara, bahwa penilaian kinerja dilakukan dengan
memperhatikan target, capaian, hasil, dan manfaat yang dicapai serta perilaku
PNS, penilaian kerja dilakukan secara terukur, akuntabel, partisipatif, dan
transparan.
Indikator kinerja pegawai menurut Agus Dwiyanto adalah sebagai
berikut :
1) Produktivitas
Konsep produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga
efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai
rasio antara input dengan output. Konsep produktivitas dirasa terlalu
sempit dan kemudian General Accounting Office (GAO) mencoba
mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan
memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang
diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.
2) Kualitas Layanan
Isu mengenai kualitas layanan cenderung semakin menjadi penting dalam
menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan
negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena
ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari
organisasi publik.
3) Responsivitas
Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, mengembangkan
program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Secara singkat responsivitas disini menunjuk pada keselarasan
antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator kinerja
karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan
organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat.
4) Responsibilitas
Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi
publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar
atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun
implisit. Oleh sebab itu, responsibilitas bisa saja pada suatu ketika
berbenturan dengan responsibilitas.
5) Akuntabilitas
Akuntabilitas Publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan
kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat publik yang dipilih
oleh rakyat. Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena
dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan
kepentingan rakyat.
PEMBAHASAN
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Tata kelola
pemerintahan yang baik dibutuhkan pada suatu penyelenggaraan otonomi
daerah yang diwujudkan melalui pengembangan dan penerapan sistem
pertanggungjawaban pemerintah yang akun tabel dan transparan.
Pertanggungjawaban atau akuntabilitas pemerintahan diwujudkan ke dalam
LAKIP atau Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang
menggambarkan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik tentang
kinerja melalui pengelolaan keuangan selama satu tahun anggaran.
penganggaran berbasis kinerja berpengaruh positif terhadap akuntabilitas
kinerja pengelolaan keuangan. Hal ini berarti bahwa penerapan penganggaran
berbasis kinerja telah sangat baik diterapkan karena tolok ukur keberhasilan
penganggaran berbasis kinerja adalah adanya keterkaitan antara dana yang
tersedia dengan hasil yang diharapkan. Selain itu prinsip-prinsip good
governance secara signifikan berpengaruh positif terhadap kinerja
pemerintahan.
2. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian-penelitian mendatang
yang berhubungan dengan Tata Kelola Berbasis Kinerja diharapkan
mengembangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi akuntabilitas kinerja
pemerintah daerah
DAFTAR PUSTAKA
Krina P, Loina, dan Lalolo (2003), Indikator & Alat ukur Akuntabilitas,
Trasparansi & Partisipasi. Jakarta: Sekretariat Good Publik Governance
Bappenas.
Permenpan Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015-
2019.
Utomo, Nugroho Adi, Putu Oka Ngakan dan Ahmad Dermawan. 2007. Anggaran
Berbasis Kinerja: Tantangannya Menuju Tata Kelola Kehutanan yang
Baik. Governance Brief, Number 37, September 2007.