Anda di halaman 1dari 57

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar dipandang sebagai upaya sadar seorang individu

untukmemperoleh perubahan prilaku secara keseluruhan, baik aspek

kognitif, afektif dan psikomotor. Namun hingga saat ini prakteknya,

proses pembelajaran di sekolah nampaknya lebih cenderung menekan

pada pencapaian perubahan aspek kognitif ( intelektual ), yang

dilaksanakan berbagai bentuk pendekatan, Strategi dan model

pembelajaran tertentu. Sementara pembelajaran yang secara khusus

mengembangkan kemampuan afektif tampaknya masih kurang mendapat

perhatian.Kalaupun dilakukan mungkin hanya di jadikan sebagai efek

pengiring atau menjadi yang disisipkan dalam kegiatan pembelajaran

yang utama yaitu pembelajaran kognitif atau pembelajaran psikomotor.

Dalam pengertian umum, makna pendidikan adalah usaha manusia

untuk mengembangkan dan penunbuhkan potensi-potensi pembawaan

( jasmani dan rohani ) dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Usaha-

usaha yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma

tersebut serta mewariskan kepada generasi berikutnya untuk

dikembangakan dalam hidup dan kehidupan terjadi melalui proses

pendidikan. Hasil yang diharapkan timbulnya perubahan - perubahan

yang mengarah kepada perkembangan positif.


Perubahan – perubahan tersebut harus disadari, continue dan

fungsional, positif dan aktif dan bukan karena proses kematangan,

pertumbuhan dan perkembangan ( Muhibbi syah, 1995 : 91 ). Hasil dari

proses belajar harus terjadi perubahan tingkah laku secara menyeluruh.

Jadi, seseorang yang telah belajar akan terjadi perubahan dalam aspek

tingkah lakunya yang bersifatkognitif, afektif maupun psikomotor yang

dimanisfestasikan dalam bentuk pengetahuan, pegertian, kebiasaan,

keterampilan, presiasi,emosional, hubugan sosial, jasmani, etika dan budi

pekerti serta sikap. ( Usman Effendi dan juhaya S. Praja, 1993 : 111 )

Dari latar belakang tersebut, maka peneliti memilih judul “

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN AFEKTIFUNTUK

MENINGKATKAN KEMAMAPUAN SISWA DALAM MEMAHAM I

RUKUN IMAN PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Identifikasi Masalah

a. Kemampuan siswa rendah

b. Adanya siswa yang beranggapan bahwa dalam pembelajaran

afektif tidak perlu diterapkan dalam kehidupan sehari - hari.

c. Rendahnya minat dan motivasi belajar siswa

d. Tanggung jawab siswa terhadap presitasi masih rendah.

2. Analisis Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka peneliti meminta

bantuan rekan sejawat untuk menganalisis masalah pembelajaran yang

telah dilakukan. Dari hasi diskusi dan refleksi ditemukan beberapa


masalah yang terjadi diantaranya : Rendahnya minat belajar siswa

sehingga kemampuan juga rendah, metode dan strategi pembelajaran

yang digunakan kurang tepat sehingga siswa merasa kesulitan dalam

memahami materi pembelajaran.

3. Pemecahan Masalah

Masalah kesulitan guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam

pembelajaran pendidikan agama islam dengan mengguakan model

pembelajaran afektif akan diatasi dengan melakukan PTK. Dalam

penelitin ini, guru sebagai peneliti melakukan kegiatan refleksi

sehingga benar - benar memiliki kemampuan yang optimal dalam

hal :

a. Menyusun rencana pelaksanaan pemelajaran pendidikan agama

islam

b. Membuat instrumen untuk menilai kemampuan siswa

c. Membuat media belajar untuk mengembangkan kemampuan

siswa

d. Mengelola pembelajaran pendidikan agama islam dengan

menggunakan model pembelajaran afektif.

B. Rumusan Masalah

1. Sejauh mana aktivitas metode afektif dalam memahami rukun iman pada

siswa kelas 1 SDIT Darul Hikam di Bojongkantong Kec Lagensar Kota

Banjar?
C.Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian adalah ingin memperoleh data yang akurat

tentang implementasi model pembelajaran afektif untuk

meningkatkankemampuan siswa pada pendidikan agama islam.

Secara khusus, tujuan penelitiandimaksudkan untuk memperoleh data

yang korelasional dengan hal - hal di bawah ini :

1. Perencanaan pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan

kemampuansiswa kelas 1 SDIT Darul Hikam dalam memahami rukun

iman pada pandidikan agama islam dengan menggunakan model

pembelajaran afektif.

2. Proses pembelajaran yang afektif dalam meningkatkan kemampuan

siswa kelas 1 SDIT Darul Hikam dalam memahami rukun iman pada

pembelajaran pada pendidikan agama islam dengan menggunakan

model pembelajaran afektif.

3. Peningkatkan kemampuan siswa kelas 1 SDIT Darul Hikam dalam

memahami rukun iman pada Pendidikan Agama Islam dengan

menggunakan model pembelajaran afektif.

B. Manfaat Penelitian

1. Untuk Siswa

a. Menigkatkan akvitas belajar siswa melalui intraktivitas

pendidikanagama islam
b. Menumbuhkan kembali motivasi belajar dalam siswa mempelajari

Pendidikan Agama Islam melalui interaktivitas dengan

menggunakan model pembelajaran afektif

2. Untuk Guru

a. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui interaktivitas dengan

menggunakan model pembelajaran afektif untuk memaksimlkan

potensi siswa dalam menguasahi materi yang di berikan.

b. Memberikan pembekalan yang bermakna terhadap peserta didik

dalam mempelajari materi pendidikan agama islam dengan

menggunakan model pembelajaran afektif.

3. Untuk Sekolah

Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan evaluasi untuk mengetahui

efektivitas dan efisiensi peggunaan model pembelajaran afektif dalam

pendidikan agama islam di kelas 1 SDIT Darul Hikam, sehingga

meningkatkan kualitas nilai yang lebih baik pada tingkat selanjutnya.


BAB 11

LANDASAN TEORI

1. Pengertian model pembelajaran afektif

Model pembelajaran dapat diartikan juga sebagai kerangka konseptual

yang melukiskan prosedur yang sistematisnya dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi

sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar

dalam merencanakan dan melaksanaakan hasil pembelajaran. Dengan

bertujuan yang tertara secara sistematis (Karli, 2002:150)

Dalam sebuah model pembelajaran biasanya terdapat tahapan -

tahapan atau langkah - langkah yang relatif tetap dan pasti untuk

menyajikan materi pelajaran secara berurutan. Oleh karena itu, sebuah

model pembelajaran dapat dianggap sebagai teori mini yang bersifat

mekanis dalam arti berjalan secara tetap seperti mesin (Muhibbiin Syeh,

1995 : 190)

Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran

sistem modul merupakan suatu proses pendidikan yang holistik yang

bertujuan membantu siswa dalam memahami makna materi pelajaran

yang dipelajari dengan mengaitkan matari tersebut dengan kontek pribadi,

sosial dan kultural sehingga peserta didik memiliki

pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel dapat diterpkan dari satu

permasalahan/kontek ke permasalahan/kontek lainnya dalam ruang

lingkup pembelajaran pendidikan agama islam.


Ada beberapa model pembelajaran afektif. Merujuk pada pemikiran

Nana Syaodih Sukmadinata (2005) akan dikemukaan beberapa model

pembelajaran afektif yang populer dan banyak digunakan.

a. Model Konsiderasi

Langkah - langkah pembelajaran konsiderasi : (1)menghadapkan

peserta didik pada situasi yang mengandung kosiderasi , (2).

Meminta peserta didik menanalisis situasi untuk menemukan

isyarat - isyarat yang tersembunyi berkenaan dengan perasaan,

kebutuhan dan kepentingan orang lain, (3). Peserta didik

menuliskan responnya masing - masing, (4). Peserta didik

menganalisis respon peserta didik lain, (5) mengajak siswa

melihat konsekuesi dari tiap tindakannya, (6) meminta siswa

menentukan pisilihannya sendiri.

b. Model Pembentukan Rasionalkah

Langkah - langkah pembelajaran rasional : (1) Menidentifikasikan

situasi dimana ada ketidakserasiaan atau penyimpangan tindakan.

(2) menghimpun informasi tambahan, (3) menganalisis situasi

dengan berpegang pada norma, prinsip atau ketentuan yang

berlaku dalam masyarakat, (4).Mencari alternatif tindakan

dengan memikirkan akibat - akibatny, (5) mengambil keputusan

dengan berpegang pada prinsip atau ketentuan - ketentuan legal

dalam masyarakat.

c. Klasifikasi Nilai
Langkah - langkah pembelajaran klasifikasi nilai : (1) pemilihan

para peserta didik mengadakan pemilihan tintakan secara bebas,

dari sejumlah alternatif tindakan mempertimbangkan kebaikan dan

akibat - akibatnya, (2) menghargai pemilihan peserta didik

menghargai pilihannya serta memperkuat pilihannya, (3) berbuat

peserta didik melakukan perbuatan yang berkaitan dengan

pilihannya.

d. Pengembangan Moral Kognitif

Langkah - langkah pembelajaran moral kognitif : (1)

menghadapkan peserta didik pada situasi yang mengandung dilema

moral atau pertentangan nilai, (2) peserta didik diminta memilih

salah satu tindakan yangmengandung nilai moral tertentu, (3)

peserta didik diminta mendiskusikan kebaikan dan kejelekannya ,

(4) pesera didik didorong untuk mencari tindakan - tindakan yang

lebih baik, (5) peserta didik menerapkan tindakan dalam segi lain.

e. Model Nondirektif

Langkah - langkah pembelajaran nondirektif : (1) menciptakan

sesuatu yang pemisif melalui ekspresi bebas , (2) mengungkapkan

peserta didik mengenai perasaan, pemikiran, dan masalah -

masalah yang di hadapinya,guru menerima dan memberikan

klasifikasi, (3) mengembangkanpemahaman peserta didik

mendiskusikan masalah, guru memberikandorongan, (4)

perencanaan dan penentuan keputusan, peserta didik merencanakan


dan menentukan keputusan, guru memberikan klasifikasi, (5)

integrasi, siswa memperoleh pemahaman lebih luas dan

mengembangkan kegiatan - kegiatan positif.

2. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang. Sebagaimana dikemukakan Ngalim

Purwanto ( 1997 : 84) :

Perubahan tersebut merupakan hasil dari adanya proses belajar

mengajar sebagai suatu kegiatan tertentu. Kegiatan belajar merupakan

unsur yang sangat penting dalam setiap jenis, jenjang dan jalur

pendidikan, sehingga dengan adanya proses tersebut dapat diketahui

berhasil dan tidaknya tujuan pendidikn baik di sekolah, dirumah,

maupun di masyarakat.

Untuk dapat disebut belajar, tingkah laku yang mengalami

perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian,

baik fisik maupun psikis, seperti : perubahan dalam pengertian,

pemecahan suatu masalah keterampilan, kecakapan, kebiasaan

ataupun sikap. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada

individu - individu yang belajar. Sedangkan kemampuan adalah hasil

yang dicapai oleh peserta didik yang meliputi segenap ranah

psikologisnya yang berubah sebagai akibat pengalaman dari proses

belajar.
Kemampuan yang dicapai oleh peserta didik merupakan

kemampuan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang meliputi aspek

kognitif, afektif dan psikomotor. Perubahan-perubahan pada diri

peserta didik tersebut termanifestasikan dalam kebiasaan,

keterampilan, pengamatan, berpikir asosiatif, berpikir rasional dan

kritis, sikap, inhibisi, resiasi dan tingkah laku. Dan perubahan tersebut

akan tampak pada diri peserta didik setelah melalui proses belajar

yang efektif.

Beberapa para ahli yang mendefiniskan pengertian belajar antara lain :

1. Moh, Surya, belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan prilaku

baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu

itu dalam berintraksi dengan lingkugannya.

2.Witherington, belajar merupakan perubahan dalam keperibadian

yang dimanisfestasiakan sebagai pola - pola respons yang

baruberbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan

kecakapan.

3.Crow and Crow, belajar adalah diperoleh kebiasaan - kebiasaan

pengetahuan dan sikap baru.

4.Hilgard, belajar adalah proses dimana suatu muncul prilaku atau

p erubahan karena adanya respons terhadap sesuatu situasi.


5.Di Vesta dan Thompson, belajar adalah perubahan prilaku yang

relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.

6. Gage and Berliner, belajar adalah suatu proses perubahan

prilaku yang muncul karena pengalaman.

Menurut Gagne, ada lima katagori hasil belajar dan lima jalur belajar,

yang mencakup beberapa jenis prilaku, Setiap katagori hasil bersama

jalur belajar yang sesuai, membentuk suatu jenis belajar, yang masing-

masing mencangkup suatu jenis prilku tertentu. Hasil perbuatan

banyak ragamnya.

1. Informasi Verbal ( verbal information )

Informasi verbal adalah pengetahuan yang dimiliki seseorang dan

dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tertulis.

Pengetahuan itu diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa

juga, lisan atau tertulis. Informasi verbal meliputi :

a. Cap Nama : kata yang memiliki seseorang untuk

menujuk pada objek - objek dihadapinya

b. Data / fakta : kenyataan yang diketahui

Jadi yang memiliki pengetahuan tertentu,

berkemampuan untuk menuangkan pengetahuan itu

dalam bentuk bahasa yang memadai, sehingga dapat

dikomunikasi pula kepada orang lain.

2.Kemahiran Intelektua (intellectual skill)


Kemahiran intelektual adalah kemampuanuntuk berhubugan

dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam suatu

representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/simbol

(huruf angka, kata, gambar).

3.Pengaturan Kegiatan Kognitif (cognitive stratergy)

Gagne menyebut cognitive strategy sebagai cara menangani

aktivitas belajar dan Kemampuan mengatur kegiatan kognitif pada diri

sendiri, mempunyai aplikasi yang luas sekali.

4.Keterampilan Motorik (motorik skill)

Kemampuan melakukan rangkaian gerak secara berurutan dengan teratur,

dengan mengadakan koordinator gerak – berbagai anggota secara terpadu.

Keterampilan semacam ini disebut “ motorik”, karena otot, urungut dan

persendian terlibat secara langsung, sehingga keterampilan sungguh –

sungguh berakar dalam kejasmanian.

5.Sikap (attitude)

Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan di sekolah dalam

mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan

untukbertindak. Orang memiliki sikap yang mantap mampu untuk memilih

secara tegas diantara beberapa kemungkinan.

Belajar secara umum dapat diartikan sebagai suatu prose

perubahanprilaku akibat intraks individu denga lingkungan. Proses

perubahanprilau ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yan terjadi
direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena proses

kematangan.

Proses belajar merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung

dalam intraksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-

perubahan yang relatif konstan dan berbekas. Perubhan-perubahan prilaku

prilaku ini merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah

afektif dan ranah psikomotorik disebut dengan taksonomi bloom.

Hasil belajar kognitif berorentasi kepada kemampuan berpikir,

mencakup kemampuan yang lebih sederhana sampai dengan

kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. Hasil belajar ranah

afktif berhubugan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap hati

yang menunjukan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu.

Sedangkan hasil belajar ranah psikomotorik berorentasi kepada

keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh, atau

tindakan (action) yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot.

Ketiga hasil belajar dalam prilaku siswa tidak berdiri sendiri atau lepas

satu sama lain, tetapi merupakan suatu kesatuan. Pengelompokan ke

dalam tiga ranah bertujuan membantu usaha untuk menguraikan secara

jelas dan spesifik hasil bealajar yang di harapkan.

Sedangkan Gagne mengklasifikasikan hasil belajar menjadi lima

katagori yaitu informasi verbal, kemahiran intelektual, strategi kognitif yang

termasuk ranah kognitif sikap ranah afektif dan keterampilan motorik dari

ranah psikologi.
Hasil belajar kognitif dari Gagne dipilih menjadi tiga,yaitu :

1. Informasi verbal merupakan kemampuan menyimpan informasi

dalam ingatan.

2. Keterampilan intelektual berupa kemampuan untuk menggunakan

simbol untuk berintraksi, mengorganisasikan dan membentuk arti.

3. Strategi kognitif merupakan kemampuan untuk mengatur dan

mengontrol proses berpikir dalam dirinya sendiri.

Hasil belajar motori berhubungan dangan melakukan gerakan tubuh

dengan lancar dan tepat. Sedangkan hasil belajar sikap merupakan suatu

kondisi mental yang mempengaruhi pemilihan prilakunya. Hasil

belajar itu diperoleh dari intraksi siswa dengan lingkungan yang

sengaja direncanakan guru dalam perbuatan mengajarnya. Mengajar

tidak hanya sekedar meyampaikan materi pelajaran dari guru kepada

siswa. Mengajar merupakan seluruh kegiatan dan tindakan yang

diupayakan oleh guru untuk terjadinya proses belajar sesuai dengan tujuan

yang telah dirumuskan. Dalam hal ini sasaran akhirnya adalah siswa

belajar. Untuk itu guru dapat memfasilitasi terjadinya proses belajar,

untuk itu guru dapat memfasilitasi terjadinya proses belajar,

melakukan kegiatan di dalam maupun di luar kelas. Oleh karena itu,

intraksi yang terjadi dalam kegiatan belajar belajar bervariasi.

Intraksi yang diupayakan guru baik di dalam kelas maupun di luar

kelas, memposisikan hubungan antara guru dengan siswa atau sebaliknya,

dan hubungan sisiwa dengan siswa.


Berdasarkan paparan ini, intraksi diartikan sebagai hubungan timbal

balik. Hubungan ini tidak bersifat sepihak bahwa guru merupakan satu -

satunya subyek. Siswa dapat juga sebagai subyek belajar. Artinya,

adakalanya guru mendominasi proses intraksi, adakalanya siswa

mendominasi proses intraksi, adakalanya baik guru maupun siswa

berintraksi secara seimbang.

b. Konsep Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam diartikansebagai usaha sadar untuk

penyiapan peserta didik dalam menyakini, menghayati, dan

mengamalkan ajaran-ajaran agama islam melalui kegiatan, bimbingan,

pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk

menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dan

masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Abdul Rachman

Shaleh, 2000 : 29)

Pendidikan Agama Islam sebagai usaha untuk memperkuat iman dan

ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agam a

yang diamalkan oleh peserta didik. Hal ini mewujudkan bahwa

segala dimensi ajaran hidup yang telah diatur oleh Allah SWT

merupakan PendidikanAgama Islam, namun secara khusus

pendidikan agama islam untuk sebuah lembaga formal memiliki

makna sebagai salah satu pendidikan yang mengajarkan tata cara

hidup sebagai individu dan sosial untuk penghambaan diri kepada

Allah SWT yang bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits.


c. Hipotesis Tindakan

Rumusan hipotesis adalah perkiraan atau dugaan sementara mengenai

sesuatu permasalahan yang harus di buktikn kebenaran dengan

menggunakan data dan fakta atau informasi yang diperoleh dari hasil

penelitian yang valid dan reliavle.

Dengan mengacu dari pertimbangan logis maka peneliti mengasumsikan

jika guru merencanakan, melaksanakan, dan menevaluasi pembelajaran

pendidikan agama islam dengam menggunakan model pembelajaran

afektif maka kemampuan siswa kelas 1 SDIT Darul Hikam dalam

memahami rukun iman akan meningkat.

BAB 111

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis - jenis Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang

bertujuan untuk melakukan perbaikan - perbaikan terhadap sistem,cara

kerja, proses, isi dan kompetensi atau situasi pembelajaran.


b. Kehadiran Peneliti

 Menyusun angket untuk pembelajaran dan menyusun rencana

program pembelajaran

 Mengumpulkan data dengan cara mengamati kegiatan

pembelajaran dan wawancara untuk mengetahui proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas

 Melaksanakan rencana program pembelajaran yang telah

dibuat.

 Melaporkan hasil penelitian

c. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SDIT Darul Hikam Bojongkantong Kec

Langensari Kota Banjar

d. Subjek Penelitian

Siswa kelas 1 SDIT Darul Hikam Bojongkantong Kec Langensari

Kota Banjar

B. Produser Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara awal dilakukan pada guru dan siswa untuk melakukan

tindakan. Wawancara dilakukan untuk megetahui kondisi siswa

2. Angket

Angket merupakan data penunjang yang digunakan untuk

mengumpulkan informasi - informasi yang terkait dengan respon


atau tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran metode

ceramah

3. Obsevasi

Observasi dilaksanakan untuk memperoleh data kemampuan

berfikir siswa yang terdiri dari beberapa descriptor yang ada

selama pembelajaran berlangsung.

Observasi dilakukan oleh 3 orang obsever.

 Bapak H.AH Roidi Farisie MM.M.Ag selaku kepala sekolah

 Ibu Munasiroh S. Pd.I selaku guru PAI

 Ibu Endang Lestari A.Ma, selaku partner guru

4. Test

Test dilaksanakan setiap akhir siklus, hal ini dimaksudkan untuk

mengukur hasil yang iperoleh siswa setelah pemberian tindakan.

Test tersebut berbentu ultipl choise agar banyak materi yang

tercakup.

1. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan sebagai pelengkap data penelitian

sehingga diharapkan semua data yang tidak termasuk dalam

observasi dapat dikumpulkan pada penelitian ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Tes

Tes dilakukan setiap akhir siklus, tes yang diberikan pada

penelitian ini adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda.


b. Obsevasi

Obsevasi digunakan peneliti pada setiap pertemuan selama

kegiatan belajar berlangsung. Obsevasi ini dilakukan oleh tiga

orang obsevasi, dalam hal ini guru mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam dan salah seorang rekannya bersama kepala

sekolah. Obsevasi mengamati segala aktivitas guru dan peserta

didik dan memberiakan komentar dalam kegiatan pembelajaran

menggunakan model pembelajaran afektif. Lembar obsevasinya

diserahkan kepada peneliti setelah selsai proses pembelajaran.

3. Instrumen Penelitian

a. Tes Kognitif

Tes yang digunakan dalam peneliti ini adalah tes hasil belajar.

Bentuk tes berupa soal pilihan ganda berjumlah 10 soal dengan 5

options untuk setiap siklus. Hasil belajara yang akan diukur adalah

ranah kognitif yang dibatasi hanya pada jenjang pengetahuan

( C1 ), pemahaman ( C2), dan penerapan atau aplikasi ( C3)

selanjutnya soal yang jawabanya benar diberi nilai 1 ( satu ) dan

jawaban yang salah diberi nilai o ( nol )

Tabel 1.1

Kisi-kisi pre test ( siklus 1 )


Aspek kognitif yang

Materi diukur Jumlah


C1 C2 C3
SK : Mengenal Rukun Iman

KD : Menunjukan kekuasan Allah SWT

melalui kekuasan-Nya

Indikator-indikator :

 Menunjukan adanya Allah SWT melaui 1,3,5,7 2,4,6 9,10 10

ciptaan-Nya dan alam sekitar ,8

 Menujukan contoh prilaku yang baik

terhadap ciptaan Allah SWT.


Jumalah 4 4 2 10
Tabel 1.2

Tes Kemampuan Belajar ( siklus 1 )

Aspek kognitif yang

Materi diukur Jumlah


C1 C2 C3
SK : Mengenal Rukun Iman

KD : Menunjukan kekuasaan

Allah SWT melalui ciptaan-Nya

Indikator=indikator :

 Menunjukan adanya Allah 2,3,4.5 1,6,7,10 8,9 10

SWT melalui ciptaan-Nya

dan alam sekitar

 Menunjukan contoh

prilaku yang baik terhadap

ciptaan Allah SWT


Jumlah 4 4 2 10

Tabel 1.3

Kisi-Kisi Pre Test ( Siklus 11 )


Aspek Kognitif yang

Materi diukur Jumlah


C1 C2 C3
SK : Mengenal Rukun Iman

KD : Menunjukan kekuasaan

Allah SWT melalui ciptaan-Nya

Indikator-indikator :

 Menunjukan adanya Allah 2,3,4,5 1,6,7,10 8,9 10

SWT melalui ciptaan-Nya

dan alam sekitar

 Menunjukan contoh prilaku

yang baik terhadap ciptaan

Allah SWT.
Jumlah 4 4 2 10

Tabel 1.4

Tes Kemampuan Belajar ( Siklus 11 )

Aspek Kognitif yang

Materi diukur Jumlah


C1 C2 C3
SK : Mengenal Rukun Iman

KD : Menunjukan kekuasaan

Allah SWT melalui ciptaan-Nya

Indikator-indikator :
 Menunjukan adanya 5,6,7,8,9 1,4,10 2,3 10

Allah SWT melalui

ciptaan –Nya dan alam

sekitar

 Menunjukan contoh

prilaku yang baik

terhadap ciptaan Allah

SWT
Jumlah 5 3 2 10

b. Lembar Obsevasi

Tabel 1.5

Indikator Observasi Terhadap Peserta Didik

No Pernyataan/ Indikator
1 Kehadiran di kealas
2 Aktivitas di kelas
3 Ketepatan waktu mengumpulkan tugas
4 Kerapihan buku catatan
5 Kelengkapan buku catatan
6 Partisipasi dalam kegiatan kelompok
7 Sikap dalam menerima pendapat
8 Sikap dalam menerima saran
9 Sikap dalam memberikan kritikan
10 Sikap saat pendapatnya tidak diterima
11 Kemampuan membantu, mendorong atau memberikan

kesempatan teman untuk berpendapat


12 Sikap saat orang lain berbicara atau menyampaikan pendapat
Tabel 1.6

Indikator Obsevasi Terhadap Guru

No Indikator
1 Menyiapkan ruang, alat bantu dan sumber pembelajaran
2 Memulai pembelajaran
3 Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara berurutan sesuai

dengan tujuan
4 Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan, peserta didik, situasi dan lingkungan.


5 Menerapkan model pembelajaran yang sesuai
6 Melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam urutan yang

sistematis
7 Melaksanakan kegiatan pembelajaran secara individu dan

kelompok
8 Mengelola waktu pembelajaran secara efesien
9 Memberikan petunjuk dan penjelasan yang berkaitan dengan

isi pembelajaran
10 Menangani pertanyaan dan pendapat dari respon peserta didik
11 Memicu dan memelihara keterlibatan peserta didik
12 Memantapkan penguasaan materi pembelajaran
13 Memberikan tugas untuk memahami rukun iman, yaitu

menunjukan kekuasaan Allah SWT melalui ciptan-Nya


c. Pedoman Wawan cara

Tabel 1.9

Indikator Pedoman Wawancara ( peserta didik )

No Indikator
1 Kesan tentabg model pembelajaran afektif
2 Keeaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar

dengan menggunakan model pembelajaran afektif


3 Peran guru dalam kegiatan pembelajaran
4 Hasil belajar peserta didik dengan menggunakan model

pembelajaran afektif
5 Saran tentang model pembelajaran afektif

Tabel 1.10

Indikator Pedoman Wawancara (Guru)

No Indikator
1 Pengertahuan mengenai model pembelajara afektif
2 Keefektifan model pembelajaran afektif dalam Pendidikan

Agama Islam
3 Persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran
4 Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran afektif
5 Saran tentang model pembelajaran afektif
C. Tahap-tahap Penelitian

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan proses pembelajaran yang

dilakukan adalah model ceramah, penelitian ini akan dilaksanakan

dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari , perencanaan, tindakan,

obsevasi, dan refleksi.

Siklus 1

a. Perencanaan

 Penyusunan RPP dengan model pembelajaran yang

direncanakan dalam PTK

 Penyusunan lembar masalah, atau lembar kerja siswa

dengan indikator yang akan dicapai.

 Membuat soal test yang diadakan untuk mengetahui hasil

pembelajaran siswa

 Membentuk kelompok

 Memberi penjelasan pada siswa mengenai teknik

pelaksanaan model pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Pelaksanaan Tindakan
 Melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana pembelajaran

yang telah dibuat.

Dalam melaksanakan penelitian guru menjadi fasilitator

selama pembelajaran.

 Kegiatan Penutup

Di akh pelaksanaan pembelajaran pada tiap siklus, guru

memberikan test secara tertulis untuk mengevaluasi hasil

belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

c. Observasi

Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung

dan hendaknya pengamat melakukan kolaborasi dalam

pelaksanaanya.

d. Refleksi

Pada tahap ini dianalisis data yang diperoleh, hasil analisis data

yang telah dipergunakan untuk melakukan evaluasi terhadap proses

dah hasil yang ingin dicapai. Refleksi dimaksudkan sebagai upaya

untuk mengkaji apa yang telah atau sudah terjadi, apa yang

dihasilkan, kenapa hal itu terjadi dan apa yang perlu dilakukan

selanjutnya. Hasil refleks i digunakan untuk menetapkan langkah

selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan pebaikan pada siklus

11

Siklus 11
Kegiatan pada siklus 11 pada dasarnya sama denga pada sklus 1

hanya saja perencanaan kegiatan mendasarkan pada hasil refleksi

pada siklus 1 sehingga lebih mengarah kepada perbaikan pada

pelaksanaan siklus 1.

D. Analisi s Data

Analisis data adalah langkah – langkah atau prosedur yang digunakan

peneliti untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan sebagai

sesuatu yang harus dilalui sebelum mengambil keputusan. Analisis

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.

Analisis data kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan kenyataan -

kenyataan yang diperoleh dar hasil penelitian. Seperti yang

dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Yang meliputi empat

komponen yait : pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan.

Untuk keseluruhannya penulis menggunakan cara berpikir induktif,

yaitu suatu cara berpikir yang menganalisis masalah yang berangkat

dari hal-hal yang sifatnya khusus kemudian diambil kesimpulan yang

bersifat umum.

Adapun langkah - langkah menganalisis keseluruhannya sebagai

berikut :

a. Penggumpulan Data

Dilaksanakan dengan cara pencarian data yang diperlukan terhadap

berbagai jenis data dan bentuk data yang ada dilapangan. Dalam
proses pengumpulan data ini telah ijelaskan pad a sub-sub

sebelumnya.

b. Reduksi Data

Apa bila data sudah terkumpul langkah selanjutnya adalah

mereduksi data, yang berarti merangkum, memilih hal-hal yang

pokok.

BAB 1V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas 1 SDIT

Darul Hikam

Setelah penulis mengadakan penelitian di SDIT Darul Hikam, maka

dalam bab ini penulis akan mendeskripsikan proses kegiatan

pembelajaran afektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

memahami rukun iman pada Pendidikan Agama slam.

1. Perencanaan Pembelajaran Afektif Dalam Memahami Rukun

Iman Pada Pendidikan Agama Islam siswa kelas 1.

a. Tujuan Pembelajaran Afektif dalam Memahami Rukun

Iman pada Pendidikan Agama Siswa Kelas 1

Tujuan merupakan komponen pertama yang terdapat

dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain kegiatan

pembelajaran adalah peristiwa yang terarah dan

dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapka.

Setiap tujuan pembelajaran pasti mempunyai penekanan

yang hendak dicapai, begitu pula dengan pembelajaran

afektif dalam memahami rukun iman pada pendidikan

agama islam juga mempunyai tujuan yang hendak dicapai.

Karena tujuan merupakan tola k ukur keberhasilan suatu

pembelajaran dan sebagai pedoman serta arah yang jelas

bagi para guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik.

Adapun tujuan model pembelajaran afektif untuk

meningkatkan kemampuan dalam memahami rukun iman


di SDIT Darul Hikam, yaitu diharapkan agar siswa dapat

mengenal Pendidikan Agama Islam dapat menghafal rukun

iman dengan baik dan benar. Untuk mencapai tujuan

tersebut diatas, maka guru Pendidikan Agama Islam harus

mempunyai langkah - langkah yang mudah dimengerti

oleh siswa, sehingga pembelajaran Pendidikan Agama

Islam atau model pembelajaran afektif dalam meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami rukun iman dapa

berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

b. Materi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

memahami rukun iman siswa kelas 1

Materi pembelajaran adalah bahan pelajaran yang akan

disampaikan dalam proses pembelajaran. Tanpa ada bahan pelajaran,

Proses pembelajaran tidak akan berlangsung. Oleh karena itu,

sebelum proses pembelajaran berlangsung seorang guru harus

menguasaha bahan pelajaran yang akan disampaikan.

Berhubung dengan hal tersebut diatas, dari hasil wawancara

dengan ibu Munasiroh S.Pd.I, mengatakan bahwa materi pokok yang

disampaikan adalah sesuai dengan materi KEMENAG, adapun buku

Pendidikan Agama Islam yang menjadi buku pegangan guru dan

siswa adalah buku yang disusun oleh H. M. Masrun S., dkk. Yang

berjudul Senang Belajar Agama Islam Jilid 1 untuk SD Kelas 1

yang diterbitkan oleh Erlangga Jl. H. Baping Raya No. 100 Ciracas,
Jakarta 13740. Dengan alasan buku ini dilengkapi dengan materi

surah al fatihah, rukun iman, jujur tanggung jawab hidup bersih dan

disiplin, tata cara bersuci (taharah), rukun islam, surah al- kausar

surah an – nasr, syahadatain, prilaku terpuji, dan tata cara berwudhu.

Karena pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDIT Darul Hikam

diajarkan dengan menggunakan pendekatan teori kesatuan, yakni

Pendidikan Agama Islam diajarkan sebagai satu kesatuan yang

berhubungan erat dengan islam, diambil satu tema sebagai pokok

bahasan, lalu dipecah – pecah menjadi materi menulis, membaca,

menghafal dan sebagainya. Dengan demikian, hanya ada beberapa

jam Pendidikan Agama Islam.

Untuk materi hafalan rukun iman guru Pendidikan Agama

Islam juga mengambil materi yang sama dari KEMENAG. Dalam

menghafal rukun iman siswa disuruh untuk mengikuti ucapan guru

satu persatu isi rukun iman yang ditulis di papan tulis oleh guru,

lalu siswa disuruh untuk maju satu persatu untuk menghafal rukun

iman yang telah di contohkan oleh guru.

Adapun materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang

diajarkan di SDIT Darul Hikam Bojongkantong meliputi beberapa

hal diantaranya : menulis, membaca, menghafal dan mendengar,

struktur tata Pendidikan Agama Islam.

Materi Pendidikan Agama Islam diambil dari buku “Senang

Belajar Pendidikan Agama Islam” untuk kelas 1 yang ditulis oleh


H. M. Masrun S., dkk. Setiap pelajaran dalam buku tersebut disusun

untuk mencapai satu standar kompetensi tertertentu yang meliputi

empat materi pokok, dengan urutan menulis, membaca, menyebutkan

dan menghafal.

Adapun materi pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas 1

adalah :

Rukun Iman

1. Menunjukan keberadaan Allah mellui ciptan-Nya

Bukti bahwa Allah ada adalah adanya semua benda ciptaan-Nya.

Contohnya ada gunung yang tinggi, ada matahari yang bercahaya,

langit biru berawan, air mengalir jernih, hewan yang beraneka

ragam dan alam yang luas. Semua adalah ciptaan Allah. Allah juga

yang mengaturnya manusia harus mempercayainya adanya Allah.

Allah tidak terlihat oleh manusia karena Allah zat yang maha

tinggi.

2. Menyebutkan rukun iman

Rukun artinya pokok atau dasar. Iman artinya yakin atau percaya

sepenuh hati disertai dengan ucapan lisan dan dibuktikan dengan

amal perbuatan.

Jadi rukun iman adalah hal pokok yang harus dipercayai atau hal

mendasar yang harus diyakini. Rukun iman juga bisa diartikan

dasar iman atau pokok ima.

a. Isi dari rukun iman.


Rukun iman ada enam yaitu :

1. Iman kepada Allah

Iman kepada Allah artinya percaya sepenuh hati bahwa

Allah itu ada. Allah yang menciptakan, mengatur

memelihara dan menjamin ketentraman alam semesta

termasuk menjadikan kehidupan kita manusia. Beriman

kepada Allah berarti harus menyembah-Nya dengan a

melaksanakan perintah-Nya.

2. Iman kepada malaikat-malaikat Allah

Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari Nur

(cahaya ). Ia mempunyai tugas dari Allah seperti

menurunkan hujan, mencabut nyawa menyampaikan

wahyu, mecatat amal perbuatan manusia dan lain-lain.

Malaikat termasuk makhluk gaib artinya ia tidak dapat

dilihat tetapi kita wajib mempercayai adanya. Nama

malaikat yang wajib diketahui ada 10 ( sepuluh )

3. Iman kepada kitab-kitab Allah

Kitab adalah pedoman hidup yang telah diwahyukn Allah

kepada manusia pilihan ( Rasul ) untuk menjadi pedoman

hidup bagi dirinya dan bagi para umatnya. Kitab yang

wajib kita imani ada 4 antara lain : Kitb Zabur, Kitab

Taurat, Kitab Injil, dan Al-Quran diturukan kepada nabi

Muhammad SAW, sebagai pedoman hidup manusia agar


selamat dunia akherat. Percaya kepada kitab Allah berarti

mengakui dan mengamalkan ajaran kitab Allah dalam

kehidupan sehari-hari.

Materi yang akan disampaikan guru bermacam - macam sifatnya,

dari yang mudah, sedang sampai yang sulit. Tinjauan mengenai sifat

materi ini dapat ditinjau dari setiap proses pembelajaran

berlangsung, ada dintara siswa yang kurang mamapu untuk

memahami materi dengan baik, sehingga sulit untuk memahami

penjelasan guru. Guru juga harus memperhatikan kemampuan siswa

sebelum memberikan materi karena siswa di SDIT Darul Hikam

sangat heterogen, ada yang belum bisa baca dan ada juga anak

yang tidak masuk sekolah PAUD.

Dalam penyampaian materi Pendidikan Agama Islam dalam

pembelajaran afektif untuk meningkatkan siswa dalam memahami

rukun iman guru terlebih dahulu menyiapkan materi yang ada di

buku paket. Dalam mengajakan hafalan rukun iman, guru terlebih

dahulu memberikan contoh bacaa rukun iman kemudian membacakan

materi yang akan diajarkan kemudian siswa diminta mengulang

bacaannya kembali setiap masing – masing siswa yang tadi dibacakan

oleh guru Pendidikan Agama Islam, dengan melihat buku dan

papan tulis.
c. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam

model pembelajaran afektif dalam meningkatkan siswa

untuk memaham rukun iman siswa kelas 1

Metode mempunyai peranan penting pada pencapaian

keberhasilan suatu pengajaran. Begitu juga dengan

Pendidikan Agama Islam, maka guru Pendidikan Agama

Islam harus dapa t memahami dan mampu menetapkan

metode yang tepat da sesuai dengan kondisi pada saat

belajar mengajar. Apa bila guru mampu menggunakan

metode dengan tepat, maka kemungkinan besar tujuan

pembelajaran akan tercapai secara efektif dan efesien.

Berdasarka hasil observasi dan wawancara dengan ibu

Munasiroh S.Pd.I, metode yang digunakan oleh guru dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas 1 SDIT

Darul Hikam antara lain :

1). Metode Ceramah

Metode ini digunakan guru untuk menjelaskan materi

pelajaran Pendidikan Agama Islam tentang kaidah -

kaidahnya, dan makna rukun iman secara detil. Pada

saat guru menjelaskan materi pelajaran siswa

mendengarkannya secara erius, namun ada juga siswa

yang ramai, ngobrol dengan temannya dan bermain

sendiri. Tapi guru langsung dapat mengkondisikan kelas


sehigga kelas dapat tenang kembali. Dari hasil pengamatan

penulis, metode ceramah sangat menjemuhkan karena guru

sebagai pusat informasi dan siswa hanya duduk diam

mendengarkan, terkadang membuat siswa ramai, ngobrol

dengan temannya dan bermain sendiri.

2). Metode Menulis

Metode ini digunakan guru dalam menyampaikan materi

pelajaran. Dalam menyampaikan materi pelajaran, pertama -

tama guru menulis rukun iman di papan tulis kemudian

guru meminta siswa untuk menyalin tulisan yang ada di

papan tulis dibuku catatan mereka masing - masing, lalu

guru menuliskan contoh struktur kalimat yang berhubungan

dengan materi yang akan dijelaskan.

Dengan metode ini, guru bertujuan untuk melatih siswa

dalam menulis dengan baik dan benar agar sisw a terbiasa

dan lancar dalam menari ulis, dhasil wawancara dengan

ibu Munasiroh, S.Pd.I siswa kelas 1 belum lancar menulis,

karena sebagian siswa belum pernah mendapatkan pelajaran

Pendidikan Agama Islam sebelumnya apa lagi dalam

menghafal rukun iman mereka juga belum sepenuhnya tahu

huruf - huruf apa saja yang dirangkai.

3) Metode Tanya Jawab


Guru menggunakan metode ini pada saat menjelaskan

mater pelajaran Pendidikan Agama Islam, pada saat guru

menjelaskan tentang materi rukun iman guru bertanya pada

siswa, kemudian siswa dimint untuk menjawab.

Guru menggunakan metode ini untuk memberikan tugas -

tugas atau latihan yang dikerjakan di kelas maupun yang

dikerjakan di rumah ( PR ). Metode ini bertujuan untuk

mengukur sejauh mana tingkat pemahaman siswa dalam

menerima pelajaran termasuk juga dalam hal hafalan.

d. Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam atau Model

Pembelajaran Afektif Dalam Meningkatkan Kemampuan

Siswa dalam Memahami Rukun Iman Siswa Kelas 1 SDIT

Darul Hikam.

Media atau alat disini adalah peralatan yang dapat

membantu untuk memudahkan jalannya proses

pembelajaran.

Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah alat pembelajaran

sebagai sarana penunjang pembelajaran di kelas.

Media yang digunakan dalam proses pembelajaran

Pendidika Agama Islam di kelas 1 SDIT Darulih sangat

Hikam masih sangat sederhana yaitu : buku paket, papan

tulis, spidol, dan benda lain yang ada disekitar kelas yang
dapat digunakan dalam pembelajaran, karena terbatasnya

sarana yang ada di sekolah.

e. Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam atau

model pembelajaran afektuf dalam meningkatkan

kemamapuan siswa dalam memahami rukun iman siswa

kelas 1

Evaluasi adalah bentuk kegiatan untuk menilai hasil belajar

dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan hasil

belajar siswa dan hasil belajar guru.

Bentuk evaluasi belajar Pendidikan Agama Islam atau

model pembelajaran afektif dalam meningkatkan

kemamapuan siswa untuk memahami rukun iman di SDIT

Darul Hikam adalah ebagai berikut :

1) Ulangan Harian

Ulangan haria yang dilaksanakan setelah selsai

mempelajari satu bab pelajaran. Yaitu untuk mengukur

sejauh mana pemahaman siswa dalam satu bab

tersebut.

2) Tugas Individu

Pemberian tugas ( PR ) ini biasanya dilaksanakan setiap

pertemuan pembelajaran, tujuannya agar siswa mau

mengulang kembali pelajaran di rumah.

3) Ujian
Pelaksanaan ujian yang dilaksanakan di SDIT Darul

Hikam ada dua bentuk ujian yaitu : ujian ulangan

tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester. Untuk

ujian UTS dilakasanakan pada tengah semester,

sedangkan untuk ujian akhir dilaksanakan pada akhir

semester yang ditentukan oleh pihak sekolah.

3. Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam atau

afektif dalam pemahaman rukun iman siswa kelas 1 SDIT

Darul Hikam.

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses intraksi antara

peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan

prilaku ke arah yang lebih baik. Dalam intraksi tersebut

banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal

yang datang dari dalam individu maupun faktor eksternal yang

datang dari lingkugan.

Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam atau untuk memahami rukun iman

siswa kelas 1 SDIT Darul Hikam adalah sebagai berikut :

a. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan ini guru memasuki ruang kelas,

sebelum mengucapkan salam guru memperhatiakan siswa

satu persatu agar mereka tenang, setelah mereka tenang baru

guru mengucapkan salam, kemudian siswa menjawab salam


dengan serentak. Kemudian guru menyapa siswa dengan

ucapan Assalamu’alaikum Wr.Wb siswa menjawab

Walaikumsalam Wr.Wb setelah itu guru menanyakan kabar

dan siswa menjawabnya dengan serentak.

Sebelum mulai pelajaran, guru terlebih dahulu mengadakan

pre test sebelum mulai materi yang baru yaitu guru

menanyakan rukun iman dan materi yang sudah dipelajari

pada pertemuan yang lalu atau menanyakan materi yang

akan diajarkan. Tujuannya untuk mengetahui, apakah siswa

mengulang kembali materi yang sudah diberikan oleh guru

di rumah dan juga apakah siswa mempelajari materi yang

akan diberikan guru sebelumnya.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dimulai dengan guru rukun iman yang

sudah diberikan kepada siswa, kemudian guru membacakan

Materi yang akan diajarkan kalimat per kalimat, siswa

disuruh mengikuti kalimat – kalima yang dibacakan oleh

guru.

Langkah selanjutnya guru meminta siswa untuk membuka

buku tulis yang dibawah siswa dari ruamh , lalu guru

meminta untuk siswa menulis atau menyalin materi yang

ditulis di papan tulis oleh guru. Siswa mengerjakan apa

yang disuruh oleh guru dengan tenang walaupun ada


sebagian siswa yang ramai, ngbrol dengan temannya dan

juga bermain sendiri akan tetapi guru mengkondisikan

keadaan dengan berkeliling dalam kelas memantau siswa

agar mengerjakan apa yang diminta guru. Walaupun kurang

efesien kegiatan menghafal rukun iman ini akan tetapi

bertujuan agar siswa dapat hafal rukun iman yang baik

dan benar.

Setelah selsai menulis, guru melanjutkan pelajaran dengan

menjelaskan materi tentang rukun iman guru juga memberi

contoh prilaku yang baik terhadap ciptaan Allah SWT.

Setelah menjelaskan guru menanyakan kepada siswa, apakah

sudah paham? Jawaban siswa ada yang sudah paham dan

ada juga yang belum paham, guru menjelaskan kembali

materi yang sudah diberikan.

c. Tahap Penutup

Dalam tahap ini, sebelum guru mengakhiri pelajaran, guru

mengulang kembali materi yang sudah dijelaskan secara

singkat. Setelah itu guru menanyakan kepada siswa tentang

materi yang sudah dijelaskan oleh guru tadi atau sebagai

post test terhadap siswa.

Sebelum menutup pelajaran guru memperha tian siswa

dahulu agar siswa tenang, setelah siswa tenang baru

kemudian guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama –


sama dengan mengucapkan salam penutup

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Analisis data tentang pembelajaran di kelas 1, berdasarkan

pengamatan yang penulis lakukan, maka data yang

diperoleh adalah sebagai berikut :

1) Menyampaikan Materi

Guru Pendidikan Agama Islam kelas 1 SDIT Darul

Hikam dalam menyampaikan materi pelajaran cukup

jelas. Seperti dalam menyampaikan materi rukun iman,

guru memberikan contoh terlebih dahulu, kemudian

siswa di minta untuk menghafal rukun iman yang ada

di papan tulis.

Berdasarkan pengamatan penulis, dalam mengajarkan

Pendidikan Agama Islam atau dalam hafalan rukun

iman, guru Pendidikan Agama islam selalu dalam

memulai dari hal yang mudah dahulu dan dilanjutkan

pada materi yang sedang atau sulit. Terkadang juga

guru menghubungkan dengan ada yang di sekitar kelas

dan sekolah. Hal ini bertujuan agar siswa lebih mudah

dalam memahami pelajaran yang disampaikan.

2) Pengelolaan Kelas

Dalam pengelolaan kelas menurut pengamatan penulis

kurang kondusif karena guru terlalu serius dalam


menjelaskan pelajaran sehingga tidak memperhatikan

keadaan siswa, apakah siswa benar – benar

memperhatikan pelajaran atau tidak. Karena banyak

sekali siswa yang ramai dan bermain sendiri di kelas

ketika diajar, tetapi kemudian guru berusaha untuk

menenangkan siswa, pada waktu guru mengondisikan

kelas banyak siswa yang diam tetapi setelah mulai

menerangkan lagi siswa mulai gaduh lagi dan

membuat guru kesal dan akhirnya mendiamkan saja.

3) Penutup Pelajaran

Rangkaian terakhir dalam proses pembelajaran adalah

menutup pelajaran. Sebelum pelajaran berakhir, guru

mengulang kembali hal – hal yang penting dari pelajaran

yang sudah disampaikan serta memberi latihan – latihan

untuk dikerjakan di rumah. Kemudian guru mengakhiri

pelajaran dengan salam.

A. Implementasi Model Pembelajaran Afektif Dalam Memahami Rukun

Iman Siswa Kelas 1

Keberhasilan suatu proses belajar mengajar merupakan harapan dari

berbagai pihak, namun semua itu tidak terlepas dari berbagai faktor

yang membawa apa yang sudah diharapkan. Apalgi jika kita

mengingat keberadaan dan kedudukan Pendidikan Agama Islam

sebagai pelajaran yang sangat perlu untuk di pelajaran apalagi kita


sebagai orang islam, jadi perlu adanya untuk meningkatkan

Pendidikan Agma Islam dalam Implementasi model pembelajaran

afektif dalam memahami rukun iman, pembahasan dan perhatian

yang serius karena Pendidikan Agma Islam sudah dikenal baik oleh

masyarakat indonesia apalagi Pendidikan Agama Islam itu pendidikan

yang paling sakral dalam kehidupan dunia dan akherat.

Segala kegiatan dalam mencapai tujuan pembelajaran pasti akan

menemukan beberapa implementasi yang lebih baik, sehingga

membutuhkan usaha untuk melaksanakannya, dalam model

pembelajara afektif untuk memahami rukun iman yang dihadapi guru

dan sisiwa kelas 1 yaitu :

4. Faktor siswa

a. Kurangnya mengenali bentuk dan tulisan latin atau abjed dalam

memahami rukun iman

Bentuk tulisan Pendidikan Agama Islam ada yang latin juga ada

yang berbahasa arab, jadi siswa perlu belajar untuk mengenal

bentuk dan huruf dengan baik. Menurut hasil wawancara dengan

ibu Munasiroh, S.Pd.I siswa kelas 1 dalam menghafal rukun

iman sudah cukup baik.

b. Kesulitan dalam menghafal rukun iman

Siswa belum begitu memahami tulisan apalagi membacanya, jadi

siswa masih perlu bimbingan guru agar hafalan rukun iman

siswa mampu menghafalnya.


c. Latar belakang pendidikan siswa yang heterogen

Setelah penulis mengadakan wawancara dengan guru Pendidikan

Agama Islam dan menurut data yang sudah penulis peroleh,

penulis mengetahui bahwa yang menjadi anak susah dalam

menghafal rukun iman adalah latar belakang pendidikan siswa.

d. Kurangnya motivasi dan minat siswa

Motivasi siswa itu sendiri, motivasi itu sebagai faktor dari

dalam diri siswa yang berfungsi untuk menentukan baik dan

tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar

motivasinya maka semakin besar kesuksesan belajarnya, begitu

juga tidak ada minat seorang siswa terhadap suatu pelajaran

akan menimbulkan kesulitan dalam belajar. Belajar yang tidak

ada minatnya dan tidak sesuai dengan bakat siswa dapat

menimbulkan anak susah dalam menghafal rukun iman pada

diri siswa itu sendiri.

Dalam hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam,

kurangnya motivasi dan minat siswa kelas 1 yang menjadi

faktor atau kendala dalam mencapai tujuan pembelajaran pada

Pendidikan Agama Islam, setiap pembelajaran Pendidikan

Agama Islam guru selalu memberikan motivasi dan dorongan

lebih terhadap siswa dalam belajar Pendidikan Agama Islam.

Guru sudah semaksimal mungkin memotivasi dan mengajarkan

Pendidikan Agama Islam kepada siswa, akan tetapi karena


kemampuan siswa yang heterogen, jadi tidak mudah untuk

mendapatkan hasil yang maksimal dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dalam menghafal rukun iman.

e. Kurangnya perhatian siswa

Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa

harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajari dan

memperhatikan guru yang sedang menyampaikan materi

pelajaran. Jika tidak, mereka tidak mampu menerima dan

memahami materi pelajaran dengan baik. Begitu juga dalam

pengajaran hafalan rukun iman pada Pendidikan Agama Islam,

seyogyanya siswa benar – benar memperhatikan materi pelajaran

dan juga memperhatikan guru ketika sedang menyampaikan

pelajaran terutama ketika guru membaca teks rukun iman di

papan tulis, siswa ikut membaca sambil menghafal apa yang

telah dibacakan oleh guru tentang rukun iman dengan baik dan

benar.

5. Faktor Guru

Untuk mencapai keberhasilan dalam suatu pengajaran, guru harus

bisa menerapkan serta menyampaikan materi dengan baik dan

menyenangkan, sehingga ilmu yang diajarkan dapat diterima baik

oleh siswa. Berdasarkan hasil obsevasi penulis mengenai faktor guru

dalam mengajar Pendidikan Agama Islam ada beberapa faktor

yaitu :
a. Kurang mampu mengembangkan teknik atau cara penyajian

materi berdasarkan pengamatan penulis, saat pembelajaran

berlangsung guru menggunakan teknik pengajaran cukup baik,

dan juga guru menguasai banyak teknik pengajaran akan tetapi

guru belum bisa semaksimal dalam menerapkan teknik tersebut

karena waktu yang tersedia habis sebelum materi pelajaran

selsai. Dalam mengajar guru mengajarkan menggunakan teknik

mengajar yang sama setiap pembelajaran yang menyebabkan

kejenuhan dan bosan karena terlalu menonton dan serius tidak

ada variasi teknik mengajar yang lain diterapkan guru dan kuran

kreatif dalam menjelaskan materi pelajaran.

b. Pengelolaan kelas yang kurang kondusif

Dalam proses pembelajaran keadaan kelas kurang kondusif dan

guru juga kurang bisa untuk menguasai kelas. Hal ini

disebabkan karena terlalu seriusnya guru dalam mengajar dan

guru juga kurang memperhatiakan siswa, apakah siswa benar –

benar memperhatikan pelajaran yang dijelaskan oleh guru.

c. Guru kurang menggunakan variasi metode yang menarik bagi

siswa

Variasi metode mengajar bagi seorang guru sangat diperlukan

untuk menarik perhatian siswa agar selalu belajar dengan

senang dan tidak bosan. Dalam hal ini guru sering

menggunakan metode menulis materi di papan tulis dan siswa


menyalinnya di buku tulis. Karena tidak adanya buku pegangan

bagi siswa, inilah yang memakan waktu lama dan siswa merasa

bosan. Selain itu guru kurang bervariasi dalam menggunakan

metode, sehingga pelajaran terkesan menonton, dan juga guru

jarang menggunakan media dalam pembelajaran seperti gambar

dan lain-lain.

d. Guru kurang jelas dalam menyampaikan materi pelajaran

Paham tidaknya siswa dalam menerima pelajaran tergantung

pada bagaimana seorang guru menjelaskan materi pelajaran.

6. Faktor fasilitas dan sarana prasarana

Fasilitas dan sarana prasarana adalah perangkat kelas untuk

menjujung proses belajar mengajar, misalnya buku – buku

Pendidikan Agama Islam, perpustakaan dan sebagainya. Fasilitas

yang dimiliki sekolah untuk menjujung proses belajar mengajar

masih sangat terbatas antara lain buku – buku paket dan papan tulis

saja.

Sedangkan fasilitas yang dimiliki siswa untuk menjujung

keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar adalah terbatasnya

buku paket, karena Cuma ada satu buku saja yang hanya di

pegang oleh guru Pendidikan Agma Islam. Hal ini berdasarkan hasil

wawancara dan observasi yang penulis lakukan pada waktu kegiatan

belajar mengajar. Siswa juga tidak memperoleh LKS untuk

menjujung keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar.


7. Faktor Sosial ( Lingkungan )

Linkungan merupakan faktor eksternal yang sangat besar

pengaruhnya terhadap keberhasilan dari proses pembelajaran. Faktor

kurang berhasilnya siswa dalam menguasai Pendidikan Agama

Islam, semata – mata bukan kesalahan guru Pendidikan Agama

Islam saja, namun situasi lingkungan juga sangat mempengaruhi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam

sebagai berikut :

a. Kurangnya perhatian dari orang tua siswa dalam kegiatan

belajar siswa di rumah.

Orang tua siswa kurang memperhatikan kegiatan belajar siswa

di rumah terutama dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam,

orang tua siswa tidak pernah mengajari menghafal rukun iman

atau pun membaca Al- qur’an.

B. Pembelajaran afektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam

memahami dan menghafal rukun iman pada Pendidikan Agama Islam

siswa kelas 1 SDIT Darul Hikam Bojongkantong

Dari beberapa implementasi pembelajaran afektif atau hafalan ada

masalah yang dihadapi oleh guru Pendidikan Agama Islam dan pihak

sekolah sebagai berikut :

1) Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan

menghafal rukun iman yang dilakukan guru Pendidikan Agama

Islam sebagai berikut :


a. Guru menumbuhkan motivasi siswa dengan cara guru selalu

menjelaskan bahwa belajar Pendidikan Agama Islam dalam

hafalan rukun iman itu sangat penting bagi mereka kelak.

b. Guru menekankan dalam menghafal rukun iman dan setiap

pelajaran untuk meghafal matri yang telah diajarkan oleh guru

Pendidikan Agama Islam dengan baik dan benar.

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang materi pelajaran yang selsai diajarakan yang sulit

dipahami siswa.

d. Untuk meningkatkan kemampuan Pendidikan Agama Islam

dalam menghafal rukun iman siswa, guru memberikan

pekerjaan rumah ( PR ) kepada siswa.

e. Mendorong siswa agar tidak menggap belajar Pendidikan

Agama Islam dengan menghafal tidak sebagai beban

f. Guru memberikan penjelasan secara mendalam kepada siswa

yang mengalami kesulitan dalam belajar Pendidikan Agama

Islam atau menghafal.

2) Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan

menghafal rukun iman yang dilakukan pihak sekolah sebagai

berikut :

a. Menyediakan fasilitas yang cukup untuk menyapai keberhasilan

serta menunjung dan memudahkan siswa serta guru dalam

proses pembelajaran, dengan cara menambahkan buku – buku


pelajara Pendidikan Agama Islam dan LKS, agar siswa lebih

semangat untuk belajar Pendidikan Agama Islam.

b. Mengajurkan kepada guru Pendidikan Agama Islam untuk

menggunakan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam dalam menghafal.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mengadakan penelitian siswa kelas 1 di SDIT Darul

Hikam Bojongkantong, berdasarkan hasil uraian analisis data yang

penulis peroleh melelui wawancara, obsevasi dan dokumentasi, maka

dapat disimpulkan diantaranya sebagai berikut :

1. Dalam pembelajaran afektif untuk memahami rukun iman di

SDIT Darul Hikam Bojongkantong, siswa mengalami

beberapa implementasi sebagai berikut :

a. Kurangnya mengenali bentuk tulisan dan huruf

b. Kesulitan dalam membaca tulisan

c. Siswak esulitan dalam menghafal rukun iman


1) Implementasi model pembelajaran afektif yang dihadapi

oleh siswa sebagai berikut :

a. Latar belakang siswa yang heterogen

b. Kurangnya motivasi dan minat siswa kelas 1

c. Kurangnya perhatian siswa

2) Faktor guru

a. Kurang mampu mengembangkan teknik dan cara

penyajian materi

b. Pengelolaan kelas yang kurang kondusif

c. Guru kurang jelas dalam menyampaikan materi

3) Tidak adanya fasilitas pendukung seperti OHP dan kurang

buku paket Pendidikan Agama Islam.

4) Kurangnya perhatian dari orang tua siswa dalam kegiatan

belajar dirumah.

2. Model pembelajaran afektif untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam memahami rukun iman pada Pendidikan Agama

Islam sebagai berikut :

a. Guru menumbuhkan motivasi siswa dengan cara guru selalu

menjelaskan bahwa belajar Pendidikan Agama Islam atau

menghafal itu penting bagi mereka kelak.

b. Guru menekankan dalam menghafal rukun iman dan setiap

pelajaran untuk selalu menulis dan membaca materi yang

diberikan agar untu melatih dalam menulis dan membaca


terutama hafalan pada Pendidikan Agama Islam dengan baik

dan benar.

c. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

tentang materi pelajaran yang sudah selsai diajarkan yang sulit

yang sulit dipahami siswa.

d. Untuk meningkatkan kemampuan pada Pendidikan Agama

Islam atau hafalan ruku iman siswa, guru memberikan pekerjaan

rumah ( PR ) kepada siswa.

e. Mendorong siswa agar tidak menganggap belajar pendidikan

Agama Islam atau hafalan tidak sebagai beban.

f. Guru memberikan penjelasan secara mendalam kepada siswa

yang mengalami kesulitan dalam belajar Pendidikan Agama

Islam dalam hafalan rukun iman

3. Implementasi model pembelajaran afektif untuk memahami

rukun iman

Yang dilakukan dari pihak sekolah sebagai berikut :

a. Menyediakan fasilitas yang cukup untuk mencapai keberhasilan

serta menunjang dan memudahkan siswa serta guru dalam

proses pembelajaran, dengan cara menambahkan buku - buku

pelajaran Pendidikan Agam Islam dan LKS, agar siswa lebih

semangat untuk belajar Pendidikan Agama Islam.

b. Mengajurkan kepada guru Pendidikan Agama Islam

untukmenggunakan metode yang tepat dalam kegiatan


pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam hafalan rukun

iman.

B. Saran

1. Bagi Sekolah

a. Sekolah hendaknya menyediakan media pembelajaran secara

lengkap baik berupa media sederhana maupun media yang sudah

berbasis komputer karena untuk menunjang pencapaian prestasi

belajar siswa.

b. Hendaklah melengkapi sarana dan prasarana pendidikan berupa lab

Pendidikan Agama Islam sebagai penunjang suksesnya

pelaksanaan pembelajaran

2. Bagi Guru

a. Hendaknya mengajarkan huruf – huruf dalam hafalan rukun iman

dalam Pendidikan Agama Islam untuk tingkat permula terlebih

dahulu mengenalkan huruf – huruf abjet agar siswa dapat mengerti

huruf – huruf dan dapat menghafal rukun iman dengan baik dan

benar.

b. Membiasakan diri untuk membuat RPP ( rencana pelaksanaan

pembelajaran ) ketika setiap kali guru hendak mengajar agar tujuan

pembelajaran tercapai maksimal.

c. Dalam proses pembelajaran hendaknya lebih memperhatian keadaan

siswa agar konsentrasi siswa lebih terfokus pada waktu kegiatan

belajar berlangsung.
3.Bagi Siswa

a. Supay lebih semangat dalam mengikuti pelajaran Pendidikan

Agama Islam dan tekun dalam belajar

b. Hendaknya siswa selalu memperhatikan materi yang diberikan

oleh guru saat guru menjelaskan materi pelajaran.

c. Hendaknya siswa lebih bisa memanfaatkan fasilitas yang ada

untuk dapat meningkatkan kemahiran dalam Pendidikan Agama

Islam.

C. Kata Penutup

Alhamdulillah, dengan penuh rasa syukur yang tak terhingga penyusun

panjatkan kepada Allah SWT akhirnya dapat terselsaikan tugas skripsi ini

dengan baik sebagai Syarat untuk mendapatkan gelar kesarjanaan dalam

program study Pendidikan Agam

Agama Islam. Penyusun sangat berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan

Manfaat yang banyak bagi semua pihak khususnya penyusun dan

umumnya orang Yang membacanya. Penyusun menyakini bahwa skripsi

ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati penyusun sangat mengaharapkan kritik dan saran yang

membangun demi penyempurnaanskripsi ini.


Terakhir penyusun capkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu penyusun selama proses penyusunan skripsi ini. Semoga amal

baiknya mendapat tbalasan yang lebih dari Allah SWT Amin .

Anda mungkin juga menyukai