Anda di halaman 1dari 2

Bisakah Melaporkan Istri karena Isi

Gugatan Cerai Tidak Sesuai Fakta?


https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5379929e4b94d/bisakah-melaporkan-istri-karena-isi-
gugatan-cerai-tidak-sesuai-fakta/

Pertanyaan
Saya baru saja menerima gugatan cerai dari istri, dengan isi gugutan yang sengaja dibuat
buat agar pengajuannya bisa diterima pengadilan. Yang ingin saya tanyakan apakah isi
gugutan yang tidak sesuai oleh fakta dapat saya laporkan sebagai pencemaran nama
baik? Terima kasih

Ulasan Lengkap
 

Pertama-tama harus Anda ketahui bahwa pencemaran nama baik termasuk dalam ranah pidana, berbeda
dengan gugatan cerai yang merupakan ranah perdata.
 

Pencemaran nama baik atau yang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) disebut dengan
penghinaan, ada 6 (enam) macam. R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal, dalam penjelasan Pasal 310 KUHP
menjelaskan bahwa ada 6 (enam) macam penghinaan, yaitu:
1.    Penistaan (Pasal 310 ayat (1) KUHP)
2.    Penistaan dengan surat (Pasal 310 ayat (2) KUHP)
3.    Fitnah (Pasal 311 KUHP)
4.    Penghinaan ringan (Pasal 315 KUHP)
5.    Pengaduan palsu atau pengaduan fitnah (Pasal 317 KUHP)
6.    Perbuatan fitnah (Pasal 318 KUHP)
 

Perbuatan yang dilakukan oleh istri Anda dapat diadukan oleh Anda kepada polisi berdasarkan  Pasal 317
ayat (1) KUHP yaitu pengaduan palsu atau pengaduan fitnah:
 

“Barang siapa dengan sengaja mengajukan pengaduan atau pemberitahuan palsu kepada
penguasa, baik secara tertulis maupun untuk dituliskan, tentang seseorang sehingga kehormatan
atau nama baiknya terserang, diancam karena melakukan pengaduan fitnah, dengan pidana
penjara paling lama empat tahun.”
 

Menurut R. Soesilo, pengaduan atau pemberitahuan yang diajukan itu, baik secara tertulis, maupun secara
lisan dengan permintaan supaya ditulis, harus sengaja palsu. Orang itu harus mengetahui benar-benar
bahwa apa yang ia adukan pada pembesar itu tidak benar, sedang pengaduan itu akan menyerang
kehormatan dan nama baik yang diadukan itu. Akan tetapi, pengaduan atau pemberitahuan yang keliru atau
kurang betul (tidak sengaja) tidak dihukum. Perlu diketahui juga bahwa penarikan pengaduan atau
pemberitahuan di kemudian hari tidak dapat membebaskan tersangka dari tuntutan pidana.
 

Hal serupa juga dikatakan oleh S.R. Sianturi, S.H. dalam bukunya Tindak Pidana di KUHP Berikut
Uraiannya  (hal. 572-573), yaitu bahwa si pelaku harus menyadari kepalsuan dari pengaduan atau
pemberitahuan dan menyadari bahwa karena pengaduan atau pemberitahuan itu dapat merusak
kehormatan/nama baik seseorang tertentu itu. Isi dari pengaduan tersebut tidak harus merupakan delik
(tindak pidana). Dapat saja misalnya merupakan pendirian perusahaan tanpa izin atau penjualan barang
tertentu di atas harga yang sudah ditentukan.
 

Sianturi juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan pengajuan di sini tidak saja hanya memberikan
atau menerimakan, tetapi termasuk juga mengirimkan melalui seseorang atau melalui pos, ataupun berupa
telegram.
 
Lebih lanjut, dijelaskan bahwa penguasa yang dimaksud dalam pasal ini bukanlah semua pegawai negeri,
melainkan terbatas kepada pembesar atau orang-orang tertentu yang diberi wewenang di bidang
penerimaan pengaduan atau pemberitahuan serta berwenang menangani atau menyelesaikan hal yang
diadukan itu. Hal yang diadukan/dilaporkan itu tidak hanya di bidang perkara pidana saja, tetapi juga di
bidang perkara administrasi. Walaupun yang dimaksud oleh si pelaku adalah supaya korban diproses secara
pidana, tetapi dengan keterhinaan si orang yang dihina, maka konduitenya dapat turun atau jelek yang dapat
berpengaruh kepada kedudukannya.
 

Jadi dalam hal ini, jika nama baik Anda merasa tercemarkan karena apa yang ditulis oleh istri Anda dalam
gugatan, maka Anda dapat mengadukan istri Anda atas dasar pencemaran nama baik sebagaimana telah
dijelaskan di atas.
 

Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.


 

Dasar Hukum:
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
 

Referensi:

1.    R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap
Pasal Demi Pasal. Politeia: Bogor.
2.    S.R. Sianturi, S.H. 1983. Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya. Alumni AHM-PTHM: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai