Anda di halaman 1dari 18

BAB V

PERLAKUAN PANAS

TIU : Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat mengetahui proses-proses


perlakuan panas (heat treatment) pada logam.

TIK : Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat :

1. Menjelaskan transformasi austenit pada temperatur konstan..


2. Menjelaskan kurva laju pendinginan.
3. Menjelaskan proses annealing.
4. Menjelaskan proses normalizing.
5. Menjelaskan proses hardening.
6. Menjelaskan proses tempering.
7. Menjelaskan proses pengerasan permukaan.

4. Pendahuluan

Heat treatment adalah proses pemanasan dan pendinginan yang terkontrol


dengan maksud mengubah sifat mekanik dari logam.

Heat treatment secara umum adalah :

a. Pemanasan sampai suhu dan kecepat an t ert ent u.


b. Mempert ahankan suhu unt uk wakt u tert ent u sehingga t emperat
urnya merat a.

c. Pendinginan dengan media pendingin ( air, minyak, at au udara) .

Ket iga hal t ersebut t ergant ung dar i sifat - sifat yang diinginkan.

S yar at - syarat heat treatment adalah :

- Suhu pemanasan harus naik secara t erat ur dan merat a.


- Alat ukur suhu hendaknya set elit i mungkin.

45
46

4.1 Transformasi austenite pada temperatur konstan

Temperatur transformasi austenite banyak berpengaruh terhadap


penyebaran ferrite dan cementite pada hasil transformasi tersebut, yang akhirnya
juga akan mempengaruhi sifat baja sesudah proses laku panas. Dengan membuat
transformasi berlangsung pada temperatur konstan (isotermal) dapat dipelajari waktu
mulai dan berakhirnya transformasi dan lainnya, yang berguna untuk menentukan
prosedur laku panas yang harus dilakukan untuk menghasilkan baja dengan struktur
mikro tertentu.

Diagram yang menggambarkan transformasi konstan dinamakan I-T


(Isothermal Transformation) diagram atau disebut juga TTT (Time Temperature
Transformation) diagram, dimana diagram ini hanya berlaku untuk satu jenis
paduan, sehingga setiap baja akan mempunyai diagram yang berlainan dengan baja
yang lainnya.

Titik paling kiri dari kurva awal transformasi disebut hidung (nose), dimana
transformasi austenite pada temperatur diatas “hidung” akan menghasilkan pearlite,
sedang transformasi dibawah “hidung” akan menghasilkan bainite, tetapi bila
transformasi berlangsung pada temperatur yang lebih rendah lagi (dibawah
temperatur Ms) akan menghasilkan martensite.

Gambar 4.1 I-T Diagram untuk baja eutectoid


47

4.2 Kurva laju pendinginan

Pada I-T diagram dapat diplot berbagai kurva yang menggambarkan proses
pendinginan dengan berbagai laju pendinginan (cooling rate), yang disebut kurva
pendinginan (cooling curve), dimana dari masing-masing kurva pendinginan dapat
dipelajari transformasi yang terjadi.

Kurva pendinginan 1 akan menghasilkan pearlite kasar, kurva pendinginan


2 akan menghasilkan pearlite halus, kurva pendinginan 3 akan menghasilkan bainite
atas, kurva pendinginan 4 akan menghasilkan bainite bawah, kurva pendinginan 5
akan menghasilkan martensite.

Gambar 4.2 Kurva pendinginan


48

Gambar 4.3 Struktur mikro pearlite kasar dan pearlite halus

Gambar 4.4 Struktur mikro bainit dan martensit

Secara umum heat treatment dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

- Annealing
- Normalizing
- Hardening
- Tempering
49

Gambar 4.5 Diagram suhu heat treatment untuk baja karbon

4.3 Annealing

Annealing adalah salah satu proses heat treatment yang dapat


digunakan untuk :

a. Mengurangi kekerasan

b. Menghilangkan tegangan sisa

c. Memperbaiki kekuatan

d. Memperbaiki ductility

e. Menghaluskan ukuran butiran


50

Macam-macam proses annealing :

- Full annealing
- Recrystallization annealing
- Stress relief annealing
- Spheroidizing

a. Full annealing
Tujuan :

Unt uk mengubah bent uk lapisan sementit di dala m pearli te da n sementit


pada bat asan- bat asan but iran dar i baja kar bon t inggi menjadi bent uk spheroidal
( bent uk bo la) .

Proses :

Unt uk baja hypo eutectoid (< 0,83 % C) .

Baja dipanaskan 30 - 60ºC (50 - 100°F) di at as t emperat ur A3 , kemudian


dit ahan beberapa saat , baru didinginkan d i dalam dapur dengan kecepat an pending
inan 10 - 30 (º C/ jam) sampai t emperat ur 30 ºC di bawah A1 kemudian
didinginkan di udara.

Unt uk baja hyper eutectoid (> 0,83 % C)

Pada dasar nya sama dengan baja hypo eutectoid , kecuali pada per mulaan
pemanasan hanya sampai daerah aust enit + sementit , yait u pada t emperat ur sekit
o
ar 30 - 60 C diat as A 1 .
b. Recrystalli sation anneali ng
Tujuan:

Melunakan baja hasil penger jaan dingin, karena adanya rekri stali sasi dan
pengemba lian bent uk st rukt urnya.

Penggunaan :

Unt uk baja hasil penger jaan dingin yang berat .

Proses:
o
Baja d ipanaskan pada suhu kira - k ir a 700 C (sed ikit dibawa h t emperat
ur A1 ), t ahan pada t emperat ur t ersebut unt uk mencapai
51

kelunakan, kemudian did inginkan dengan kecepat an t ert ent u (biasanya


di udara) .

Hasil :

- Menghasilkan baja/ benda ker ja dengan per mukaan yang halus (t idak
bersis ik) .
- Memper mudah penger jaan cold working t anpa mengala m i keret akan.

c. Stress- reli ef annealing


( annealing unt uk menghilangkan t egangan dal am)

Tujuan :

Unt uk menghilangkan t egangan sisa (t egangan dala m) dala m baja t uang


yang t ebal, juga pada loga m yang sudah mengalam i pengelasan.

Proses :
o
Benda ker ja d ipanaskan sampai suhu dibawah A 1 (550 – 650 C) dipert
ahankan beberapa saat kemudian didinginkan pe lahan - lahan.

Hasil :

Memper baiki sifat mampu dimesin.

d. Spheroidi zation
Tujuan :

Membent uk/ menghaluskan st rukt ur sementit denga n menghancurkan


bent uk spheroids ( bulat an kecil) dala m kandungan f errit .

Proses:

1. Memperpanjang wakt u pemanasan pada suhu t epat di ba-wah A1 ,


diikut i dengan pending inan lambat .
52

2. Memperpanjang per iode di sekit ar suhu A1 yait u sedikit di at as dan


di bawahnya.
3. Unt uk tool steel dan high alloy steel , pemanasan ant ara 750- 800 °C
at au lebih t inggi dan dipert ahankan pada suhu t ersebut unt uk
beberapa ja m, diikut i oleh pendinginan per lahan- lahan.

Hasil :

Benda mudah dimesin.

4. 4 Normalizing

Tujuan :

Unt uk mendapat kan st rukt ur but iran yang halus dan ser agam, juga unt
uk menghilangkan t egangan dalam .

Pemakaian :

Unt uk baja - baja ko nst ruksi, baja ro l, mat er ial yang mengala m i
penempaan, t idak mempunyai st rukt ur yang sa ma karena jumlah beban t idak
sebanding dan karena per ubahan bent uk pada t ahap - t ahap pendinginan yang t
idak mer at a unt uk benda yang ket ebalannya t idak sama.

Proses :
o
Memanaskan sampai sedikit di at as suhu kr it is ( - +60 C di at as suhu kr
it is at as), kemudian set elah su hu merat a didinginkan di udar a.

Hasil :

Dipero leh sifa t mampu dimesin.


53

Gambar 4. 6 Diagram suhu - wakt u unt uk proses n o r m a l i zi n g

4.5 Hardening

Mengubah struktur baja sedemikian rupa sehingga diperoleh struktur


martensit yang keras.

Proses : Baja dipanaskan sampai suhu austenitisasi (tergantung dari kadar


karbon) kemudian ditahan pada suhu tersebut beberapa saat, kemudian didinginkan
secara mendadak (quenching) dengan mencelupkan dalam air, oli atau media
pendingin yang lain.

Dengan pendinginan yang mendadak, tak ada waktu yang cukup bagi
austenit untuk berubah menjadi perlit dan ferrit atau perlit dan sementit. Pendinginan
yang cepat menyebabkan austenit berubah menjadi martensit.

Tingginya kekerasan yang dapat dicapai suatu bahan tergantung dari


kandungan karbon dalam baja. Semakin tinggi kandungan karbonnya, kekerasannya
juga semakin tinggi.

Hardenability adalah kemampuan suatu baja untuk dikeraskan sampai


mencapai kedalaman tertentu. Semakin merata kekerasannya, hardenability-nya
semakin tinggi.
54

Gambar 4,7 Hardenability berbagai baja

4.6 Tempering

Tempering adalah memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan untuk


menghilangkan tegangan dalam dan menambah keuletan.

o
Proses: Memanaskan kembali pada suhu 150 – 650 C, kemudian
didinginkan secara perlahan-lahan tergantung sifat akhir baja tersebut.

Gambar 4.8 Diagram suhu-waktu untuk proses hardening dan tempering


55

Gambar 4.9 Hubungan antara kekerasan dan kandungan karbon

4.7 Pengerasan Permukaan

Pengerasan permukaan pada


prinsipnya adalah
mengolah permukaan
dengan memodifikasi mikrostruktur bagian permukaan material dasar, sehingga
didapatkan permukaan yang keras.

Ser ingkali ko mponen - ko mpo nen baja diinginkan hanya keras pada per
mukaannya saja sedangkan int i at au porosnya t et ap lunak, ha l ini member ikan ko
mbinasi yang serasi ant ara per muka an yang t aha n pakai dan poros yang ulet .

Tujuan: menghasilkan lapisa n per mukaan yang keras pada baja yang d
ianggap lunak dan ulet . Umumnya, pengerasan per mukaa n dibagi menjadi t iga
proses :
56

a . Ca rb u ri zi n g / penambahan kar bon

b. Flame hardening

c. Nitriding /penambahan nit rogen Carburizi ng

4.7.1 Carburizing

Adalah suatu teknik pengerasan permukaan dengan mendifusikan karbon


melalui permukaan benda kerja. Pada umumnya benda kerja yang dikeraskan adalah
baja dengan keuletan tinggi, dengan kadar karbon 0,3 % atau kurang. Dimana baja
ini tidak dapat langsung dikeraskan karena kadar karbonnya terlalu rendah.

Untuk menambah kadar karbon dilakukan dengan mendifusikan karbon


aktif melalui permukaan baja sehingga permukaan mengandung cukup banyak
karbon untuk dapat dikeraskan.

Gambar 4. 10 Grafik hubungan ant ara lama pemanasan dengan t ebal


lapisan kar bon

Proses pengerasan carburising dilakukan melalui dua tahapan, yaitu :

• Penambahan karbon; dilakukan dengan memanaskan benda kerja pada


temperatur yang cukup tinggi dalam lingkungan yang mengandung
karbon aktif, sehingga atom karbon berdifusi masuk ke dalam baja
57

hingga mencapai kadar tertentu dan kedalaman tertentu. Ada 3 cara


penambahan karbon yaitu solid carburising, liquid carburising, dan gas
carburising.
• Baja yang akan diproses dimasukkan kedalam pet i yang

ber isi arang ka yu at au bat u bara dan bar ium kar bonat . Set elah suhu
dan wakt u pemanas an t ercapai (t ergant ung
ket ebalan dan kekerasan yang diing inkan), dapur ke mudia n dimat
o
ikan, set elah men capai suhu kira - kira 350 C, kot ak kemudian
dikeluarkan dan selanjut nya didinginkan di udara.
• Pengerasan; dilakukan dengan pemanasan kembali pada temperatur
tertentu kemudian didinginkan dengan cepat (quenching) dalam air atau
oli sehingga terbentuk lapisan martensit yang sangat keras pada
permukaan benda kerja.

Gambar 4. 11 Penyusunan benda pada pelaksanaan carburi


zing
58

4.7.2 Nitriding

Dilakukan dengan memanaskan baja di dalam dapur yang mengandung


atom nitrogen aktif yang akan berdifusi ke dalam baja dan bereaksi dengan unsur
dalam baja yang akan membentuk nitrida yang sangat keras dan stabil.

Benda kerja yang akan dinitriding dimasukkan ke dalam dapur yang kedap
udara kemudian gas amonia dialirkan secara kontinu selama pemanasan pada
O
temperatur 500 – 600 C, dalam waktu yang cukup lama (dapat sampai beberapa
hari).

2 NH3 2 Nat + H2

Pada dasarnya semua baja dapat dinitriding, tetapi hasil yang baik akan
diperoleh bila baja mengandung unsur paduan yang dapat membentuk nitrida
(nitride forming elements) seperti aluminium, kromium, atau molibdenum.

Lapisan yang terbentuk sangat tipis, sehingga baja yang dinitriding biasanya
tidak boleh terlalu lunak, 0,3 – 0,4 % C, agar mampu mendukung lapisan yang
terlalu tipis tersebut.

Baja yang dinitriding mempunyai sifat tahan aus, tahan korosi, dan sifat
tahan terhadap kelelahan yang sangat baik.

Gambar 4. 12 Dapur Nit riding


59

4.7.3 Carbonitriding

Menggunakan gas seperti pada gas carburising (campuran gas yang terdiri
dari gas karbon monoksida dan gas hidrokarbon) yang diperkaya dengan gas amonia,
sehingga yang berdifusi bukan hanya karbon tetapi juga nitrogen, dimana prosesnya
berlangsung pada temperatur yang lebih rendah.

Dengan larutnya karbon dan nitrogen pada permukaan material dasar, maka
akan mempertinggi hardenability sehingga quenching tidak perlu terlalu drastis
pendinginannya, apalagi temperatur pemanasan selama difusi lebih rendah, maka
kemungkinan terjadinya distorsi/retak akan lebih rendah.

Kekerasan yang dihasilkan dari carbonitriding (setelah quenching) akan


lebih stabil terhadap pemanasan, tidak mudah menjadi lunak karena pemanasan.

4.7.4 Flame hardening

Dilakukan dengan menyemburkan api intensitas tinggi ke permukaan benda


kerja, biasanya dengan api dari brander oxyacetylene, sehingga sebelum panas
sempat menjalar ke bagian dalam, bagian permukaan sudah mencapai temperatur
austenitising, kemudian segera didinginkan cepat (quenching) ke dalam air atau oli.
Dengan demikian di bagian permukaan terbentuk lapisan martensit, sedang dibagian
dalam tetap seperti semula. Baja yang akan di-flame hardening harus memiliki
hardenability yang memadai, kadar karbonnya 0,30 – 0,50 %.

Kekerasan lapisan terutama tergantung pada kadar karbon dari bajanya


sedang tebal lapisan tergantung pada seberapa tebal bagian permukaan yang
mengalami pemanasan sampai menjadi austenit dan didinginkan dengan cepat.
60

Gambar 4. 13 Pr insip f lame hardening

4.7.5 Induction hardening

Sama dengan flame hardening, hanya saja di sini pemanasan dihasilkan


oleh arus induksi yang terjadi karena adanya medan magnit yang berubah-ubah
dengan sangat cepat. Sehingga akan menimbulkan panas pada permukaan benda
kerja.

Gambar 4.14 Skema peralatan induction hardening


61

Panas ini akan sangat intens bila arus bolak-balik yang menimbulkan
induksi ini adalah arus bolak-balik dengan frekuensi tinggi.

4.8 Contoh soal :

1. Sebutkan tujuan hardening !


2. Terangkan proses hardening !

Jawaban :

1. Tujuan hardening mengubah struktur baja sedemikian rupa sehingga


diperoleh struktur martensit yang keras.
2. Proses hardening : Baja dipanaskan sampai suhu austenitisasi
(tergantung dari kadar karbon) kemudian ditahan pada suhu tersebut
beberapa saat,
3. kemudian didinginkan secara mendadak (quenching) dengan
mencelupkan dalam air, oli atau media pendingin yang lain.

4.9 Soal-soal :

1. Jelaskan proses perlakuan panas untuk memperoleh struktur pearlit,


bainit, dan martensit !
2. Jelaskan tujuan, proses, dan perubahan struktur mikro pada annealing !
3. Jelaskan tujuan, proses, dan perubahan struktur mikro pada normalizing!

4. Jelaskan tujuan, proses, dan perubahan struktur mikro pada hardening !


5. Jelaskan tujuan, proses, dan perubahan struktur mikro pada tempering !
6. Jelaskan kegagalan-kegagalan dan cara-cara pencegahannya dalam
proses hardening !
7. Mengapa kekerasan tertinggi pada hardening tergantung pada kadar
karbon dalam baja ?
62

8. Jelaskan perubahan struktur mikro baja 0,45 %C pada hardening !


9. Jelaskan perubahan struktur mikro baja 0,95 %C pada hardening !

4.10 Rangkuman :

Perlakuan panas (heat treatment) adalah proses pemanasan, penahanan, dan


pendinginan yang terukur untuk mengubah sifat-sifat mekanik pada logam.
Perubahan-perubahan sifat mekanik ini disebabkan karena terjadi perubahan struktur
mikro pada logam tersebut.

Perubahan-perubahan struktur mikro selama pemanasan dan pendinginan


tersebut dapat dilihat pada diagram fase Fe-Fe3C dan I-T diagram. Hanya austenit
(α) yang dapat bertransformasi menjadi : pearlit (α+Fe3C), bainit (B), atau martensit
(M).

Klasifikasi perlakuan panas adalah : annealing, normalizing, hardening, dan


tempering. Pada hardening tingginya kekerasan yang dicapai tergantung pada
tingginya kadar karbon dalam baja.

Tempering dilakukan setelah hardening dengan tujuan untuk meningkatkan


ketangguhan baja.

Pengerasan permukaan (case hardening) bertujuan untuk meningkatkan


kekerasan hanya pada permukaan baja, sedangkan bagian dalamnya tetap lunak.
Jenis-jenis pengerasan permukaan adalah : carburizing, flame hardening, dan
nitriding. Pada carburizing dan flame hardening terjadi struktur martensit pada
permukaannya, sedangkan pada nitriding terjadi lapisan tipis nitrida pada
permukaannya baja.

Anda mungkin juga menyukai