PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Apendisitis
2. Untuk mengetahui etiologi Apendisitis
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Apendisitis
1
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Apendisitis
5. Untuk mengetahui WOC/Pathway dari Apendisitis
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Apendisitis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari Apendisitis
8. Untuk mengetahui komplikasi dari Apendisitis
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
Apendisitis
2
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Apendisitis adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat
pada sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal
1097).
Apendisitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk
2000 hal 307).
Apendisitis akutadalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada
kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila
tidak terawat,angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan
shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus
yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum
(cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut
kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak
mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir. (Anonim,
Apendisitis, 2007)
Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks (Anonim,
Apendisitis, 2007).
3
2.2 Etiologi
Apendisitis disebabkan oleh penyumbatan lumen appendik oleh
hyperplasia Folikel lympoid Fecalit, benda asingstriktur karena Fibrasi karena
adanya peradangan sebelumnya atau neoplasma. Obstruksi tersebut
menyebabkan mucus yang memproduksi mukosa mengalami bendungan. Namun
elastisitas dinding appendik mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan
tekanan intra lumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran
limfe yang akan menyebabkan edema dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah
terjadi Appendiksitis akut local yang ditandai oleh adanya nyeri epigastrium.
Derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau
diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi appendiks. Bila appendiks
melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal
; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini hanya dapat diketahuipada
4
pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi menunjukkan bahwa ujung appendiks
dekat dengan kandung kemih atau ureter. Adanya kekeakuan pada bagian bawah
otot rektum kanan dapat terjadi.
2.4 Manifestasiklinis
Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari :
1. Mual, muntah
2. Nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara
mendadak dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu
timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan
nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan
daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini
dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-
38,8° Celsius.
3. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua
bagian perut.
4. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di
daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus buntu pecah,
nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk
bisa menyebabkan syok. (Anonim, Apendisitis, 2007)
2.5 Patofisiologi
Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat
disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak
adanya fekalit dalam lumen appendik.Adanya benda asing seperti :
5
cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya.Sebab lain
misalnya : keganasan (Karsinoma Karsinoid).
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,
kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat,
sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan
appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini
disebut dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut
itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi.
6
2.6 Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :
1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis,
yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta
difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial,
setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva
yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
7
2.7 Pathway / WOC
8
2.8
PemeriksaanDiagnostik
a. Laboratorium
o Pemeriksaan darah lengkap → Ditemukan jumlah leukosit antara
10.000-20.000/ml (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%. Jika terjadi
peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah
mengalami perforasi (pecah).
o Test protein reaktif (CRP). → Ditemukan jumlah serum yang
meningkat.
b. Radiologi
9
Pemeriksaan ultrasonografi → Ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Cukup membantu dalam
penegakkan diagnosis apendisitis (71 – 97 %)
CT-scan → Ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit serta
perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya
pelebaran sekum. Tingkat keakuratannya 93 – 98 %.
2.9 PenatalaksanaanMedis
a. Bila dari hasil diagnosis positif apendisitis akut, maka tindakan yang paling
tepat adalah segera dilakukan apendiktomi.
Apendiktomi dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu :
1. Cara terbuka
2. Cara laparoskopi.
b. Apabila apendisitis baru diketahui setelah terbentuk massa periapendikuler,
maka tindakan yang pertama kali harus dilakukan adalah pemberian/terapi
antibiotik kombinasi terhadap penderita. Antibiotik ini merupakan antibiotik
yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob.
Setelah gejala membaik, yaitu sekitar 6-8 minggu, barulah apendektomi
dapat dilakukan.
Jika gejala berlanjut, yang ditandai dengan terbentuknya abses, maka
dianjurkan melakukan drainase dan sekitar 6-8 minggu kemudian
dilakukan apendisektomi.
Namun, apabila ternyata tidak ada keluhan atau gejala apapun dan
pemeriksaan klinis serta pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan
tanda radang atau abses setelah dilakukan terapi antibiotik, maka dapat
dipertimbangkan untuk membatalkan tindakan bedah.
c. Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan
Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan
Analgetik diberikan setelah diagnosa ditegakkan
Apendektomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi.
(Brunner & Suddart, 1997)
10
2.10 Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan Apendisitis. Faktor
keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. Faktor penderita
meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahan
diagnosa, menunda diagnosa, terlambat merujuk ke rumah sakit, dan terlambat
melakukan penanggulangan. Kondisi ini menyebabkan peningkatan angka
morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi Apendisitis 10-32%, paling
sering pada anak kecil dan orang tua. Komplikasi 93% terjadi pada anak-anak di
bawah 2 tahun dan 40-75% pada orang tua. CFR komplikasi 2-5%, 10-15%
terjadi pada anak-anak dan orang tua.43 Anak-anak memiliki dinding appendiks
yang masih tipis, omentum lebih pendek dan belum berkembang sempurna
memudahkan terjadinya perforasi, sedangkan pada orang tua terjadi gangguan
pembuluh darah. Adapun jenis komplikasi diantaranya:
1. Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba massa
lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula
berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus.
Hal ini terjadi bila Apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh
omentum
2. Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri
menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama
sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat
diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang
timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C, tampak
toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis
terutamapolymorphonuclear (PMN). Perforasi, baik berupa perforasi
bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
3. Peritononitis
11
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila
infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan
timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik berkurang sampai
timbul ileus paralitik, usus meregang, dan hilangnya cairan elektrolit
mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oligouria.
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah, nyeri
abdomen, demam, dan leukositosis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau
umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila
infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan
saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar
atau sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak
12
di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun,
lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lender.
Apendisitis dapat ditandai dengan nyeri terasa pada abdomen kuadran
bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya
nafsu makan.
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat menambah wawasan
tentang penyakit Apendisitis. Bagi para pembaca kami berharap agar tidak
merasa puas dengan makalah yang kami tulis, karena kami pun menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
13
BAB IV
ASKEP TEORI PADA PASIEN APENDISITIS
4.1 Pengkajian
a. Pengumpulan data
1. Biodata Pasien, meliputi :
a. Nama pasien agar lebih mudah memanggil, mengenali klien antara yang
satu dengan yang lainnya, agar tidak keliru.
b. Umur Apendisitis dapat menyerang semua usia
14
c. Jenis kelamin : semua jenis kelamin dapat mengalami Apendisitis
d. Linkungan : -
e. Pendidikan : mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang penyakitnya
serta pemberian informasi yang tepat bagi klien.
f. Pekerjaan : mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien.
Untuk mengetahui juga lingkungan kerja klien apakah outdoor atau indoor.
2. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang biasa muncul saat pengkajian tidak pasti, tergantung
kapan dilakukan pengkajian tersebut. Biasanya adalah Nyeri pada perut
bagian bawah kanan, pada anak – anak Gejala awalnya sering hanya
menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak tidak bisa menjelaskan rasa
nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah- muntah dan anak
menjadi lemah
3. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Pemeriksaan difokuskan pada gejala sekarang dan gejala yang pernah dialami
seperti, nyeri, muntah, lemah dan efek gejala tersebut terhadap gaya hidup
serta citra diri pasien.
15
Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugularis,
pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
c. Sistem Muskuloskeletal
Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit pada
tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
d. Sistem Renal
Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang..
e. Sistem saraf
Untuk mengetahui ada tidaknya kelainan pada system persyarafan
f. Sistem Integumen
terdapat oedema, turgor kulit menurun, sianosis, pucat.
g. Gastrointestinal :
Terdapat nyeri tekan, peristaltik pada usus ditandai dengan distensi
abdomen
16
kurang dari 6 bulan.
Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa
nyeri pada pasien yang tidak dapat mengungkapkannya
Diaphoresis
Dilatasi pupil
BATASAN Eksprei wajah nyeri
KARAKTERISTI Focus menyempit
K
Focus pada diri sendiri
Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala
nyeri
Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan
standar instrument nyeri
Laporan tentang perilaku nyeri/perunahan aktivitas
Mengekspreikan perilaku
Perilaku distraksi
Perubahan parameter fisiologis
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Perubahan selera makan
Putus asa
Sikap melindungi area nyeri
Sikap tubuh melindungi
17
ASSESSMENT
Subjective data entry Objective data entry
P: -Kesadaran :
Q: -TTV :
R: TD: mmHg,
S: N: menit
T: RR : menit,
0
S: C
DIAGNOSIS
18
4.3 Intervensi Keperawatan
Inisial Nama : Nn.A
Tanggal : 14 Oktober 2016
Dx.Kep : Nyeri akut(00132)
Definisi : Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study) ; awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung kurang dari 6 bulan.
NIC NOC
Intervensi Aktivitas Rasional Outcome Indikator
Manajemen Nyeri Observasi: Observasi : Pain Control 1. Mengakui timbul nyeri
1. Amati 1. D Def : tindakan (4)
Def : perlakuan non verbal engan melakukan personal untuk 2. Jelaskan factor
Mengurangi Nyeri yang menunjukkan pengamatan dapat mengontrol nyeri penyebab (3)
atau menurunkan keridaknyamanan, diketahui apakah 3. Menggunakan buku
nyeri ke level khususnya pasien mengalami harian untuk memantau
kenyamanan yang ketidakmampuan nyeri atau tidak gejala dari waktu ke
diterima oleh komunikasi efektif waktu (3)
pasien 2. Identifikasi 4. Menggunakan langkah
dampak pengalaman 2. D pencegahan (4)
19
nyeri terhadap kualitas engan melakukan 5. Menggunakan obat anti
hidup (mis : tidur, mood, identifikasi nyeri nyeri (4)
selera makan, performa dapat diketahui 6. Perubahan laporan
bekerja, aktivitas berfikir, apakah nyeri tersebut gejala sakit (4)
tanggung jawab peran) mempengaruhi mood 7. Melaporkan gejala yang
3. Identifikasi selera makan pasien tidak terkontrol (3)
kebutuhan untuk dsb 8. Menggunakan sumber
mengkaji kenyamanan 3. D daya yang tersedia (3)
pasien dan merencanakan engan melakukan 9. Gejala yang
monitoring tindakan identifikasi kita dapat berhubungan diakui
mempersiapkan sakit (4)
beberapa hal yang 10. Laporan nyeri
Action: diperlukan sebelum dikendalikan (4)
1. Lakukan pengkajian yang memonitoring
komprehensif tentang tindakan terhadap
nyeri, termasuk lokasi, pasien
karakteristik, Action :
onset/durasi, frekuensi, 1. Lokasi, durasi,
kualitas, intensitas, atau frekuensi nyeri
beratnya nyeri dan factor dapat menentukan
20
presipitasi tindakan yang akan
2. Gunakan strategi dilakukan terhadap
komunikasi terapeutik pasien
yang dapat diterima
tentang pengalaman nyeri
dan merasa menerima 2. Pemberian terapi
respon pasien terhadap komunikasi
nyeri terapeutik dapat
3. Control factor mengalihkan
lingkungan yang dapat perhatian pasien
mempengaruhi respon terhadap rasa nyeri
pasien mengalami yangdirasakan
ketidaknyamanan (mis : 3. Factor lingkungan
temperature ruangan, dapat
cahaya, kebisingan) mempengaruhi
4. Melakukan TTV : respon pasien dalam
TD : menerima tindakan
RR:
Suhu :
N:
21
Kolaborasi:
1. Dilakukan
operasi oleh tim dokter
Kolaborasi :
1. operasi dilakukan
untuk memotong
2. Dilakukan CT- bagian usu yang
Scan mengalami
sumbatan
2. CT-Scan dilakukan
untuk menentukan
apakah pasien
Health Education: mengalami
1. Informasikan kepada apendisitis
keluarga mengenai Health Education:
tindakan pemberian 1. Memeberikan
terapi komunikasi pemahaman kepada
terapeutik keluarga mengenai
indikasi kenapa
diberikan terapi
22
komunikasi
terapeutik
23
4.4 Implementasi
Implementasi adalah melakukan tindakan sesuai dengan intervensi.
4.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang.
Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien:
1. Tidak ada manifestasi syok
2. Pasien tetap sadar dan berorirentasi
3. Tidak ada lagi perdarahan
4. Nilai-nilai laboraturium normal
5. Klien tidak merasa lemah lagi
6. Klien mengatakan rasa nyerinya berkurang
7. Kebutuhan volume cairan terpenuhi
8. Ekspresi wajah klien menunjukan rileks, perasaan gugup dan cemas
berkurang.
9. Menunjukan pemahaman tentang tentang rencana terapeutik.
10. Klien ikut berpartisipasi dalam perawatan dirinya.
11. Gaya hidup klien berubah.
24
BAB V
ASKEP KASUS PADA PASIEN APENDISITIS
KASUS
Seorang remaja perempuan usia 16 tahun datang ke Rumah Sakit Larasati
dengan kedua orangtuanya, dia datang dengan keluhan nyeri di seluruh bagian perut
sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit disertai mual muntah, BAK normal,dan
sudah 4 hari tidak BAB. Dari pemeriksaan fisik abdomen tampak datar, peristaltik
menurun, suhu 38,5º C, berat badan45 kg, tinggi badan154cm, tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 110 x/mnt, dan RR 31 x/mnt.
1. Identitas Klien
25
A. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama
Pasien mengalami nyeri akut
2. RiwayatPenyakitSekarang
Pasien datang ke RS. Larasati pada tanggal 14 Oktober 2016 pukul 09.00
WIB. Pasien mengeluh mengalami nyeri dibagian perut, mual mutah selama
4 hari
P : Pasien mengalami nyeri
Q : Masih dapat melakukan aktivitas fisik
R : Pada bagian perut
S : Dapat beraktivitas sendiri
T : Sejak 4 hari yang lalu
B. PEMERIKSAAN FISIK
TTV :
TD: 100/70 mmHg,
N : 110 x/ menit
RR : 31 x/ menit,
S: 38,5 0C,
TB 154 cm dan BB: 45kg
C. PEMERIKSAKAN PERSISTEM
1. Sistem Pernafasan
Anamnese :
Hidung
Inspeksi: tidak ada cuping hidung
26
Mulut
- Inspeksi: mukosa bibir sianosis
Leher
Inspeksi: Tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa.
Dada
Inspeksi: Dada simetris, pergerakan dinding dada simetris.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan(vokal fremitus)
Perkusi : Suara paru sonor dilapang paru.
Auskultasi: tidak ada suara whizzing
2. Sistem kardiovaskuler
Anamnesa : -
Wajah
Inspeksi: sianosis, dan kesakitan
Leher
Inspeksi: Tidak ada bendungan vena jugularis
Dada
Inspeksi : Dada simetris.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Tidak ada pembesaran jantung.
Auskultasi : tidak ada suara whizzing
Ekstremitas atas
Inspeksi : Tidak ada bintik-bintik merah, tidak ada edema
Palpasi : -
Ekstremitas bawah
Inspeksi : tidak ada edema, ada kelemahan otot, tidak ada clubbing
finger.
Palpasi : -
3. Sistem persyarafan
Tidak ditemukan adanya gangguan pada sistem persarafan
4. Perkemihan eliminasi uri
27
Anamnesa : Pasien tidak mengeluh susah BAK.
BAK: jumlah yang keluar1000 cc/8jam, warna kuning, frekuensi 3x
sehari.
5. Sistem pencernaan
Anamnese: pasien mengeluh sudag 4 hari tidak BAB
Mulut
Inspeksi : Mulut simetris, mukosa bibir kering
Lidah
Inspeksi : Lidah tidak tremor, tidak ada lesi, warna putih.
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembesaran abnormal
Palpasi : nyeri pada bagian perut
BAB : tidak bisa BAB selama 4 hari
6. Sistem Muskuluskeletal dan Integumen
Anamnese: -
Warna kulit
Inspeksi : Kulit kering
Palpasi : Kulit terasa panas, ada kelemahan otot, akral dingin
Ekstremitas atas
Inspeksi : Tidak ada bintik-bintik merah, tidak ada edema
Palpasi : Tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan, suhu akral
dingin
Estremitas bawah
Inspeksi : tidak ada edema, ada kelemahan otot, tidak ada clubbing
finger.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada udema, suhu akral
dingin,
Kekuatan Otot
Kekuatan otot : 4 4
4 4
Keterangan:
28
0: Tidak ada kontraksi
29
kurang dari 6 bulan.
BATASAN Bukti nyeri dengan menggunakan standar daftar periksa
KARAKTERISTI nyeri pada pasien yang tidak dapat mengungkapkannya
K Diaphoresis
Dilatasi pupil
Eksprei wajah nyeri
Focus menyempit
Focus pada diri sendiri
Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala
nyeri
Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan menggunakan
standar instrument nyeri
Laporan tentang perilaku nyeri/perunahan aktivitas
Mengekspreikan perilaku
Perilaku distraksi
Perubahan parameter fisiologis
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Perubahan selera makan
Putus asa
Sikap melindungi area nyeri
Sikap tubuh melindungi
FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN
Agens cidera biologis (mis: infeksi, iskemia, neoplasma)
Agens cidera fisik (mis: abses, amputasi, luka bakar,
terpotong, mengangkat berat, prosedur bedah trauma,
olahraga berlebihan)
Agens cidera kimiawi (mis: luka bakar, kapsaisin, metilen
klorida, agens mustard)
30
Subjective data entry Objective data entry
Klien mengeluh nyeri berat pada -TTV :
seluruh bagian Abdomen
P: Pasien mengalami nyeri TD: 100/70 mmHg,
Q:Masih dapat melakukan N : 110 x/ menit
aktivitas fisik RR : 31 x/ menit,
R: Seluruh bagian perut S: 38,5 0C,
S: Dapat beraktivitas sendiri TB 154 cm dan BB: 45kg
T: Sejak 4 hari yang lalu
DIAGNOSIS
Client
Nyeri akut
Diagnostic
Statement: Related to:
Nyeri perut Nyeri aakut berhubungan dengan agens cidera biologis
31
5.3 Intervensi Keperawatan
Inisial Nama : Nn.A
Tanggal : 14 Oktober 2016
Dx.Kep : Nyeri akut(00132)
Definisi : Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study) ; awitan
yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung kurang dari 6 bulan..
NIC NOC
Intervensi Aktivitas Rasional Outcome Indikator
Manajemen Observasi: Observasi : Pain Control 1. Mengakui timbul
Nyeri 1. Amati 1. Dengan melakukan Def : tindakan personal nyeri (4)
perlakuan non verbal pengamatan dapat untuk mengontrol nyeri 2. Jelaskan factor
Def : yang menunjukkan diketahui apakah pasien penyebab (3)
Mengurangi keridaknyamanan, mengalami nyeri atau 3. Menggunakan buku
Nyeri atau khususnya tidak harian untuk
menurunkan ketidakmampuan memantau gejala dari
nyeri ke level komunikasi efektif waktu ke waktu (3)
kenyamanan 2. Identifikasi 2. Dengan melakukan 4. Menggunakan langkah
yang diterima dampak pengalaman identifikasi nyeri dapat pencegahan (4)
32
oleh pasien nyeri terhadap kualitas diketahui apakah nyeri 5. Menggunakan obat
hidup (mis : tidur, mood, tersebut mempengaruhi anti nyeri (4)
selera makan, performa mood selera makan 6. Perubahan laporan
bekerja, aktivitas pasien dsb gejala sakit (4)
berfikir, tanggung jawab 3. Dengan melakukan 7. Melaporkan gejala
peran) identifikasi kita dapat yang tidak terkontrol
3. Identifikasi mempersiapkan (3)
kebutuhan untuk beberapa hal yang 8. Menggunakan sumber
mengkaji kenyamanan diperlukan sebelum daya yang tersedia (3)
pasien dan memonitoring tindakan 9. Gejala yang
merencanakan terhadap pasien berhubungan diakui
monitoring tindakan Action : sakit (4)
Action: 1. Lokasi, durasi, 10. Laporan nyeri
1. Lakukan pengkajian frekuensi nyeri dapat dikendalikan (4)
yang komprehensif menentukan tindakan
tentang nyeri, termasuk yang akan dilakukan
lokasi, karakteristik, terhadap pasien
onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas, atau
beratnya nyeri dan factor
33
presipitasi 2. Pemberian terapi
2. Gunakan strategi komunikasi terapeutik
komunikasi terapeutik dapat mengalihkan
yang dapat diterima perhatian pasien
tentang pengalaman terhadap rasa nyeri
nyeri dan merasa yang dirasakan
menerima respon pasien
terhadap nyeri 3. Factor lingkungan dapat
3. Control factor mempengaruhi respon
lingkungan yang dapat pasien dalam menerima
mempengaruhi respon tindakan
pasien mengalami
ketidaknyamanan (mis :
temperature ruangan,
cahaya, kebisingan)
4. Melakukan TTV :
TD :
RR:
Suhu :
N:
34
Kolaborasi :
Kolaborasi: 1. operasi dilakukan untuk
1. Dilaku memotong bagian usu yang
kan operasi oleh tim mengalami sumbatan
dokter
3. CT-Scan dilakukan
untuk menentukan
apakah pasien
2. Dilaku mengalami apendisitis
kan CT-Scan Health Education:
1. Memeberikan
pemahaman kepada
Health Education: keluarga mengenai
1. Informasikan kepada indikasi kenapa
keluarga mengenai tindakan diberikan terapi
pemberian terapi komunikasi komunikasi terapeutik
terapeutik
35
5.4 Implementasi Keperawatan
Inisial Nama : Nn.A
Tanggal : 14 Oktober 2016
Dx.Kep : Nyeri akut(00132)
Definisi : Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International
Association for the Study) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan..
Tgl/Jam Tindakan Paraf
1. Melakukan pemeriksaan TTV pada
14 oktober 2016 pasien :
14.00 TD: 100/70
RR : 31x/menit
S : 38,5 o C
N: 110x/menit
2. Melakukan pengamatan dampak nyeri
terhadap aktivitas pasien
3. Melakukan pengkajian terhadap pasien
tentang durasi nyeri, tempat nyeri
4. Berkolaborasi dengan dokter untuk
memberikan obat anti nyeri
1. Melakukan pemeriksaan TTV
15 oktober 2016 pada pasien :
TD: 110/70
09.00 RR : 31x/menit
S : 38 o C
N: 110x/menit
2. Mengontrol lingkungan sekitar pasien
3. Memberikan terapi terapeutik kepada
pasien
5.5 Evaluasi
36
Tgl/jam Diagnosa Catatan perkembangaan Paraf
15 oktober Nyeri Akut S = pasien mengatakanmasih
2016 merasa nyeri pada bagian perut
O=
10.00
TD: 110/70
RR : 31x/menit
S : 38 o C
N: 110x/menit
37