ANTI-DEPRESAN
“PSIKOFARMAKOLOGI”
Dosen pengampu:
Oleh :
Muhamad Saiqul Khoir (17303163006)
Indah Wahyuningtyas (173031630)
Sri Lestari (173031630)
Windy Ajeng (17303163024)
IAIN TULUNGAGUNG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat, tauhid, serta hidayah-Nya,
sehingga kami mampu menyelesaikan makalah “Anti-Depresan”. Tak lupa shalawat serta
salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah membawa kita keluar
dari kegelapan, dan menjadi teladan bagi kita semua atas semua akhlak mulianya.
Selanjutnya sebagai rasa hormat atas bantuan dan bimbingan serta dorongan dari semua
pihak, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Gading Giovani Putri, M.P.H selaku dosen mata kuliah “Psikofarmakologi” yang
telah membina dan membimbing kami,
2. Semua pihak yang telah membantu menyesaikan tugas makalah ini.
Semoga Allah senantiasa membalas segala budi kebaikan mereka semua dan selalu
melimpahkan berkah serta hidayah-Nya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, untuk
dikembangkan lebih lanjut dan sebagai media pambelajaran. Kamipun menyadari bahwa
penyusunan makalah ini pasti banyak kesalahan dan kekurangan yang dikarenakan kurangnya
ilmu dalam bidang ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
kami harapkan demi perbaikan diwaktu yang akan datang. Kami selaku penyusun hanya
mengharap keridhoan Allah SWT semata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
dan sumbangan baik kepada penyusun sendiri maupun kepada pihak lain, amin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Depresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental utama saat ini, yang
mendapatkan perhatian serius. Orang yang mengalami depresi umumnya
mengalami gangguan yang meliputi keadaan emosi, motivasi, fungsional, dan
tingkah laku serta kognisi bercirikan ketidak berdayaan yang berlebihan (Kaplan
et al., 1997). Depresi dapat terjadi pada anak-anak, remaja, dewasa, dan orang
tua. Orang yang mengalami depresi akan memunculkan emosi-emosi yang
negatif seperti rasa sedih, benci, iri, putus asa, kecemasan, ketakutan, dendam dan
memiliki rasa bersalah yang dapat disertai dengan berbagai gejala fisik (Korff
and Simon., 1996).
WHO (2012) menyatakan bahwa depresi berada pada urutan ke empat
penyakit paling sering di dunia. Depresi sering ditemui dalam kasus gangguan
jiwa. Pravalensi pada wanita diperkirakan 10-25% dan laki-laki 5-12%.
Walaupun depresi lebih sering pada wanita, bunuh diri lebih sering terjadi pada
laki-laki terutama usia muda dan usia tua (Nurmiati, 2005). Prevalensi gangguan
jiwa berat pada penduduk Indonesia sebesar 1,7 per mil. Penderita gangguan jiwa
berat paling banyak terdapat di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali dan
Jawa Tengah. Proporsi rumah tangga yang pernah memasung anggota rumah
tangga gangguan jiwa berat sebesar 14,3% serta pada kelompok penduduk
dengan indeks kepemilikan terbawah sebesar 19,5%. Prevalensi gangguan mental
emosional pada penduduk Indonesia sebesar 6%.
Provinsi dengan prevalensi gangguan emosional paling tinggi adalah Sulawesi
Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur
(Depkes RI, 2013). Antidepresan adalah obat yang digunakan untuk pengobatan
depresi. Kadar neurotransmiter terutama norepinefrin dan serotonin dalam otak
sangat berpengaruh dalam keadaan depresi dan gangguan Sistem Saraf Pusat.
Rendahnya kadar norepinefrin dan serotonin didalam otak yang menyebabkan
gangguan depresi, dan apabila kadarnya terlalu tinggi menyebabkan mania.
Oleh karena itu anti depresan adalah obat yang mampu meningkatkan kadar
norepinefrin dan serotonin di dalam otak (Prayitno, 2008). Salah satu masalah
dari penggunaan obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki (adverse drug
reactions). Adverse Drug Reactions (ADR) dapat memperburuk penyakit dasar
yang sedang diterapi serta menjadikan bertambahnya permasalahan baru bahkan
kematian. Keracunan dan syok anafilatik merupakan contoh ADR berat yang
dapat menimbulkan kematian. Rasa gatal dan mengantuk adalah sebagian contoh
ringan akibat ADR. Sebuah penelitian di Perancis dari 2067 orang dewasa berusia
20-67 tahun yang mendatangi pusat kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan
dilaporkan bahwa 14,7 % memiliki efek samping terhadap satu atau lebih obat
(Mariyono dan Suryana, 2008).
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Anti Depresan?
b. Apa saja jenis dan dosis dari Anti Depresan?
c. Apa manfaat dari obat Anti Depresan?
d. Bagaimana efek dari obat Anti Depresan bagi pengguna?
C. Tujuan
a. Mengetahui definisi Anti Depresan
b. Mengetahui jenis-jenis obat Anti Depresan beserta dosisnya
c. Mengetahui manfaat dari obat Anti Depresan setelah mengkonsumsinya
d. Mengetahui efek samping dari obat Anti Depresan bagi pengguna
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Anti-Depresan
Anti depresan adalah golongan obat untuk mengobati depresi. Selain depresi,
anti depresan juga digunakan untuk mengobati gangguan cemas, fobia, dan bulimia.
Obat ini bekerja dengan cara menyeimbangkan kandungan senyawa kimia alami
dalam otak yang terlibat mempengaruhi suasana hati.
Secara umum, terdapat beberapa jenis obat anti depresan yang diresepkan oleh
dokter, di antaranya adalah:
b. Fluvoxamine
Merek dagang Fluvoxamine: Luvox. Bentuk obat: oral
Kondisi: Depresi
Dewasa: 50-100 mg per hari sebagai dosis awal, dan dapat ditingkatkan
hingga 300 mg. Dosis di atas 150 mg dapat dibagi menjadi 2-3 kali
konsumsi per hari
Kondisi: Gangguan obsesif kompulsif (OCD)
Dewasa: 50 mg sehari sekali, dan dapat ditingkatkan 50 mg tiap 4-7 hari,
dengan dosis maksimum 300 mg per hari. Dosis di atas 100 mg dapat
dibagi menjadi 2 kali konsumsi per hari.
Kondisi: Gangguan Kecemasan Sosial
Dewasa: 100 mg, sekali sehari pada dosis awal. Dosis maksimum adalah
300 mg per hari.
c. Escitalopram
Merek dagang Escitalopram: Escitalopram oxalate, Cipralex, Elxion,
Depram. Bentuk obat: oral
Kondisi: Gangguan panik (dengan atau tanpa agoraphobia)
Dewasa: 5 mg per hari pada dosis awal, dan dapat ditingkatkan menjadi
10 mg sehari sekali setelah seminggu. Dosis maksimum adalah 20 mg per
hari. Dosis lansia adalah setengah dari dosis dewasa.
Kondisi: Gangguan cemas, depresi, gangguan obsesif kompulsif (OCD)
Dewasa: 10 mg per hari pada dosis awal, dan dapat ditingkatkan setelah
seminggu jika diperlukan. Dosis maksimum adalah 20 mg per hari. Dosis
lansia adalah setengah dari dosis dewasa.
d. Setraline
Merek dagang Sertraline: Deptral, Fatral, Fridep, Iglodep, Serlof, Semade,
Zerlin, Zoloft. Bentuk obat: oral
Kondisi: Depresi, OCD
Dewasa: Dimulai 50 mg/hari, dapat ditingkatkan bertahap tiap minggu,
dengan dosis maksimum 200 mg/hari. Anak-anak usia 6-12 tahun: 25 mg,
1 kali sehari. Anak-anak usia 13-17 tahun: Dimulai 50 mg/hari, dapat
ditingkatkan bertahap tiap minggu, dengan dosis maksimum 200 mg/hari.
Kondisi: Gangguan panik, post traumatic stress disorder (PTSD),
Gangguan kecemasan sosial Dewasa: 25 mg/hari, dapat ditingkatkan
bertahap tiap minggu, dengan dosis maksimum 200 mg/hari.
Kondisi: PMDD
Dewasa: dimulai 50 mg/hari, dapat ditingkatkan bertahap tiap siklus
menstruasi, dengan dosis maksimum 150 mg/hari.
b. Amitriptylin
Merek dagang Amitriptyline: Trilin. Bentuk obat: oral
Kondisi: Depresi
Dewasa: 50-75 mg sehari sekali sebelum tidur, atau dibagi menjadi
beberapa kali minum. Dosis dapat ditingkatkan secara bertahap, dengan
dosis maksimum 300 mg. Lansia: 25-50 mg per hari, sekali sehari
sebelum tidur, atau dibagi menjadi beberapa kali minum.
Anak-anak: 25-50 mg per hari. Obat dapat dikonsumsi sekali sehari
sebelum tidur, atau dibagi menjadi beberapa kali minum.
Kondisi: mengompol
Anak-anak usia 6-10 tahun: 10-20 mg per hari. Anak-anak usia 11-16
tahun: 25-50 mg per hari. Obat dapat diberikan sebelum tidur, dengan
konsumsi tidak lebih lama dari 3 bulan.
b. Mirtazapine
Merek dagang Mirtazapine: Mirzap, Remeron, Bentuk obat: oral
Kondisi: Depresi
Dewasa: 15 mg per hari sebagai dosis awal, dan dapat ditingkatkan
bertahap setiap 1-2 minggu, sesuai respons tubuh terhadap obat.
b. Duloxetine
Merek dagang Duloxetine: Cymbalta. Bentuk obat: oral
Kondisi: Depresi
Dewasa: 20-30 mg dua kali sehari, atau 60 mg sekali sehari pada
konsumsi awal. Dosis dapat ditingkatkan bertahap 30 mg, setelah
seminggu. Dosis maksimum adalah 120 mg per hari.
Kondisi: Gangguan cemas
Dewasa: 30-60 mg sekali sehari. Dosis maksimum adalah 120 mg per
hari.
Kondisi: Neuropatik Diabetik
Dewasa: 60 mg sekali sehari. Dosis maksimum adalah 120 mg per hari,
dengan pembagian dosis sesuai keperluan.
Kondisi: Fibromyalgia
Dewasa: 30 mg sekali sehari pada seminggu pertama, dan ditingkatkan
menjadi 60 mg sekali sehari.
PENUTUPAN
Kesimpulan