Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM PELAYANAN FARMASI

MEDICATION RECORD

Oleh:
Dhiana Mintariasih (M0617013)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2020
1. RESEP
dr. Arman Maulana Sp.PD-KGEH dr. Bima Sakti Sp. JP dr. Bima Sakti Sp. JP
SIP.020882/UGM-12/VI/2017 SIP.020882/UGM-12/VI/2017 SIP.020882/UGM-12/VI/2017
Jl. Werkudoro no.32 Surakarta Jl. Werkudoro no.32 Surakarta Jl. Werkudoro no.32 Surakarta
Telp (0271) 553228 Telp (0271) 553228 Telp (0271) 553228
Surakarta, 14 Oktober 2020 Surakarta, 04 Oktober 2020 Surakarta, 01 Oktober 2020
No : 1 No : 1 No : 1
Iter 2 x
R/ Lactulax syr No I R/ Digoxin No. XXX R/ Recolfar No. XV
S3 dd 1 Cth S3 dd 1 S2 dd 1 tab
R/ Dumin No. X R/ Furosemid No. X -------------TTD-------------
S 4dd 1 tab S 1 dd ½ tab R/ Piroxicam 10 mgf No. X
R/ HP Pro No. XV R/ Cardace No. XV S 1 dd 1 tab
S1dd 1 caps S1dd 1 hs -------------TTD-------------
R/ Neomisin tab No X R/ Kalmethasone 8 No. XV
S2 dd 2 tab S3 dd 1 tab
-------------TTD-------------

Pro : Tn. Arya Senopati (68 tahun) Pro : Tn. Arya Senopati (68 tahun) Pro : Tn. Arya Senopati (68 tahun)
Alamat : Jl. Majapahit No. 45 Alamat : Jl. Majapahit No. 45 Alamat : Jl. Majapahit No. 45
2. CATATAN PENGOBATAN
Nama Pasien : Arya Senopati
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 68 tahun
Alamat : Jl. Majapahit No. 45 Surakarta
No. Telepon :-
No Tanggal Kasus Nama dokter Nama Obat/dosis/cara Catatan Pelayanan Apoteker
. pemberian
1. 14/09/20 Ensefalopati dr. Bima Sakti  Lactulax syr/ 3 x 1 (cth) /  Lactulax pada resep underdose untuk
hepatic Sp. PD per oral pasien enselopati hepatic seharusnya
 Dumin/4 x 1/ per oral 30 ml (2 SDM) 3 x sehari.
 Hp Pro/ 1 x 1/ per oral  Dumin (paracetamol) dapat
 Neomisin tab/2 x 2/ per menyebabkan hepatotoxic sehingga
oral perlu dikonsultasi pada dokter dan
menyarankan untuk penurun demam
dengan sitenol (PCT+ N asetil
sistein). PCT dikonsumsi saat
diperlukan saja dan jika bisa
menggunakan anlgetik yang lain.
 Neomisin pada resep juga underdose
karena frekuensi pemberiannya
seharusnya 4 x 2 tablet sehari (setiap
6 jam ). Pada resep jumlah obat juga
kurang untuk penggunan 5 hari
dibutuhkan 40 tablet.
 Interkasi minor antara lactulax dan
neomycin solusinya adalah memberi
jarak waktu minum antara kedua
obat.
 Edukasi cara mengkonsumsi obat
- Luctulax dkonsumsi setiap 8 jam
sesudah makan.
- Dumin dikonsumsi setiap 6 jam
sekali setelah makan
- HP pro digunakan setiap 24 jam
sekali
- Neomisin dikonsumsi setiap 12 jam
dan diminum sampai habis.
 Pasien diedukasi untuk menjaga
kebersihan makan, pola makan,
makan manan bergizi, menghindari
makanan instan atau junk food, diet
protein sesuai fase ensefalopati
hepatik (diet kaya asam amino rantai
cabang), menutup atau mengurangi
embolisasi, kolektomi total untuk
mengrangi absorbsi kandungan
nitrogen di usus olahraga yang
cukup dan minum air putih yang
cukup

2. 04/ Gagal dr. Bima Sakti  Digoxin/ 3 x 1/ per oral  Dosis digoxin overdosis. DM ->
09/20 jantung Sp.JP  Furosemid/1/2 x 1/ Per 0.5mg/hari. Dosis terapi -> 3 x
oral 0.25mg = 0.75mg/hari
 Cardace/1 x1 /Per oral  Digoxin dikonsumsi malam hari,
furosemide dikonsumsi pagi hari,
cardace dikonsumsi sebelum makan.
 Terdapat interaksi antara furosemide
dan digoxin dan ramipril yaitu
meningkatkan toxisitas yaitu
hypokalemia maka diberikan
suplemen kalium dan magnesium
atau pemberian diuretic hemat
kalium dengan memonitoring kadar
plasma kalium dan magnesium
 Edukasi pasien dihimbau untuk
mengurangi konsumsi garam
berlebih, dikonsumsi makanan
rendah kolesterol, lemak, serta
asupan kalori yang adekuat. Pasien
diharapkan untuk tidak merokok dan
konsumsi alkohol.
3. 01/09/20 Gout akut dr. Arman  Recolfar/ 2 x 1/ per oral
Maulana Sp.PD-  Piroxicam 10 mg/ 1 x 1/  Dosis obat pada kolkisin diresep
KGEH per oral tidak dicantumkan namun potensi
 Kalmethasone/ 3 x 1/ per yang beredar dipasaran adalah 0,5
oral mg sehingga dapat dikatakan obat ini
belum OD. Dosis Recolfar awal
adalah 1 mg atau 2 tablet kemduian
dilanjutkan 0,5 mg 1 jam kemudian
bila ada nyeri dilanjutkan 0,5 mg
setiap 12 jam.

 Dosis piroxicam underdose karena


lazimnya adalah 10-20 mg setiap1 2
jam. Perlu dikonfrimasi terlebih
dahulu pada dokter pembuat resep
untuk merubah frekuensi
pemmberian jadi 2x sehari dan dosis
piroxicam ditambah atau tetap
dengan dosis dibawah lazim. Bila
tidak dibubah dan tetap dibawah
dosis lazim hal ini dapat dikarenakan
pasien yang sudah lansia dimana
metabolism tubuh sudah menurun
adanya interaksi dengan diuretik
(Colchicine pada Recolfar)
menyebabkan gangguan proses
natriuresis sehingga perlu
dikonsultasikan kepada dokter.
 Dosis kalmethason overdosis karena
dosis lazimuntuk inflamasi 0,75 – 9
mg dalam dosis terbagi setiap 6-12
ja. Sehingga perlu dikonfirmasi
kepada dokter tekait obat tersbebut.
 Edukasi pada pasien yang menerima
perawatn dengan kolkisin untuk
disarankan menghindari konsumsi
anggur dan jeruk bali.
 Pasien disarankan mengkonsumsi
obat bersamaan dengan makanan dan
menghindari makan makanan pedas
dan terlalu masam yang dapat
memperparah kondisi lambung.
 Edukasi gaya hidup untuk menjaga
berat badan. Diet pasien, disarankan
menghindari makanan tingi purin.
Olahraga berjalan santai di pagi atau
sore hari rutin 3 kali seminggu 30-
60mnt. Jika pasien adalah perokok,
maka sangat dianjurkan untuk
menghentikan kebiasaan merokok
tersebut. 
3. Pembahasan
Pada resep yang diberikan pada tanggal 14 Oktober 2020, terdapat interaksi minor antara obat
neomisin dan lactulax, untuk solusinya diberikan jeda waktu minum obat antara lactulax dan neomisin
yaitu antara 1-2 jam. Dumin (paracetamol) dapat menyebabkan hepatotoxic untuk mencegah hal itu maka
untuk mengatasi demam pasien dapat diberikan paracetamol dan N-asetil sistein. Obat neomisin memiliki
efek samping berupa otositas dan pada resep ini diberikan pada pasien lansia sehingga dapat memberikan
saran pada dokter untuk emngganti obat neomisin dengan obat yang lebih rendah seperti neomycin dengan
rifaximin yang efek sampignnya lebih ringan.

Untuk edukasi pada pasien resep 14 Oktober 2020, Pasien perlu diberi edukasi oleh apoteker saat
menerima obat. Semua obat diberikan etiket berwarna putih yang menandakan bahwa obat dikonsumsi
secara oral, dalam etiket juga harus dituliskan cara konsumsi obat yaitu waktu dan frekuensinya,
keterangan efek terapi dari obat tersebut. Luctulax syr dikonsumsi 3x 30 ml (2SDM) sehari, diedukasikan
kepada pasien untuk mengkonsumsi lactulax setiap 8 jam sekali sesudah makan. Dumin dikonsumsi 4 x 1
tablet, pasien perlu diberi edukasi mengkonsumsi obat setiap 6 jam sekali setelah makan. HP pro
dikonsumsi sehari 1 x 1 kapsul, maka dikonsumsi setiap 24 jam sekali. Neomisin dikonsumsi  2 tablet 4x
sehari (setiap 6 jam), maka pasien perlu diberikan edukasi meminum obat setiap 12 jam sekali. 
Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan oleh pasien adalah pasien disarankan menjaga
kebersihan makanan, menjaga pola makan, makan makanan bergizi, pasien disarankan untuk diet protein
sesuai fase ensefalopati hepatik (diet kaya asam amino rantai cabang), menutup atau mengurangi
embolisasi, kolektomi total untuk mengrangi absorbsi kandungan nitrogen di usus, olahraga yang cukup
dengan menyesuaikan kemampuan pasien, minum air putih yang cukup. Pasien juga diberi edukasi terkait
penyimpanan obat yaitu dijauhkan dari jangkauan anak anak, obat dihindari dari sinar matahari langsung,
serta memperhatikan bentuk atau kualitas obat masih baik dikonsumsi atau tidak
Pada resep yang diberikan tanggal 4 Oktober 2020. Furosemid dapat menyebabkan gangguan
elektrolit sehingga dapat mempengaruhi digoksin menginduksi terjadinya aritmia, interaksi tersebut bersifat
farmakodinamik dengan onset lambat. Pada saat penggunaan kombinasi obat ini harus dilakukan
pengukuran kadar plasma kalium dan magnesium. Untuk mengatasi interaksi antar obat tersebut yaitu
kehilangan kalium dan magnesium dapat diberikan penggantian diuretic hemat kalium (Windriyati dkk,
2008). Menurut Suharni, 2015 interaksi antara digoksin dan furomsemid dapat meningkatkan ekskresi
kalium dan magnesium sehingga dapat meningkatkan toksisitas digoksin yang menyebabkan hipkalemia.
Untuk mencegah terjadinya hypokalemia dapat diberikan suplemen kalium dan magnesium atau diuretic
hemat kalium. Selain itu diperlukan monitoring closely terkait resiko hypokalemia dari furosemide karena
dapat meningkatkan resiko toksisitas digoxin.

Kemudian interakasi antara furosemide dan ramipril yaitu interaksi farmakodinamik sinergis.
Kommbinasi furosemide (Loop diuretik) dan ramipril (ACE Inhibitor) umumya aman dan efektif
digunakan, tetapi adanya “first dose hypotension” (pusing hingga pingsan) dapat terjadi. Pada semua pasien
yang mengkonsumsi diuretic, tetapi dengan ACE inhibitor dimulai dengan dosis yang sangat rendah.
Interaksi yang menyebabkan “first dose hypotension” belum sepenuhnya dipahami. Interakasi furosemide
dan ramipril ini juga menyebabkan efek hypokalemia. Penyebab hypokalemia adalah efek diuretic yang
bekerja memperbanyak pengeluaran kalium dan air (Muhamudu dkk, 2017). Ramipril juga memiliki
interkasi obat dengan digoxin berupa interaksi fase farmakodinamik signifikansi moderate) sehingga haru
melakukan monitor closely terkait potensi hypokalemia akibat penggunaan ramipril.

Edukasi yang perlu dilakukan untuk pasien adalah seluruh obat diberi etiket putih sebagai tanda
konsumsi oral. Pada etiket diberikan cara konsumsi obat, berupa waktu dan frekuensi, serta keterangan efek
terapi obat. Masing – masing obat, dikonsumsi 1 x sehari, sehingga perlu dikonsumsi setiap 24 jam.
Digoxin 1x1 tablet pada malam hari, furosemide 1x1 tablet pada pagi hari, dan carcade 1x1 tablet dapat
dikonsumsi pagi atau siang hari. Pemberian Digoxin diberikan di malam hari, furosemide diberikan pagi
hari karena meningkatkan kadar urin. Dapat disampaikan juga carcade dikonsumsi sebelum makan agar
absorbsinya tidak terganggu akibat makanan. Edukasi efek samping obat yang timbul juga perlu diberikan,
namun ditekanan tidak semua efek samping terjadi pada pasien. Apabila pasien merasakan
ketidaknyamanan yang menggangu saat mengkonsumsi obat dapat segera mendatangi dokter

Terapi nonfarmakologi yang dapat dilakukan oleh pasien berupa edukasi gejala, tanda, dan
pengobatan gagal jantung. Manajemen diet, dengan mengurangi jumlah garam, menurunkan berat badan
bila dibutuhkan, rendah kolesterol, rendah lemak, asupan kalori adekuat (Rich, 2009). Pasien harus
memantau berat badan rutin setap hari, jika terdapat kenaikan berat badan > 2 kg dalam 3 hari maka harus
dikomunikasikan dengan dokter (Perki, 2015). Pasien disarankan untuk berolahraga ringan, seperti
berjalan-jalan di pagi hari. Pasien disarankan juga untuk tidak merokok, tidak minum alkohol dan
mengkonsumsi makan makanan sehat. Pasien disarankan untuk mengkonsumsi air putih. Selain itu,
diberikan edukasi untuk menyimpan obat di tempat sejuk dan kering, tidak terkena sinar matahari secara
langsung, serta terhindar dari jangkauan anak-anak. Perhatikan konsistensi obat untuk memastikan bahwa
obat masih baik dikonsumsi.
Pada resep yang diberikan pada tanggal 1 Oktober 2020, terdapat interkasi obat dan makanan, yaitu
pada kolkisin akan terjadi interaksi bila dikonsumsi dengan jeruk bali dan anggur secara bersaman karena
dapat meningkatkan konsentrasi kolkisin dan efek samping kolkisin akan meningkat. Mekanismenya
adalah senyawa yang ada dalam anggur dan jeruk bali akan menghambat metabolisme kolkisin yang
dimediasi CYP 450 3A4, sehingga kadarnya akan meningkat dalam serum darah. Untuk menhindari hal
tersebut pasien disarankan untuk tidak mengkonsumsi jeruk bali dan anggur saat mengkonsumsi obat
kolkisin.

Kemudian ada interaksi antara dexamethasone (kalmethason) dengan piroxicam yang bersifat
moderate bila dikonsumsi bersamaan yaitu dapat meningkatkan resiko gangguan lambung yang serius,
yaitu termasuk peradangan, pendarahan, ulserasi dan perforasi. Hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
hal itu adalah pasien disarankan untuk mengkonsumsi obat bersamaan dengan makanan dan menghindari
makan makanan pedas dan terlalu asam yang dapat memperparah kondisi lambung.

Edukasi yang dapat diberikan adalah Recolfar dikonsumsi 2 x 1 setiap 12 jam dan dapat diminum
sebelum atau sesudah makan. Piroxicamm dikonsumsi 10 mg sehari setiap 24 jam 5 menit setelah makan.
Kalmethason dikonsumsi 0,5 mg setiap 8 jam 5 menit setelah makan. Edukasi tentang cara penyimpanan
obat juga penting, dimana obat diletakkan dikotak P3K dijauhkan dari sinar matahari langsung dan
jangkauan anak-anak. Edukasi tentang efek samping yang mungkin terjadi juga perlu dilakukan kepada
pasien, namun perlu dijelaskan bahwa efek samping tidak selalu terjadi untuk semua orang juga harus
disampaiakan cara pengatasan dari efek samping yang mungkin terjadi. Edukasi terkait dengan interaksi
obat juga harus disampaikan agar pasien dapat menghindari terjadinya efek yang merugikan akibat
interaksi obat

Untuk perubahan gaya hidup perlu diberikan kepada pasien. Pasien disarankan untuk menjaga berat
badan agar tidak overweight. Untuk diet pasien, disarankan menghindari makanan tingi purin  (jeroan, hati,
ampela). Makanan yang harus dibatasi konsumsinya adalah daging sapi, domba, lobster, kepiting, kerrang,
udang, alcohol, pemanis pada minuman kemasan. Pasien dianjurkan banyak minum air putih (>2 liter/ 8-16
gelas per hari), konsumsi susu, yoghurt rendah lemak, vitamin C, kopi. Selain itu, pasien dianjurkan
melakukan Latihan fisik rutin 3 kali seminggu 30-60mnt karena pasien adaah lansia. Olahraga yang
dianjurkan adalah berjalan santai di pagi atau sore hari. Jika pasien adalah perokok, maka sangat dianjurkan
untuk menghentikan kebiasaan merokok tersebut.
4. Refrensi

Basserawy, G. S., & Taroeno, S. A. (2020). ENSEFALOPATI HEPATIK AKIBAT SIROSIS HEPATIS

PADA PRIA BERUSIA 65 TAHUN.

Drugs.com. 2020. Drug Interactions Checker. ://www.drugs.com/drug_interactionhttpss.html


(diakses pada 9 November 2020)

Perki. 2015. PEDOMAN TATALAKSANA GAGAL JANTUNG Edisi Pertama. Perhimpunan

Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia.

Rich MW. 2009. Heart Failure. In: Halter JB et al [edt.]. Hazzard’s Geriatric Medicine and

Gerontology. 6thed. USA: McGraw Hill Companies, p. 931-49

Suharyani,I. 2015. Evaluasi Penggunaan Kombinasi Obat Digoksin dan Furosemid.


Jurnal Kesehatan, 6(2).
Windriyati,Y,N.,  Tukuru,E., Arifin,I. 2008. Kajian Interaksi Obat pada Pasien
Penyakit Gagal Jantung Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang Tahun
2008. Jurnal Ilmu Farmasi dan Farmasi Klinik, 7(2).
Yesia Stevani Mahamudu,  Citraningtyas,G., Rotinsulu,H. 2017. Kajian Potensi Interaksi Obat
Antihipertensi pada Pasien Hipertensi Primer di Instalasi Rawat Jalan RSUD Luwuk Periode
Janurari - Maret 2016. PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi, 6(3).

Anda mungkin juga menyukai