Anda di halaman 1dari 9

RESUME SISTEM RUJUKAN DALAM PELAYANAN

KEHAMILAN

MATA KULIAH TEKNOLOGI TEPAT GUNA

Disusunoleh :

SARJANA TERAPAN+PROFESI KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

KATA PENGANTAR

Pujisyukur kami panjatkankehadirat Allah SWT yang


telahmemberikanrahmat, taufik, sertahidayah-Nya kepada kami sehingga kami
dapatmenyelesaikanmakalahteknologitepatguna yang berjudul “Resume system
rujukandalampelayanankehamilan “Tidaklupa pula
shalawatsertasalamsemogatetaptercurahkankepadajunjungankitanabibesar
Muhammad SAW. Nabi yang telahmembawakitadarialamjahiliyahkealam yang
terangbenderangpenuhdenganilmupengetahuan.Semogakitatermasukumat-Nya
yang akanmendapatkansyafaat-Nya di harikiamat. Aamiin.

Makalah yang berjudul “Resume system


rujukandalampelayanankehamilanini kami
buatuntukmemenuhitugasmatakuliahteknologitepatguna
.Makalahiniberisipenerapanteoridanmateri-materi yang terkaitdengan Resume
system rujukandalampelayanankehamilan.

Semogamakalahinibisamemberikanmanfaatuntukkitasemua, terutamabagi
kami.Kami menyadaribahwamakalahinimasihjauhdarisempurna,
olehkarenaitukritikdan saran darisemuapihak yang bersifatmembangunselalu kami
harapkan demi kesempurnaanmakalahini.

Akhir kata, kami sampaikanterimakasihkepadasemuapihak yang


telahberperansertadalampenyusunanlaporaninidariawalhinggaakhir.Apabilaadakek
eliruan kata ataukalimat, kami mohonmaaf.

Bandung, 15 Agustus 2020

2
DAFTAR ISI

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di ineonesia sistem rujukan kesehatan telah dirumuskan dalam Premenkes No. 01


Tahun 2012. Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab timbal balik pelayanan kesehatan secara
timal balik baik vertilak maupun horizontal. Sederhananya, sistem rujukan mengatur
darimana dan harus kemana seseorang dengan gangguan kesehatan tertentu memeriksakan
keadaan sakitnya.
Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan ada;ah pelaksanaan rujukan yang kurang
tepat dan cepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang
tinggi dan mendahulukan kebutuhann masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tinggnya
kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa kita.
Masalah 3T (tiga terlambat) merupakan salah satu hal yang melatar belakangi tingginya
kematian ibu dan anak, terutama terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko
tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi faktor yang menentukan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu dan bayi
ke fasilitas kesehatan rujukan secara optilamdan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika
bidan lemah dan lalai dalam melakukannya maka akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu
dan bayi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa pengertian sistem rujukan?
2. Apa saja jenis jenis rujukan?
3. Apa saja persiapan untuk rujukan?
4. Bagaimana mekanisme rujukan?
5. Bagaimana hirarki pelayanan kesehatan?
6. Bagaimana kebijakan pengolahan rujukan?

4
C. Tujuan penulis
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulis dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian sistem rujukan
2. Untuk mengetahui jenis jenis rujukan
3. Untuk mengetahui persiapan rujukan
4. Untuk mengetahui mekanisme rujukan
5. Untuk mengetahui hirarki pelayanan kesehatan
6. Untuk mengetahui kebijakan pengolahan rujukan

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian

Rujukan kebidanan adalah kegiatan pemindahan tanggung jawab terhadap kondisi


klien ke fasilitas pelayanan yang lebih memadai dari segi tenaga atau pengetahuan, obat dan
peralatannya.
Pengertian sistem rujukan menurut sistem Kesehatan Nasional Depkes RI 2009,
merupakan suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu atau lebih kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu
menangani atau secara horizontal antar unit unit yang setingkat kemampuannya. Sistem
rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas pelayanan kesehatan yang
memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah yang
timbul baik secara vertikal (komunikasi antar unit yang sederajat) maupun horizontal
(komunikasi inti yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang lebih
kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.

B. Jenis Jenis Rujukan


Menutut lingkup pelayanan, sistem rujukan terdiri dari :
1. Rujukan medik
Yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul
baik secara vertikal maupun horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu
menangani secara rasional.
Jenis rujukan medik antara lain
a. Transfer of Patient. Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan operatif dll.
b. Transfer of Specimen. Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
c. Transfer of Knowledge. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan mutu layanan setempat.
2. Rujukan kesehatan
Yaitu hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau spesimen ke fasilitas
yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut maslah kesehatan

6
yang bersifat pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif).
Rujukan ini mencangkup rujukan teknologi, sarana dan operasional.
C. Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan, disingkat
“BAKSOKUDA” yang dijabarkan sebagai berikut :
1. B (bidan): pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang
kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan
2. A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan – bahan yang diperlukan, seperti spuit,
infus set, tensimeter, dan stetoskop
3. K (keluarga): beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan
mengapa dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain diusahakan untuk dapat
menyetujui Ibu (klien) ke tempat rujukan.
4. S (surat): beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat – obat yang telah diterima ibu
(klien)
5. O (obat): bawa obat – obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk
6. K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu
(klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam
waktu cepat
7. U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di tempat rujukan
8. DA (Darah & Do’a).

D. Mekanisme Rujukan
Adapun mekanisme rujukan yang perlu dilakukan antara lain:
1. Menentukan kegawatdaruratan pada tingkat kader, bidan desa, pustu dan
puskesmas
a. Pada tingkat Kader
Bila ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri maka segera
dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat karena mereka belum dapat
menetapkan tingkat kegawatdaruratan
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas
Tenaga kesehatan harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus
yang ditemui. Sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya mereka harus

7
menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri dan kasus mana yang
harus dirujuk
2. Menentukan tempat tujuan rujukan
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan yang
mempunyai kewenangan terdekat, termasuk fasilitas pelayanan swasta dengan
tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarganya.
Klien dan keluarga perlu diberikan informasi tentang perlunya penderita segera
dirujuk untuk mendapatkan pertolongan pada fasilitas pelayanan kesehatan yang
lebih mampu
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju melalui telepon atau
radio komunikasi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
5. Persiapan penderita
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki terlebih dahulu atau
dilakukan stabilisasi. Keadaan umum ini perlu dipertahankan selama dalam
perjalanan. Surat rujukan harus dipersiapkan sesuai dengan format rujukan dan
seorang bidan harus mendampingi penderita dalam perjalanan sampai ke tempat
rujukan.
6. Pengiriman penderita
Untuk mempercepat sampai ke tujuan, perlu diupayakan kendaraan/sarana
transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita.
7. Tindak lanjut penderita
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan dan memrlukan tindak lanjut,
dilakukan tindakan sesuai dengan saran yang diberikan.
b. Bagi penderita yang memerlukan tindak lanjut tapi tidak melapor, maka perlu
dilakukan kunjungan rumah

E. Hirarki Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kebidanan dilakukan sesuai dengan hirarki pelayanan kesehatan yang ada mulai
dari:
1. Pelayanan kesehatan tingkat primer di puskesmas.
Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi dini
dan memberikan pertolongan pertama pada kegawat-daruratan obstetri neonatal

8
(PPGDON) untuk tindakan pra rujukan dan PONED di Puskesmas serta pembinaan
UKBM termasuk Posyandu.
Meliputi : Puskesmas dan jaringannya termasuk Polindes / Poskesdes, Bidan Praktik
Mandiri, Klinik Bersalin serta fasilitas kesehatan lainnya milik pemerintah maupun
swasta.

2. Pelayanan kesehatan tingkat sekunder


Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi dini,
melakukan penapisan (skrining) awal kasus komplikasi mencegah  terjadinya
keterlambatan penanganan dan kolaborasi dengan nakes lain dalam penanganan kasus
(PONEK).
Meliputi : Rumah Sakit Umum dan Khusus baik milik Pemerintah maupun Swasta yang
setara dengan  RSU Kelas D, C dan B Non Pendidikan, termasuk Rumah Sakit Bersalin
(RSB), serta Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA).

3. Pelayanan kesehatan tingkat tersier di RS type B dan A


Memberikan pelayanan kebidanan essensial, melakukan promotif, preventif, deteksi dini,
melakukan penapisan (skrining) awal kasus komplikasi mencegah terjadinya
keterlambatan penanganan, kolaborasi dg nakes lain dalam penanganan kasus PONEK
dan asuhan kebidanan/penatalaksaaan kegawat-daruratan pada kasus-kasus kompleks
sebelum mendapat penanganan lanjut.
Meliputi : Rumah Sakit yang setara dengan Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit
Khusus Kelas A, kelas B pendidikan, milik Pemerintah maupun swasta.

Anda mungkin juga menyukai