Bab 3
Bab 3
Kerja Praktek
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat
Diajukan oleh:
NAMA : Muqorobin
NIM :163010070
FAKULTAS TEKNIK
2021
BAB I
PENDAHULUAN
II.1 Exacavator
Dalam dunia alat berat, Indonesia masih tertinggal jauh dari negara
berkembang lainnya. Begitu pula di dunia pendidikan, ilmu alat berat masih
belum jauh dipelajari karena banyak yang beranggapan bahwa alat berat
merupakan alat yang mahal dan sulit untuk di produksi.
Pada saat ini alat berat di Indonesia masih tergantung dari negara lain
seperti Jepang, Amerika, Korea, serta China, hampir sebagian besar alat berat
masih impor dari negara tersebut. Padahal kebutuhan akan alat berat semakin
bertambah seiring proses pembangunan yang sedang berjalan. Indonesia terdiri
dari 416 kabupaten/kota. Jika dirata-rata pada setiap kabupaten atau kota
membutuhkan seratus unit alat berat, maka Indonesia membutuhkan
41.600unit alat berat. Excavator di bagi menjadi 3 jenis yaitu :
1. Excavator Darat
Excavator adalah alat berat yang terdiri dari lengan
(arm), boom (bahu) serta bucket dan digerakkan oleh tenaga
hidrolis yang dimotori dengan mesin diesel. Excavator ini
digunakan untuk pengerukan di darat seperti selokan dan lain-
lain. Gambar II.4 di bahwah ini merupakan produk excavator
darat yang diproduksi oleh PT. Alberindo Prima Persada.
Gambar II.1 Excavator Darat (Riyadi, 2018)
2. Excavator Tambak
Excavator jenis ini hampir sama dengan excavator darat.
Akan tetapi pada bagian rodanya diganti dengan pelampung. Hal
ini dilakukan agar excavator ini dapat mengapung di atas air.
Excavator tambak ini digunakan untuk pengerukan sungai dan
tambak. Gambar 2.5 di bawah ini merupakan produk excavator
tambak yang diproduksi oleh PT. Alberindo Prima Persada.
3. Excavator Peraga
a. Abrasive wear
Keausan ini terjadi jika partikel keras atau permukaan keras yang kasar
menggerus dan memotong permukaan sehingga mengakibatkan hilangnya
material yang ada di permukaan tersebut.
(https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Feprints.undip.ac.id
%2F41435%2F4%2F4_REVISI_KE_2_BAB_II_YANTO.pdf&psig=AOvVaw1FpI
hxEhThnLlOARXGgsq4&ust=1611339030805000&source=images&cd=vfe&ved
=0CAMQjB1qFwoTCMD4nPHPre4CFQAAAAAdAAAAABAU )
b. Adhesive wear.
Keausan ini terjadi jika partikel permukaan yang lebih lunak menempel
atau melekat pada lawan kontak yang lebih keras.
c. Fatigue wear.
Gambar II.9 Fatigue wear karena retak di bagian dalam dan merambat.
(http://eprints.undip.ac.id/41435/4/4_REVISI_KE_2_BAB_II_YANTO.pdf)
Pada peningkatan kecepatan sliding dan beban rendah, lapisan oksida tipis,
tidak lengkap, dan rapuh terbentuk. Pada percepatan yang jauh lebih tinggi,
lapisan oksida menjadi berkelanjutan dan lebih tebal, mencakup seluruh
permukaan.
b. Corrosive wear
Mekanisme ini ditandai oleh batas butir yang korosif dan pembentukan
lubang. Misalnya, permukaan sliding di dalam lingkungan yang korosif.
Gambar II.10 Corrosive wear karena pengelupasan yang terjadi pada lapisan yang rapuh
(http://eprints.undip.ac.id/41435/4/4_REVISI_KE_2_BAB_II_YANTO.pdf)
II.3 Poros
Macam-macam poros
A. poros sebagai penerus daya diklasifikasikan menurut pembebananya
sebagai berikut:
1. Poros transmisi
Poros macam ini dapat beban punter murni atau punter dan lentur. Daya
ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk
atau sprocket rantai.
2. Spindle
Poros transmisi yang relative pendek, seperti poros utama pada mesin
perkakas, dimana beban utamanya berupa punteran disebut spindle. Syarat
yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk
serta kuranya harus teliti.
3. Gandar
Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana
tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar
disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur kecuali jika
digerakan oleh penggerak mula-mula dimana akan mengalami beban
puntir juga. (http://blogmechanical.blogspot.co.id)
menyebabkan panas dan keausan. Gambar ini menunjukkan apa itu gesekan:
Oli sebagai Pelumas akan memberikan lapisan minyak diantara dua bidang
permukaan yang bergesekan, lapisan tersebut akan memberikan jarak kepada
kedua permukaan sehingga kedua permukaan tersebut tidak saling bersentuhan.
Gesekan didefinisikan sebagai perlawanan terhadap gerakan antara dua benda
yang bersinggungan satu sama lain. Setiap kali ada dua benda bergerak terjadi
gesekan. Besarnya gesekan tergantung pada komposisi bagian-bagian, kehalusan
permukaan, besarnya gerakan dan besarnya tekanan yang menggerakkan
keduanya. Selain itu gesekan juga menimbulkan panas. Sebagaimana dua buah
ranting yang jika saling digesekkan akan menimbulkan nyala api, dua komponen
yang bergerak dapat menimbulkan panas yang sangat besar, kadang- kadang dapat
mengakibatkan bantalan poros menjadi meleleh. Ada dua macam gesekan. Jenis
pertama yang disebut pada paragraf pertama bab ini disebut sebagai gesekan
kering, karena tidak ada bahan yang berada di antara kedua benda bergerak.
Gesekan basah terjadi di antara dua benda bergerak yang permukaanya telah
dilapisi dengan suatu minyak pelumas. (Dheni Anggoro Putro, 2007).
Fungsi Minyak Pelumas
Dalam penulisan laporan Kerja Praktek (KP) ini, data yang diperoleh
menggunakan beberapa metode, antara lain:
a. Metode Wawancara
Suatu cara pengumpulan data dengan cara wawancara secara langsung
kepada narasumber. Wawancara dilakukan dengan pembimbing lapangan dan
teknisi yang mengerti cara menangani.
langkah-langkah dalam melakukan wawancara adalah:
b. Metode Observasi
Suatu cara pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung
pada tempat kerja atau lapangan.
Langkah-langka yang dilakukan dalam metode ini adalah:
III.3 Flowchart
Gambar 6 Flowchart alur penelitian
III. 4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Adapun Tempat serta Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek adalah:
Tempat : PT. ALBERINDO PRIMA PERSADA INDONESIA
Waktu : 17 September – 17 Oktober 2019