Anda di halaman 1dari 10

Nurul Islamy: Analisis Sektor Potensial, Dapatkah Pariwisata Menjadi Lokomotif Baru

Ekonomi Nusa Tenggara Barat?

ANALISIS SEKTOR POTENSIAL, DAPATKAH PARIWISATA MENJADI


LOKOMOTIF BARU EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT?

Nurul Islamy
Fungsional Statistisi Ahli Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara Barat
nurul.islamy@bps.go.id

ABSTRAK
Ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang tercermin dalam Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) masih tergantung pada tambang bijih logam dan ekspor. Padahal, NTB dengan
berbagai keindahan alam maupun budaya lokalnya merupakan salah satu provinsi yang dalam
perkembangannya ditargetkan menjadi gerbang pariwisata nasional. Dengan semakin
mantapnya posisi NTB sebagai destinasi wisata nasional, sekaligus tujuan investasi di bidang
kepariwisataan di Indonesia, maka perlu dilakukan studi untuk dapat diketahui sejauh mana
lapangan usaha yang berafiliasi dengan dunia pariwisata memberikan kontribusi sebagai
lokomotif baru perekonomian NTB di luar sektor pertambangan. Untuk mendapatkan
sektor/kategori unggulan di suatu wilayah, beberapa metode pengukuran yang umum
digunakan antara lain Location Quotient (LQ), Analisis Shift–Share, dan Tipologi Klassen.
Berdasarkan tiga metode tersebut diperoleh hasil bahwa dari delapan kategori unggulan, tiga
diantaranya merupakan kategori yang menyokong pariwisata di NTB yakni lapangan usaha
Transportasi dan Pergudangan, Real Estate dan Jasa–jasa. Kategori penting lainnya yaitu
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; Konstruksi; dan Perdagangan berpotensi lebih
digenjot untuk semakin meningkatkan perekonomian NTB. Bagi pengusaha, kategori
unggulan yang menyokong pariwisata tersebut dapat “dilirik” untuk investasi di masa
mendatang. Tanpa menutup kemungkinan untuk membuka usaha baru di lapangan usaha yang
potensial. Ada satu kekuatan ekonomi baru yang menyeruak dari hasil analisis yaitu ekonomi
kreatif. Ternyata lapangan usaha yang berkaitan dengan Ekonomi Kreatif telah terdeteksi
sebagai kategori potensial yang patut dikembangan di NTB. Diperlukan kajian lebih lanjut
terkait topik ini dengan menggunakan Tabel Input–Output agar didapatkan gambaran
hubungan timbal balik dan keterkaitan antarsektor dalam perekonomian di NTB secara
menyeluruh utamanya terkait pariwisata.

Kata Kunci : Analisis Shift–Share, Ekonomi Kreatif, Location Quotient (LQ), Sektor
Unggulan, Sektor Pariwisata, PDRB, Tipologi Klassen

POTENTIAL SECTOR ANALYSIS, CAN THE TOURISM BE A NEW


LOCOMOTIVE ECONOMY OF WEST NUSA TENGGARA?
ABSTRACT
The economy of Nusa Tenggara Barat (NTB) reflected in the Gross Regional Domestic
Product (GRDP) still depends on metal ore mining and exports. In fact, NTB with a variety of
natural beauty and local culture is one of the provinces which in its development is targeted
to become the gate of national tourism. With the increasing position of NTB as a national
tourist destination, as well as an investment destination in the field of tourism in Indonesia, it
is necessary to study to find out the extent to which industry affiliated with the tourism
contribute as a new locomotive for the NTB economy outside the mining sector. To obtain

1
Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation --- Volume 2, No. 1, April 2019
eISSN: 2654-4687 ----- pISSN: 2654-3893

leading sectors /categories in a region, several commonly used measurement methods include
Location Quotient (LQ), Shift–Share Analysis, and Klassen Typology. Based on the three
methods, the results show that of the eight leading categories, three of them are categories
that support tourism in NTB, namely the Transportation and Storage, Real Estate and
Services. Other important categories are Accomodation & food Service Activities;
Construction; and Trade has the potential to be further boosted to further improve the NTB
economy. For entrepreneurs, the leading categories that support tourism can be "glimpsed"
for investment in the future. Without closing the possibility to open a new business in a
potential industry. There is one new economic power that has emerged from the results of
analysis, namely the creative economy. It turns out that the industry related to the Creative
Economy have been detected as potential categories that deserve to be developed in NTB.
Further studies are needed regarding this topic using the Input–Output Table in order to
obtain an overview of the interrelationships and inter–sectoral linkages in the economy in
NTB as a whole, especially related to tourism.

Keywords: Creative Economy , GRDP , Klassen Typology, Leading Sector, Location Quotient
(LQ), Shift – Share Analysis, Tourism Sector.

PENDAHULUAN perekonomian dalam suatu tahun tertentu


Sampai saat ini, ekonomi Nusa Tenggara apabila dibandingkan dengan tahun
Barat (NTB) masih tergantung pada sebelumnya. Dengan melihat pertumbuhan
tambang bijih logam dan ekspor luar negeri. ekonomi daerahnya, pemerintah daerah akan
Pada kuartal I–2018, data Badan Pusat bisa membandingkan kecepatan
Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pembangunan dari setiap sektor yang ada.
ekonomi Provinsi NTB mengalami kontraksi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
–0,33 persen dibanding periode yang sama merupakan salah satu provinsi di Indonesia
tahun 2017 (y on y) dengan kontraksi yang dalam perkembangannya ditargetkan
tertinggi terjadi pada Lapangan Usaha menjadi gerbang pariwisata nasional
Pertambangan dan Penggalian sebesar – bersama provinsi lain di wilayah Nusa
20,29 persen. Hal ini juga terlihat dari sisi Tenggara. Berbagai keindahan alam maupun
PDRB Pengeluaran dimana Komponen budaya lokal menjadi daya tarik wisata.
Ekspor Luar Negeri mengalami kontraksi NTB dengan “Pesona Lombok Sumbawa”–
paling tinggi yaitu –22,46 persen. nya menawarkan sejumlah destinasi wisata
Meskipun demikian, di luar yang tidak kalah menarik dari tetangga
pertambangan, pertumbuhan ekonomi NTB sebelah, Bali. Apalagi empat dari sepuluh
tercatat sebesar 4,34 persen pada kuartal I– destinasi “Bali Baru” yang ditetapkan
2018 (y on y). Petumbuhan tertinggi Kementerian Pariwisata berada di NTB. Hal
dicatatkan oleh kategori Jasa Keuangan ini membuat sektor pariwisata di NTB mulai
sebesar 11,61 persen. Kategori penyediaan banyak dilirik oleh investor.
akomodasi dan makan minum sebagai Dengan semakin mantapnya posisi NTB
bagian dari sektor pariwisata berada pada sebagai destinasi wisata nasional, sekaligus
posisi kedua dengan pertumbuhan tertinggi tujuan investasi di bidang kepariwisataan di
yakni sebesar 10,99 persen, dan posisi ketiga Indonesia, maka perlu dilakukan studi untuk
diduduki oleh kategori real estate sebesar dapat diketahui sejauh mana lapangan usaha
7,07 persen. yang berafiliasi dengan dunia pariwisata
Menurut Sukirno (2011) pertumbuhan memberikan kontribusi.
ekonomi merupakan suatu ukuran kuantitatif Sebagai lokomotif baru perekonomian
yang menggambarkan perkembangan suatu NTB di luar sektor pertambangan sehingga

2
Nurul Islamy: Analisis Sektor Potensial, Dapatkah Pariwisata Menjadi Lokomotif Baru
Ekonomi Nusa Tenggara Barat?

dapat menjadi dasar pembentukan kebijakan sektor/kategori unggulan di suatu wilayah,


yang lebih optimal dalam mengembangkan beberapa metode pengukuran yang umum
potensi di bidang pariwisata. digunakan antara lain Location Quotient
(LQ), Analisis Shift–Share, dan Tipologi
LANDASAN TEORI Klassen (Amalia, 2012).
Selain memiliki kawasan–kawasan
strategis pariwisata di Lombok dan Location Quotient (LQ)
Sumbawa yang cocok sebagai lokasi Analisis LQ digunakan untuk
pembangunan kepariwisataan dan layak menunjukkan besarnya peranan sektor
dikembangkan para investor, sejumlah perekonomian suatu wilayah dengan
kemudahan investasi dari sisi perizinan di membandingkan sektor yang sama pada
NTB juga menjadi salah satu faktor. Hal ini wilayah yang lebih besar. Metode ini
sejalan dengan yang disebutkan oleh Berli digunakan untuk mengidentifikasi sektor
(2014) dalam penelitiannya. ekonomi potensial yang menjadi unggulan
dan dapat dikembangkan di suatu wilayah.
Perkembangan pariwisata sudah Disamping itu juga digunakan untuk
sepatutnya mendapat perhatian bagi mengidentifikasi keunggulan komparatif
pemerintah selaku pengatur daerah. Seperti (comparative advantage) suatu wilayah.
yang diungkap Yoeti (2008) bahwa jika
pemerintah tidak mengerti serta tidak
mendukung perkembangan pariwisata, maka =
perekonomian secara keseluruhan akan
menderita, karena akan banyaknya sarana
perekonomian yang akan terbengkalai atau a. Jika LQ > 1, sektor i di wilayah
menganggur. Pembangunan kepariwisataan analisis j merupakan sektor
sejatinya diarahkan agar kegiatan pariwisata unggulan, yaitu sektor yang tingkat
menjadi salah satu sektor basis/andalan spesialisasinya lebih tinggi pada
perekonomian yang mampu menggerakkan wilayah analisis tersebut daripada
sektor–sektor ekonomi lain guna tingkat wilayah yang lebih luas lagi
menyediakan lapangan pekerjaan, (wilayah referensi).
meningkatkan pendapatan masyarakat, dan b. Jika LQ = 1, sektor i di wilayah
perolehan devisa. Karena setiap perubahan analisis j bukan merupakan sektor
yang terjadi pada sektor basis akan unggulan, yaitu sektor yang tingkat
menimbulkan efek ganda (multiplier effect) spesialisasinya sama dengan wilayah
dalam perekonomian regional (Adisasmita, referensi.
2005). c. Jika LQ < 1, sektor i di wilayah
analisis j bukan merupakan sektor
METODE unggulan, yaitu sektor yang tingkat
Jenis penelitian ini adalah penelitian spesialisasinya lebih rendah daripada
kuantitatif. Martono (2010) mendefinisikan wilayah referensi.
penelitian kuantitatif sebagai penelitian yang Dimana Provinsi NTB sebagai wilayah
dilakukan dengan menggunakan data berupa analisis dan wilayah referensinya adalah
angka. Data yang digunakan dalam Indonesia.
penelitian ini adalah data sekunder berupa
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Analisis Shift–Share
Provinsi NTB Tahun 2013–2017. Analisis shift share merupakan salah
Pertumbuhan PDRB dari waktu ke waktu satu teknik untuk menganalisis data statistik
akan mencerminkan pemanfaatan dan daya regional, seperti PDRB, tenaga kerja dan
saing potensi ekonomi dari suatu wilayah. lain–lain untuk mengamati struktur
Sementara itu, untuk mendapatkan perekonomian daerah dan perubahannya
3
Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation --- Volume 2, No. 1, April 2019
eISSN: 2654-4687 ----- pISSN: 2654-3893

secara deskriptif. Caranya dengan analisis lebih tinggi dari daya saing
menitikberatkan pada pertumbuhan sektor di sektor i di wilayah referensi, dan
suatu wilayah dan memproyeksikan kegiatan sebaliknya.
ekonomi di wilayah tersebut dengan data c. Jika SSij > 0, artinya terjadi
yang terbatas (Firdaus, 2007). Analisis ini penambahan nilai absolut atau
merupakan salah satu teknik kuantitatif yang mengalami kenaikan kinerja
biasa digunakan untuk menganalisis ekonomi daerah pada sektor i di
perubahan struktur ekonomi suatu wilayah wilayah analisis tersebut.
terhadap struktur ekonomi wilayah Dari ukuran diatas, maka sektor unggulan
administratif yang lebih luas sebagai wilayah adalah sektor–sektor yang
referensi. mempunyai daya saing yang tinggi. Daya
Dalam metode ini terdapat 3 bagian yaitu: saing suatu sektor menunjukkan potensi
a. Regional Share (RS) merupakan yang tinggi untuk dikembangkan.
komponen share pertumbuhan
ekonomi daerah yang disebabkan Tipologi Klassen
oleh faktor eksternal. RS Tipologi Klassen mendasarkan
mengindikasikan adanya peningkatan pengelompokkan suatu sektor di suatu
kegiatan ekonomi daerah akibat wilayah dengan cara membandingkan
kebijakan nasional yang berlaku. pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut
b. Proporsional Shift (PS) komponen dengan pertumbuhan ekonomi wilayah yang
pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih luas dan membandingkan pangsa
disebabkan oleh struktur ekonomi sektor tersebut dengan nilai rata–ratanya di
daerah tersebut yang baik, dengan tingkat yang lebih luas. Hasil analisis
berspesialisasi pada sektor yang Tipologi Klassen akan menunjukkan posisi
pertumbuhannya cepat. pertumbuhan dan pangsa sektor tersebut
c. Differential Shift (DS) merupakan dalam membentuk perekonomian di suatu
komponen pertumbuhan ekonomi wilayah.
daerah karena kondisi spesifik daerah Untuk melihat potensi ekonomi di suatu
yang kompetitif. Unsur pertumbuhan wilayah digunakan pendekatan pertumbuhan
ini merupakan keunggulan sektoral dan kontribusinya terhadap
kompetitif daerah yang dapat perekonomian di suatu wilayah. Melalui
mendorong pertumbuhan ekspor metode ini diperoleh empat karakteristik
daerah pola dan struktur pertumbuhan dari sektor
d. Shift Share (SS) merupakan ekonomi yang berbeda, yaitu: sektor
penjumlahan dari Regional Share unggulan dan tumbuh pesat, sektor unggulan
dengan Proportional Share dan tapi pertumbuhannya tertekan, sektor
Differential Share potensial yang berkembang cepat, dan sektor
yang tidak potensial.
= Tabel 1. Kategori Sektor Berdasarkan
= ( − ) Tipologi Klassen
= − Kontribusi
Pertumbuhan Sektoral
= + + Sektoral
≥ <

a. Jika PSij > 0, artinya bahwa sektor i Sektor unggulan


Sektor
tapi
pada suatu wilayah analisis tumbuh ≥ unggulan dan
pertumbuhannya
lebih cepat daripada sektor i di tumbuh pesat
tertekan
wilayah referensi, dan sebaliknya. Sektor Bukan sektor
b. Jika DSij > 0, artinya bahwa daya < potensial dan potensial dan
saing sektor i pada suatu wilayah masih dapat tertinggal

4
Nurul Islamy: Analisis Sektor Potensial, Dapatkah Pariwisata Menjadi Lokomotif Baru
Ekonomi Nusa Tenggara Barat?

Pertumbuhan Sektoral Ekonomi NTB harus mulai beranjak dari


Kontribusi tambang yang notabene merupakan
Sektoral
≥ < unrenewable resources, tetapi beralih pada
dikembangkan ekonomi yang suistanable berbasis ekonomi
kreatif yang dapat memberikan
Gi:Pertumbuhan sektor i di wilayah analisis kesejahteraan kepada seluruh masyarakat
G: Pertumbuhan sektor i di wilayah referensi NTB. Sejatinya, pariwisata dapat menjadi
Si: Kontribusi sektor i di wilayah analisis garda utama perekonomian di NTB dari
S: Kontribusi sektor i di wilayah referensi sektor nontambang. Dengan semua modal
Dalam penentuan sektor unggulan utama yang dimiliki serta garansi keamanan
digunakan aturan sebagai berikut: yang menjamin kepariwisataan, maka bukan
tidak mungkin jika ekonomi NTB ke
 Jika LQ positif (+) dan metode lain
salah satu positif (+)  Maka kategori depannya digerakkan dari tingginya geliat
tersebut termasuk unggulan dan perputaran keuangan di dunia pariwisata.
potensial dari segi kontribusi atau Ekonomi NTB tidak lagi bergantung pada
pertumbuhan tambang yang notabene merupakan
unrenewable resources, tetapi beralih pada
 Jika LQ positif (+) metode lain negatif
ekonomi yang suistanable berbasis ekonomi
(–)  Maka kategori tersebut termasuk
kreatif yang dapat memberikan
unggulan namun kontribusi nilai tambah
kesejahteraan kepada seluruh masyarakat
dan pertumbuhannya kecil
NTB.
 Jika LQ negatif (–) dan metode lain ada
Berbagai program pengembangan
yang positif (+)  Maka kategori
pariwisata, mulai dari regulasi, promosi,
tersebut termasuk potensial dari segi
hingga penguatan destinasi memberikan
kontribusi atau pertumbuhan.
fakta yang tidak dapat dibantah yakni tingkat
kunjungan wisatawan ke NTB terus
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengalami peningkatan yang sangat
Ekonomi NTB yang diukur dari PDRB
signifikan dari tahun ke tahun. Hal ini
selama tahun 2013–2017 pertumbuhannya
terbukti sejak 2009 hingga 2017 jumlah
mengalami fluktuasi seperti yang
kedatangan wisatawan meningkat 20–40
ditunjukkan pada Gambar 1 di bawah.
persen setiap tahunnya.
Terlihat bahwa ekonomi NTB secara
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
keseluruhan bertumpu pada lapangan usaha
NTB memperkirakan untuk periode 2016
Pertambangan dan Penggalian. Apabila
saja, jumlah tamu yang menginap baik di
diamati, nilai laju pertumbuhan
hotel bintang maupun nonbintang sebanyak
perekonomian NTB dan pertumbuhan nilai
2,1 juta orang. Masing–masing 1,5 juta
tambah kategori pertambangan dan
wisatawan domestik dan 600 ribu wisatawan
penggalian tidaklah jauh berbeda, dimana
asing. Pencapaian tersebut meningkat
arah pergerakan dari laju pertumbuhan
hampir 103 persen jika dibandingkan dengan
PDRB NTB selama 2013–2017 mengikuti
tahun sebelumnya. Selain itu, ada suatu
pola laju pertumbuhan nilai tambah yang
kebanggaan tersendiri bahwa beberapa tahun
dihasilkan oleh lapangan usaha tersebut.
ke belakang ini, Provinsi NTB juga banyak
Naik turunnya pertumbuhan perekonomian
mendapatkan penghargaan dalam
NTB sejalan dengan pertumbuhan nilai
kepariwisataan diantaranya predikat Muslim
tambah yang dihasilkan oleh kategori
Friendly Destination atau Best Halal
pertambangan dan penggalian. Hal ini
Destination yang datang dari pengakuan
menggambarkan betapa besar pengaruh nilai
dunia. Melihat begitu pesatnya
tambah kategori pertambangan dan
perkembangan sektor ini maka tidak salah
penggalian terhadap perekonomian NTB.
jika sektor pariwisata digadang–gadang akan

5
Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation --- Volume 2, No. 1, April 2019
eISSN: 2654-4687 ----- pISSN: 2654-3893

menjadi salah satu sektor andalan baru NTB.


penggerak lokomotif pertumbuhan ekonomi

120 60
100
50
80
40
60
40 30
20
20
0
2013 2014 2015 2016* 2017** 10
-20
-40 0
B A C D
E F G H
I J K L
M,N O P Q
R,S,T,U Dengan Tambang Tanpa Tambang
Gambar 1
Perkembangan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi NTB Menurut Lapangan Usaha
(Persen), 2013–2017**
Ket: *Angka Sementara
**Angka Sangat Sementara

Hasil penghitungan shift share D, E, F, G, I, K, L, P dan R,S,T,U.


sebagaimana tersaji pada tabel di bawah. Kategori–kategori tersebut memiliki
Berdasarkan tabel shift share tersebut untuk keunggulan kompetitif dibandingkan dengan
Proportional Shift (PSij) dimana merujuk kategori yang sama secara rata–rata
pada PSij yang bernilai positif, sebanyak 12 nasional. Keunggulan komparatif pada
kategori PDRB Provinsi NTB berspesialisasi umumnya disebabkan faktor sumber daya
dengan kategori yang tumbuh cepat pada alam dan manusia yang memadai serta
perekonomian Nasional (Fachrurrazy, 2009). kebijakan pemerintah yang mendukung
Secara umum komposisi pertumbuhan pertumbuhan kategori–kategori tersebut
kategori pada perekonomian Nasional (Wahyufitri, 2007).
memperlambat pertumbuhan PDRB Provinsi Sementara itu, rata–rata LQ Provinsi
NTB sekitar 5,16 Triliun Rupiah. Hal NTB tahun 2013–2017 menunjukkan
tersebut sebagian besar disebabkan terdapat 8 kategori yang bernilai lebih dari 1.
melambatnya kategori pertambangan dan Hal yang menarik adalah kategori I yang
penggalian di tingkat Nasional dan Provinsi berkaitan erat dengan pariwisata memiliki
NTB pada periode 2013–2017, sementara LQ di bawah 1, berarti kategori ini masih
kategori tersebut memiliki share cukup belum mampu menjadi aktivitas basis tetapi
besar bagi perekonomian Provinsi NTB. potensial dari segi kontribusi dan
Differential Shift (Dsij) menunjukkan pertumbuhan. Kemudian, untuk kategori H
terdapat 10 (sepuluh) kategori PDRB dan Q meskipun dari hasil LQ merupakan
Provinsi NTB yang bernilai positif yaitu A, aktivitas basis dan mampu mendorong

6
Nurul Islamy: Analisis Sektor Potensial, Dapatkah Pariwisata Menjadi Lokomotif Baru
Ekonomi Nusa Tenggara Barat?

perekonomian Provinsi NTB, namun Lapangan usaha Pertambangan dan


mempertimbangkan hasil analisis shift sharePenggalian berdasarkan Tabel 2 memang
kedua kategori ini kurang memiliki merupakan salah satu kategori unggulan
keunggulan komparatif dalam perekonomian penopang ekonomi NTB. Akan tetapi,
Nasional. Sementara kategori A, walaupun kategori ini berperilaku fluktuatif dan pada
memiliki share tertinggi dalam PDRB tahun penelitian pertumbuhannya tertekan.
Provinsi NTB, namun mengalamiDalam artian, jika nilai tambah produksi
perlambatan dalam perekonomian Nasional. kategori pertambangan dan penggalian
Hal tersebut mencerminkan kebijakan sedang tinggi maka akan menanjak
Pemerintah belum mampu mendorong peranannya terhadap perekonomian NTB,
pertumbuhan positif aktivitas pertanian, sedangkan peranan kategori lainnya menjadi
kehutanan dan perikanan dalam periode tertekan menurun dibandingkan tahun
2013–2017. sebelumnya. Sebaliknya, apabila nilai
Berdasarkan analisis dengan tiga metodetambah produksi kategori pertambangan dan
di atas diperoleh hasil sebagaimana yang penggalian sedang menurun berakibat pada
ditunjukkan pada Tabel 2. Dari delapan turunnya peranan kategori pertambangan
kategori unggulan, tiga diantaranya
dan penggalian terhadap perekonomian
merupakan kategori yang menyokong secara signifikan, yang diiringi dengan
pariwisata di NTB yakni lapangan usaha melonjaknya peranan kategori selain
Transportasi dan Pergudangan, Real Estatet pertambangan dan penggalian terhadap
dan Jasa–jasa. Kategori penting lainnya perekonomian NTB. Ini memperlihatkan
yaitu Penyediaan Akomodasi dan Makan daerah ini belum mengoptimalkan sektor di
Minum; Konstruksi; dan Perdagangan luar non–renewable. Kondisi ini kental
berpotensi lebih digenjot untuk semakin dengan keadaan yang mendekatkan NTB
meningkatkan perekonomian NTB. Bagi pada kondisi “kutukan sumber daya alam”
pengusaha, kategori unggulan di yang (resources course). Teori kutukan sumber
menyokong pariwisata tersebut dapat daya alam yang diperkenalkan oleh Richard
“dilirik” untuk investasi di masa mendatang.
M. Authy pada tahun 1993 menyebutkan,
Tanpa menutup kemungkinan untuk negeri yang dikaruniai sumber daya alam
membuka usaha baru di lapangan usaha melimpah justru menjadi bangsa yang
yang potensial. terbelakang jika tidak berhati–hati
mengelolanya (Luthfi, 2008).
Tabel 2.
Ringkasan Hasil Penghitungan LQ, Analisis shift share, dan Tipologi Klassen Menurut
Lapangan Usaha PDRB Provinsi NTB
Shift
Kateg L Share Klas
Rincian Kesimpulan
ori Q PS DS sen
ij ij
KW
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan + – + Unggulan
1
KW Unggulan tapi pertumbuhannya
B Pertambangan dan Penggalian + – –
2 tertekan
KW
C Industri Pengolahan – – – Masih dapat dikembangkan
3
KW
D Pengadaan Listrik dan Gas – – + Potensial dari segi pertumbuhan
3
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, KW
E + – + Unggulan
Limbah dan Daur Ulang 1
KW
F Konstruksi – + + Potensial dari segi pertumbuhan
3

7
Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation --- Volume 2, No. 1, April 2019
eISSN: 2654-4687 ----- pISSN: 2654-3893

Shift
Kateg L Share Klas
Rincian Kesimpulan
ori Q PS DS sen
ij ij
KW
G Perdagangan – – + Potensial dari segi kontribusi
3
KW
H Transportasi dan Pergudangan + + – Unggulan
2
Penyediaan Akomodasi dan Makan KW Potensial dari segi kontribusi
I – + +
Minum 3 dan pertumbuhan
KW
J Informasi dan Komunikasi – + – Potensial dari segi kontribusi
4
KW Potensial dari segi kontribusi
K Jasa Keuangan – + +
3 dan pertumbuhan
KW
L Real Estate + + + Unggulan
1
KW
M,N Jasa Perusahaan – + – Potensial dari segi kontribusi
4
KW
P Jasa Pendidikan + + + Unggulan
1
KW
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial + + – Unggulan
3
R,S,T, KW
Jasa Lainnya + + + Unggulan
U 2
Catatan:
LQ, PSij > 0, DSij >0 : beri tanda positif (+)
LQ, PSij < 0, DSij < 0 : beri tanda negatif (–)

Ada satu kekuatan ekonomi baru yang diprediksi mampu memicu daya saing
menyeruak dari hasil di atas yaitu ekonomi daerah, dimana ekonomi kreatif sebagai
kreatif. Ekonomi kreatif adalah gagasan baru ide/gagasan yang diharapkan memberi nilai
sistem ekonomi yang menempatkan tambah ekonomi. Ekonomi kreatif
informasi dan kreativitas manusia sebagai merupakan alternatif solusi permasalahan
faktor produksi yang paling utama (Sari, perekonomian. Bahkan menurut Irawan
2018). Perkembangan ekonomi kreatif di (2015) berdasarkan hasil penelitiannya
Indonesia didukung oleh arahan Presiden RI menyebutkan bahwa ekonomi kreatif dapat
bahwa ekonomi kreatif harus menjadi tulang menjadi sebuah jawaban atas tantangan
punggung ekonomi Indonesia dan mampu dalam menyejahterakan masyarakat selain
meningkatkan daya saing pariwisata itu juga ekonomi kreatif dapat menurunkan
Indonesia. tingkat pengangguran. Direkomendasikan
Ekonomi kreatif mencakup lapangan kepada Pemerintah agar segera membangun
usaha Industri Pengolahan (C); Perdagangan komitmen dan mengaktualisasikan ekonomi
(G); Penyediaan Akomodasi dan makan kreatif, sehingga keberadaan ekonomi
Minum (I); Informasi dan Komunikasi (J); kreatif dapat menstimulasi pertumbuhan
Aktivitas Profesional, Ilmiah dan Teknis ekonomi dan meningkatkan daya saing
(M); Aktifitas Penyewaan, sewa guna usaha daerah dan bahkan nasional.
(N); Pendidikan (P); Kesenian Hiburan dan Indikasi–indikasi yang tergambar
Rekreasi (R). Ternyata lapangan usaha yang melalui analisis potensi terkait kategori–
berkaitan dengan Ekonomi Kreatif telah kategori yang berafiliasi dengan sektor
terdeteksi sebagai kategori potensial yang pariwisata di atas setidaknya dapat disikapi
patut dikembangkan di Provinsi NTB. dengan mengambil langkah–langkah positif
Menurut Saksono (2012) keberadaan untuk kesejahteraan masyarakat NTB.
ekonomi kreatif bagian dari pariwisata

8
Nurul Islamy: Analisis Sektor Potensial, Dapatkah Pariwisata Menjadi Lokomotif Baru
Ekonomi Nusa Tenggara Barat?

KESIMPULAN Amalia, Fitri. (2012). Penentuan Sektor


Dari pembahasan di atas, dapat Unggulan Perekonomian Wilayah
disimpulkan bahwa: Kabupaten Bone Bolango dengan
1 Sektor pariwisata di Provinsi NTB Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB.
dapat dijadikan sebagai sektor potensial bagi Jurnal Etikonomi, 11(2), hlm.196–207.
daerahnya. Masuknya sektor pariwisata ke Badan Pusat Statistik RI. (2015).
dalam sektor potensial dikarenakan sektor Pendapatan Nasional Indonesia 2013–
ini memberikan kontribusi yang tinggi 2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik
terhadap perekonomian dan sektor ini RI.
meningkat dengan cepat pertahunnya. Dari Badan Pusat Statistik RI. (2018).
delapan kategori unggulan, kategori yang Pendapatan Nasional Indonesia 2013–
menyokong pariwisata di NTB adalah 2017. Jakarta: Badan Pusat Statistik
lapangan usaha Transportasi dan RI.
Pergudangan, Real Estate dan Jasa–jasa. Badan Pusat Statistik Provinsi NTB. (2015).
Kategori penting lainnya yaitu Penyediaan Produk Domestik Regional Bruto
Akomodasi dan Makan Minum; Konstruksi; Provinsi Nusa Tenggara Barat
dan Perdagangan berpotensi lebih digenjot Menurut Lapangan Usaha 2010–2014.
untuk semakin meningkatkan perekonomian Mataram: Badan Pusat Statistik
NTB. Provinsi NTB.
2 Lapangan usaha pertambangan dan Badan Pusat Statistik Provinsi NTB. (2018).
penggalian yang selama ini menjadi salah Produk Domestik Regional Bruto
satu tulang punggung ekonomi NTB Provinsi Nusa Tenggara Barat
memang merupakan sektor unggulan tetapi Menurut Lapangan Usaha 2013–2017.
pertumbuhannya tertekan dan berfluktuasi Mataram: Badan Pusat Statistik
setiap tahunnya. Provinsi NTB.
3 Ada satu kekuatan ekonomi baru Berli, Dani. (2014). Pengaturan Penanaman
yang menyeruak dari hasil analisis yaitu Modal Asing di Sektor Pariwisata
ekonomi kreatif. Ternyata lapangan usaha Menurut TRIMs dan Implementasinya
yang berkaitan dengan Ekonomi Kreatif di Kabupaten Lombok Tengah.
telah terdeteksi sebagai kategori potensial (Skripsi). Fakultas Hukum, Universitas
yang patut dikembangan di NTB. Mataram, Mataram.
Direkomendasikan kepada Pemerintah agar Fachrurrazy. (2009). Analisis Penentuan
segera membangun komitmen dan Sektor Unggulan Perekonomian
mengaktualisasikan ekonomi kreatif, Wilayah Kabupaten Aceh Utara
sehingga keberadaan ekonomi kreatif dapat Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk
menstimulasi pertumbuhan ekonomi dan PDRB. Pascasarjana Universitas
meningkatkan daya saing daerah dan bahkan Sumatera Utara, Medan.
nasional. Firdaus. (2007). Ekonomi Regional. Jakarta:
4 Diperlukan kajian lebih lanjut terkait Universitas Terbuka.
topik ini dengan menggunakan Tabel Input– Irawan, Andri. (2015). Ekonomi Kreatif
Output agar didapatkan gambaran hubungan Sebagai Suatu Solusi Mensejahterakan
timbal balik dan keterkaitan antarsektor Masyarakat dalam Meningkatkan
dalam perekonomian di NTB secara Tingkat Perekonomian. Proceedings
menyeluruh utamanya terkait pariwisata. SNEB 2015.
Fatah, Luthfi. (2008). The Impacts of Coal
DAFTAR PUSTAKA Mining on the Economy and
Adisasmita, Rahardjo. (2005). Dasar–Dasar Environment of South Kalimantan
Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Province, Indonesia. Journal ASEAN
Penerbit Graha Ilmu. Economic Bulletin, 25(1), hlm. 85–98.

9
Journal of Indonesian Tourism, Hospitality and Recreation --- Volume 2, No. 1, April 2019
eISSN: 2654-4687 ----- pISSN: 2654-3893

Martono, Nanang. (2010). Metode Sukirno, Sadono. (2011). Ekonomi


Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Pembangunan: Proses, Masalah, dan
Analisis Data Sekunder. Jakarta: Dasar Kebijakan. Jakarta: Kencana.
Rajagrafindo Persada. Wahyufitri, Tina. (2012). Tinjauan
Saksono, Herie. (2012). Ekonomi Kreatif: Perekonomian Kota Bengkulu Tahun
Talenta Baru Pemicu Daya Saing 2006–2010. Bengkulu: BPS Kota
Daerah. Jurnal Bina Praja, 4(2), hlm. Bengkulu.
93–104. Yoeti, Oka A. (2008). Perencanaan dan
Sari, Novita. (2018). Pengembangan Pengembangan Pariwisata. Jakarta:
Ekonomi Kreatif Bidang Kuliner Khas Pradnya Paramitha.
Daerah Jambi. Jurnal Sains Sosio Todaro, Michael P. (1997). Pembangunan
Humaniora, 2(1), hlm. 51–60. Ekonomi di Dunia Ketiga.
Diterjemahkan oleh: Drs. Haris
Munandar, MA. Jakarta: Airlangga.

10

Anda mungkin juga menyukai