OLEH:
KELOMPOK A2
Yang bertanda tangan dibawah ini ketua kelompok 2 dari kelompok A2:
Nama : Cindy Aprilia Puspita Sari 2030019
Anggota Kelompok :
1. Alya Fatimatus 2030010 7. Finna Ashifa 2030037
2. Desika Putri 2030022 8. Grita Nova 2030041
3. Difta Nadila 2030026 9. I Made Devin 2030047
4. Dina Dwi 2030027 10. Satria Windhi 2030098
5. Dodi Sugiyanto 2030028 11. Siti Nur Jannah 2030104
6. Eka Dian 2030030 12. Tommy H 2030108
Program Studi : Profesi Ners
Judul Seminar : Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diagnosa Medis
Chronic Kidney Disease (CKD) Di Ruang A2 RSPAL Dr.
Ramelan Surabaya.
Menyatakan bahwa makalah seminar ini yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diagnosa Medis Chronic Kidney Disease (CKD)
Di Ruang A2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya” telah disusun sesuai dengan buku
panduan evaluasi praktik klinik keperawatan medikal bedah yang berlaku di
STIKes Hang Tuah Surabaya.
Ketua Kelompok
Ninik Ambar Sari, S.Kep., Ns., M.Kep Ns. Ida Dwiningsih, M. Kep
NIP. 03039 Letkol Laut (K/W) 12440/P
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Diagnosa Medis Chronic Kidney
Disease (CKD) Di Ruang A2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya” dengan selesai sesuai
waktu yang telah ditentukan.
Makalah seminar ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
praktek klinik keperawatan medikal bedah di RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
Makalah seminar ini disusun dengan memanfaatkan berbagai literatur serta
mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis
menyadari tentang segala keterbatasan kemampuan dan pemanfaatan literatur,
sehingga makalah seminar ini dibuat dengan sangat sederhana baik dari segi
sistematika maupun isinya jauh dari sempurna.
1. Ibu Dr. AV Sri Suhardiningsih, S, Kp., M. Kes selaku Ketua STIKES Hang
Tuah Surabaya yang telah memberikan kesempatan untuk praktek dengan
memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar dan memperoleh
ilmu.
2. Karumkit RSPAL Dr. Ramelan karena telah memberikan lahan praktek dan
memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar dan menyusun
makalah seminar.
3. Ibu Ceria Nurhayati, M.Kep.,Ns selaku penanggung jawab mata kuliah
keperawatan medikal bedah yang penuh kesabaran dan perhatian
memberikan pengarahan dan dorongan moril dalam penyusunan makalah
seminar ini.
4. Ibu Ninik Ambar Sari, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku CI Institusi pendidikan
yang penuh kesabaran dan perhatian memberikan saran, masukan, kritik,
dan bimbingan demi kesempurnaan penyusunan makalah seminar ini.
iii
5. Ibu Kasiati, S.Kep selaku Karu lahan praktek yang penuh kesabaran dan
perhatian memberikan saran, masukan, kritik, dan bimbingan demi
kesempurnaan penyusunan makalah seminar ini.
6. Ibu Ida Dwiningsih, S.Kep.,.Ns., M.Kep selaku CI lahan praktek yang
penuh kesabaran dan perhatian memberikan saran, masukan, kritik, dan
bimbingan demi kesempurnaan penyusunan makalah seminar ini.
Kelompok A2
iv
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................ 3
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................... 3
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
2.1 Anotomi dan Fisiologi Ginjal .............................................................. 4
2.2 Definisi Chronic Kidney Disease (CKD) ........................................... 5
2.3 Etiologi Chronic Kidney Disease (CKD) ........................................... 6
2.4 Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) ......................................... 7
2.5 Manifestasi Klinis Chronic Kidney Disease (CKD) ............................ 8
2.6 Komplikasi Chronic Kidney Disease (CKD) ....................................... 9
2.7 Pemeriksaan Penunjang Chronic Kidney Disease (CKD) .................. 10
2.8 Penatalaksanaan Chronic Kidney Disease (CKD) .............................. 11
2.9 Discharge Planning Chronic Kidney Disease (CKD) ......................... 12
2.10 WOC Chronic Kidney Disease (CKD) ............................................... 13
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 15
BAB 3 TINJAUAN KASUS ........................................................................ 28
3.1 Pengkajian ............................................................................................ 28
3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 36
3.3 Tabel Prioritas Masalah ....................................................................... 37
3.4 Intervensi Keperawatan ....................................................................... 39
3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ............................................ 42
BAB 4 PENUTUP ........................................................................................ 53
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 53
4.2 Saran .................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 54
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
mereka mengkonsumsi obat-obatan yang dapat membuat membran mukosa
kering seperti diuretik, sehingga menyebabkan rasa haus dan pasien berusaha untuk
minum. Efe dan Kocaoz (2015) dalam penelitiannya menyebutkan 95% pasien
tidak patuh dalam menjalani pembatasan cairan (Saraswati, Antari & Suwartini,
2019).
Penderita CKD tahap akhir memerlukan terapi untuk dapat menggantikan
fungsi ginjal sehingga kehidupan dapat dipertahankan, adapun salah satu terapinya
adalah hemodialisa (HD), hemodialisa merupakan tindakan untuk membersihkan
darah dari bahan beracun yang tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal dari dalam tubuh
atau pengobatan (replacement treatment) pada penderita gagal ginjal kronik
stadium terminal, jadi fungsi ginjal digantikan oleh alat yang disebut dyalizer
(artifical kidney), pada dialyzer ini terjadi proses pemindahan zat-zat terlarut dalam
darah kedalam cairan dialisa atau sebaliknya (Anggeria & Marsia, 2019).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa medis
Chronic Kidney Disease (CKD) di ruang A2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada Ny. S diagnosa medis Chronic Kidney Disease
(CKD) di ruang A2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
2. Menganalisis data pada Ny. S diagnosa medis Chronic Kidney Disease
(CKD) di ruang A2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya.
3. Menegakkan diagnosa keperawatan prioritas terhadap asuhan keperawatan
pada Ny. S dengan diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) di
ruang A2 RSPAL Surabaya.
2
4. Memberikan intervensi terhadap asuhan keperawatan pada Ny. S dengan
diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) di ruang A2 RSPAL
Surabaya.
5. Memberikan implementasi dan evaluasi terhadap asuhan keperawatan pada
Ny. S dengan diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) di ruang A2
RSPAL Surabaya.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Dari segi akademis, agar perawat lebih memperhatikan dan meningkatkan
upaya keselamatan pasien dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan untuk
perawatan yang lebih bermutu dan professional dengan melaksanakan asuhan
keperawatan pada pasien.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi pemberi pelayanan di Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pemberi pelayanan di
rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD).
2. Bagi Penulis
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis
berikutnya, yang akan melakukan studi kasus asuhan keperawatan pada
pasien dengan diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD).
3. Bagi Keluarga dan Pasien
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi acuan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang terdiagnosa Chronic Kidney Disease (CKD).
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Secara mikroskopis satu buah nefron terdiri dari sebuah arteriol aferen yang
membawa darah arteri menuju glomerulus. Glomerulus ini merupakan jaringan
kerja yang keras yang dibungkus oleh kapsula bowman. Tugas dari glomerulus ini
adalah untuk menyaring produk sisa yang berukuran sangat kecil. Laju filtrasi
glomerulus (LFG) dijadikan indikator kualitas fungsi ginjal. LFG dipengaruhi oleh
filtrasi glomerulus tekanan pada kapsula Bowman dan tekanan onkontik plasma
(tekanan protein plasma). Tekanan arteri rata – rata harus dipertahankan 80 – 100
mmHg untuk mempertahankan aliran darah ke ginjal. Karena darah dan protein
merupakan partikel yang besar untuk di filtrasi, maka darah dan protein tetap berada
di ruang intravaskuler dan tidak difiltrasi. Proses filtrasi di glomerulus merupakan
4
awal dari produksi urine. Pada saat filtrat menuju ke tubulus kontortus proksimal,
filtrat mengumpulkan lebih banyak natrium dan air. Selanjutnya filtrat akan menuju
lengkung Henle yang lebih tipis dan mereabsorbsi air tambahan. Lengkung Henle
merupakan tempat dimana diuretik loop bekerja lebih keras dalam mengekresikan
air (Terry & Weaver, 2013).
5
nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan tidak reversible), gagal ginjal
akut seringkali berkaitan dengan penyakit kritis, berkembang cepat dalam hitungan
beberapa hari hingga minggu, dan biasanya reversible bila pasien dapat bertahan
dengan penyakit kritisnya (Nurarif & Kusuma, 2015).
6
dan organ lain, serta tidak adanya jar. Ginjal yang bersifat kongenital
(hipoolasia renalis) serta adanya asidosis.
7
3. Stadium 3, yang ditandi dengan GFR antar 30 – 59ml/ mnt (25 – 50%) dari
nilai normal. Insufisuensi ginjal dianggap terjadi pada stadium ini. Nefron
terus – menurus mengalami kematian.
4. Stadium 4, yang ditandai dengan GFR antara 15 – 29ml/ mnt (12 – 24% dari
nilai normal. Dengan adanya sedikit nefron yang tersisa.
5. Stadium 5, yang ditandai dengan gagal ginjal stadium lanjut GFR kurang dari
14ml/ mnt (12% dari nilai normal). Nefron yang masih berfungsi tinggal
beberapa. Terbentuk jaringan parut dan atrofi tubulus ginjal.
Gagal ginjal dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Rumyati, 2019):
1. Stadium 1: penurunan cadangan ginjal, pada stadium kadar kreatinin serum
normal dan penderita asimptomatik.
2. Stadium 2: insufisiensi ginjal, dimana lebih dari 75% jaringan telah rusak,
Blood urea Nitrogen (BUN) meningkat, dan kreatinin serum meningkat.
3. Stadium 3: gagal ginjal stadium akhir atau uremia.
8
c. Stadium Penyembuhan
Stadium penyembuhan GGA berlangsung sampai satu tahun, dan selama itu
anemia dan kemampuan pemekatan ginjal demi sedikit membaik.
2. Gagal Ginjal Kronik
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat
menurun hingga 25% dari normal.
b. Insufisiensi ginjal, selama keadaan ini pasien mengalami polyuria dan
nocturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan
BUN sedikit meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal stadiuem akhir (ESRD) atau sindrom uremic (lemah, letargi,
anoreksia, mual, muntah, nocturia, kelebihan volume cairan (volume
overload) yang ditandai dengan GFR kurang dari 5 – 10 ml/menit kadar
serum kreatinin dan BUN meningkat tajam dan terjadi perubahan biokimia
dan gejala yang komplek.
Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal,
payah jantung, asidosis metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit
(sodium, kalium, dan klorida).
9
6. Asidosis metabolik
7. Osteodistropi ginjal
8. Sepsis
9. Neuropati perifer
10. Hiperuremia
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal kronik atau
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah (Rumyati, 2019):
1. Penyakit tulang
2. Penyakit kardiovaskuler
3. Anemia
4. Disfungsi seksual
10
2.8 Penatalaksanaan Chronic Kidney Disease (CKD)
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) pengkajian klinik menentukan jenis
penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat penurunan fungsi ginjal,
komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal, faktor resiko untuk penurunan fungsi
ginjal, dan faktor resiko untuk penyakit kardiovaskuler. Pengelolaan dapat meliputi:
1. Terapi penyakit ginjal
2. Pengobatan penyakit penyerta
3. Penghambatan penurunan fungsi ginjal
4. Pencegahan dan pengobatan penyakit kardiovaskuler
5. Pencegahan dan pengobatan komplikasi akibbat penurunan fungsi ginjal
6. Terapi pengganti ginjal dengan dialysis atau transplantasi jika timbul gejala
dan tanda uremia.
Menurut Rumyati (2019) penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan
CKD dibagi tiga, yaitu:
1. Konservatif:
a. Dilakukan pemeriksaan laboratorium darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya oedema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialysis
a. Peritoneal dialysis: biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat
akut adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
b. Hemodialiasis
Yaitu dialysis yang dilakukan melakukan tindakan invasive di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodialisis dilakukan
melalui darah fermoralis namun untuk mempermudah.
c. AV fistule: Menggabungkan vena dan arteri.
d. Double lumen: Langsung pada daerah jantung (vaaskularisasi ke
jantung).
e. Operasi: Pengambilan batu dan transpalantasi ginjal.
11
2.9 Discharge Planning Chronic Kidney Disease (CKD)
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) rencana tindak lanjut dengan diagnosa
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah:
1. Diet tinggi kalori dan rendah protein
2. Batasi kesimbangan cairan dan garam.
3. Kontrol hipertensi
4. Deteksi dini dan terapi infeksi
5. Dialysis (cuci darah)
6. Obat – obatan antihipertensi, suplemen besi, agen penyakit fosfat, suplemen
kalsium, furosemide (membantu berkemih).
7. Transpalantasi ginjal.
12
2.10 WOC Chronic Kidney Disease (CKD)
GGK Anemia
Tekanan vena
pulmunalis
Aliran darah ginjal turun Suplai O2 jaringan turun Suplai O2 ke otak turun
Edema paru
Nyeri Kronis
Keterbatasan Aktivitas
Menurut Nurarif & Kusuma (2015)
Gangguan Mobilitas
Fisik
14
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian merupakan tahapan awal dari proses keperawatan. Disini, semua
data dikumpulkan secara sistematis guna menentukan status kesehatan saat ini.
Pengkajian harus dilakukan secara komperehensif terkait dengan aspek biologis,
psikologis, sosial maupun spiritual klien. Pengkajian keperawatan pada Gagal
Ginjal Kronik menurut (Hidayat, 2014), sebagai berikut:
a. Identitas
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50 – 70 tahun), usia
muda, dapat terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada laki - laki. Laki-
laki sering memiliki resiko lebih tinggi terkait dengan ginjal mengalami
kegagalan filtrasi. pekerjaan dan pola hidup sehat. Gagal ginjal kronis
merupakan periode lanjut dari insidensi gagal ginjal akut, sehingga tidak berdiri
sendiri (Hidayat, 2014).
b. Keluhan Utama
Keluhan utama sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder
yang menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menurun (oliguria)
sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem
sirkulasi-ventilasi, anoreksia, mual dan muntah, dialoresis, fatigue, napas berbau
urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukkan (akumulasi) zat
sisa metabolisme/toksin dalam tubuh (Hidayat, 2014).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien dengan gagal ginjal kronis biasanya terjadi penurunan urine
output, penurunan kesadaran, perubahan pola napas karena komplikasi dari
gangguan sistem ventilasi, fatigue, perubahan fisiologis kulit, bau urea pada
napas. Selain itu, karena berdampak pada proses (sekunder karena intoksikasi),
maka akan terjadi anoreksi, nausea dan vomit sehingga beresiko untuk terjadinya
gangguan nutrisi (Hidayat, 2014).
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Gagal ginjal kronik dimulai dengan periode gagal ginjal akut dengan
berbagai penyebab (multikausa). Oleh karena itu, informasi penyakit terdahulu
akan menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji riwayat ISK, payah jantung,
15
penggunaan obat berlebihan (overdosis) khsuusnya obat yang bersifat
nefrotoksik, BPH, dan lain sebagainya yang mampu mempengaruhi kerja ginjal.
Selain itu, ada beberapa penyakit yang berlangsung mempengaruhi atau
menyebabkan gagal ginjal yaitu diabetes mellitus, hipertensi, batu saluran kemih
(urolithiasis) (Hidayat, 2014).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga sisilah
keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun, pencetus sekunder
seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit gagal
ginjal kronis, karena penyakit tersebut bersifat herediter. Kaji pola kesehatan
keluarga yang diterapkan jika ada anggota keluarga yang sakit, misalnya minum
jamu saat sakit (Hidayat, 2014).
f. Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping adaptif
yang baik. Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahhan psikososial
terjadi pada waktu klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan
menjalani proses dialisa. Klien akan mengurung diri dan lebih banyak berdiam
diri (murung). Selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang dikeluarkan
selama proses pengobatan, sehingga klien mengalami kecemasan (Hidayat,
2014).
g. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Keadaan umum klien dengan gagal ginjal kronik biasanya lemah. (fatigue),
tingkat kesadaran bergantung pada tingkat toksisitas.
2) Tanda vital
Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat
(tachypneu), dyspnea.
3) Pemeriksaan body systems
a) Sistem Pernapasan (B1: Breathing)
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi pada asidosis
atau alakdosis respiratorik maka kondisi pernapasan akan mengalami
16
patologis gangguan. Pada napas akan semakin cepat dan dalam sebagi
bentuk kompensasi tubuh mempertahankan ventilasi (kussmaul).
b) Sistem kardiovaskular (B2: Bleeding)
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kejadian gagal ginjal
kronis salah satunya adalah hipertensi. Tekanan darah yang tinggi di atas
ambang kewajaran akan mempengaruhi volume vaskuler. Stagnasi ini
akan memicu retensi natrium dan air sehingga akan meningkatkan beban
jantung (Hidayat, 2014).
c) Sistem Neuromuskuler (B3: Brain)
Penurunan kesadaran terjadi jika telah mengalami hiperkarbic dan sirkulasi
cerebral terganggu. Oleh karena itu, penurunan kognitif dan terjadinya
disorienntasi akan dialami klien gagal ginjal kronis (Hidayat, 2014).
d) Sistem Perkemihan
Dengan gangguan/kegagalan fungsi ginjal secara kompleks (filtrasi, sekresi,
reabsorbsi dan ekskresi), maka manifestasi yang paling menonjol adalah
penurunan urine <400 ml/hari bahkan sampai pada anuria (tidak adanya
urine output) (Hidayat, 2014).
e) Sistem Hematologi
Ditemukan adanya friction pada kondisi uremia berat. Selain itu, biasanya
terjadi TD meningkat, akral dingin, CRT >3 detik. Palpatasi jantung, chest
pain, dsypneu, gangguan irama jantung dan gangguan sirkulasi lainnya.
Kondisi ini akan semakin parah jika zat sisa metabolisme semakin tinggi
dalam tubuh karena tidak efektif dalam ekskresinya. Selain itu, pada
fisiologis darah sendiri sering ada gangguan anemia karena penurunan
eritropoetin (Hidayat, 2014).
f) Sistem endokrin
Berhubungan dengan pola seksualitas, klien dengan gagal ginjal kronis akan
mengalami disfungsi seksualitas karena penurunan hormone reproduksi.
Selain itu, jika kondisi gagal ginjal kronis berhubungan dengan penyakit
diabetes mellitus, maka aka nada gangguan dalam sekresi insulin yang
berdampak pada proses metabolisme (Hidayat, 2014).
17
g) Sistem Pencernaan
Gangguan sistem pencernaan lebih dikarenakan efek dari penyakit (stress
effect). Sering dittemukan anoreksia, nausea, vomit, dan diare.
h) Sistem Muskuluskeletal
Dengan penurunan/kegagalan fungsi sekresi pada ginjalmaka berdampak
pada proses demineralisasi tulang sehingga resiko terjadinya osteoporosis
tinggi.
i) Pola aktifitas sehari-hari
- Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Pada pasien gagal ginjal
kronik terjadi perubahan persepsi dan tatalaksana hidup sehat karena
kurangnyapengetahuan tentang dampak Gagal Ginjal Kroniksehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadapdirinya dan kecenderungaan
untuk tidak mematuhiprosedur pengobatan dan perawatan yyang lama,
oleh karena itu, perlu adanya penjelasan yang benar danmudah
dimengerti (Hidayat, 2014).
- Pola tidur dan istirahat: Gelisah, cemas, gangguan tidur.
- Pola aktifitas dan latihan: Lelah, lemas, kelemahan otot, malaise,
penurunan rentang gerak dan tidak mampu beraktivitas sehari – hari.
- Pola hubungan dan peran: Kesulitan menentukan kondisi (tidak mampu
bekerja, mempertahankan fungsi peran).
- Pola sensori dan kognitif: Neuropati atau mati rasa pada luka,
disorientasi, gangguan penglihatan.
- Pola persepsi dan konsep diri: Perubahn fungsi dan struktur pada
gambaran diri, merasa cemas, dan gangguan peran pada keluarga.
- Pola seksual dan reproduksi: Angiopati, gangguan potensi seksual
(impotensi), gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak
pada proses ejakulasi serta orgasme. Gejala: Penurunan libido, amenorea,
infertilitas, gynecomastia.
- Pola mekanisme atau penanggulanggan dan stress koping: Lamanya
waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress,
perasaan tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa
18
murah, kecemasan, mudah tersinguung. Gejala: stress, ansietas, perasaan
tak berdaya, taka da harapan, tak ada kekuatan.
- Pola tata nilai dan kepercayaan: Adanya perubahan status kesehatan dan
penurunan fungsi tubuh serta Gagal Ginjal Kronik dapaymenghambatt
klien dalam melaksanakan ibadah maupun mempengaruhi pola ibadah
klien.
2. Diagnosa Keperawatan menurut (PPNI, 2016):
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi – perfusi
2. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan dan natrium
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
4. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
5. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
6. Gangguan integritas kulit atau jaringan b.d perubahan sirkulasi
7. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan
19
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa TUJUAN SIKI Rasional
1. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor pola napas, 1. Mengidentifikasi
b.d ketidakseimbangan keperawatan selama 3x 24 jam frekuensi, irama, kedalaman, kemampuan klien dalam
ventilasi – perfusi diharapkan petukaran gas pada dan upaya napas. fungsi paru bekerja
pasien menjadi adekuat, dengan: 2. Bersihkan sekret, pada dengan tepat.
SDKI, 2016 D.0003 Kriteri Hasil: mulut, hidung, trakea bila 2. Mencegah obstruksi
Kategori: Fisiologis 1. Fungsi paru dalam batas perlu. aspirasi.
Subkategori: Respirasi normal 3. Pertahankan kepatenan jalan 3. Dengan memberikan jalan
Halaman: 22 2. Tidak ada otot bantu napas napas. napas dengan mudah.
3. Mendemonstrasikan 4. Berikan posisi semi fowler. 4. Meningkatkan ekspansi
peningkatan ventilasi dan 5. Bantu atau ajarkan batuk paru dan memudahkan
oksigenasi yang adekuat. ekfektif dan latihan napas pernapasa.
4. Memelihara kesehatan paru dalam. 5. Membuka area atelaktasis
– paru dan bebas dari tanda – 6. Lakukan fisioterapi dada dan peningkatan gerakan
tanda distress pernaafasan. (postural drainage, clapping, secret agar mudah untuk
5. Mendemostrasikan batuk perkusi dan vibrasi) dikeluarkan.
efektif, dan suara nafas yang 7. Kolaborasi penentuan dosis 6. Meminimalkan
bersih tidak ada sianosis dan oksigen. pencegahan sumbatan atau
dipsnea. obstruksi saluran
6. Tanda – tanda vital dalam pernapasan.
rentang normal. 7. Meningkatkan pola
pernapasan spontan dan
memantau efektivitasnya.
20
2. Hipervolemia b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor adanya tanda dan 1. Peningkatan menunjukkan
kelebihan asupan cairan keperawatan selama 3x 24 jam gejala hypervolemia hypervolemia. Kelebihan
dan natrium. diharapkan status keseimbangan (mis. dipnea, edema JVP volume cairan berpotensi
cairan dapat ditingkatkan CVP, suara napas tambahan). gagal jantung kongestif atau
SDKI, 2016 D.0020 dengan: 2. Monitor intake dan output edema paru.
Kategori: Fisiologis Kriteria Hasil: cairan 2. Keseimbangan positif
Subkategoris: Nutrisi 1. Terbebas dari edema, efusi 3. Monitor tanda peningkatan menunjukkan kebutuhan
dan Cairan dan anaskara. onkotik plasma (mis. kadar evaluasi lebih lanjut.
2. TTV dalam batas normal protein, dan albumin 3. Terjadinya peningkatan
3. Keseimbangan intake dan meningkat). tekanan onkotik plasma
output dalam 24 jam 4. Batasi asupan cairan dan mengakibatkan terjadinya
4. Turgor kulit tidak mengkilap garam edema.
dan tegang 5. Kolaborasikan pemberian 4. Menjaga agar kelebihan
5. Membrane mukosa lembab diuretik dan penggantin cairan tidak bertambah parah
6. Menjelaskan indikator kehilangan kalium akibat dan garam mengikat air
kelebihan cairan. diureti. sehingga memperparah
kelebihan cairan.
5. Diuretik dapat meningkatkan
laju aliran urin sehingga
produksi urin meningkat
guna mengurangi kelebihan
volume cairan dalam tubuh.
21
3. Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi faktor resiko 1. Resiko gangguan sirkulasi
efektif b.d penurunan keperawatan selama 3x 24 jam gangguan sirkulasi. dapat menunjukkan tingkat
konsentrasi diharapkan ketidakefektifan 2. Hindari penekanan dan keparahan penyakit.
hemoglobin. perfusi jaringan perifer teratasi pemasangan tourniquet pada 2. Penekanan pada area yang
dengan: area yang cidera. cidera atau keterbatasan
SDKI, 2016 D.0009 Kriteria Hasil: 3. Anjurkan mengubah posisi perfusi bisa menyebabkan
Kategori: Fisiologis 1. Tekanan sistol dan diastole pasien setiap 2 jam sekali. infeksi yang lebih lanjut.
Subkategori: Sirkulasi dalam rentang normal. 4. Anjurkan program 3. Mencegah komplikasi
Halaman: 37 2. Tidak ada tanda ortostatik rehabilitasi vaskuler. decubitus.
hipertensi. 5. Kolaborasi pemberian anti 4. Mendorong untuk
3. Tidak ada tanda – tanda platelet atau anti perdarahan. melakukan latihan dengan
peningkatan tekanan menggerakan otot dan sendi
intrakranial (>15mmHg). agar tidak kaku.
4. Tingkat kesadaran membaik, 5. Meminimalkan adanya
fungsi sensori motorik bekuan darah.
kranial yang utuh.
4. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengidentifikasi secara
pencedera fisiologis keperawatan selama 3x 24 jam karekateristik, durasi, mendetail dan utuh
diharapkan nyeri yang dirasakan frekuensi, kualitas, intensitas mengenai keluhan pasien.
SDKI, 2016 D. 0077 pasien hilang dan berkurang nyeri. 2. Mengidentifikasi tingkat
Kategori: Psikologis secara bertahap, dengan: 2. Identifikasi skala nyeri nyeri pasien.
Subkategori: Nyeri dan Kriteria Hasil: dengan pengkajian PQRST.
Kenyamanan 1. Mampu mengontrol nyeri
22
Halaman: 172 dengan mengetahu 3. Identifikasi respon non - 3. Untuk mengalihkan
penyebab dan cara untuk verbal. perhatian pasien dari rasa
mengurangi nyeri. 4. Tentukan faktor yang dapat nyeri.
2. Mampu mengenali nyeri memperburuk nyeri. 4. Untuk mengetahui apakah
(skala, intensitas, frekuensi, 5. Modifikasi lingkungan (mis. nyeri yang dirasakan klien
dan tanda dari nyeri). suhu ruangan, pencahayaan, berpengaruh terhadap yang
3. Klien menyatakan rasa dan kebisingan) lainnya.
nyaman setelah nyeri 6. Kolaborasikan dengan dokter 5. Gangguan lingkungan dapat
berkurang. dengan pemberian analgetik, merangsang dan
4. Skala nyeri menurun sampai bila perlu. meningkatkan tekanan
tidak terasa nyeri dengan vaskuler serebral yang
skala 0. membuat nyeri semakin
bertambah.
6. Pemberian analgetik dapat
membantu meredakan nyeri
yang dirasakan oleh pasien.
5. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Identifikasi kemungkinan 1. Berat badan adalah
ketidakmampuan menelan keperawatan selama 3x 24 jam penyebab BB berkurang. indikator status gizi pasien.
makanan. diharapkan kebutuhan nutrisi 2. Monitor adanya mual dan 2. Mual dan muntah dapat
pasien terpenuhi dengan muntah serta monitor berat menurunkan asupan nutrisi
SDKI, 2016 D.0019 bertahap dan berskala, dengan: badan. pada pasien dan membuat
Kategori: Fisiologis Kriteria Hasil: 3. Sediakan makanan yang pasien kehilangan berat
1. Adanya peningkatan berat tepat sesuai kondisi pasien. badan secara bertahap.
23
Subkategori: Nutrisi dan badan dengan seiringnya 4. Berikan perawatan mulut 3. Untuk mengetahui jumlah
Cairan waktu. sebelum pemberian gizi dan kalori makanan
Halaman: 56 2. Mampu mengidentifikasi makanan, bila perlu. yang pas ditepatkan pasien.
kebutuhan nutrisi. 5. Hindangkan makanan secara 4. Meningkatkan nafsu makan
3. Klien terlihat segar bugar. menarik. dengan kebersihan mulut.
4. Klien tidak terjadi 6. Kolaborasikan dengan ahli 5. Membuat nafsu makan
penurunan berat badan gizi untuk menentukan kalori pasien meningkat.
secara drastis. dan jenis nutrient yang 6. Kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan bila perlu. sesuai dapat
menyeimbangkan
kebutuhan nutrisi pada
pasien.
6. Gangguan Integritas Kulit Setelah dilakukan asuhan 1. Bersihkan dressing. 1. Menghindari resiko infeksi
atau Jaringan b.d keperawatan selama 3x 24 jam 2. Pantau karakteristik luka, akibat dari dressing yang
perubahan sirkulasi diharapkan perbaikan jaringan termasuk drainage, warna, sudah lama diipasang.
pada pasien berfungsi dan ukuran, dan bau, 2. Untuk mengetahui
SDKI, 2016 D.0129 membaik, dengan: 3. Inspeksi luka tiap pergantian perkembangan karakteristik
Kategori: Lingkungan 1. Integritas yang baik bisa dressing. dari luka.
Subkategori: Keamanan dipertahankan, dengan 4. Pertahankan teknik dressing 3. Melihat adanya tanda –
dan Proteksi tidak ada luka atau lesi pada steril saat perawatan luka. tanda yang menggambarkan
kulit. 5. Dokumentasi lokasi, ukuran, kondisi luka.
2. Perfusi jaringan baik. penampilan luka. 4. Mencegah resiko infeksi
3. Menunjukkan pemahaman pada luka.
24
dalam proses perbaikan kulit 5. Untuk melakukan intervensi
dan mencegah terjadinya selanjutnya.
cidera berulang.
4. Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami.
7. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji hal – hal yang mampu 1. Mengetahui tingkat
kelemahan keperawatan selama 3x 24 jam dilakukan klien. ketergantungan klien dalam
diharapkan pasien dapat 2. Bantu klien memenuhi memenuhi kebutuhannya.
SDKI, 2016 D.0056 bertoleransi terhadap aktivitas kebutuhan aktivitasnya 2. Bantuan sangat diperlukan
Kategori: Fisiologis kembali, dengan: sesuai dengan tingkat klien pada saat kondisi
Subkategori: Kriteria Hasil: keterbatasan klien. lemah dalam pemenuhan
Aktivitas/Istirahat 1. Berpartisipasi dalam 3. Beri penjelasan tentang hal – kebutuhan sehari – hari
aktivitas fisik tanpa disertai hal yang dapat membantu tanpa mengalami
peningkatan tekanan darah, dan meningkatkan kekuatan ketergantungan pada orang
nadi, dan RR. fisik klien. lain.
2. Mampu melakukan aktivitas 4. Libatkan keluarga dalam 3. Untuk memotivasi klien
sehari – hari (ADLs) secara pemenuhan ADL klien. dengan kooperatif selama
mandiri. 5. Jelaskan pada keluarga dan perawatan terutama
3. Mampu berpindah dengan klien pentingnya bedrest di terhadap tindakan yang
atau tanpa bantual alat. tempat tidur. dapat meningkatkan
4. Tanda – tanda vital normal. kekuatan fisiknya.
25
4. Karena keluarga merupakan
orang terdekat dengan
klien.
5. Untuk mencegah terjadinya
keadaan yang lebih parah.
26
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang di hadapi kedalam suatu kasus kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Dalam pelaksanaan implementasi meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan
dan menilai data yang baru (Ilmi, Saraswati & Hartono, 2019).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahapan akhir yang ada di dalam proses keperawatan dimana tujuan
dari evaluasi adalah untuk menilai apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau
tidak. Untuk mengatasi suatu masalah dari klien pada tahap evaluasi ini perawat dapat mengetahui
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaan sudah tercapai yang telah
dilakukan oleh perawat (Ilmi, Saraswati & Hartono, 2019).
27
BAB 3
TINJAUAN KASUS
DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
STIKES HANG TUAH SURABAYA
1. Identitas
Nama : Ny. S Suku Bangsa : Jawa
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMA
Umur : 66 tahun Pekerjaan : Purnawirawan
Agama : Islam Pgg jwb : BPJS
Status : Menikah
Alamat : Ketintang Timur
28
Genogram :
66
Keterangan:
: Meninggal
: Perempuan
: Laki – laki
: Pasien / klien
: Menikah
: Tinggal dalam serumah
Riwayat alergi: Pasien tidak memiliki alergi makanan, minuman, dan obat – obatan.
4. B1 Pernafasan (Breath)
Bentuk Dada : Normo chest Pergerakan : Simetris
Otot bantu nafas tambahan : Tidak ada Jika ada, jelaskan: Tidak ada
Irama nafas : Ireguler Kelainan : Tidak ada
Pola nafas : Kussmaul Taktil/ Vocal fremitus: Tidak ada
Suara nafas : Vesikuler Suara nafas tambahan: Tidak ada
Sesak nafas : Ya Batuk : Tidak ada
Sputum : Tidak ada Warna: Tidak ada Ekskresi: Tidak ada
Sianosis : Tidak
Kemampuan akativitas: Penggunaan O2
Masalah Keperawatan: Gangguan Pertukaran Gas
5. B2 Kardiovaskuler (Blood)
Ictus cordis : Teraba Irama jantung: Reguler
Nyeri dada : Tidak ada jika ya, jelaskan (PQRST): Tidak ada
Bunyi jantung: S1S2 Tunggal Bunyi jantung tambahan: Tidak ada
CRT : 3 detik Akral: Hangat, kering, dan merah
Kulit : Pucat
29
Oedema : Ya, ada Jika ya, jelaskan: Kaki sebelah kiri
Pembesaran kelenjar getah bening: Tidak ada
Perdarahan : Tidak ada
Konjungtiva : Anemis
Masalah Keperawatan: Hipervolemi
6. B3 Persarafan (Brain)
GCS Eye : 4 Verbal : 5 Motorik: 6 Total: 15
Refleks Fisiologis
Biceps: +/+ Triceps: +/+ Patella: +/+
Refleks Patologis:
Kaku Kuduk : -/- Bruzinski I: -/- Bruzinski II: -/- Kernig: -/-
Nervus Kranial:
N.I (Olfaktorius): Pasien mampu mengidentifikasi bau (parfum, jeruk)
N.II (Optikus): Pasien mampu melihat dengan jelas
N.III (Okulomotorius): Pasien mampu melihat ke segala arah
N. IV (Troklearis): Pasien mampu menggerakan bola mata dari atas dan bawah
N. V (Trigeminus): Pasien mampu merasakan rangsangan
N. VI (Abdusen): Pasien mampu menggerakan bola mata secara lateral
N. VII (Facialis): Pasien mampu tersenyum dan mengerutkan dahi
N. VIII (Acoustic/Auditorius): Pasien mampu mendengarkan suara bising
N. IX (Glosofaringeus): Pasien mampu merasakan makanan pedas
N. X (Vagus): Pasien mampu menelan
N. XI (Asesorius): Pasien mampu memutar kepala ke samping
N. XII (Hipoglasus): Pasien mampu mengeluarkan lidahnya
Kepala : Simetris
Nyeri Kepala : Tidak ada
Paralisis : Tidak ada
Penciuman
Bentuk Hidung : Simetris tidak terdapat cuping hidung
Septum : Simetris
Polip : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
Wajah & penglihatan
Mata : Simetris Kelainan : Tidak ada
Pupil : Isokor Refleks cahaya : +/+
Sklera : Normal
Lapang pandang: Normal Gangguan : Tidak ada
Pendengaran
Telinga : Simetris Kelainan : Tidak ada
Kebersihan : Tidak ada
Gangguan : Tidak ada Alat bantu : Tidak ada
Lidah
Kebersihan : Bersih Uvula : Simetris
Berbicara : Normal kesulitan telan: Tidak ada
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
30
7. B4 Perkemihan (Blader)
Kebersihan : Bersih Ekskresi : Tidak ada
Kandung Kemih: Tidak ada distensi Nyeri Tekan : Tidak ada
Eliminasi uri SMRS frek: 3-4x/hari Jumlah : 1300cc
Warna: Kuning jernih
Eliminasi uri MRS frek: 2-3x/hari
Jumlah : Input: 1.215 cc (Infus 700cc, air minum 500, injeksi total 15cc)
Output: 548,125 cc (Urine: 500 cc/hari, IWL: 15x77:24= 48,75)
BC: 1.215 – 548,125 = +666,87
Warna: Kuning pekat Jenis Kateter: Indwelling catheter
Alat bantu: Kateter Terpasang tanggal: 23 – 11 – 2020
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
8. B5 Pencernaan (Bowel)
Mulut : Bersih Membra mukosa: Kering
Gigi/ gigi palsu: Tidak ada Faring : Tidak ada
Diit (makan&minum) SMRS: makan: 2x/hari jenis : Nasi
Minum: 4x/hari pantangan: Diit cairan
Diit di RS diit : Rendah protein, natrium, kalium, cairan
Frekuensi : 3x/hari
Nafsu makan : Menurun
Muntah : Tidak ada Mual: Ada
Jenis : Rendah protein, natrium, kalium, cairan
NGT : Tidak ada
Porsi : ½ porsi
Frekuensi Minum: Sedikit Jumlah: 350-500 cc/hari
Jenis: Air putih
Abdomen Bentuk perut : Normal dan simetris
Peristaltik : 20x/ menit
Kealianan Abd: Tidak ada
Hepar : Tidak ada pembesaran hepar
Lien : Tidak ada pembesaran lien
Nyeri abdomen: (jika ya, jelaskan PQRST): Tidak ada
Rectum dan anus
Hemoroid: Tidak ada
Eliminasi alvi SMRS
Frekuensi: Sehari sekali Warna: Kuning tenguli
Konsistensi: Lunak
Eliminasi alvi MRS
Frekuensi: Dua hari sekali Warna: Kuning tenguli
Konsistensi: Lunak Colostomi: Tidak ada
Masalah Keperawatan: Defisit Nutrisi
31
Keterangan:
1. Kontraksi otot dapat dilihat/ dipalpasi
2. Gerakan otot dengan bantuan topangan
3. Melawan gravitasi
4. Dapat melawan gravitasi
5. Normal
10. Endokrin
Throid : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Hiperglikemia : Pasien tidak memiliki riwayat diabetes mellitus
Hipoglikemia : Tidak ada hipoglikemia
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
Keterangan
Skor 1: Mandiri
2: Alat bantu
3: Dibantu orang lain dan alat
4: Tergantung/ tdk mampu
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
32
13. Personal Hygiene
Mandi SMRS : 2x sehari Mandi MRS : Seka 1x/hari
Keramas : 3x/minggu Keramas : Belum keramas
Ganti pakaian : 2x/hari Ganti pakaian : 1x/hari
Menyikat gigi : 2x/hari Menyikat gigi : 1x/hari
Memotong kuku : 1x/minggu
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
14. Istirahat-Tidur
Istirahat tidur SMRS : 7 – 8 jam
Jam tidur malam MRS: 21.00-05.00 Jam tidur siang: 13.00-15.00
Jumlah: 10 jam
Kualitas tidur : Baik
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
Menurut pasien penyakitnya ini merupakan cobaan dari Allah dan pasien dapat menerima
penyakitnya dengan berdo’a. Pasien sangat yakin bahwa penyakit yang di uji oleh Allah akan
sembuh dengan seiringnya waktu. Selama di RS pasien tetap melakukan ibadah seperti sholat
dan berdo’a.
Konsep diri :
1) Gambaran diri: Pasien menyadari bahwa sekarang dalam kondisi sakit dan membutuhkan
perawatan
2) Ideal diri : Pasien ingin cepat sembuh dan melakukan aktivitas seperti biasa
3) Harga diri : Pasien bersabar dan menerima dengan ikhlas atas penyakitnya
4) Peran diri : Pasien merupakan seorang Ibu Rumah Tangga
5) Identitas diri: Pasien mengatakan bahwa beliau bernama Ny. S dan berperan sebagai Ibu
Rumah Tangga.
33
16. Pemeriksaan Penunjang
34
Surabaya, 24 November 2020
Mahasiswa
Kelompok 2 A2
Ninik Ambar Sari, S.Kep., Ns., M.Kep Ns. Ida Dwiningsih, M. Kep
NIP. 03039 Letkol Laut (K/W) 12440/P
35
ANALISA DATA
36
C: Konjungtiva anemis, pasien terlihat
lemah.
D: Rendah protein, natrium, kalium,
cairan.
37
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
TANGGAL PARAF
NO MASALAH KEPERAWATAN Ditemukan Teratasi (nama)
1. . Gangguan Pertukaran Gas 24 November 24 November
2020 2020
Hipervolemia
1. 2 24 November 24 November
2, 2020 2020
Defisit
2. Nutrisi 24 November 24 November
3, 2020 2020
38
Intervensi Keperawatan
3. Defisit Nutrisi Setelah diberikan asuhan a. Porsi makanan yang Manajemen Nutrisi
keperawatan selama dihabiskan Observasi:
3X24 jam, diharapkan meningkat a. Identifikasi status nutrisi
kebutuhan nutrisi b. Nafsu makan b. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
tercukupi. meningkat Terapeutik:
c. Berat badan a. Timbang berat badan
meningkat b. Berikan makanan tinggi kalori dan rendah protein
c. Informasikan untuk membatasi asupan cairan dan garam
serta membatasi makanan yg tinggi kalium.
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrisi yang dibutuhkan.
41
IMPLEMENTASI & EVALUASI
11.25
memfasilitasi ventilasi yang adekuat.
Memonitor makan siang px dan keluhan yang ℒ A: Masalah teratasi sebagian.
ℒ
dirasakan. P: Intervensi dihentikan. ℒ
ℒ
ℒ Dx 3: Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan
Mengabsorbsi Nutrien
44
11.50 Memonitor makan siang pasien dan 11.30 Dx 1: Gangguan Pertukaran Gas b.d
keluhan yang dirasakan. - Ketidakseimbangan ventilasi – perfusi
12.30 Mengobservasi TTV pasien. 16.00
TD: 150/70 mmHg S: Pasien mengatakan sesak napas. ℒ
N: 91x/mnt O:
RR: 29x/mnt 1. N: 91x/menit
S: 37,8ºC 2. Pulsasi teraba lemah
SPO2: 98% 3. RR: 29x/menit dengan O2 masker 10
13.00 Memonitor elastisitas atau turgor kulit lpm (NRBM).
CRT: 3 detik.
4. Irama napas ireguler
13.30 Memberikan injeksi Lasix 6 cc rute IV.
14.40 Mengganti infus dengan D5 dengan 20 tpm
5. Suara napas vesikuler ℒ
16.00 Mengambil darah untuk BGA. 6. Pola nafas kussmaul
7. Warna kulit pucat
8. Asidosis metabolik terkompensasi
sebagian:
- pH: 7,01 (7,35 – 7,45)
- pCO2: 13,5 mmHg (35 – 45)
- HCO3: 4,2 mEq/L (22 – 26)
- Be: -18 (-2, +2) ℒ
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Intervensi dihentikan. ℒ
46
O:
- Pasien berbaring di tempat tidur
- Pasien telah meniru distraksi yang diberikan
secara pelan – pelan dan bertahap.
- RR: 30x/ menit
- Kekuatan otot:
4444 4444 ℒ
4444 4444
47
16.10 Memposisikan kepala lebih tinggi dari 16.00 Dx 1: Gangguan Pertukaran Gas b.d
tempat tidur 30-40º - Ketidakseimbangan ventilasi – perfusi
17.15 Mengecek kecepatan pemberian oksigen 20.30
17.40 Memonitor makan malam pasien dan
keluhan yang dirasakan.
S: Pasien mengatakan sesak napas. ℒ
O:
18.15 Mengobservasi TTV pasien 1. N: 90x/menit
TD: 140/80 mmHg
2. Pulsasi teraba lemah
N: 90x/mnt
3. RR: 29x/menit dengan O2 masker 10
RR: 29x/mnt
S: 37,9ºC lpm (NRBM).
SPO2: 98% 4. Irama napas ireguler
19.45 Menginjeksi ceftriaxone 3 cc rute IV. 5. Suara napas vesikuler ℒ
19.55 Mengkaji hal – hal yang mampu dilakukan 6. Pola nafas kussmaul
klien. 7. Warna kulit pucat
20.00 Membantu klien memenuhi kebutuhan 8. Asidosis metabolik terkompensasi
aktivitasnya sesuai dengan tingkat sebagian:
keterbatasan klien. - pH: 7,01 (7,35 – 7,45)
20.05 Memberikan penjelasan tentang hal – hal - pCO2: 13,5 mmHg (35 – 45)
yang dapat membantu dan meningkatkan - HCO3: 4,2 mEq/L (22 – 26)
kekuatan fisik klien.
20.15 Melibatkan keluarga dalam pemenuhan
- Be: -18 (-2, +2)
A: Masalah teratasi sebagian.
ℒ
20.15
ADL klien.
Menjelaskan pada keluarga dan klien
P: Intervensi dihentikan. ℒ
pentingnya bedrest di tempat tidur.
20.30 Mendokumentasikan hasil pemantauan Dx 2: Hipervolemia b.d Kelebihan Asupan
Cairan dan Natrium
48
5. BUN: 137,24 (10-24 mg/dl)
6. Kreatinin: 16,60 (0,5-1,5 mg/dL)
ℒ
7. HCT: 22 (35-45%) ℒ
A: Masalah teratasi sebagian. ℒ
P: Intervensi dihentikan.
49
O:
- Pasien berbaring di tempat tidur
- Pasien telah meniru distraksi yang diberikan
secara pelan – pelan dan bertahap. ℒ
- RR: 30x/ menit
- Kekuatan otot:
4444 4444
4444 4444
50
EVALUASI SUMATIF
51
2. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan dan natrium S: Pasien mengeluh bengkak pada kaki kirinya.
O:
1. RR: 29x / menit
2. Odem pada kaki kiri
3. Hb: 7,4 (11,5-16g/dl)
SDKI 2016, D.0022 4. Nat 148 (135-145 mmol/L)
Kategori: Fisiologis 5. BUN: 137,24 (10-24 mg/dl)
Subkategori: Nutrisi dan Cairan 6. Kreatinin: 16,60 (0,5-1,5 mg/dL)
Halaman: 62 7. HCT: 22 (35-45%)
3. Defisit Nutrisi b.d ketidakmampuan S: Pasien mengatakan bahwa nafsu makannya berkurang dan mengalami
mengabsorbsi nutrien penurunan porsi makan.
O:
- Membran mukosa: Kering
SDKI, 2016 D.0019 - Porsi makan yang diberikan habis hanya ½ porsi.
Kategori: Fisiologis - Pengkajian Nutrisi:
Subkategori: Nutrisi dan Cairan A: TB: 158cm, BB SMRS: 80 kg, BB MRS: 77 kg, IMT: 30,8 kg/m2.
Halaman: 56 B: Hb: 7,4 (11,5-16g/dl), Albumin: 2,3 (3,4– 5,4 gr/dl).
C: Konjungtiva anemis, pasien terlihat lemah.
D: Rendah protein, natrium, kalium, cairan.
52
4. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan S: Pasien mengatakan bahwa tubuhnya terasa lemah, letih, dan aktivitas
sehari – hari klien dibantu oleh keluarga.
O:
SDKI, 2016 D.0056 - Pasien berbaring di tempat tidur
Kategori: Fisiologis - Pasien telah meniru distraksi yang diberikan secara pelan – pelan dan
Subkategori: Aktivitas/Istirahat bertahap.
- RR: 30x/ menit
Halaman: 128
- Kekuatan otot:
4444 4444
4444 4444
53
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronik atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan
ketidakmampuan fungsi ginjal mempertahankan metabolisme, keseimbangan
cairan dan elektrolit yang mengakibatkan destruksi strukur ginjal yang progresif
adanya manifestasi penumpukan bahan sisa metabolisme seperti toksik uremic di
dalam darah. Pada tinjauan kasus pada Ny. Sdidapatkan data hasil pengkajian
ditemukan tiga masalah keperawatan yaitu gangguan pertukaran gas, hypervolemia,
dan intoleransi aktivitas. Berdasarkan masalah keperawatan. Intervensi dan
implementasi tindakan dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
dibuat dengan panduan buku SDKI, SLKI, dan SIKI.
4.2 Saran
1. Untuk Institusi
a. Mengupas secara jelas tentang konsep teoritis dan asuhan
keperawatan pada klien dengan chronic kidney disease (CKD).
b. Mendemonstrasikan kepada mahasiswa tindakan keperawatan yang
tepat dan efektif pada klien dengan chronic kidney disease (CKD).
2. Untuk Rumah sakit
Diharapkan RSPAL Dr. Ramelan Surabaya selalu meningkatkan
mutu pelayanan selalu update dengan informasi terbaru terkait
penanganan chronic kidney disease (CKD).
3. Untuk Perawat
a. Melakukan perawatan terhadap klien dengan chronic kidney disease
(CKD) secara professional.
b. Melakukan perawatan sesuai dengan standar operasional prosedur
yang ada di RS.
54
DAFTAR PUSTAKA
Aisara, S., Azmi, S. & Yanni, M. (2018). Gambaran Klinis Penderita Penyakit Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas. 7(1).
Anggeria, E. & Marsia, R. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kecemasan
Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Royal Prima Medan.
Jurnal Keperawatan Priority. 2(1). pp. 9–16.
Hidayat, A. A. A. (2014). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. 2nd edn. Jakarta:
Salemba Medika.
Ilmi, M. N., Saraswati, R. & Hartono. (2019). Analisis Asuhan Keperawatan Gerontik
dengan Masalah Keperawatan Utama Gangguan Pola Tidur dengan Senam Yoga di
Desa Sidoharum Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen. University Research
Colloqium. pp. 331–339.
Karinda, T. U. S., Sugeng, C. E. C. & Moeis, E. S. (2019). Gambaran Komplikasi Penyakit
Ginjal Kronik Non Dialisis di Poliklinik Ginjal-Hipertensi RSUP Prof . Dr . R . D .
Kandou. Jurnal e-Clinic (eCI). 7(2).
PPNI, T. P. S. D. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 3rd edn. Jakarta:
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 2nd edn. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Rumyati, M. (2019). Penerapan Ice Lips Frozen Untuk Mengatasi Rasa Haus Pada Pasien
CKD (Chronic Kidney Disease) Di RSUD Dr. R. Goeteng Taroenadibrata
Purbalingga. 23(3). p. 2019.
Terry, C. L. & Weaver, A. (2013) Keperawatan Kritis DemystifieD. 1st edn. Yogyakarta:
Rapha Publishing.
Saraswati, I., Antari, S. & Suwartini, G. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Pembatasan Cairan Pada Pasien Chronic Kidney Disease Yang Menjalani
Hemodialisa. Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada. 10(1). pp. 45–53. doi:
https://doi.org/10.34305/jikbh.v10i1.84 Ciptaan.
Wiliyanarti, P. F. & Muhith, A. (2019). Life Experience of Chronic Kidney Diseases
Undergoing Hemodialysis Therapy. NurseLine Journal. 4(1). p. 54. doi:
10.19184/nlj.v4i1.9701.
55