Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

Dosen Pembimbing:
Putri Kemala Dewi Lubis

Oleh:
Hannum Hasibuan (0502171044)
Nuri Dalilah Dalimunte (0502172329)
Muhammad Fauzi (0502173433)
Riska Huliawati (0502173500)

AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
anugerah-Nya penulisan makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa
kami ucapkan terima kasih kepada Desen Pembimbing dan semua pihak yang
telah membantu terlaksananya penulisan makalah ini hingga bisa tersusun dengan
baik.
Makalah ini kami susun berdasarkan pengetahuan yang kami peroleh dari
beberapa buku dan media elektronik dengan harapan orang yang membaca dapat
memahami tentang bagaimana itu Akuntansi Istishna.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami selaku penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan penerbitan makalah ini di masa mendatang.

Medan, 17 Januari 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................2


BAB I .......................................................................................................................4
PEMDAHULUAN ...................................................................................................4
A. Latar Belakang ..............................................................................................4
B. Rumusan Penelitian .......................................................................................5
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................6
A. Pengertian Struktur Pengendalian Intern Pemerintah ...................................6
B. Unsur SPIP ....................................................................................................6
BAB III PENUTUP ...............................................................................................13

3
BAB I
PEMDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntabilas penyelenggaraan pemerintahan merupakan tanggung jawab
pemerintah yang harus dicapai sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Penyelenggaraan pemerintahan dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban serta pengawasan. Untuk
dapat memastikan bahwa penyelenggaraan pemerintah berjalan dengan
semestinya sesuai aturan maka diperlukan pengendalian intern yang memadai
sehingga dapat memberikan keyakinan yang memadai juga. Pengendalian
intern ini disusun dalam sebuah sistem pengendalian intern yang dirancang dan
dijalankan tidak terpisah dari kegiatan pemerintahan namun sistem ini tidak
juga mengganggu penyelenggaraan pemerintahan dalam mencapai efektivitas
dan efisiensi. Karena itu, dalam membangun suatu sistem pengendalian intern
harus diperhitungkan cost benefit dan efektivitas dan efisiensi dari sistem
pengendalian intern tersebut. Sistem ini harus dirancang sesuai dengan
kebutuhan tiap instansi pemerintah karena setiap instansi membutuhkan sistem
pengendalian yang mungkin saja tidak sama, tergantung dari tugas dan
fungsinya masing-masing.
Sistem pengendalian intern pemerintah ini lahir dari amanat paket
undang-undang keuangan negara yaitu Pasal 58 ayat 1 dan 2 Undang-undang
nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, yang memerintahkan
pengaturan lebih lanjut mengenai sistem pengendalian intern pemerintah secara
menyeluruh dengan Peraturan Pemerintah. Dengan adanya amanat tersebut
maka lahirlah Peraturan Pemerintah nomo 60 tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah. Pengendalian intern pemerintah ini penting
karena dapat digunakan untuk memastikan berjalannya roda pemerintahan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengendalian yang baik adalah
pengendalian yang tidak mudah diakses oleh pihak yang tidak berhak namun
dapat dengan mudah diakses oleh pihak yang memiliki akses yang sesuai
dengan hak dan kewenangannya. Karena pentingnya sistem pengendalian

4
intern pemerintah maka penyelenggaraannya pun harus diperkuat agar tercipta
efektifitas dalam pelaksanaannya
.
B. Rumusan Penelitian
1. Apa itu Pengertian Struktur pengendalian intern pemerintah?
2. Apa itu unsur SPIP?
3. Apa Lingkungan Pengendalian?
4. Apa penilaian resiko pengendalian?
5. Apa kegiatan Pengendalian?
6. Bagaimana Pengawasan Internal?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Pengertian Struktur pengendalian intern pemerintah
2. Untuk mengetahui unsur SPIP
3. Untuk mengetahui Lingkungan Pengendalian
4. Untuk mengetahui penilaian resiko pengendalian
5. Untuk Mengetahui kegiatan Pengendalian
6. Untuk Mengetahui Pengawasan Internal

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Struktur Pengendalian Intern Pemerintah


Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dapat diartikan sebagai
satu sistem pengendalian pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat melalui
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP).
Selain itu SPIP juga bisa diartikan sebagai proses integral yang
dilakukan secara continues/berulang-ulang oleh sebuah lembaga dan jajarannya
dengan maksud untuk meningkatkan keyakinan agar tujuan organisasi tersebut
dapat tercapai melalui kegiatan yang diselenggarakan untuk mencapai
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, serta kepatuhan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Di samping Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), ada pula
Sistem Pengendalian Ekstern Pemerintah yang dijalankan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), DPR/DPRD, Polisi, Kejaksaan, Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), dan lembaga peradilan lainnya.
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah dirasa sangat penting untuk
dijalankan oleh setiap organisasi pemerintahan, baik pusat maupun daerah,
guna memberikan jaminan terhadap kualitas kinerja pemerintahan secara
keseluruhan, sehingga dapat menciptakan akuntabilitas keuangan negara dan
tata kelola pemerintahan yang baik.
Keberadaan SPIP ini diharapkan dapat menciptakan budaya
pengawasan terhadap seluruh orgnisasi dan kegiatan sehingga tindakan-
tindakan yang berisiko menimbulkan kerugian negara dapat dideteksi sejak
awal sehingga dapat diminimalisir atau bahkan dihindari.

B. Unsur SPIP
The Committee of Sponsoring Organization of Treadway Commission
(COSO) juga mengemukakan beberapa unsur SPIP yang mengacu pada konsep
Sistem Pengendalian Intern. Unsur-unsur SPIP tersebut adalah :

6
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan kondisi dalam instansi
pemerintah yang dapat mempengaruhi efektivitas pengendalian intern.
Lingkungan pengendalian ini merupakan fondasi awal bagaimana sistem
pengendalian intern akan berjalan atau akan dirancang. Lingkungan
pengendalian terdiri atas:
1) penegakan integritas dan nilai etika
2) komitmen terhadap kompetensi
3) kepemimpinan yang kondusif
4) pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan
5) pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat
6) penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
pembinaan sumber daya manusia
7) perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang
efektif
8) hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.

2. Penilaian Resiko Pengendalian


Unsur sistem pengendalian intern kedua adalah penilaian risiko.
Penilaian risiko ini terdiri dari dua sub unsur, yakni identifikasi risiko dan
analisis risiko. Dalam penilaian risiko, yang pertama kali dilakukan oleh
pemimpin instansi adalah menetapkan tujuan instansi pemerintah serta
tujuan pada tingkat kegiatan sebagai dasar melakukan penilaian.
Tujuan instansi pemerintah harus memuat pernyataan dan arahan
yang spesifik, terukur, dapat dicapai, realistis, dan terikat waktu. Tujuan
instansi pemerintah yang telah ditetapkan perlu dikomunikasikan kepada
seluruh pihak di dalam instansi. Untuk mencapai tujuan instansi
pemerintah, pimpinan instansi perlu menetapkan strategi operasional yang
konsisten dan strategi manajemen terintegrasi serta rencana penilaian
risiko.

7
Penetapan tujuan pada tingkat kegiatan harus berdasarkan pada
tujuan dan rencana strategis instansi pemerintah. Tujuan pada tingkat
kegiatan harus disusun sehingga dapat saling melengkapi dan tidak
bertentangan satu dengan lainnya. Tujuan ini harus relevan dengan
kegiatan utama instansi, mengandung kriteria pengukuran, didukung oleh
sumber daya yang cukup, serta perlu melibatkan seluruh tingkat pejabat
dalam penetapannya.
Setelah tujuan pada tingkat instansi dan kegiatan telah ditetapkan,
berikutnya adalah melakukan penilaian risiko yang ada melalui identifikasi
dan analisis risiko.
Kegiatan identifikasi risiko merupakan upaya untuk menemukan
atau mengetahui risiko-risiko yang mungkin timbul dalam pencapaian
tujuan instansi dan kegiatan. Untuk dapat mengenali risiko-risiko yang
relevan, kegiatan identifikasi risiko harus menggunakan metodologi yang
sesuai untuk kedua tujuan secara komperhensif. Identifikasi perlu
dilakukan dengan mekanisme yang memadai dengan mempertimbangkan,
baik dari faktor eksternal maupun internal, maupun faktor-faktor lain yang
dapat meningkatkan risiko.
Kegiatan analisis risiko merupakan prosedur untuk mengamati
sumber risiko dan tingkat pengendalian yang telah ada untuk kemudian
menilai risiko dari sisi dampak dan kemungkinan terjadinya. Tujuan
analisis risiko adalah menentukan dampak dan kemungkinan keterjadian
dari risiko-risiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan
instansi pemerintah. Penentuan tingkat risiko perlu dilakukan dengan
prinsip kehati-hatian.

3. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang
membantu memastikan dilaksanakannya arahan pimpinan Instansi
Pemerintah untuk mengurangi resiko yang telah diidentifikasi selama
proses penilaian resiko. Kegiatan pengendalian membantu memastikan
bahwa arahan pimpinan Instansi Pemerintah dilaksanakan.

8
Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian
tujuan Instansi Pemerintah. Kegiatan pengendalian yang diterapkan dalam
suatu Instansi Pemerintah dapat berbeda dengan yang diterapkan pada
Instansi Pemerintah lain. Perbedaan penerapan ini antara lain disebabkan
oleh :
1) visi, misi, dan tujuan
2) lingkungan dan cara beroperasi
3) tingkat kerumitan organisasi
4) sejarah atau latar belakang serta budaya, dan
5) risiko yang dihadapi.
Daftar uji berikut ini dimaksudkan untuk menilai apakah kegiatan
pengendalian intern pada suatu Instansi Pemerintah sudah memadai.
a. Penerapan Umum
b. Reviu Atas Kinerja Instansi Pemerintah Yang Bersangkutan
c. Pembinaan Sumber Daya Manusia
d. Pengendalian Atas Pengelolaan Komentar/Catatan Sistem
Informasi
e. Pengendalian Fisik Atas Aset
f. Penetapan Dan Reviu Indikator
g. Pemisahan Fungsi
h. Otorisasi Atas Transaksi
i. Pencatatan Yang Akurat Dan Tepat
j. Pembatasan Akses Atas Sumber Daya
k. Akuntabilitas Terhadap Sumber Komentar/Catatan Daya Dan
Pencatatannya
l. Dokumentasi Yang Baik Atas Sistem
m.

4. Pengawasan Internal
Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk
menetapkan kinerja standar pada perencanaan untuk merancang
sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja aktual

9
dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah
terjadi suatu penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan
perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber
daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif dan
seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau
pemerintahan. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya
untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau
penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui pengawasan
diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah
ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara
efektif dan efisien.
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, pengertian Pengawasan
Internal adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,
pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan
yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok
ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk
kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang
baik.
Pengawasan internal merupakan salah satu bagian dari
kegiatan pengendalian internal yang berfungsi melakukan penilaian
independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Lingkup pengaturan pengawasan internal mencakup kelembagaan,
lingkup tugas, kompetensi sumber daya manusia, kode etik, standar
audit, pelaporan, dan telaahan sejawat.
Berdasarkan pengertian tentang Pengawasan Internal diatas,
maka Aparat Pengawasan Internal Pemerintah dapat didefinisikan
sebagai Badan/Lembaga/Bagian/Satuan yang melakukan kegiatan
audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi di dalam Entitas dimana
APIP tersebut berkedudukan dan bertanggung jawab langsung kepada

10
pimpinan tertinggi Entitas tersebut dalam rangka memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan secara
efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam rangka
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Menurut PP 60 tahun 2008 pasal 49 ayat (1) yang dimaksud
Aparat Pengawasan Internal Pemerintah terdiri atas :
a. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional
melaksanakan pengawasan internal.
c. Inspektorat Provinsi
d. Inspektorat Kabupaten/Kota.
Tidak ada garis koordinasi khusus antara instansi yang
berfungsi sebagai APIP diatas, namun berdasarkan keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 19/1996, BPKP ditetapkan
sebagai instansi Pembina Jabatan Fungsional Auditor (JFA) di
lingkungan APIP.

11
Ruang lingkup pembinaan JFA di lingkungan APIP tersebut meliputi
aparatur BPKP, Inspektorat Jenderal Departemen, Inspektorat
Utama/Inspektorat Kementerian/LPND, dan unit kerja pemerintah
lainnya yang melaksanakan tugas pengawasan internal serta Inspektorat
Provinsi/Kabupaten/Kota.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008, menekankan pada suatu
proses penyadaran akan pengendalian, penilaian dan pengelolaan risiko
dengan aktivitas pengendalian yang dilakukan oleh setiap orang dalam
organisasi. Pengendalian internal bukan suatu kejadian atau keadaan, namun
suatu rangkaian tindakan yang mencakup seluruh kegiatan organisasi yang
dilakukan orang untuk mendapatkan keyakinan yang wajar bahwa tujuan akan
dicapai.
Tindakan-tindakan ini melekat dan melingkupi ke dalam cara
manajemen dan personil lain dalam organisasi menjalankan aktivitas
kegiatannnya.
Arah menuju pengendalian yang bersifat lunak (soft control) terlihat
dari dikedepankannya unsur lingkungan pendendalian, yang merupakan
pondasi dan atmosfer sistem pengendalian intern. Lingkungan pengendalian
memiliki dampak yang sangat kuat terhadap struktur kegiatan, penetapan
tujuan dan penilaian risiko.
Lingkungan pengendalian juga mempengaruhi kegiatan pengendalian,
sistem informasi dan komunikasi, dan kegiatan pemantauan. Lingkungan
pengendalian dipengaruhi oleh budaya dan sejarah organisasi dan
mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orang dalam organisasi.
Faktor-faktor pembentuk lingkungan pengendalian termasuk integritas,
nilai-nilai etik dan kompetensi orang-orang dalam organisasi, filosofi
manajemen, gaya operasi, cara manajemen melaksanakan wewenang dan
tanggung jawab, cara mengorganisir dan mengembangkan orang-orang, serta
perhatian dan arahan manajemen tertinggi mempengaruhi sistem pengenalian
intern secara keseluruhan.

13
B. Saran
Demikian makalah yang dapat pemakalah paparkan. Mudah-mudahan bisa
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi pembaca. Dan tidak lupa kritik dan
saran sangat kami harapkan untuk memperbaiki makalah selanjutnya. Terima
kasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Lasantu, Arief. 2013. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah. Jakarta:


salemba

15

Anda mungkin juga menyukai