Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

OTONOMI DAERAH

D
I
S
U
S
U
N
OLEH

NAMA : DARIN HAFIZHTA


NIM : 1417010004
KELAS : AK 6B

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


BAB I

PENGERTIAN OTONOMI DAERAH

a. Otonomi Daerah, Sentralisasi dan Desentralisasi

Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Secara harfiah, otonomi daerah berasal dari
kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal dari kata autos dan namos.
Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-undang, sehingga dapat diartikan
sebagai kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna
mengurus rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah.1

Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer


atau yang berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak
digunakan pada pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah. Sedangkan
desentralisasi dapat diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab, kewenangan, dan sumber-
sumber daya (dana, manusia dan lain-lain) dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.2

Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada


pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangga sendiri berdasarkan prakarsa dan
aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan adanya
desentralisasi maka munculkan otonomi bagi suatu pemerintah daerah. Desentralisasi
sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana didefinisikan sebagai
penyerahan kewenangan.3

b. Bentuk dan Ketentuan Penyerahan Wewenang dari Pemerintah Pusat ke Daerah

Sondang P. Siagian mengemukakan adanya tiga bentuk negara yang memberikan


peranan dan fungsi yang berbeda bagi pemerintah yaitu:

1. bentuk political state, yaitu semua kekuasaan dipegang oleh raja sebagai
pemerintah;
2. bentuk legal state, yaitu pemerintahanya sebagai pelaksana peraturan;
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_daerah diakses tanggal 10 Juni 2020 Pukul 21:26
2
Rira Nuradhawati DINAMIKA SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI DI INDONESIA Vol 2 No 01 (2019): Jurnal
Academia Praja
3
Syamsuddin haris. 2007. Desentralisasi dan otonomi daerah. Jakarta. LIPPI pres. Hlm 52
3. bentuk welfare state, yaitu tugas pemerintah diperluas untuk menjamin
kesejahteraan umum dengan discretionary power dan freiesermessen.4

Kewenangan dalam pelaksanaan pemerintahan daerah, meliputi kewenangan


membuat perda-perda (zelfwetgeving) dan penyelenggaraan pemerintahan(zelfbestuur)
yang diemban secara demokratis. Pelimpahan atau penyerahan wewenang dari
pemerintah pusat kepada daerah-daerah otonom bukanlah karena hal itu ditetapkan dalam
konstitusinya, melainkan disebabkan oleh hakikat Negara kesatuan itu sendiri. Prinsip
pada negara kesatuan ialah bahwa yang memegang tampuk kekuasaan tertinggi atas
segenap urusan negara adalah pemerintah pusat(central government), tanpa adanya
gangguan oleh suatu delegasi atau pelimpahan kekuasaan kepada pemerintah daerah
(local government). Pengaturan pelaksana kekuasaan negara mempunyai dua bentuk,
yaitu dipusatkan atau dipancarkan. Jika kekuasaan negara dipusatkan maka terjadi
sentralisasi, demikian pula sebaliknya, jika kekuasaan Negara dipencarkan maka terjadi
desentralisasi. Dalam berbagai perkembangan pemerintahan, dijumpai arus balik yang
kuat kesentralistik, yang disebabkan faktor-faktor tertentu.5

4
Sondang P. Siagian, “Administrasi Pembangunan”, (Jakarta: PT. GunungAgung), Hlm. 101- 104
5
Agus Salim AndiGadjong, Pemerintahan Daerah Kajian Politik dan Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004,
hlm. 27.
BAB II

PRINSIP OTONOMI DAERAH

a. Pemberian Keleluasan Kepala Daerah Menjalankan Otonomi Seluas-luasnya


Prinsip Otonomi Nyata yang Bertanggung Jawab

Untuk menjadi Kepala Daerah, seseorang diharuskan memenuhi persyaratan tertentu


yang intinya agar Kepala Daerah selalu bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
etika dan moral, berpengetahuan, dan berkemampuan sebagai pimpinan pemerintahan,
berwawasan kebangsaan, serta mendapatkan kepercayaan rakyat. Kepala Daerah di samping
sebagai pimpinan pemerintahan, sekaligus adalah Pimpinan Daerah dan pengayom
masyarakat sehingga Kepala Daerah harus mampu berpikir, bertindak, dan bersikap dengan
lebih mengutamakan kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat umum daripada
kepentingan pribadi, golongan, dan aliran. Oleh karena itu, dari kelompok atau etnis, dan
keyakinan manapun Kepala Daerah harus bersikap arif, bijaksana, jujur, adil, dan netral serta
dalam menjalankan Otonomi Daerah yang baik serta mengabdi kepada masyarakat dalam
pembelajaran otonomi daerah.6.

Otonomi nyata adalah penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan


tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya tidak ada dan berpotensi untuk tumbuh
dan berkembang sesuai keadaan daerah. Serta ndonesia dengan keluasan wiayah dan
ribuan pulau mempunyai banyak keragaman pada masyarakatnya. Mulai dari keragaman
suku, agama, budaya, dan nilai-nilai tradisional. Oleh karena itu, otonomi daerah
mempunyai prinsip nyata, yaitu sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif wilayah
masing-masing. Di mana situasi dan kondisi wilayah tersebut akan berbeda satu sama
lain.  Daerah diberikan kebebasan, kewenangan, dan kewajiban yang yang dilaksanakan
secara nyata sesuai kekhasan daerah yang dikuasainya. Pemerintah pusat hanya
memberikan kebijakan secara garis besar dan pemerintah daerah yang mendefinisikan
sendiri sesuai kemampuan daerah.

Otonomi bertanggung jawab adalah penyelenggaraan pemerintahan harus sejalan


dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yaitu memberdayakan daerah dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat sebagai bagian utama dari tujuan nasional.
Namun Pemberian wewenang dan tugas dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
harus benar-benar dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Dengan demikian, prinsip
tanggung jawab harus ditegakkan oleh pemerintah daerah yang mengemban tugas dan
kewajiban. Pemerintah pusat harus benar-benar memastikan bahwa pemerintah telah
6
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 22 TAHUN 1999TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
benar-benar melaksanakan wewenang, tugas, dan kewajibannya. Di mana kewajiban
tersebut adalah memberdayakan daerah demi kepentingan seluruh warga daerah dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah, sebagai salah satu tujuan pembangunan
nasional. Pemerintah daerah berperan mengatur proses pemerintahan dan pembangunan
di daerah dan bertanggungjawab atas seluruh dinamika yang terjadi.

b. Otonomi Dinamis, Prinsip Keadilan, Berkeadaban, Kegotongroyongan,


Permusyarakatan, Meniadakan Ketimpangan Sosial, Ekonomi serta Ketimpangan
Antar Daerah

Dalam prinsip dinamis, diharapkan proses penyelenggaraan pemerintah pada daerah


terus bergerak maju mengikuti perkembangan dunia saat ini. Apalagi saat ini dampak
globalisasi hampir tidak dapat dibendung. Penyelenggaraan pemerintah daerah berprinsip
dinamis dengan memperhatikan hal tersebut. Mengambil segala dampak positifnya dan
melindungi masyarakat dari segala dampak negatif. Misalnya, penyelenggaraan pemerintah
dengan mengoptimalkan peranan teknologi informasi sebagai prinsip dinamis menyesuaikan
dengan globalisasi. Namun di sisi lain, pemerintah ikut aktif memerangi penyalahgunaan
bahaya narkoba bagi generasi muda yang kian marak karena semakin mudah masuk ke
wilayah mana saja berkat teknologi.

Otonomi daerah diselenggarakan bukan ingin mengeksploitasi semua sumberdaya


daerah tanpa mmeperhatikan akibatnya. Prinsip keadilan harus dipertahankan. Penggunaan
sumberdaya yang ada dengan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat dengan
memperhatikan keseimbangan. Tidak menghabiskan begitu saja. Ini terutama berlaku pada
penggunaan sumberdaya alam. Penggunaan sumberdaya alam di daerah harus
memperhatikan keseimbangan dan keserasian dengan lingkungan. Artinya tidak merusak dan
membahayakan lingkungan yang akibatnya akan berbalik kepada masyarakat sendiri.7

Serta ada meniadakan ketimpangan antar daerah Otonomi Dinamis ini masih bisa
belum menjalankan pelaksanaan ketimpangan ekonomi di daerah tersebut serta masih
rendahnya peningkatan ekonomi dan bisa jadi pengangguran semakin banyak

BAB III
7
https://guruppkn.com/prinsip-prinsip-otonomi-daerah diakses pada tanggal 10 Juni 2020 Pukul 22:00
TUJUAN OTONOMI DAERAH

a. Tegaknya NKRI, Perwujudan Demokrasi Dalam Pemerintahan Daerah

Pada prinsipnya, kebijakan otonomi daerah dilakukan dengan mendesentralisasikan


kewenangan-kewenangan yang selama ini tersentralisasi di tangan pemerintah pusat. Dalam
proses desentralisasi itu, kekuasaan pemerintah pusat dialihkan dari tingkat pusat ke
Pemerintahan Daerah sebagaimana mestinya, sehingga terwujud pergeseran kekuasaan dari
pusat kedaerah kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Jika dalam kondisi semula arus
kekuasaan pemerintahan bergerak dari daerah ke tingkat pusat, maka diidealkan bahwa sejak
diterapkannya kebijakan otonomi daerah itu, arus dinamika kekuasaan akan bergerak
sebaliknya, yaitu dari pusat ke daerah. Dalam konteks Negara Kesatuan, hubungan
kewenangan antara pusat dan daerah di Indonesia mendasarkan diri pada tiga pola, yaitu
desentralisasi, dekonsentrasi dan medebewind (tugas pembantuan). 8

b. Perwujudan Kesejahteraan Rakyat dan Keadilan Sosial Daerah

Tujuan Otonomi Daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


Peningkatan kesejahteraan masyarakat diharapkan dapat dipercepat perwujudannya
melalui peningkatan pelayanan di daerah lalu ada pemekaran di wilayah pemerintahan
merupakan suatu langkah strategis yang ditempuh pemerintah untuk meningkatkan
kualitas pelaksanaan tugas pemerintahan baik dalam rangka pelayanan, pemberdayaan
dan pembangunan menuju terwujudnya suatu tatanan kehidupan masyarakat yang maju,
mandiri, sejahtera, adil dan Makmur. Pada hakikatnya, pemekaran daerah otonom lebih
ditekankan pada aspek mendekatkan pelayanan pemerintahan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c. Pengembangan Karakteristik Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah telah memunculkan kesempatan identitas lokal yang


ada di daerah. Berkurangnya wewenang dan kendali pemerintah pusat mendapatkan
respon tinggi dari pemerintah daerah dalam menghadapi masalah yang berada di
daerahnya sendiri. Bahkan dana yang diperoleh lebih banyak daripada yang didapatkan
melalui jalur birokrasi dari pemerintah pusat. Dana tersebut memungkinkan pemerintah
lokal mendorong pembangunan daerah serta membangun program promosi kebudayaan
dan juga pariwisata. Kebijakan-kebijakan pemerintah daerah juga akan lebih tepat
sasaran dan tidak membutuhkan waktu yang lama sehingga akan lebih efisien.

8
Suaib, Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 7, Juli 2017 hlm 1-8
Ada dua pendekatan yang didasarkan pada dua proposisi (Penni Chalid, 2005).
Pertama, pada dasarnya segala persoalan sepatutnya diserahkan kepada daerah untuk
mengidentifikasikan, merumuskan, dan memecahkan persoalan, kecuali untuk persoalan-
persoalan yang tidak mungkin diselesaikan oleh daerah itu sendiri dalam perspektif
keutuhan negara-bangsa. Kedua, seluruh persoalan pada dasarnya harus diserahkan
kepada pemerintah pusat kecuali untuk persoalan-persoalan tertentu yang telah dapat
ditangani oleh daerah. Yang pertama disebut sebagai pendekatan federalistik, sedangkan
yang kedua sebagai pendekatan unitaristik.

d. Pengembangan Kreativitas Sumber Daya Manusia di Daerah

Lalu ada pengembangan kreativitas sumber daya manusia di daerah juga masih
harus dalam peningkatan kreativitas sumber daya manusia ini karena belum selaras dalam
menjalankan pengembangan manusia secara baik dan bagus dalam ilmu perkembangan
manusia itu sendiri

BAB IV
IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH

a. Implementasi Otonomi Daerah dalam Pembinaan Wilayah

Pembinaan wilayah dapat diartikan bagaimana mengelola dan mengerahkan


segala potensi wilayah suatu daerah untuk di dayagunakan secara terpadu guna
mewujudkan kesejahteraan rakyat. Potensi wilayah termasuk segala potensi sumber daya
yang mencakup potensi kependudukan, sosial ekonomi, sosial budaya, politik dan
pertahanan keamanan. Pola pembinaan wilayah dilaksanakan dengan mendelegasikan
tugas-tugas pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dilaksanakan, dan
dipertanggungjawabkan oleh pemerintah daerah. Pada prinsipnya pembinaan wilayah
diserahkan kepada daerah unuk mengelola sumber daya yang potensial untuk
kesejahteraan daerah, dan dalam negara kesatuan, tugas pemerintah pusat melakukan
pengawasan.

Bentuk pengawasan dalam otonomi daerah adalah seluruh rancangan kegiatan dan
anggaran daerah tingkat II dibuat kepala daerah dan DPRD II, serta diperiksa oleh
gubernur. Untuk rencana kegiatan dan anggaran tingkat I, dibuat gubernur dan DPRD I,
dan diperiksa oleh menteri dalam negeri atas nama pemerintah pusat. Tugas dan fungsi
pembinaan wilayah meliputi prinsip pemerintahan umum, yaitu penyelenggaraan
pemerintahan pusat di daerah, memfasilitasi dan mengakomodasi kebijakan daerah,
menjaga keselarasan pemerintah pusat dan daerah, menciptakan ketenteraman dan
ketertiban umum, menjaga tertibnya hubungan lintas batas dan kepastian batas wilayah,
menyelenggarakan kewenangan daerah, dan menjalankan kewenangan lain..

b. Implementasi Otonomi Daerah dalam Pembinaan Sumber Daya Manusia

Pelaksaan otonomi daerah memberikan wewenang pembinaan sumber daya


manusia kepada daerah. Hal ini tugas berat bagi daerah, karena SDM pada umumnya
mempunyai tingkat kompetensi, sikap, dan tingkah laku yang tidak maksimal. Dalam era
otonomi, daerah harus mempersiapkan SDM untuk memenuhi kebutuhan dan prinsip
keterbukaan dan akuntabilitas. Pemerintah membutuhkan PNS yang tanggap, responsip,
kreatif, dan bekerja secara efektif. Untuk menunjang kinerja daerah dalam rangka kerja
sama antar daerah dan pusat, pemda membutuhkan SDM yang mempunyai kemampuan
mengembangkan jaringan dan kerja sam tim, dan mempunyai kualitas kerja yang tinggi.
Untuk pembinaan SDM, pemda diharapkan:

 membuat struktur organisasi yang terbuka,

 menyediakan media untuk PNS berkreatif dan membuat terobosan baru,

 mendorong PNS berani mengambil resiko,


 memberikan penghargaan bagi yang berhasil,

 mengembangkan pola komunikasi yang efektif antar PNS,

 membangu suasana kerja di PNS yang inovatif,

 mengurangi hambatan birokrasi,

 mencegah tindakan intervensi yang mengganggu proses kerja profesional; dan

 mendelegasikan tanggung jawab dengan baik.

Memperbaiki cara kerja birokrasi dengan cara memberikan teladan, membuat


perencanaan, melaksanakan kerja denga pengawasan yang memadai, menentukan
prioritas, memecahkan masalah dengan inoivatif, melakukan komunikasi lisan dan
tulisan, melakukan hubungan antar pribadi, dan memperhatikan waktu kehadiran dan
kretaivitas.

Mengurangi penyimpangan pelayanan birokrasi. Pelayanan pemerintah sering kali


banyak mengalami penyimpangan yang disebabkan sistem birokrasi, atau keinginan
menambah penghasilan dari pegawai. Pemda harus melakukan perbaikan dengan:
menegakan disiplin pegawai dengan memberikan penghargaan dan sanksi, memberikan
pelayanan yang berorientasi pelanggan, menetapkan tanggung jawab dengan jelas.

c. Implementasi Otonomi Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah penting bagi pemerintah daerah. Otonomi


memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengelola sumber daya dengan tujuan
peningkatan kesejahteraan penduduk di wilayahnya. Pengentasan kemiskinan menjadi
tugas penting dari UU nomor 25 tahun 1999, dimana pemda mempunyai wewenang luas,
dan didukung dana yang cukup dari APBD. Pengentasan kemiskinan menggunakan
prinsip: penegmbangan SDM dengan memberdayakan peranan wanita, membrdayakan
dan memprmudah akses keluarga miski utuk berusaha, dengan mendekatkan pada modal
dan pemasaran produknya, menanggulangi bencana, dan membuat kebijakan yang
berpihak kepada rakyat miskin.

Program penanggulangan kemiskinan harus dilakukan berdasarka karakter


penduduk dan wilayah, dengan melakukan koordinasi antar-instansi yang terkait.
Pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan harus mengedepankan peran
masyarakat dan sektor swasta, dengan melakukan ivestasi yang dapat menyerap tenaga
kerja dan pasar bagi penduduk miskin. Membangun paradigma baru tentang peranan
pemda, yaitu dari pelaksana menjadi fasilitor, memberikan interuksi menjadi melayani,
mengatur menjadi memberdayakan masyarakat, bekerja memenuhi aturan menjadi
bekerja untuk mencapai misi pembangunan. Dalam pemberdayan masyarakat, peranan
pemda adalah memberikan legitimasi kepada LSM dan masyarakat penerima bantuan,
menjadi penengah apabila terjadi konflik, mendorong peningkatan kemampuan keluarga
miskin, turut mengendalikan pembangunan fisik, dan memberikan sosialisasi gerakan
terpadu pengentasan kemiskinan.

Pemda dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan dapat mengambil


kebijakan keluarga, yaitu mendata dengan benar karakter keluarga miskin,
mengidentifikasi tipe dan pola keluarga miskin, melakukan intervensi kebijakan, yang
meliputi kebijakan penyediaan sumber daya melalui pendidikan dan pelatihan,
menyediakan program yang mendorong kesempatan kerja.

d. Implementasi Otonomi Daerah dalam Hubungan Fungsional Eksekutif dan


Legislatif

Hubungan eksekutif (pemda) dan legislatif (DPRD) dalam era otonomi mencuat
dengan munculnya ketidakharmonisan antara pemda dan DPRD. Ketidakharmonisan
dipicu oleh interprestasi dari UU nomor 22 tahun 1999, yang menyatakan peran legislatif
lebih dominan dibandingkan peran pemda, dan hal ini bertentangan dengan kondisi
sebelumnya, dimana pemda lebih dominan daripada DPRD. Ketidakharmonisan harus
dipecahkan dengan semangat otonomi, yaitu pemberian wewenang kepada daerah untuk
mengatur daerahnya dalam menjawab permasalahan rakyat, yang meliputi administrasi
pemrintahan, pembangunan, dan pelayanan publik.

Kepala daerah mempunyai wewenang memimpin penyelenggaraan pemerintah


daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan DPRD, bertanggung jawab kepada DPRD,
dan menyampaikan laporan atas penyelenggaraan pemerintah daerah kepada presiden
melalui mendagri, minimal satu tahun sekali melalui gubernur. DPRD dalam era otonomi
mempunyai wewenang dan tugas: memilih gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati
atau walikota/ wakil walikota, membentuk peraturan daerah, menetapkan anggaran
pendapatan belanja daerah, melaksankan pengawasan. Memberikan saran pertimbangan
terhadap perjanjian internasional menyangkut kepentingan daerah, serta menampung dan
menindaklanjuti aspirasi rakyat.

Kepala daerah dan DPRD dalam melakukan tugasnya dapat melakukan


komunikasi yang intensuf, baik untuk tukar menukar informasi, dan pengembangan
regulasi maupun klarifikasi suatu masalah. Prinsip kerja dalam hubungan antara DPRD
dengan kepala daerah adalah proses pembuatan kebijakan transparan, pelaksanaan kerja
melalui mekanisme akuntabilitas, bekerja berdasarkan susduk, yang mencakup kebijakan,
prosedur dan tata kerja, menjalankan prinsip kompromi, dan menjunjung tinggi etika.

e. Implikasi Otonomi Daerah dalam Membangun Kerja Sama Tim


Koordinasi merupakan maslah yang serius dalam pemerintah daerah. Sering
bongkar dan pasang sarana dan prasarana seperti PAM, PLN, dan Telkom menunjukan
lemahnya koordinasi selama ini. Dalam rangka otonomi, di mana pemda mempunyai
wewenang mengatur enam bidang selain yang diatur pusat, maka pemda dapat mengatur
sektir riil seperti transportasi, sarana/prasarana, pertanian, dan usaha kecil, serta
wewenang lain yang ditentukan undang-undang. Lemahnya koordinasi dalam otonomi
daerah telah menimbulkan dampak negatif, di antaranya: inefisiensi organisasi dan
pemborosan uang, tenaga dan alat, lemahnya kepemimpinan koordinasi yang
menyebabkan keputusan tertunda-tunda, tidak tepat dan terjadi kesalahan, serta tidak
terjadi integrasi dan sinkronisasi pembangunan.

Penyebab kurangnya koordinasi dalam era otonomi daerah di pemda antara lain
karena sesama instansi belum mempunyai visi yang sama, tidak adanya rencana
pembangunan jangka panjang yang menyebabkan arah kebijakan tidak strategis,
rendahnya kemauan kerja sama, gaya kepemimpinan yang masih komando, rendahnya
keterampilan, integritas dan kepercayaan diri. Dalam rangka meningkatkan koordinasi,
maka pemerintah daerah harus menciptakan kerja sama tim. Kerja tim dilaksanakan
dengan:

1. Pelatihan kepada PNS pemda untuk menumbuhkan komitmen, integritas, kejujuran, rasa
hormat dan percaya diri, peduli terhadap pemerintah daerah, mempunyai kemauan dan
tanggung jawab, matang secara emosi, dan mempunyai kompetensi,

2. mengembangkan visi dan misi pemerintahan daerah yang menjadi acuan kerja,

3. membuat sistem kerja yang baik, yaitu adanya kejelasan tugas pokok, fungsi dan
akuntabilitas pekerjaan, dan

4. membangun suasana dialogis antar pimpinan dan staf pemda.

Terkait dengan implementasi otonomi daerah, maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk keberhasilan otonomi daerah, yaitu meningkatkan kualitas SDM yang
dapat dilakukan melalui:

1. Pelaksanaan seleksi PNS yang jelas, ketat, yang baik, serta berdasarkan pekerjaan dan
spesifikasi lowongan pekerjaan.

2. Peningkatan kompetensi, keterampilan, dan sikap melalui pelatihan dan pendidikan,


sesuai dengan kebutuhan pemerintah daerah, serta mengevaluasi keefektifan program
pendidikan dan pelatihan.

3. Penempatan PNS berdasarkan kompetensi, minat, dan bakat, serta kebutuhan pemerintah
daerah.
4. Pengembangan SDM yang kreatif, inovatif, fleksibel, profesional, dan sinergis di pemda.

PENUTUP

a. Kesimpulan

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sudah diselenggarakan lebih dari satu


dasawarsa. Otonomi daerah untuk pertama kalinya mulai diberlakukan di Indonesia
melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang
hingga saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan. Pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia tersebut telah mengakibatkan perubahan dalam sistem pemerintahan di
Indonesia yang kemudian juga membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat di
berbagai bidang.

Dalam konsep otonomi daerah, pemerintah dan masyarakat di suatu daerah


memiliki peranan yang penting dalam peningkatan kualitas pembangunan di daerahnya
masing-masing. Hal ini  terutama disebabkan karena dalam otonomi daerah terjadi
peralihan kewenangan yang pada awalnya diselenggarakan oleh pemerintah pusat kini
menjadi urusan pemerintahan daerah masing-masing. 

Dalam rangka mewujudkan tujuan pelaksanaan otonomi daerah, terdapat


beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan, antara lain : faktor manusia yang
meliputi kepala daerah beserta jajaran dan pegawai, seluruh anggota lembaga legislatif
dan partisipasi masyarakatnya. Faktor keuangan daerah, baik itu dana perimbangan dan
pendapatan asli daerah, yang akan mendukung pelaksanaan pogram dan kegiatan
pembangunan daerah. Faktor manajemen organisasi atau birokrasi yang ditata secara
efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan pelayanan dan pengembangan daerah.

Gagasan pelaksanaan otonomi daerah adalah gagasan yang luar biasa yang
menjanjikan berbagai kemajuan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.
Namun dalam realitasnya gagasan tersebut berjalan tidak sesuai dengan apa yang
dibayangkan. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia pada gilirannya harus berhadapan
dengan sejumlah tantangan yang berat untuk mewujudkan cita-citanya. Tantangan dalam
pelaksanaan otonomi daerah tersebut datang dari berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Diantaranya adalah tantangan di bidang hukum dan sosial budaya. 

Pelaksanaan  otonomi daerah di Indonesia dimulai segera setelah angin sejuk


reformasi berhembus di Indonesia. Masih dalam suasana euphoria reformasi dan dalam
situasi dimana krisis ekonomi sedang mencekik tingkat kesejahteraan rakyat, Negara
Indonesia membuat suatu keputusan pemberlakuan dan pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia. Selanjutnya UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sebagai
dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia di Judicial Review dengan UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Judicial review ini dilakukan setelah
timbulnya berbagai kritik dan tanggapan terhadap pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia. Judicial review tersebut dilaksanakan dengan mendasarkannya pada logika
hukum. 

Anda mungkin juga menyukai