Anda di halaman 1dari 17

STASE KEPERAWATAN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN An “F” DENGAN TUMOR


MAMMAE DI RUANGAN PARKIT RSPAU dr. S. HARDJOLUKITO
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners
Stase Keperawatan Medikal Bedah

DISUSUN OLEH :

YUVITA PUTRI EMANUE


203203080

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XV


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2021

Jl. Ringroad Barat, Ambarketawang, Gamping, Sleman Yogyakarta


Telp (0274) 4342000
LEMBAR PENGESAHAN
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN An “F” DENGAN TUMOR


MAMMAE DI RUANGAN PARKIT RSPAU dr. S. HARDJOLUKITO

Disusun Oleh:

YUVITA PUTRI EMANUE


203203080

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )
LAPORAN PENDAHULUAN
CANCER MAMMAE

A. Pengertian
Kanker adalah sebuah penyakit ini disebabkan karena terjadinya
pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertambahan sel tidak
dapat dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor cancer (Brunner &
Suddart. 2012). Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan
pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan
yang tidak normal dan tidak terkendali (Nugroho, 2011).
Kanker payudara atau disebut sebagai karsinoma mammae merupakan
kanker solid yang mempunyai insiden nomor satu di negara maju. Di Indonesia,
kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi nomor dua setelah
kanker leher rahim (Manuaba, 2010)
Kanker payudara sebagai mana sel kanker lainnya, memiliki perkembangan
prakanker yang sangat lambat dan tidak menimbulkan gejala, seringkali pengidap
tidak merasa jika ia tengah terkena sel kanker (Nurcahyo, 2010).

B. Etiologi
1. Tidak ada satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaiknya
serangkaian faktor genetik hormonal dan kejadian lingkungan dapat
menunjang terjadinya kanker. Bukti yang bermunculan menunjukkan bahwa
perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara, namun apa yang
menyebabkan perubahan belum diketahui.
2. Perubahan genetik ini termasuk perubahan/mutasi dalam gen normal dan
pengaruh protein baik yang menekan/meningkatkan perkembangan kanker
payudara.
3. Hormon yang dapat berpengaruh dalam kanker payudara adalah normal
hormon steroid yang dihasilkan ovarium (hormon estrodiol dan hormon
progesteron) (Brunner & Suddarth, 2012).
C. Faktor resiko
1. Riwayat pribadi Ca payudara
2. Menarche dini
3. Nullipara/ usia lanjut pada kelahiran anak pertama
4. Menopause pada usia lanjut
5. Riwayat penyakit payudara jinak
6. Riwayat keluarga dengan ca mamae
7. Kontrasepsi oral
8. Terapi hormon
9. Pemajanan radiasi (termasuk screening mammografi)
10. Masukan alkohol
11. Umur > 40 tahun. Corwin, E. J. (2014)
D. Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-
ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti
pengaruh struktur jaringan sekitarnya (Corwin, E. J. 2014). Neoplasma yang
maligna terdiri dari sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak
terkendali yang mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan
memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di
dalam sel tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya.
Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi
transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-
sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi faktor
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker pada
manusia. Kontak dengan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun
sampai bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini
tergantung dari sifat, jumlah, dan konsentrasi zat karsinogen tersebut, tempat
yang dikenai karsinogen, lamanya terkena, adanya zat-zat karsinogen atau
ko-karsinogen lain, kerentanan jaringan dan individu.
2. Fase in situ: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-
cancerous yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru,
saluran cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui
membran sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe. Waktu
antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberapa minggu sampai
beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-
tempat lain bertambah.
C. Stadium Kanker Payudara
Pada penderita kanker payudara ada stadium dini dan stadium lanjut.
Stadium dini adalah stadium dari masa sebelum adanya kanker hingga stadium
dua, sedangkan stadium lanjut sudah berada pada stadium tiga dan empat.
Stadium kanker payudara menurut Nurcahyono (2011) adalah sebagai berikut:
1. Stadium 0
Stadium ini disebut juga dengan Ductal Carsinoma In Situ. Pada stadium
ini kanker tidak menyebar keluar dari pembuluh atau saluran payudara dan
kelenjar-kelenjar (lobules) susu pada payudara. Rentang penyebaranya invasif
kecil (kurang dari 2 cm tanpa invasif kelenjar getah bening). Tingkat bertahan
hidup pengidapnya rata-rata adalah 90%.
2. Stadium 1
Pada stadium ini kanker masih sangat kecil dan tidak menyebar serta
tidak ada titik pada pembuluh getah bening. Rentang penyebaranya
noninvasif. Tingkat bertahan hidup pengidapnya rata-rata adalah 70%.
3. Stadium II A
Pada stadium ini benjolan kanker berukuran 2 cm, sehingga tidak dapat
terdeteksi dari luar karena tidak terdeteksi maka akan sulit mengindikasikan
orang terjangkit kanker payudara atau tidak. Dengan pemeriksaan dini maka
sel kanker dapat tidak menyebar ke bagian tubuh dan tidak akan berlanjut ke
stadium berikutnya. Kemungkinan sembuh adalah sekitar 70%.
4. Stadium II B
Benjolan pada stadium dua berukuran lebih dari 2 cm, namun tidak
lebih dari 5 cm dengan penyebaran sudah sampai ke kelenjar susu dan daerah
setiak. Pada stadium 2 biasanya dilakukan operasi pengangkatan sel-sel
kanker yang ada pada tubuh. Rentang penyebaran invasif dengan tingkat
bertahan hidup pengidapnya rata-rata 60%.
5. Stadium III A
Pada tahap stadium III A ini kanker payudara telah 87% telah menyebar
ke daerah limfa dan telah berukuran lebih dari 5 cm dan telah menyebar ke
titik-titik pada pembuluh gatah bening ketiak. Diameter tumor juga bisa lebih
besar dari 5 cm dan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening
ketiak. Tingkat bertahan hidup rata-rata 40% .
6. Stadium III B
Benjolan pada stadium III B lebih panjang lagi dan telah menyebar ke
seluruh payudara. Bahkan telah menyebar ke seluruh bagian kulit dinding
dada, tulang rusuk dan otot dada. Bisa juga belum menyebar ke titik-titik pada
pembuluh darah getah bening di ketiak dan lengan atas, tapi tidak menyebar
ke bagian dari organ tubuh. Pada tahap stadium III B harus dilakukan
pengangkatan payudara. Tingkat bertahan hidup pengidapnya rata-rata 40%.

7. Stadium III C
Benjolan telah menyebar ke titik-titik pada pembuluh getah bening.
Kanker telah menyebar lebih dari 10 titik di seluruh getah bening dibawah
tulang selangka. Tingkat bertahan hidup pengidapnya rata-rata 40%.
8. Stadium IV
Pada stadium IV kanker sudah menjalar ke bagian tubuh lain. Sehingga
tidak ada jalan selain pengangkatan payudara. Kanker juga telah bermetafosis
yaitu kanker telah menyebar dari payudara dan kelenjar getah bening di
sekitar ketiak kebagian lain seperti paru, tulang, hati, dan otak. Kanker pada
payudara itu biasa membengkak dan pecah, bau busuk dan anyir akan keluar
dari buah dada. Keluhan lain adalah sesak nafas karena kanker menekan
payudara. Tingkat bertahan hidup pengidapnya rata-rata 20%.

E. Pathway
Lampiran

F. Tanda dan gejala


Penemuan tanda-tanda dan gejala sebagai indikasi kanker payudara masih
sulit ditemukan secara dini. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika dudah
teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.
1. Terdapat massa utuh (kenyal)
Biasanya pada kuadran atas dan bagian dalam, di bawah lengan, bentuknya
tidak beraturan dan terfiksasi (tidak dapat digerakkan)
2. Nyeri pada daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam/dimpling, tarikan dan retraksi pada area mammae.
Dimpling terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau akibat distorsi
ligamentum cooper. Cara pemeriksaan: kulit area mammae dipegang antara
ibu jari dan jari telunjuk tangan pemeriksa lalu didekatkan untuk
menimbulkan dimpling.
4. Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting susu serta keluarnya cairan
secara spontan kadang disertai darah.
5. Ditemukan lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi (Corwin, E. J.
2014).
D. Jenis-jenis kanker payudara
Menurut Nurcahyo (2010) ada beberapa macam kanker payudara yang
menyerang manusia, yaitu:
1. Tumor jinak (fibroadenoma mammae)
Tumor jinak ini berkembang di jaringan dan kelenjar susu. Tumor
ini menyerang wanita usia 20-25 tahun, bahkan di Eropa ditemukan pula
(fibroadenoma mammae) yang menyerang wanita berumur 15 tahun. Tumor
ini dapat berubah dipengaruhi oleh siklus menstruasi. Penyebab
fibroadenoma mammae adalah kelainan pada aktivitas hormon esterogen dan
faktor genetik.
2. Lobular Carsinoma In Situ (LCIS).
Kanker payudara ini paling banyak ditemukan, disebut juga lobular
neoplasma. Sebagian ahli kedokteran menolak mengklarifikasi LCIS ke
dalam katagori kanker, karena LCIS umumnya tidak meluas, melainkan
hanya terjebak dikelenjar susu, ada pula yang menggangap LCIS adalah
permulaan kanker atau stadium 0.
3. Ductal Carsinoma In Situ (DCIS).
Ductal Carsinoma In Situ (DCIS) adalah perkembangan sel
abnormal yang menyerang sel-sel pada saluran susu. Kanker ini ternasuk
jenis non invasif (tidak menyebar). Ada juga kemungkinan DCIS ini
menyebar ke kelenjar susu dan jaringan lemak, jika ini terjadi maka akan
dapat mengancam nyawa penderitanya. Sel abnormal yang sudah menjangkiti
tubuh umumnya menunjukan gejala seperti keluarnya cairan dari puting susu
dan berpotensi berkembang menjadi kanker invasif yang menyebar.

4. Infiltrating Lobolar Carsinoma (ILC)


ILC adalah jenis kanker yang invasif, bahkan sulit dideteksi dengan
teknik mammografi. Kanker jenis ini menyerang jaringan payudara di bawah
kulit, di dalam kelenjar susu dan menyebar ke jaringan lemak serta jaringan
penyangga payudara. Ciri-ciri fisisk ILC adalah payudara penderita menebal
serta di bagian tertentu membengkak dan keras, puting susu tertarik ke dalam
dan kulit payudara menebal, berkerut dan bersisik.
5. Infiltrating Ductal Carsinoma (IDC)
Merupakan jenis kanker yang paling banyak menyerang, terutama
pada wanita di atas 45 tahun. Jenis kanker ini berawal dari saluran susu dan
menyumbat melalui aliran darah serta jaringan limfe ke bagian tubuh yang
lainnya. Dari seluruh kasus kanker paudar yang diketahui, 60-80% adalah
IDC. Salah satu ciri fisik dari gejala IDC adalah puting pengidap tertarik
kedalam, dan terdapat benjolan yang runcing. Kanker jenis IDC memiliki
nama lain Invasive Ductal Carsinoma, Carsinoma of No spesial Type (NST),
dan Not Otherwise Specified (NOS).
Ada beberapa kanker payudara yang jarang menyerang , antara lain
adalah:
a. Medullary Carsinoma, jenis ini mirip dengan IDC bedanya pada
medullary terdapat batas yang jelas antara sel tumor dengan sel normal.
b. Mocinous Carsinoma, sel kanker terbentuk seperti jelly dan mudah di
bedakan dengan sel normal.
c. Inflammatory Breast Cancer (IBC), yaitu sel kanker yang menyerang
pembuluh getah bening, dan membuat payudara berwarna merah lebam,
IBC tidak terdeteksi oleh mammogram dan USG.
d. Paget’s Disease Of The Niple, yaitu eksim yang menyerang puting dan
aerola.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium meliputi:
a. Morfologi sel darah
b. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum atau
plasma
c. Pemeriksaan sitologik
Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan yang
keluar sponyan dari putting payudar, cairan kista atau cairan yang keluar
dari ekskoriasi
2. Tes diagnosis lain
a. Non invasive
1.) Mamografi
Yaitu radiogram jaringan lunak sebagai pemeriksaan tambahan yang
penting. Mamografi dapat mendeteksi massa yang terlalu kecil untuk
dapat diraba. Dalam beberapa keadaan dapat memberikan dugaan
ada tidaknya sifat keganasan dari massa yang teraba. Mamografi
dapat digunakan sebagai pemeriksaan penyaring pada wanita-wanita
yang asimptomatis dan memberikan keterangan untuk menuntun
diagnosis suatu kelainan.
2.) Radiologi
 Foto thorax
 Foto polos perut (hepar)
 Bone survey (lumbal, pelvis, femur)
3.) USG
Teknik pemeriksaan ini banyak digunakan untuk membedakan antara
massa yang solit dengan massa yang kistik. Disamping itu dapat
menginterpretasikan hasil mammografi terhadap lokasi massa pada
jaringan patudar yang tebal/padat

4.) Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Pemeriksaan ini menggunakan bahan kontras/radiopaque melaui intra
vena, bahan ini akan diabsorbsi oleh massa kanker dari massa tumor.
Kerugian pemeriksaan ini biayanya sangat mahal.
5.) Positive Emission Tomografi (PET)
Pemeriksaan ini untuk mendeteksi ca mamae terutama untuk
mengetahui metastase ke sisi lain. Menggunakan bahan radioaktif
mengandung molekul glukosa, pemeriksaan ini mahal dan jarang
digunakan.
b. Invasif
1.) Biopsi
Pemeriksaan ini dengan mengangkat jaringan dari massa payudara
untuk pemeriksaan histology untuk memastikan keganasannya. Ada
4 tipe biopsy, 2 tindakan menggunakan jarum dan 2 tindakan
menggunakan insisi pemmbedahan.
2.) Aspirasi biopsy
Dengan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara
kistik atau padat, kista akan mengempis jika semua cairan dibuang.
Jika hasil mammogram normal dan tidak terjadi kekambuhan
pembentukan massa srlama 2-3 minggu, maka tidak diperlukan
tindakan lebih lanjut. Jika massa menetap/terbentuk kembali atau jika
cairan spinal mengandung darah,maka ini merupakan indikasi untuk
dilakukan biopsy pembedahan.
3.) Tru-Cut atau Core biopsy
Biopsi dilakukan dengan menggunakan perlengkapan stereotactic
biopsy mammografi dan computer untuk memndu jarum pada
massa/lesi tersebut. Pemeriksaan ini lebih baik oleh ahli bedah
ataupun pasien karena lebih cepat, tidak menimbulkan nyeri yang
berlebihan dan biaya tidak mahal.
4.) Insisi biopsy
Sebagian massa dibuang
5.) Eksisi biopsy
Seluruh massa diangkat
Hasil biopsy dapat digunakan selama 36 jam untuk dilakukan
pemeriksaan histologik secara frozen section (Corwin, E. J. 2014).
H. Komplikasi
Komplikasi utama dari cancer payudara adalah metastase jaringan
sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-organ
lain. Tempat yang sering untuk metastase jauh adalah paru-paru, pleura, tulang
dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan fraktur patologis,
nyeri kronik dan hiperkalsemia. Metastase ke paru-paru akan mengalami
gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak mengalami gangguan
persepsi sensori (Nugroho,2011)
I. Penatalaksanaan medis
Menurut Nugroho (2011) pengobatan kanker payudara tergantung tipe
dan stadium yang dialami. Pada umumnya seseorang diketahui menderita
penyakit kanker payudara ketika sudah stadium lanjut. Pengobatan kanker
payudara itu sendiri meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi
radiasi, dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi). Macam-macam
pengobatan kanker payudara, yaitu:
a. Pembedahan
Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahn, prosedur
pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada
tahap penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum.
Mastektomi merupakan operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis
masektomi, yaitu:
1) Radical mastectomy, merupakan operasi pengangkatan dan sebagian dari
payudara (lumpectomy) dan operasi ini selalu diikuti dengan pemberian
radioterapi. Lumpectomy ini biasanya direkomendasikan pada pasien yang
besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya dipinggir payudara.
2) Total masetectomy, merupakan operasi pengangkatan seluruh payudara
saja bukan kelenjar di ketiak atau axilla.
3) Modified radical masetectomy, merupakan operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka, dan tulang iga
serta benjolan di sekitar ketiak. Setelah dilakukan masetektomi pasien akan
merasakan di bahu, bekas luka, lengan, atau ketiak. Keluhan umum lainya
yang dirasakan termasuk nyeri tertusuk atau tajam, rasa gatal tak
tertahankan atau mati rasa.
b. Terapi radiasi
Penyinaran atau radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang
terkena kanker dengan mengunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan
membunuh sel kanker yang masih tersisa dipayudara setelah operasi. Terapi
radiasi biasanya diberikan setiap hari, lima hari dalam seminggu, selama 6-7
minggu berturut-turut tergantung ukuran, lokasi, jenis kanker, kesehatan
penderita secara umum, dan pengobatan, yang diberikan. Tetapi terapi radiasi
untuk keperluan paliatif (misalnya untuk menghilangkan nyeri kanker yang
bermetastase ke tulang), biasanya cukup 2-3 minggu, setiap kali hanya
berlangsung 5 menit. Namun selama menjalani terapi penderita harus diam,
tidak bergerak sama sekali agar pancaran radiasinya tepat mengenai sasaran.
Efek dari terapi radiasi adalah penderita merasakan lemah, nafsu makan
berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi hitam, serta Hb dan
leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan mengunakan obat diberikan secara oral
maupun disuntikan. Kemoterapi umumnya mengunakan obat dosis tinggi yang
bekerja didalam sel. Kemoterapi bertujuan untuk melemahkan sel kanker dan
menghambat pembelahanya atau bahkan mematikan sel kanker. Beberapa efek
samping yang bisa muncul dari jenis pengobatan antara lain adalah rambut
rontok, infeksi atau sariawan di mulut atau tenggorokan, kulit menghitam dan
kering, muntah , diare, nafsu makan berkurang, nyeri tulang dan sebagainya
(Nurcahyo, 2011).
d. Terapi hormon
Hal ini dikenal sebagai Therapy anti-estrogen yang sistem kerjanya
memblok kemampuan hormon estrogen yang da dalam menstimulus
perkembangan kanker pada payudara (Nurcahyo, 2011).

J. Diagnosa yang mungkin muncul


Menurut Nanda 2015-2017. Panduan Diagnosa Keperawatan Definisi dan
klasifikasi dignosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan ca
mamae adalah:
1. Nyeri akut egens cedera biologis
2. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan
K. Implementasi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x A. Pain Management
agens cedera 24 Jam, diharapkan nyeri klien teratasi dengan (1400)
fisik b.d agen kriteria hasil : Definisi : Pengurangan atau
cidera biologis Pain Control (1605) reduksi nyeri sampai pada
1. Mampu mengontrol nyeri. tingkat kenyamanan yang
2. Klien dapat melaporkan bahwa nyeri dapat diterima oleh pasien.
berkurang dengan menggunakan 1. Lakukan pengkajian
manajemen nyeri nyeri secara
3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, komprehensif termasuk
frekuensi dan tanda nyeri) lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor
presipitasi
2. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
3. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
4. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
5. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
6. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
7. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
8. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
9. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
10. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri.
2. Pola napas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x Manajemen Jalan napas
8 jam, pola napas pasien kembali efektif dengan 1. Monitor pola napas
tidak efektif (frekuensi, kedalaman,
kriteria hasil:
b.d depresi Pola Napas usaha napas)
Tujuan 2. Monitor bunyi napas
pusat NO Indikator Awal 3. Pertahankan kepatenan
1 2 3 4 5
pernapasan 1 Ventilasi 2 √ jalan napas
4. Posisikan semifowler
semenit 5. Berikan minum hangat
2 Dipsna 2 √ 6. Berikan Oksigen
3 Penggunaan 2 √ 7. Kolaborasi pemberian
bronkodilator ( Nebulaizer)
otot bantu
pernapasan Vital sign Monitoring
4 Frekuensi 2 √ 1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR.
napas
2. Catat adanya
fluktuasi tekanan
5 Kedalaman 2 √ darah.
3. Monitor VS saat
napas
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri.
4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan.
5. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum,
selama, dan setelah
aktivitas.
6. Monitor kualitas
dari nadi.
7. Monitor frekuensi
dan irama
pernapasan.
8. Monitor suara paru.
9. Monitor pola
pernapasan
abnormal.
10. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit.
11. Monitor sianosis
perifer.
12. Monitor adanya
cushing triad
(tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan
sistolik).
13. .Identifikasi
penyebab dari
perubahan vital sign
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC


Corwin, E. J. (2014). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dochter, Bulechek. (2015) Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 5,
United States Of America: Mosby Elseveir Academic Press, 2004.
Herdman, T, (2015). NANDA Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. Ed
10 2015-2017. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Mansoer A, dkk. (2012). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
FK UI
Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. (2004). Nursing Out Comes (NOC) Ed 6,
United States Of America: Mosby Elseveir Academic Press.
Nugroho, T. (2011). Asi dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pathways Kanker Payudara

Faktor genetik Hormonal Lingkungan Faktor resiko

Hiperplasia sel

Perkembangan sel atipik

Carsinoma sel insitu

Massa

Operatif Non -Operatif

Jaringan
terputus Sinostatika Radiasi

Area sensorik/ Gangguan


motorik sistem gastro Kerusakan Post Kekeringan
intestinal jaringan radioterapi muka

Nyeri Mual/muntah
Gangguan
integritas kulit < cairan
< perawatan diri BB  nafsu makan 
karena imobil Menekan Kekeringan
Gangguan nutrisi bor morrow klj. rambut

Sist. hemopoltik Alopesia


terganggu
Ggn citra tubuh

Anemia trombositupeni Lekopenia

Resti infeksi

Anda mungkin juga menyukai