Anda di halaman 1dari 14

Helper, Vol 34 No 2 (2017) - 9

IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING


BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMP
NEGERI 32 SURABAYA
Lutfi Isni Badiah

Prodi Pendidikan Khusus UNIPA Surabaya


Email: lutfiisnibadiah@gmail.com

Abstrak
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) pelaksanaan program BK bagi
ABK di sekolah inklusi SMP Negeri 32 Surabaya, (2) pendekatan yang digunakan, (3)
hambatan yang dihadapi, serta (4) solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang
dihadapi. Sumber data dalam penelitian terdiri dari: guru bimbingan dan konseling; kepala
SMP Negeri 32 Surabaya; wali kelas, guru pendamping khusus (GPK), dan koordinator
pelaksanaan dan inklusi. Subjek primer dalam penelitian ini adalah guru bimbingan dan
konseling. Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research). Teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumentasi. Dari hasil penelitian
diperoleh data yakni: kurikulum untuk ABK yang digunakan di SMP Negeri 32 Surabaya
adalah kurikulum 2013 yang dimodifikasi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
ABK dengan panduan dari hasil need asesment. Metode yang digunakan guru BK
pada umumnya sama dengan siswa normal, hanya saja pelaksanaannya sedikit
berbeda. Guru menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab dan metode tutor
sebaya. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan program BK bagi ABK di
sekolah inklusi SMP Negeri 32 Surabaya mencakup (1) ciri khas/karakteristik siswa,
(2) sikap dan konsentrasi belajar, (3) mengelola bahan ajar/media, (4) kurangnya
pengetahuan dan keterampilan guru, (5) kurikulum sekolah, (6) sarana dan
prasarana. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi adalah:
(1) melakukan studi banding dengan sekolah lain yang juga menerima siswa
berkebutuhan khusus, (2) memanfaatkan ajang musyawarah guru BK, (3) rutin
mengirim guru untuk mengikuti pelatihan/seminar, (4) menjalin kerjasama dengan
psikolog atau dengan guru pendidikan luar biasa.

Kata kunci : Anak Berkebutuhan Khusus, Bimbingan dan Konseling, Sekolah Inklusi

Pendahuluan keluarbiasaannya. Dampak yang


Anak berkebutuhan khusus dirasakan berupa hambatan aktivitas
seringkali mendapatkan hambatan, sehari-hari dan pembatasan beraktivitas
kesulitan dan masalah sebagai dampak di lingkungannya. Untuk mengatasi hal

“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA


Surabaya
10 - Helper, Vol 34 No 2 (2017)

ini perlu adanya pemberian bantuan Dewasa ini, kesempatan ABK


terhadap ABK agar mereka mampu untuk memperoleh pendidikan
berkembang. Bantuan yang diberikan bertambah luas seiring dengan
tentunya fokus pada pengembangan diperkenalkannya sekolah inklusi.
kepribadian dan keterampilan hidup bagi Sekolah inklusi merupakan sekolah yang
ABK. menerima siswa ABK untuk belajar
Salah satu cara untuk bersama dengan siswa normal. Sehingga
pengembangan kepribadian dan tidak ada alasan lagi bahwa ABK tidak
keterampilan hidup bagi ABK adalah bisa bersekolah karena jauh dengan
melalui pendidikan. Sekolah mempunyai sekolah luar biasa (SLB). Program
peranan yang penting untuk memberikan bimbingan dan konseling bagi ABK baik
bekal ABK agar mampu berkembang dan pada pendidikan inklusi maupun
berhasil dalam hidup bermasyarakat. pendidikan segregasi difokuskan pada
Sehingga stigma negatif bahwa ABK intervensi pengembangan perilaku
merupakan beban bagi masyarakat dapat adaptif, konseling keluarga, dan bahkan
terhapuskan. Sebagai mana yang persiapan yang terkait
dikemukakan oleh Suhari dan Purwanta dengan kemungkinan ABK memasuki
dalam Aisyah (2014), bahwa kehidupan masyarakat atau dunia kerja.
keberhasilan ABK dalam proses Namun sayangnya, menurut Sunardi
perkembangannya terlihat ketika mereka (2005), pelaksanaan program BK di
mampu berperan di masyarakat sesuai sekolah belum terlaksana secara
dengan derajat hambatannya. Salah satu sistematis dan intensif, meski sebenarnya
cara sekolah mengembangkan guru pendamping khusus (GPK) dan
kepribadian dan keterampilan hidup guru BK sudah memahami urgensi
adalah dengan menyediakan layanan layanan BK dalam proses keberhasilan
bimbingan dan konseling. Tujuan adanya ABK.
layanan ini adalah agar ABK dapat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
mengoptimalkan perkembangan dan Negeri 32 Surabaya merupakan salah
potensinya. satu sekolah yang menyelenggarakan
Helper, Vol 34 No 2 (2017) - 11

pendidikan inklusi bagi ABK. Siswa Negeri 32 Surabaya mempunyai siswa


ABK yang berada di SMPN 32 Surabaya berkebutuhan khusus yang terdiri dari
terdiri dari siswa dengan gangguan siswa dengan gangguan intelektual, slow
intelektual dan siswa dengan autis. learner, dan siswa autis yang tersebar di
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti kelas X sampai XII. Subjek penelitian
tertarik untuk meneliti bagaimana dipilih berdasarkan kriteria kesesuaian
implementasi program BK bagi ABK di dengan tujuan penelitian (purposive
sekolah inklusi SMP Negeri 32 sampling) agar menghasilkan data yang
Surabaya. Tujuan dalam penelitian ini kredibel dan akurat. Dalam penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan: (1) subjek penelitian terdiri dari: guru
implementasi program BK bagi ABK di bimbingan dan konseling; kepala
sekolah inklusi SMP Negeri 32 sekolah; wali kelas, dan koordinator
Surabaya, (2) pendekatan yang pengelolaan dan inklusi. Namun yang
digunakan dalam program BK bagi ABK menjadi subjek primer dalam penelitian
di sekolah inklusi SMP Negeri 32 ini adalah guru bimbingan dan konseling,
Surabaya, (3) Hambatan yang dihadapi sedangkan lainnya merupakan
dalam pelaksanaan program BK bagi pelengkap. Jenis penelitian ini
ABK di sekolah inklusi SMP Negeri 32 merupakan penelitian lapangan (field
Surabaya, dan (4) Solusi yang dilakukan research). Teknik pengumpulan data
untuk mengatasi hambatan yang menggunakan observasi,
dihadapi dalam pelaksanaan program BK wawancara/interview, dan dokumentasi
bagi ABK di sekolah inklusi SMP Negeri
Hasil Penelitian
32 Surabaya.
Dari pelaksanaan penelitian yang
Metode Penelitian telah dijelaskan di atas, diperoleh hasil
Penelitian ini dilaksanakan di penelitian sebagai berikut.
SMP Negeri 32 Surabaya dengan alasan a. Implementasi program BK bagi ABK
bahwa sekolah ini merupakan salah satu di sekolah inklusi SMP Negeri 32
penyelenggara sekolah inklusi. SMP Surabaya

“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA


Surabaya
12 - Helper, Vol 34 No 2 (2017)

Berdasarkan hasil wawancara Proses need asesment ini


dengan guru BK di SMP Negeri 32 dilakukan melalui instrumen checklist
Surabaya, sebelum dilaksanakannya oleh tim asesment. Hal-hal yang digali
program BK, terlebih dahulu dari kegiatan need asessment ini
dilakukan perencanaan program BK. difokuskan pada: (1) Mengetahui
Diketahui bahwa siswa berkebutuhan kemampuan ABK melalui tes
khusus di SMP Negeri 32 Surabaya intelegensi, (2) Mengetahui kelebihan
terdiri dari 16 ABK kelas VII, 14 dan kekurangan tiap ABK, (3)
ABK kelas VIII, dan 8 ABK kelas IX. Mengetahui hal yang disukai dan
Siswa berkebutuhan khusus di SMP tidak disukai (apakah ABK
Negeri 32 ini terdiri dari anak dengan mempunyai pantangan/alergi khusus)
lamban belajar (slow learner), anak tiap ABK, (4) Wawancara dengan
dengan gangguan intelektual, serta orang tua untuk memperoleh
anak denagan autisme. Sistem keterangan bagaimana kegiatan ABK
penerimaan siswa berkebutuhan di rumah. Hal ini penting dilakukan
khusus ini dilaksanakan bersama agar dapat menemukan keselarasan
dengan siswa normal lainnya, dan dengan program di sekolah. Dalam
tidak dibeda-bedakan. Hanya saja, wawancara ini juga pihak sekolah
untuk ABK dilakukan need asessment meminta keseriusan dan komitmen
yang dilakukan oleh psikolog dan orang tua terlibat dalam program yang
guru lulusan pendidikan luar biasa telah disusun sekolah.
(PLB). Tujuan dilakukan need Pelaksanaan need asesment ini
asessment untuk ABK ini agar guru juga disertai dengan data pendukung
dapat memetakan karakteristik dan dari luar seperti surat keterangan
kebutuhan ABK sehingga orang tua, riwayat kesehatan, surat
mempermudah guru memberikan rujukan dokter, dan lain-lain. Dari
pembelajaran dan pelayanan program data tersebut, tim asesment kemudian
BK yang tepat. mengolah dan menganalisis
karakteristik ABK sekaligus membuat
Helper, Vol 34 No 2 (2017) - 13

program layanan sesuai kebutuhan penyampaian materi diberikan dalam


anak. dua bentuk, yakni:
Kurikulum yang digunakan di 1) Materi layanan bimbingan dan
SMP Negeri 32 Surabaya adalah konseling diberikan secara penuh
kurikulum 2013. Hanya saja, untuk sebagaimana siswa reguler, jika
keperluan siswa berkebutuhan siswa ABK dinilai mampu untuk
khusus, dilakukan modifikasi sesuai menerima materi.
dengan kemampuan dan kebutuhan 2) Materi yang diberikan kepada
ABK. Modifikasi kurikulum ini siswa ABK telah disesuaikan
diserahkan kepada masing-masing dengan kebutuhan masing-
guru dengan panduan dari hasil need masing siswa. Artinya bahwa jika
asesment. Psikolog, dan guru PLB. guru BK merasa materi yang
Kurikulum untuk ABK biasanya ingin disampaikan terlalu berat,
dimodifikasi pada aspek materi dan maka guru perlu
alokasi waktu. Untuk anak dengan menyederhanakan materi atau
gangguan intelektual dan slow learner mengganti materi yang lain.
diberikan alokasi waktu yang lebih Pelaksanaan BK untuk siswa
panjang dan materi yang ringan. dengan slow learner, pelaksanaan
Sedangkan untuk anak dengan pembelajaran dan layanan BK yang
gangguan autis alokasi waktu sama, sifatnya klasikal umumnya cukup di
hanya materi yang diringkas. ruang reguler (bersama siswa
Perangkat pembelajaran untuk ABK normal). Siswa dengan gangguan
juga mengalami modifikasi intelektual untuk umumnya
disesuaikan dengan kebutuhan ABK. dilaksanakan di ruang sumber dan di
Jadwal pelaksanaan BK untuk ruang reguler. Sedangkan untuk siswa
ABK sesuai dengan jadwal yang telah dengan autis umumnya dilaksanakan
disusun oleh sekolah. Agar siswa di ruang sumber saja, tidak bersama
ABK dapat mencapai dan menguasi dengan siswa normal.
materi yang diberikan, maka

“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA


Surabaya
14 - Helper, Vol 34 No 2 (2017)

b. Pendekatan yang digunakan dalam dan anak dengan gangguan


program BK bagi ABK di sekolah intelektual, maka guru cenderung
inklusi SMP Negeri 32 Surabaya utuk mengulang keterangannya
Berdasarkan hasil wawancara dan lebih banyak memfokuskan
yang dilakukan dengan guru BK, pada anak bermasalah. Berbeda
koordinator pengelolaan dan inklusi, dengan anak autis, guru perlu
serta guru kelas, peneliti dapat dibantu dengan guru pendamping
mengetahui bagaimana implementasi khusus. Selain menggunakan
BK di SMP Negeri 32 ini. Untuk metode ceramah, guru
implementasi program bimbingan dan menggunakan metode tanya jawab
konseling bagi ABK di SMP Negeri untuk mengetahui dan mengukur
32 Surabaya menggunakan model sejauh mana pemahaman siswa
kooperatif. Melalui model kooperatif tentang materi yang di sampaikan.
ini siswa dan guru didorong untuk Ketika guru menghadapi siswa
bekerjasama dalam melakukan tugas. slow learner dan siswa dengan
Namun pihak sekolah juga membuat gangguan intelektual guru bertanya
modifikasi pada aspek strategi, model secara pelan-pelan, menggunakan
pembelajaran, metode, dan media bahasa yang mudah dipahami, dan
pembelajarannya untuk ABK, selalu mengulang kembali
sebagaimana dijelaskan di bawah ini. pertanyaannya.
1) Metode pemberian layanan BK Guru juga menggunakan metode
untuk ABK tutor sebaya, yakni bekerja sama
Metode yang digunakan guru BK dengan siswa yang dapat menolong
pada umumnya sama dengan siswa siswa lain. Hal ini dapat sekaligus
normal, hanya saja pelaksanaannya memperkuat hubungan antar siswa
sedikit berbeda. Ketika guru BK di dalam kelas, meningkatkan
menyampaikan materi dengan empati antar siswa dan
metode ceramah di kelas yang menciptakan suasana kelas yang
terdapat anak dengan slow learner lebih kondusif. Guru biasanya
Helper, Vol 34 No 2 (2017) - 15

membagi siswa menjadi beberapa bagi Siswa dengan autisme yag


kelompok agar siswa saling mempunyai kecenderungan
bekerjasama dengan tetap hiperaktif, posisi duduknya diatur
melibatkan guru pendamping di bagian depan sehingga
khusus dan wali kelas. Peran guru mempermudah guru untuk
pendamping khusus ini adalah mengawasinya. Selain media di
mengkondisikan siswa ABK. Jika atas, guru juga dituntut untuk lebih
siswa ABK menganggu kondisi kreatif dalam menggunakan media
kelas, maka guru pendamping lain, sehingga siswa lebih tertarik
khusus akan membawa ke ruang dan mudah memahami materi yang
sumber. disampaikan guru.
2) Media yang digunakan dalam 3) Evaluasi Layanan BK
pelaksanaan BK Untuk mengetahui keberhasilan
Guru juga menggunakan media layanan BK untuk ABK, setiap
ketika memberikan layanan BK bulan guru BK mengevaluasi
kepada ABK. Pada umumnya program BK. Hal ini dapat dilihat
media yang sering digunakan melalui jurnal kegiatan yang dibuat
adalah media gambar dan untuk setiap siswa ABK. Di dalam
video/VCD. Seperti mengenalkan jurnal selalu dicantumkan masalah
jenis dan fungsi pekerjaan kepada yang dihadapi dan solusi yang
ABK, guru lebih banyak diberikan. Guru BK juga
menggunakan gambar jenis-jenis mengecek kepada guru kelas
pekerjaan yang sering ditemui di apakah di kelas, siswa ABK masih
masyarakat. Sebagai contoh menunjukkan masalah yang sama.
gambar polisi, dokter, perawat, Jika metode dirasa belum berhasil
guru, pemadam kebakaran, menyelesaikan masalah, guru BK
penyanyi, dll. Media pembelajaran akan mengganti dengan metode
lain yang digunakan adalah media lain.
televisi dan video/VCD. Khusus

“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA


Surabaya
16 - Helper, Vol 34 No 2 (2017)

c. Hambatan yang dihadapi dalam merasa bosan justru lebih suka


pelaksanaan program BK bagi ABK tidur dalam kelas. Hal ini
di sekolah inklusi SMP Negeri 32 membuat kelas kurang
Surabaya kondusif dan membuat guru
Hambatan yang sering dihadapi BK dan guru kelas mengalami
oleh guru bimbingan dan konseling kewalahan ketika menghadapi
pada siswa ABK disebabkan oleh siswa tersebut. Karenanya
banyak faktor yakni dijelaskan guru BK dan guru kelas
sebagai berikut. memerlukan guru pendamping
1) Faktor Internal khusus yang bertugas
a) Ciri Khas/Karakteristik Siswa mengkondisikan siswa ABK.
Setiap ABK mempunyai c) Mengelola Bahan Ajar/Media
karakteristik dan kebutuhan Guru BK seringkali
yang tersendiri. Hal ini mengalami kesulitan membuat
membuat guru BK harus atau menyediakan media yang
menyesuaikan materi, layanan tepat bagi ABK. Karena tidak
dan kurikulum agar dapat jarang setiap memberikan
mengakomodir setiap layanan BK, guru harus
kebutuhan anak yang berbeda- menyediakan bermacam-
beda macam media untuk ABK agar
b) Sikap dan Konsentrasi Belajar tertarik dan tidak bosan.
SMP Negeri 32 Surabaya 2) Faktor-faktor Eksternal Belajar:
mempunyai siswa dengan a) Faktor Guru
autisme yang cenderung Baik guru BK maupun guru
hiperaktif. Siswa ini seringkali kelas seringkali mengeluhkan
keluar masuk pada saat jam mengenai kurangnya
pelajaran berlangsung. pengetahuan dan keterampilan
Sedangkan siswa dengan dalam menghadapi siswa ABK.
gangguan intelektual jika Seringkali setiap proses
Helper, Vol 34 No 2 (2017) - 17

pembelajaran dan proses d) Solusi yang dilakukan untuk


layanan BK, selalu melibatkan mengatasi hambatan yang
psikolog dan guru pendamping dihadapi dalam pelaksanaan
khusus untuk membantu dan program BK bagi ABK di
mengkondisikan siswa ABK. sekolah inklusi SMP Negeri 32
b) Kurikulum Sekolah Surabaya
SMP Negeri 32 belum Untuk menghadapi
mempunyai kurikulum khusus permasalahan yang
untuk ABK. Selama ini dikemukakan di atas, pihak
kurikulum untuk ABK adalah sekolah berusaha untuk
kurikulum yang dimodifikasi. menemukan solusi tersebut.
Karena kurangnya tenaga dan Beberapa solusi yang
pengetahuan guru, maka dilaksanakan oleh pihak sekolah
seringkali kurikulum modifikasi adalah:
ini belum dapat menyeluruh a) Pihak sekolah melakukan
mencakup kebutuhan masing- studi banding dengan
masing siswa ABK. sekolah lain yang juga
c) Sarana dan Prasarana menerima siswa
Di SMP Negeri 32 Surabaya berkebutuhan khusus.
hanya mempunyai 1 ruang b) Memanfaatkan ajang
sumber dan 1 ruang BK. musyawarah guru BK yang
Sedangkan guru pendamping rutin dilakukan sebulan
khusus hanya ada dua orang, sekali. Hal ini dimanfaatkan
dan psikolog 2 orang. Hal ini oleh guru untuk bertukar
dirasakan kurang jika karena pikiran bagaimana cara
belum mencukupi kebutuhan menghadapi dan membantu
siswa ABK yang berjumlah 38 siswa berkebutuhan khusus.
siswa ABK. c) Rutin mengirim guru untuk
mengikuti pelatihan/seminar

“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA


Surabaya
18 - Helper, Vol 34 No 2 (2017)

yang berhubungan dengan kemampuan dan kecerdasan di bawah


pelaksanaan bimbingan rata-rata tidak semua materi dapat
konseling dan anak diterima secara tuntas karena
berkebutuhan khusus. kemampuannya yang terbatas. Menurut
Menjalin kerjasama dengan peneliti, penggunaan metode ini memang
psikolog atau dengan guru pendidikan harus disesuaikan dengan karakteristik
luar biasa terkait penanganan dan dan kebutuhan siswa ABK, dam bukan
pemberian terapi kepada anak sebaliknya. Jika siswa ABK yang
berkebutuhan khusus. “dipaksa“ untuk mengikuti pola siswa
normal, mala siswa ABK akan
Pembahasan Hasil Penelitian
mengalami kegagalan dalam beradaptasi
Dari penyajian data diatas, penulis
karena kelainan yang dialami.
dapat menganalisa bahwa penggunaan
Untuk membentuk sebuah sistem
kurikulum 2013 untuk siswa ABK sudah
pendidikan yang tepat bagi siswa ABK
cukup baik, karena kurikulum tersebut
memang harus dipersiapkan dengan baik.
telah dimodifikasi dan disesuaikan
Perbandingan jumlah guru pendamping
dengan kebutuhan ABK. Sedangkan
khusus di SMP Negeri 32 Surabaya yang
metode ketika pelaksanaan bimbingan
hanya dua orang dengan jumlah siswa
dan konseling untuk siswa ABK juga
ABK yang berjumlah 32 dirasa kurang
telah disesuaikan dengan tingkat
memadai. Terutama jika siswa ABK ini
kemampuan dan kecerdasan yang
adalah siswa yang memerlukan
dimiliki oleh siswa ABK. Guru telah
pendampingan penuh dari guru
menggunakan pola komunikasi yang
pendamping khusus. Untuk mengakali
diulang-ulang dan pelan-pelan ketika
hal ini, maka pihak sekolah mengirimkan
berhadapan dengan siswa dengan
guru reguler untuk mengikuti pelatihan-
gangguan intelektual dan slow learner.
pelatihan atau seminar tentang
Hal ini sangat berguna bagi ABK untuk
Pendidikan Luar Biasa (PLB) agar dapat
tetap bisa menerima materi sebagimana
pengetahuan tentang ABK. Sehingga
siswa pada umumnya meskipun dengan
Helper, Vol 34 No 2 (2017) - 19

diharapkan guru regular dapat dilakukan modifikasi sesuai dengan


menangani siswa ABK sendiri. kemampuan dan kebutuhan ABK
Agar pendidikan SMPN 32 dengan panduan dari hasil need
Surabaya ini dapat terlaksana dengan asesment. Materi yang diberikan
baik, maka pihak sekolah perlu kepada siswa ABK telah disesuaikan
melibatkan semua pihak baik orang tua dengan kebutuhan masing-masing
siswa, guru dan masyarakat. Pihak siswa.
sekolah perlu melakukan melakukan 2. Metode yang digunakan guru BK
sosialisasi kepada masyarakat sekitar dan pada umumnya sama dengan siswa
orang tua khususnya siswa ABK normal, hanya saja pelaksanaannya
mengenai program-program sekolah, sedikit berbeda. Guru menggunakan
baik program yang telah dilaksanakan, metode ceramah, metode tanya jawab
maupun yang akan dilaksanakan. Hal ini dan metode tutor sebaya.
bertujuan agar masyarakat dan orang tua 3. Hambatan yang dihadapi dalam
mendapat gambaran yang jelas tentang pelaksanaan program BK bagi ABK
pelaksanaan sistem pendidikan di SMPN di sekolah inklusi SMP Negeri 32
32 Surabaya. Orang tua juga diharapkan Surabaya mencakup (1) Ciri
dapat bekerjasama dengan guru kelas, Khas/Karakteristik Siswa, (2) Sikap
guru mata pelajaran, maupun guru dan Konsentrasi Belajar, (3)
pembimbing khusus, sehingga pihak Mengelola Bahan Ajar/Media, (4)
sekolah pun dapat mengetaui Kurangnya pengetahuan dan
perkembangan anak di rumah. keterampilan guru, (5) Kurikulum
Sekolah, (6) Sarana dan Prasarana.
Kesimpulan Dan Saran
Kesimpulan 4. Solusi yang dilakukan untuk
1. Kurikulum yang digunakan di SMP mengatasi hambatan yang dihadapi
Negeri 32 Surabaya adalah kurikulum adalah: (1) melakukan studi banding
2013. Hanya saja, untuk keperluan dengan sekolah lain yang juga
siswa berkebutuhan khusus, menerima siswa berkebutuhan
khusus, (2) Memanfaatkan ajang

“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA


Surabaya
20 - Helper, Vol 34 No 2 (2017)

musyawarah guru BK, (3) Rutin Dewanty, Cempaka Septyana.


2013.Guidance and Counseling
mengirim guru untuk mengikuti
Program Model At Junior School
pelatihan/seminar, (4) Menjalin Inclusive Education Providers.
Journal Mahasiswa Bimbingan
kerjasama dengan psikolog atau
dan Konseling. Volume 01
dengan guru pendidikan luar biasa. Nomor 01 Tahun 2013, 44-49
Januari 2013
Saran Effendi, Mohammad. 2006. Pengantar
Psikopedagogik Anak
1. Bagi Kepala Sekolah SMPN 32 Berkelainan. Jakarta: Sinar
Surabaya diharapkan dapat Grafika Offset
Hidayat. 2009. Model dan Strategi
meningkatkan kualitas layanan Pembelajaran ABK dalam Setting
bimbingan dan konseling dengan Pendidikan Inklusif. Makalah
disajikan dalam Workshop
meningkatkan SDM guru, tidak hanya "Pengenalan & Identifikasi Anak
guru BK dan GPK saja, namun juga Berkebutuhan Khusus (ABK) &
Strategi Pembelajarannya“
guru reguler. Balikpapan 25 Oktober 2009 –
2. Bagi guru hendaknya selalu Hotel Pacific
Kartadinata, Sunaryo. (2008). Alur Pikir
mengembangkan keterampilan dan Pendidikan Profesional Konselor
pengetahuan dalam memberikan dan Layanan Bimbingan dan
Konseling Dalam Jalur
layanan BK pada ABK. Pendidikan Formal. Makalah
disajikan pada Seminar Nasional
DAFTAR PUSTAKA oleh jurusan PPB FIP Unesa.
Aisyah, Umi. 2014. Strategi Layanan Surabaya.
Bimbingan dan Konseling Bagi Marthan, Lay Kekeh. 2007. Manajemen
Siswa Tunanetra MTs Yaketunis Pendidikan Inklusif. Jakarta:
Yogyakarta. Tesis. Pascasarjana Depdiknas Direktorat Jenderal
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Pendidikan Tinggi Direktorat
Budiyanto, dkk. 2009. Modul Training of Ketenagaan
Trainers Pendidikan Inklusif. Muhammad, Jamila K A. 2008. Special
Jakarta: Departemen Pendidikan Education For Special Children.
Nasional Kartadinata (2008) Jakarta: Hikmah
Baedowi, Ahmad. (2011). Inklusi. Slamet, Moh. Joko. 2016. Pelaksanaan
(online). Tersedia: Bimbingan dan Konseling Pada
http://www.kickandy.com/frien Peserta Didik Berkebutuhan
d/4/37/2092/re ad/Inklusi.html. Khusus di SMP Negeri Inklusi
(3 November 2011) Kabupaten Sidoarjo. Jurnal BK.
Helper, Vol 34 No 2 (2017) - 21

Volume 06 Nomor 02 Tahun


2016. UNESA Surabaya
Sukmadinata, Nana Saodih. 2007.
Metode Penelitian Pendidikan.
Jakarta: PT Remaja Rosdakarya.
Sunardi. 2005. Pedoman Pelaksanaan BP
di SLB. Bandung; Pendidikan
Luar Biasa Fakutas Ilmu
Pendidikan Universitas Ilmu
Pendidikan.
Wahyudi, Ari. 1998. Menggugah
Kepedulian Masyarakat
Terhadap Pendidikan
Penyandang Cacat Melalui
Pengembangan Model
Penyuluhan Pendidikan. Jurnal
Remediasi dan Rehabilitasi
(JRR) tahun 8 No 19. 1998. 21-29
Wardani, I G A K, dkk. 2009. Pengantar
Pendidikan Luar Biasa. Jakarta :
Universitas Terbuka

“HELPER” Jurnal Bimbingan dan Konseling FKIP UNIPA


Surabaya
22 - Helper, Vol 34 No 2 (2017)

Anda mungkin juga menyukai