Anda di halaman 1dari 56

PENERAPAN PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PADA PABRIK SOFA CAHAYA MAKMUR

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Laporan Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan


Diploma II Pada Program Studi Akuntansi Program Studi Diluar Domisi
Politeknik Negeri Sriwijaya

Oleh :

Linda Parawangsih 061820531971

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2020
PENERAPAN PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
PADA PABRIK SOFA CAHAYA MAKMUR

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Laporan Ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan


Diploma II Pada Program Studi Akuntansi Program Studi Diluar Domisi
Politeknik Negeri Sriwijaya

Oleh :

Linda Parawangsih 061820531971

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2020
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN AKUNTANSI
Jalan Srijaya Negara, palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918
Website : www.polisriwijaya.ac.id E-mail : info@polsri.ac.id

PENERAPAN PERHITUNGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN


PADA PABRIK SOFA CAHAYA MAKMUR

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Baturaja, 2020
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Indra Satriawan S.E.,M.Si.,Ak.,CA Apriati Octorika, S.E

NIM. 195908081986031002 NIP. -

Mengetahui,
Ketua Jurusan/Program Studi

Dr. Evada Dewata, S.E., M.Si., Ak., CA., CMA.


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
JURUSAN AKUNTANSI
Jalan Srijaya Negara, palembang 30139
Telp. 0711-353414 Fax. 0711-355918
Website : www.polisriwijaya.ac.id E-mail : info@polsri.ac.id

HALAMAN PERSYARATAN REVISI/PERBAIKAN


LAPORAN KERJA PRAKTIK
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Linda Parawangsih
NIM : 061820531971

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah merevisi/ memperbaiki Laporan Kerja
Praktik sesuai dengan saran-saran yang diberikan oleh dosen penguji saat seminar
laporan kerja praktik pada tanggal

Perbaikan tersebut adalah sebagai berikut:


N Uraian Revisi/Perbaikan Keterangan
o

Menyetujui, Baturaja, 2020


Dosen Penguji Mahasiswa

Dr. Evada Dewata, S. E., M.Si., Ak., CA.,CMA


NIP. 197806222003122001 (...............)
Indra Satriawan, S. E., M. Si., AK., CA. Linda Parawangsih
NIP. 197211161999031001 (...............) NIM.061820531971
Desi Indriasari, S. E., M. Si., AK., CA
NIP. 197902272002122003 (...............)
Iga Apria, S.E., M. Si.
NIP. - (...............)
MOTTO dan PERSEMBAHAN

“hidup itulah adalah sebuah pilihan, teruslah melangkah maju dan berusaha
menggapai impian atau tetap terperangkap diam tak ada perubahan .”

Kupersembahkan kepada :

Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang selalu


memberikan doa dan dukungannya kepada penulis.
Saudara- saudara tercinta, para sahabat- sahabat
seperjuangan, para dosen dan staf akuntansi serta
orang- orang yang telah mendukung kami di KPP
Pratama Baturaja.
Para dosen dan staf Akuntansi
Orang-orang yang telah mendukung saya di pabrik
sofa Cahaya Makmur
Almamater kebanggan kami.

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik ini.
Adapun maksud dan tujuan penulisan laporan kerja praktik ini adalah sebagai
salah satu syarat yang harus dijalankan oleh mahasiswa agar dapat
menyelesaikan pendidikan Diploma II Program Studi Akuntansi Program Diluar
Domisili Politeknik Negeri Sriwijaya Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangatlah sulit untuk menyelesaikan laporan kerja praktik ini. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ing. Ahmad Taqwa, M.T. Selaku Direktur Politeknik
Negeri Sriwijaya, dan Bapak Drs. Arief Basuki M.T. Selaku Ketua
PDD POLSRI RAKN Ogan Komering Ulu.
2. Ibu Dr. Evada Dewata S.E., M.Si., Ak., C.A., CMA. Selaku ketua
jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya, dan Ibu Tiara Puspita
S.E., Selaku Koordinator Program Studi Akuntansi PDD POLSRI
RAKN Ogan Komering Ulu.
3. Bapak Indra Satriawan S.E., M.Si., Ak., CA. Selaku dosen
pembimbing I dan Ibu Aprati Octarika, S.E., Selaku Dosen
Pembimbing II yang telah membimbing dan senantiasa
memberikan semangat dalam menyelesaikan laporan ini.
4. Seluruh dosen Akuntansi yang telah banyak memberikan ilmu kepada
penulis selama menimba ilmu di PDD POLSRI RAKN Ogan
Komering Ulu, dan pada Bapak Ardi Sawono selaku pemilik beserta
staff dan karyawan Pabrik Sofa Cahaya Makmur.
5. Kedua Orang Tuaku tercinta dan terkasih yang selalu memberikan
doa dan dukungannya kepadaku untuk menyelesaikan Laporan Akhir
ini.
6. Teman-teman seperjuangan terima kasih atas kerja samanya dalam
menyelesaikan Laporan Pelaksanaan Kerja Praktek ini.

v
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak pada semua pihak
yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis, semoga Allah
SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga kita selalu
mendapat perlindungan-Nya. Aamiin ya rabbal’alamin.

Baturaja, Juni 2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ ii
HALAMAN PERNYATAAN REVISI / PERBAIKAN.............................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah........................................................................ 3
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan.................................................. 3
1.4.1 Tujuan Penulisan........................................................... 3
1.4.2 Manfaat Penulisan......................................................... 3

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


2.1 Sejarah Perusahaan.................................................................... 4
2.2 Visi dan Misi Cahaya Makmur................................................. 4
2.2.1 Visi................................................................................ 4
2.2.2 Misi................................................................................ 5
2.3 Struktur Organisasi.................................................................... 5
2.4 Daftar Lokasi Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan............ 8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Pengertian Penerapan............................................................... 9
3.2 Pengertian Perhitungan............................................................ 10
3.3 Pengertian Pajak...................................................................... 10
3.3.1 Ciri – ciri pajak ......................................................... 11
3.3.2 Jenis-Jenis Pajak........................................................ 11
3.3.3 Fungsi Pajak.............................................................. 12
3.3.4 Kedudukan hukum pajak........................................... 12
3.3.5 Sistem pemungutan pajak.......................................... 12
3.4 Pengertian Pajak Bumi Dan Bangunan.................................... 14
3.4.1 Dasar Hukum PBB .................................................... 15
3.4.2 Objek Pajak Bumi dan Bangunan .............................. 15
3.4.3 Dikecualikan dari Objek Pajak .................................. 16
3.4.4 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan............................. 16
3.5 Dasar Pengenaan PBB............................................................. 17
3.6 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)........... 18
3.7 Pendaftaran, Penetapan dan Penagihan PBB........................... 19

vii
3.8 Tata Cara Pembayaran Dan Penyetoran PBB.......................... 20
3.9 Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan ................................. 20
3.10 Mengajukan Keberatan dan Banding PBB.............................. 21
3.10.1 Mengajukan Keberatan PBB................................... 21
3.10.2 Mengajukan Banding PBB...................................... 21

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pajak Bumi dan Bangunan pada Pabrik Sofa Cahaya
Makmur................................................................................... 23
4.2 Penerapan Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan
pada Pabrik Sofa Cahaya Makmur.......................................... 24
4.2.1 Lokasi 1....................................................................... 24
4.2.2 Lokasi 2....................................................................... 25
4.2.3 Lokasi 3....................................................................... 26
4.2.4 Lokasi 4...................................................................... 27
4.3 Jumlah PBB P2 yang Terhutang............................................... 28

BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan................................................................................... 30
5.2 Saran......................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 31
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1 Lokasi 1............................................................................................ 24
Tabel 4.2 Lokasi 2............................................................................................ 25
Tabel 4.3 Lokasi 3............................................................................................ 26
Tabel 4.4 Lokasi 4............................................................................................ 27

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Kesepakatan Bimbingan Laporan Kerja Praktik


Pembimbing I
Lampiran 2 Kartu Konsultasi Bimbingan Laporan Akhir Pembimbing I
Lampiran 3 Surat Kesepakatan Bimbingan Laporan Kerja Praktik
Pembimbing II
Lampiran 4 Kartu Konsultasi Bimbingan Laporan Akhir Pembimbing II
Lampiran 5 Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi Dan Bangunan
Perdesaan Dan Perkotaan Lokasi 1
Lampiran 6 Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi Dan Bangunan
Perdesaan Dan Perkotaan Lokasi 2
Lampiran 7 Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi Dan Bangunan
Perdesaan Dan Perkotaan Lokasi 3
Lampiran 8 Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi Dan Bangunan
Perdesaan Dan Perkotaan Lokasi 4
Lampiran 9 Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP)
Lampiran 10 Formulir 2 Lanjutan Format Surat Pemberitahuan Objek Pajak
(SPOP)
Lampiran 11 Formulir 3 Lanjutan Format Surat Pemberitahuan Objek Pajak
(SPOP)
Lampiran 12 Formulir 4 Lanjutan Format Surat Pemberitahuan Objek Pajak
(SPOP)
Lampiran 13 Format Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD)
Lampiran 14 Format Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi Dan
Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (SPPT)

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional pada
dasarnya dilakukan oleh masyarakat bersama-sama pemerintah. Oleh
karena itu kesadaran masyarakat untuk terus ikut berpatisipasi dalam
pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. Pajak
digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan
bersama.
Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang
nantinya akan digunakan untuk kepentingan umum dan negara. Maka dari
itu pajak bersifat wajib bagi setiap orang yang ada di dalam negara baik itu
warga negara indonesia atau warga negara asing. Salah satu sumber dana
berupa pajak yang dimaksud adalah Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan jenis pajak daerah yang sepenuhnya
diatur oleh pemerintah dalam menentukan besar pajaknya, pajak ini
penting untuk pelaksanaan dan peningkatan pembangunan serta
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pajak Bumi dan
Bangunan dapat dimanfaatkan untuk berbagai fungsi penentuan kebijakan
yang terkait dengan bumi dan bangunan. Meskipun penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak
yang relatif kecil, namun Pajak Bumi dan Bangunan merupakan sumber
penerimaan yang sangat potensial bagi daerah.
Menurut Jati (2016:3) Bumi dan bangunan memberikan
keuntungan dan kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi
orang/badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat
darinya. Oleh sebab itu, mereka diwajibkan untuk memberikan sebagian
dari manfaat yang diperolehnya kepada negara melalui pajak. Hasil

1
2

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) ditujukan untuk kepentingan


masyarakat daerah yang diduduki. Untuk meningkatkan penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) perlu adanya peningkatan kesadaran dan
kepedulian masyarakat di bidangperpajakan. Menurut Jati (2016:6) Sistem
Pemungutan Pajak yang digunakan dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB) adalah Official Assessment System, sistem pemungutan
tersebut dimana jumlah pajak yang harus dilunasi atau terutang oleh wajib
pajak dihitung dan ditetapkan oleh Fiskus/aparat pajak.
Penting bagi kita untuk mengetahui cara perhitungan Pajak Bumi
dan Bangunan kita juga perlu mengetahui dasar pengenaan Pajak Bumi
dan Bangunan yang harus kita bayar, Jangan sampai kita mendapatkan
SPPT, tetapi tidak tahu darimana asalnya besaran nominal PBB yang harus
dibayarkan. Dasar pengenaan PBB adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP).
NJOP adalah harga rata-rata atau harga pasar pada transaksi jual beli,
dalam hal ini objek pajaknya adalah bumi dan bangunan.
Pabrik Sofa Cahaya Makmur merupakan salah satu perusahaan
swasta yang bergerak dalam bidang furniture sofa dan spring bed, Pabrik
Sofa Cahaya Makmur ini telah berdiri selama lebih dari 20 tahun. Pabrik
Sofa Cahaya Makmur ini memasarkan produknya ke toko – toko furniture
yang ada di sekitar wilayah Sumatra Selatan. Oleh karena itu dalam
menjalankan usaha di bidang furniture Pabrik Sofa Cahaya Makmur
memiliki empat tempat bangunan yang memiliki fungsi berbeda, bangunan
tersebut digunakan untuk proses pembuatan furniture, penyimpanan bahan
baku dan juga sebagai tempat penyimpanan barang jadi.
Berdasarka uraian ringkasan di atas maka penulis tertarik untuk
mengambil judul “Penerapan Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan
pada Pabrik Sofa Cahaya Makmur”.
3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian terdahulu maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penulisan laporan ini adalah “Bagaimana penerapan perhitungan
Pajak bumi dan bangunan pada Pabrik Sofa Cahaya Makmur”.

1.3 Batasan Masalah


Untuk lebih mudah dan lebih terarah dalam penulisan laporan kerja
praktik ini maka dari itu perlu adanya batasan masalah. Adapun batasan
masalah yang dikemukakan adalah Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan
pada Pabrik Sofa Cahaya Makmur.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan


1.4.1 Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan ini yaitu untuk mengetahui Penerapan
Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan pada Pabrik Sofa Cahaya Makmur.

1.4.2 Manfaat Penulisan


Dalam penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
beberapa pihak yang lain :
1. Manfaat bagi penulis
Dapat mengetahui secara langsung mengenai Perhitungan Pajak
Bumi dan Bangunan pada Pabrik Sofa Cahaya Makmur.
2. Manfaat bagi perusahaan
Dengan hasil penulisan ini kiranya dapat memberikan masukan dan
informasi yang mungkin bermanfaat bagi perusahaan dalam
Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan pada Pabrik Sofa Cahaya
Makmur.
3. Manfaat bagi lembaga pendidikan
Dapat bermanfaat sebagai bahan referensi bagi penulis di masa
yang mendatang.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan


Seiring dengan meningkatnya laju perkembangan ekonomi dan
perdagangan dalam dunia usaha dan industri furniture di Indonesia,
khususnya di daerah Sumatera Selatan maka berdirilah sebuah perusahaan
kecil yang bernama Cahaya Makmur. Perusahaan ini merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang produksi furniture mebel yang telah
berdiri kurang lebih dua puluh tahun.
Pada tahun 1997-1999 Bapak Ardi Sawono ini bekerja di salah satu
perusahan furniture, dengan keahlian serta pengalaman yang di dapat maka
beliau memberanikan diri untuk membuat suatu usaha yang berkaitan dengan
keahliannya. Perusahan Cahaya Makmur didirikan oleh Ardi Sawono pada
tahun 2000, di Baturaja Kabupaten Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan.
Pada tahun 2002 Cahaya Makmur berhasil memperoleh piagam
penghargaan dari Gubernur Sumatera Selatan, sebagai pengusaha kecil
menengah berprestasi pada tanggal 29 Juli 2002. Pada tahun 2005 Cahaya
Makmur mulai mendirikan bangunan sendiri untuk dijadikan sebagai tempat
memproduksi barang, berdasarkan Keputusan Bupati Ogan Komering Ulu,
Nomor : 413.4/34/KPTS/I/2005 tentang surat Izin Mendirikan Bangunan atas
nama Ardi Sawono.

2.2 Visi dan Misi Cahaya Makmur


Cahaya Makmur memiliki visi dan misi dalam menjalankan usuhaya,
adapun visi dan misi yakitu:

2.2.1 Visi
Menjadi perusahaan terkemuka di bidang mebel dan furniture serta
dapat memberikan kesejahteraan kepada para karyawan.

4
5

2.2.2 Misi
Untuk mencapai visi terssebut maka diterapkan misi antara lain:
1. Pemberdayaan maksimal dari enam pilar usaha mebel dan
perdagangan yakni: pemasaran, operasional, keuangan, sumber
daya manusia, mutu dan teknologi.
2. Meningkatkan kualitas produk dan sumberdaya.
3. Penerapan prinsip disiplin, ketelitian, kecepatan dan ketepatan
waktu serta menekankan aspek profesional dalam pekerjaan serta
kebijaksanaan dalam pengambilan kepuutusan agar tercipta tata
kelolaa perusahaan yang baik.

2.3 Struktur Organisasi


Organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan dengan
mengkombinasikan kegiatan masing-masing individu menjadi kegiatan
kelompok. Organisasi dibentuk untuk dapat menghasilkan suatu yang
efektifitas dan efisiensi kerja, sehingga terdapat suatu koordinasi yang baik
diantara tiap-tiap bagian yaitu dengan adanya suatu kesatuan perintah dan
tanggung jawab. Struktur organisasi yang efektif dan efisien adalah sesuai
dengan fungsi yang dibutuhkan.
Struktur organisasi yaang terdapat pada Cahaya Makmur merupakan
struktur garis lurus. Pada organisasi ini tugas perencana, pengaturan dan
pengawasan berada pada pemilik perusahaan, namun pemilik perusahaan
memberikan kepercayaan kepada beberapa orang pengurus untuk
menjalankan tugasnya dengan benar.
Dalam pelaksanaan pengelolahan operasional dilapangan, pemilik
terjun langsung kelapangan untuk menentukan kebijakan dalam
pengelolahan sehari-hari agar pemlik dapat mengambil keputusan secara
tepat. Dalam menjalankan usaha dibidang mebel pemilik membawahi
beberapa bagian yang masing-masing bertanggung jawab dengan tugas
mereka.
6

Adapun struktur organisasi Cahaya Makmur adalah sebagai berikut:

Pemilik

Bagian Bagian
Karyawan
Administrasi Pemasaran
dan Keuangan

Bagian
Produksi
Sumber : Pabrik Sofa Cahaya Makmur
Gambar 2.1 Struktur Organisasi

Uraian Tugas :
1. Pemilik/Ketua Cahaya Makmur
Tugas pokok pemilik/ketua adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pimpinan tertinggi di dalam perusahaan,harus dapat
memberi pedoman kerja kepada bawahanya dan bertanggung
jawab penuh terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
b. Meminta pertanggung jawaban setiap bawahanya atas tugas dan
kewajiban yang dibebankan kepadanya.
c. Menentukan tujuan perusahaan untuk jangka pendek maupun
jangka panjang.
d. Mengembangkan rencana jangka panjang atau suatu
kebijakansanaan perusahaan dalam usahanya meningkatkan
penjualan dan laba usaha.
e. Mengangkat atau memberhentikan karyawan, meberikan gaji
karyawan.
f. Menentukan jumlah dari macam barang yang akan diproduksi.
g. Bertanggung jawab penuh didalam perusahaan dengan
mengkoordinir para staf pada masing-masing bidang dan
7

memberikan pengarahan dalam melaksanakan tugas sesuai


dengan rencana dan tujuan perusahaan.
2. Bagian Administrasi dan Keuangan
Tugas pokok bagian Administrasi dan Keuangan adalah sebagai
berikut:
a. Mengelola administrasi keuangan.
b. Menyimpan arsip-arsipdengan baik sehingga bila sewaktu-
waktu diadakan pengontrolan .
c. Bertanggung jawab atas kelancaran administrasi perusahaan.
d. Mengatur dan bertanggung jawab atas keuangan perusahaan.
e. Bertanggung jawab kepada direktur utama dengan memberikan
laporan keuangan.
3. Bagian Pemasaran
Tugas pokok bagian pemasaran adalah sebagai berikut:
a. Mengadakan penjualan hasil produksinya.
b. Menyusun anggaran biaya distribusi,terutama biaya-biaya iklan
dan promosi.
c. Mengembangkan produksinya di pasran serta berusaha
menjalankan tugas kebijaksanaan tentang harga kursi dan
sprinbed di pasaran.
d. Mperhatikan keadaan pasar dan perkembangan pemasaran hasil
produksi sendiri maupun perusahaan saingan
4. Bagian Produksi
Tugas pokok bagian produksi adalah sebagai berikut:
a. Menkoordinir, mengawasi dan bertanggung jawab atas
pelaksanaan produksi agar dapat terlaksana secara ekonomis
dan efisien.
b. Bertanggung jawab atas terjadinya bahan mentah, bahan
penolong, yang dibutuhkan untuk proses produksi maupun
produk jadi yang ada.
c. Memberikan laporan produksi kepada direktur utama.
8

5. Karyawan
Tugas pokok karyawan adalah sebagai berikut:
a. Bertanggung jawab dalam pembuatan kursidan sprinbed atas
kualitasdan kehigenisan kepada bagian produksi

2.4 Daftar Lokasi Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan


Berikut merupakan daftar lokasi yang ingin dihitung Pajak Bumi dan
Bangunan :
Luas Luas NJOP NJOP PBB-P2
No Lokasi Tanah Bangunan Tanah Bangunan terhutang
m2 m2 m2 (Rp) m2
(Rp)
(Rp)
1 Jl. Imam 900 260 82.000 1.200.000 413.380
bonjol gg
sentosa
2 Jl. Imam 300 - 82.000 - 27.060
bonjol gg
sentosa
3 Jl. Imam 2.050 270 82.000 595.000 350.625
bonjol gg
sentosa
4 Jl. Imam 1.200 - 82.000 - 108.240
bonjol gg
Pakjo
Amal
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Penerapan


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian
penerapan adalah perbuatan menerapkan, sedangkan menurut beberapa
ahli, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktikkan suatu teori,
metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu
kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang
telah terencana dan tersusun sebelumnya.
Menurut Mulyadi (2015:12), penerpan (implementasi) mengacu
pada tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
suatu keputusan. Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-
keputusan tersebut menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai
perubahan-perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan
sebelumnya. Penerapan (Implementasi) pada hakikatnya juga merupakan
upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah program
dilaksanakan.
Proses persiapan implementasi setidaknya menyangkut beberapa
hal penting yakni:
1. Penyiapan sumber daya, unit dan metode.
2. Penerjemahan kebijakan menjadi rencana dan arahan yang dapat
diterima dan dijalankan.
3. Penyediaan layanan, pembayaran dan hal lain secara rutin.
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan baik secara
individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang
telah dirumuskan.

9
10

3.2 Pengertian Perhitungan


Dalam melakukan suatu kegiatan, organisasi memerlukan suatu
acuan untuk mengatur dan mengkontrol aktifitas pada perusahaan
termasuk aktivitas dalam bertransaksi dan penting bagi perusahaan untuk
menghitung keluar masuk dana, agar perusahaan tersebut bisa mengambil
keputusan yang secara tepat.
Menurut Sujiono (2008:11.11), mengatakan bahwa perhitungan
merupakan cara belajar mengenai nama angka, kemudian menggunakan
nama angka tersebut untuk megidentifikasi jumlah benda.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa
perhitungan itu adalah kemampuaan akal untuk mengidentifikasi jumlah
benda dengan cara operasi penjumlahan, operasi pengurangan, operasi
perkalian, dan operasi pembagian.

3.3 Pengertian Pajak


Menurut Mardiasmo (2016:1) yaitu : “Pajak adalah iuran rakyat
kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal(kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”
Definisi pajak menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (UU KUP) yaitu : “Pajak
adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkanUndang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Dari beberapa definsi di atas dapat disimpulkan bahwa pajak
merupakan iuran rakyat kepada kas negara dan merupakan kontribusi
wajib kepada negara yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung, tetapi digunakan
untuk pengeluaran-pengeluaran negara dan pembanguan nasional.
11

3.3.1 Ciri-Ciri Pajak


Menurut Resmi (2016: 2) ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut :
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran
pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat
surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu
mengatur.

3.3.2 Jenis-Jenis Pajak


Menurut Resmi (2014:7) mengelompokkan jenis-jenis pajak
sebagai berikut :
1. Menurut sifat
Pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang pengenaannya
memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan
pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. Contoh :
Pajak Penghasilan (PPh),
b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang pengenaannya
memperhatikan objeknya baik beruapa benda, keadaan,
perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya
kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan
pribadi subjek pajak (wajib pajak) maupun tempat tinggal.
Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM).
2. Menurut golongan
Pajak dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Pajak Langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau
ditanggung sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat
dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak
lain. Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB).
b. Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak
ketiga. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Bea
Materai.
12

3. Menurut Lembaga Pemungut


Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
a. Pajak Negara, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara
pada umumnya. Contoh : PPh, PPN, PPnBM, PBB.
b. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah baik tingkat I ( pajak provinsi ) maupun daerah
tingkat II (pajak kabupaten atau kota ) dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contoh :
Pajak kendaraan bermotor, Bea balik nama kendaraan, dan
lain-lain.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui jenis-jenis pajak


dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu pengelompokan menurut
sifat, menurut golongan, dan menurut lembaga pemungutnya.

3.3.3 Fugsi Pajak


Ada dua fungsi pajak menurut Mardiasmo (2016:4) yaitu;
1. Fungsi anggaran (budgetair)
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur (cregulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

3.3.4 Kedudukan Hukum Pajak


Menurut Mardiasmo (2016:6) Hukum Pajak mempunyai
kedudukan diantara hukum-hukum sebagai berikut :
1. Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu individu dengan
individu lainnya.
2. Hukum Publik, mengatur hubungan antara pemerintah dengan
rakyatnya. Hukum ini dapat dirinci lagi sebagai berikut :
a. Hukum Tata Negara
b. Hukum Tata Usaha (Hukum Aministratif)
c. Hukum Pajak.
d. Hukum PidanaDengan

3.3.5 Sistem pemungutan pajak


Sistem pemungutan perpajakan dapat dikatakan sebagai metode
pengelolaan utang pajak yang dibayarkan oleh yang bersangkutan agar
13

dapat masuk kas negara. Di Indonesia, terdapat 3 jenis sistem perpajakan.


Sistem pemungutan perpajakan di Indonesia sesuai dengan asas
pemungutan pajak menganut self assessment system, self oficial
assessment dan withholding system. Berikut ini adalah tiga system
pmungutan pajak :
1. Self Assessment System
Self Assessment System merupakan salah satu sistem pemungutan
pajak yang berlaku di Indonesia dimana sistem ini membebankan
penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak
bersangkutan secara mandiri.
Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adlah sebagai
pengawas dari aktivitas perpajakan para wajib pajak. Penerapan self
assessment system ini berlaku untuk jenis pajak pusat. Contoh jenis
pajak pusat di Indonesia adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penghasilan (PPh) yang berlaku setelah masa reformasi pajak
pada 1983 hingga saat ini.
Di sisi self assessment system memberikan kemudahan dan
keleluasaan wajib pajak, namun dalam pelaksanaan sistem pemungutan
ini juga terdapat konsekuensi. Wajib pajak biasanya akan
mengusahakan untuk menyetorkan pajak sekecil mungkin. Karena
wajib pajak memiliki wewenang menghitung sendiri besaran pajak
terutang yang perlu dibayarkan.
2. Official Assessment System
Official Assessment System merupakan sistem pemungutan
perpajakan yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau aparat perpajakan
sebagai pemungut pajak. Dalam sistem ini, wajib pajak bersifat pasif
dan pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan
Pajak oleh fiskus.
Dalam sistem ini, petugas pajak sepenuhnya memiliki inisiatif dalam
menghitung dan memungut pajak. Penerapan official assessment system
14

ini pun ditujukan kepada masyarakat selaku wajib pajak, yang dinilai
belum mampu untuk diberikan tanggung jawab dalam menghitung serta
menetapkan pajak. Sistem ini akan berhasil apabila petugas pajak secara
kualitas, kuantitas dan integritas telah memenuhi kebutuhan dan standar
yang ditetapkan.
Official Assessment System diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB) atau jenis-jenis pajak daerah lainnya. Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) merupakan pihak yang mengeluarkan Surat
Ketetapan Pajak berisi besaran Pajak Bumi dan Bangunan terutang
setiap tahunnya. Wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang
melainkan cukup membayar Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan
Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor
Pelayanan Pajak terdaftar.
3. Withholding System
Ciri dari sistem pajak ini adalah pihak ketiga memiliki wewenang
dalam menentukan berapa besar pajak yang harus dibayar. Besarnya
pajak pada withholding system dihitung oleh pihak ketiga bukan wajib
pajak dan bukan aparat pajak atau fiskus. Sistem ini disebut juga
dengan jenis pajak potong pungut dan dinilai adil bagi masyarakat.
Contoh penerapan sistem perpajakan ini adalah pemotongan
penghasilan karyawan yang dilakukan oleh bendahara instansi terkait.
Oleh karena itu, karyawan tidak perlu lagi mendatangi Kantor
Pelayanan Pajak untuk membayarkan pajak terutang tersebut.

3.4 Pengetian Pajak Bumi dan Bangunan


Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang
dikenakan terhadap bumi atau bangunan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1994 tanggal 09
November 1994.
15

Menurut Direktorat Jenderal Pajak, “ Pajak Bumi dan Bangunan


(PBB) adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak
terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/bangunan. Keadaan
subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak”.
Dari uraian diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa, Pajak
Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang bersifat kebendaan
atas bumi atau bangunan yang di kenakan terhadap subjek pajak orang
pribadi maupun suatu badan yang secara nyata, Mempunyai hak atau
memperoleh manfaat atas bumi / bangunan yang dimilikinya.

3.4.1 Dasar Hukum PBB


Dasar hukum Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD). Dasar hukum lain adalah peraturan Bupati dan peraturan
Daerah (Kita/Kabupaten) masing-masing. Pajak Bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan (PBB P2) awalnya merupakan pajak pusat yang
kemudian dialihkan menjadi pajak daerah kota/Kabupaten. Pengalihan
menjadi pajak daerah dapat dimulai sejak diundangkannya UU PDRD,
yaitu per 1 Januari 2010. Namun Pemerintah Daerah ( Kota/Kabupaten)
diberikan tenggang waktu paling lambat harus sudah menerapkan PBB P2
sebagai Pajak Daerah per 1 Januari 2014. Selanjutnya, masing-masing
kota/Kabupaten harus menyusun peraturan sebagai dasar pemungutan
PBB P2 tersebut .

3.4.2 Objek Pajak Bumi dan Bangunan


Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
berdasarkan Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah adalah Bumi dan Banggunan yang dimiliki, dikuasai,
dan dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan.
16

Item – item yang termasuk dalam pengertian Bangunan adalah


jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan seperti
Hotel, Pabrik, dan Emplasemennya, yang merupakan suatu kesatuan degan
kompleks bangunan tersebut ; jalan tol, kolam renang, pagar mewah,
tempat olahraga, galangan kapal, dermaga, taman mewah, tempat
penampungan/ kilang minyak, air dan gas, pipa minyak serta menara.

3.4.3 Dikecualikan dari Objek Pajak


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Derah, Objek Pajak yang tidak dikenakan pajak
bumi dan bangunan perdeseaan dan perkotaan adalah objek pajak yang ;
1. Digunakan oleh pemerintah dan daerah untuk penyeleggaraan
pemerintah;
2. Diginakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di
bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan
nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh
keuntungan;
3. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau yang
sejenis dengan itu;
4. merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata,
taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa,
dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak;
5. digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat
berdasarkan asas perlakuan timbal balik;
6. digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional
yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.

3.4.4 Subjek Pajak Bumi dan Bangunan


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan adalah orang pribadi atau badan yang dapat
mempunyai suatu hak atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi,
dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas
Bangunan Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
adalah orang pribadi atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak
17

atas Bumi dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi, dan/atau memiliki,


menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas Bangunan.
Hal ini berarti bahwa tanda pembayaran/pelunasan pajak bukan
merupakan bukti kepemilikan. PBB melekat pada pemiliknya meskipun
dapat dialihkan kepada penyewanya atau pihak lain. Jika suatu objek pajak
belum diketahui secara pasti siapa Wajib Pajaknya, maka yang menjadi
subjek pajak dapat ditunjuk oleh Dirjen Pajak. Beberapa ketentuan khusus
mengenai siapa yang menjadi subjek pajak diatur sebagai berikut:
1. Jika suatu subjek pajak memanfaatkan atau menggunakan bumi
dan/atau bangunan milik orang lain bukan karena sesuatu hak
berdasarkan undang-undang atau bukan karena perjanjian, subjek
pajak yang memanfaatkan/menggunakan bumi dan/atau bangunan
ditetapkan sebagai Wajib Pajak;
2. Suatu subjek pajak yang masih dalam sengketa pemilikan di
pengadilan, maka orang atau badan yang memanfaatkan
/menggunakan objek pajak tersebut ditetapkan sebagai Wajib
Pajak.
3. Subjek pajak yang dalam waktu lama berada di luar wilayah letak
objek pajak, sedangkan untuk merawat objek pajak tersebut
dikuasakan kepada orang atau badan,maka orang atau badan yang
diberi kuasa dapat ditunjuk sebagai Wajib Pajak.

3.5 Dasar Pengenaan PBB


Dasar pengenaan PBB adalah “Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)”.
NJOP ditetapkan per wilayah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan
dengan mendengar pertimbangan Bupati/Walikota serta memperhatikan:
a. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang
terjadi secara wajar;
b. Perbandinganharga dengan objek lain yang sejenis yang
letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui
harga jualnya;
18

c. Nilai perolehan baru;


d. Penentuan Nilai Jual Objek Pajak pengganti.
NJOP ditetapkan setiap periode tertentu (misalnya, 3 tahun)
kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai
dengan perkembangan wilayahnya. NJOP PBB P2 ditetapkan oleh Kepala
Daerah (Bupati/Walikota). Apabila kabupaten/kota belum menetapkan
sendiri NJOP, dapat menggunakan acuan penetapan NJOP sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010
--Lampiran II (klasifikasi NJOP untuk objek pajak sektor pedesaan dan
sektor perkotaan).

3.6 Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP)


NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang
tidak kena pajak. Besarnya NJOPTKP berdasarkan keputusan menteri
keuangan No. 201/KMK.04/2000 untuk setiap daerah Kabupaten/Kota
setinggi-tingginya Rp 12.000.000,-dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Setiap Wajib Pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP
sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak.
b. Apabila Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka
yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek
Pajak yang nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan
Objek Pajak lainnya.
Penetapan besarnya NJOPTKP sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan tersebut di atas untuk setiap daerah Kabupaten / Kota, ditetapkan
oleh Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri
Keuangan dengan mempertimbangkan pendapat Pemerintah Daerah
setempat. Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 77 ayat (4) besarnya
NJOPTKP ditentukan paling rendah adalah Rp. 10.000.000,00 dan
penetapannya dilakukan oleh masing-masing Kepala Daerah. Berdasarkan
UU No. 05 Tahun 2012 Pasal 5 ayat (4) besarnya NJOPTKP pada daerah
Kabupaten Ogan Komering Ulu adalah Rp. 10.000.000,00.
19

3.7 Pendaftaran, Penetapan dan Penagihan PBB


Beberapa hal yang perlu diketahui dalam pendaftaran/pendataan,
penetapan, dan penagihan PBB adalah:
1. Subjek pajak melakukan pendaftaran objek pajak dengan cara
mengisi Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP). Contoh SPOP
terlampir. SPOP selanjutnya diisi oleh subjek pajak dan
dikembalikan ke Kantor/Dinas yang menangani PBB di wilayah
Kabupaten/Kota setempat.
2. SPOP harus diisi dengan jelas, benar, lengkap, tepat waktu, serta
ditandatangani dan disampaikan kepada Kantor/Dinas yang
menangani PBB di wilayah Kabupaten/Kota tempat objek pajak
berada, selambat-lambatnya 30 hari setelah tanggal diterimanya
SPOP oleh subjek pajak.
3. Berdasarkan SPOP. Kepala Daerah (Bupati/Walikota) menerbitkan
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Contoh SPPT
terlampir.
4. SPPT diterbitkan atas dasar SPOP, tetapi untuk membantu Wajib
Pajak, SPPT dapat diterbitkan berdasarkan data objek pajak yang
telah ada di Kantor/Dinas yang menangani PBB di wilayah
Kabupaten/Kota.
5. Bupati/Walikota dapat mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak
Daerah (SKPD) apabila:
a. SPOP tidak disampaikan dan setelah ditegur secara tertulis oleh
Bupati/Walikota;
b. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain
ternyata jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah
pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh
Wajib Pajak.
6. Bupati/Walikota dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah
(STPKD) apabila Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) atau
SKPD tidak atau kurang bayar setelah jatuh tempo pembayaran.
20

7. Jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang bayar dalam
STPD ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 persen
setiap bulan.

3.8 Tata Cara Pembayaran Dan Penyetoran PBB


Pembayaran dan penyetoran PBB P2 dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Wajib Pajak melakukan pembayaran pajak yang terutang
dengan menggunakan SPPT, SKPD, atau STPD.
2. Pembayaran pajak yang terutang dilakukan dengan
menggunakan surat setoran pajak daerah (SSPD).
3. Pembayaran pajak dilakukan sekaligus atau lunas paling lambat
pada saat jatuh tempo pembayaran, yaitu:
a. Paling lambat enam bulan sejak tanggal diterimanya
SPPT.
b. Paling lambat satu bulan sejak tanggal diterbitkannya
SKPD, STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, dan Putusan Banding.
4. Pembayaran pajak bisa dilakukan di anjungan tunai mandiri
(ATM) atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati/Walikota.

3.9 Menghitung Pajak Bumi dan Bangunan


Besarnya PBB dihitung dengan cara mengalikan tarif dan dasar
pengenaan pajak setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena
Pajak sebagaimana diformulasikan sebagai berikut:
Pajak Bumi dan Bangunan = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak
Pajak Bumi dan Bangunan = Tarif x (NJOP - NJOPTKP)
21

3.10 Mengajukan Keberatan dan Banding PBB


3.10.1 Mengajukan Keberatan Pajak Bumi dan Bangunan
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Bupati/Walikota
atau pejabat yang ditunjuk atas SPPT dan/atau SKPD dengan cara sebagai
berikut:
1. Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan
disertai alasan-alasan yang jelas (mengemukakan data dan bukti
bahwa jumlah pajak yang terutang atau kurang bayar yang
ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk adalah
tidak benar).
2. Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu tiga bulan sejak
tanggal surat, tanggal pemotongan atau pemungutan, kecuali jika
Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak
dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya.
3. Keberatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membayar
paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak.
4. Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan tidak dianggap
sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.
5. Dalam jangka waktu 12 bulan sejak tanggal Surat Keberatan
diterima, Bupati/Walikota harus memberi keputusan atas keberatan
yang diajukan.
6. Keputusan tersebut dapat berupa menerima seluruhnya atau
menerima sebagian atau menolak atau menambah besarnya pajak
yang terutang.
7. Apabila jangka waktu tersebut sudah lewat, Surat Keberatan
dianggap dikabulkan.

3.10.2 Mengajukan Banding Pajak Bumi dan Bangunan


Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada
Pengadilan Pajak terhadap keputusan mengenai keberatannya yang
ditetapkan oleh Bupati/Walikota, dengan tata cara sebagai berikut:
22

1. Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam Bahasa


Indonesia dengan alas an yang jelas dalam jangka waktu tiga bulan
sejak keputusan diterima, dilampiri salinan surat keputusan
keberatan.
2. Pengajuan permohonan banding menangguhkan kewajiban
pembayaran pajak sampai dengan satu bulan sejak tanggal
penerbitan Putusan Banding.
3. Jika pengajuan keberatan atau permohonan banding dikabulkan
sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 persen
setiap bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan.
4. Imbalan bunga tersebut, dihitung sejak bulan pelunasan sampai
dengan diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan atau Keputusan
Banding.
5. Dalam hal keberatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian,
Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 50
persen dari jumlah Pajak berdasarkan keputusan keberatan
dikurangi dengan Pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan.
6. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan banding, sanksi
administratif berupa denda sebesar 50 persen tersebut, tidak
dikenakan.
7. Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian,
Wajib Pajak dikenai sanksi administratif berupa denda sebesar 100
persen dari jumlah Pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi
dengan pembayaran Pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan
keberatan.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pajak Bumi dan Bangunan pada Pabrik Sofa Cahaya Makmur
Untuk mengetahui besarnya Pajak Bumi dan Bangunan pada Pabrik
Sofa Cahaya Makmur, terlebih dahulu dihitung luas Bumi (tanah) dan
Bangunan yang kita miliki, Dasar Pengenaan Pajak (NJOP – NJOPTKP)
serta mengetahui tarif yang telah ditetapkan oleh Peraturan Daerah.
NJOP ditetapkan setiap periode tertentu (misalnya, 3 tahun) kecuali
untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun sesuai dengan
perkembangan wilayahnya. NJOP PBB P2 ditetapkan oleh Kepala Daerah
(Bupati/Walikota). Apabila kabupaten/kota belum menetapkan sendiri
NJOP, dapat menggunakan acuan penetapan NJOP sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010 –Lampiran
II (klasifikasi NJOP untuk objek pajak sektor pedesaan dan sektor
perkotaan).
NJOPTKP yang ditetapkan dari peraturan di setiap masing- masing
daerah berdasarkan peraturan daerah tersebut, Besarnya NJOPTKP di
Kabupaten Ogan Komering Ulu ditetapkan sebesar Rp. 10.000.000
(sepuluh juta rupiah) untuk setiap Wajib Pajak.
Tarif yang digunakan dalam menghitung Pajak Bumi dan
Bangunan telah ditentukan dari Peraturan Daerah, tarif Pajak Bumi dan
Bangunan di Kabupaten OKU adalah sebagai berikut :
1. Tarif pajak ditetapka sebesar 0,110% (nol koma seratus sepuluh
persen) untuk NJOP sampai dengan Rp500.000.000 ( lima ratus
juta rupiah).
2. Tarif pajak ditetapkan sebesar 0,125% (nol koma seratus dua
puluh limapersen) untuk NJOP sampai dengan
Rp.1.000.000.000 (satu milyarrupiah).

23
24

3. Tarif pajak ditetapkan sebesar 0,250% (nol koma dua ratus lima
puluhpersen) untuk NJOP di atas 1.000.000.000 (satu
milyarrupiah).

4.2 Penerapan Perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan pada


Pabrik Sofa Cahaya Makmur
Berikut perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan pada Pabrik Sofa
Cahaya Makmur :

4.2.1 Lokasi 1
Wajib Pajak bapak Ardi Sawono memiliki tanah dan bangunan
yang berlokasi di JL. Imam Bonjol gg Sentosa Air Paoh, Baturaja Timur.
Berupa :
1. Tanah seluas 900 meter persegi dengan harga jual Rp80.000 /
meter persegi;
2. Bangunan seluas 260 meter persegi dengan nilai jual
Rp1.250.000.
Menentukan NJOP (berdasarkan Lampiran II PMK Nomor
150/PMK.03/2010) :
Tabel 4.1 Lokasi 1
Objek Harga /Nilai Pengelompokan NJOP
NJOP Per m2
Pajak Jual per m2 Sesuai tabel per m2
Tanah Rp80.000 > Rp73.000,00 s/d Rp82.000
Rp91.000,00
Bangunan Rp1.250.000 > Rp1.034.000,00 s/d Rp1.200.000
Rp1.366.000,00
Sumber : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010

Menghitung besarnya PBB-P2 yang terhutang :


 NJOP Tanah 900 x Rp82.000 Rp 73.800.000
 NJOP Bangunan: 260 x Rp1.200.000 Rp 312.000.000
 NJOP sebagai dasar pengenaan PBB-P2 :
25

= NJOP tanah + NJOP bangunan


= Rp 73.800.000 + Rp 312.000.000
= Rp 385.800.000
 NJOP untuk perhitungan PBB-P2 :
= NJOP sebagai dasar pengenaan PBB-P2 – NJOPTKP
= Rp 385.800.000 – Rp 10.000.000
= Rp 375.800.000
 PBB-P2 yang terhutang :
= tarif x NJOP untuk perhitungan PBB-P2
= 0,110% X Rp 375.800.000
= Rp 413.380
(tarif yang digunakan adalah 0,110% sesuai dengan ketentuan
peraturan daerah : jika NJOP < Rp 500.000.000 maka tarif yang
digunakan adalah 0,110%)

4.2.2 Lokasi 2
Wajib Pajak bapak Ardi Sawono memiliki tanah dan bangunan
yang berlokasi di JL. Imam Bonjol gg Sentosa Air Paoh, Baturaja Timur.
Berupa :
1. Tanah seluas 300 meter persegi dengan harga jual Rp80.000/
meter persegi
Menentukan NJOP (berdasarkan Lampiran II PMK Nomor
150/PMK.03/2010) :

Tabel 4.2 Lokasi 2


Objek Harga /Nilai Pengelompokan NJOP
NJOP Per m2
Pajak Jual per m2 Sesuai tabel per m2
Tanah Rp80.000 > Rp73.000,00 s/d Rp82.000
Rp91.000,00
Sumber : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010
Menghitung besarnya PBB-P2 yang terhutang :
 NJOP Bumi 300 x Rp 82.000 Rp 24.600.000
26

 PBB-P2 yang terhutang :


= tarif x NJOP untuk perhitungan PBB-P2
= 0,110% x Rp 24.600.000
= Rp 27.060
(tarif yang digunakan adalah 0,110% sesuai dengan ketentuan
peraturan daerah : jika NJOP < Rp 500.000.000 maka tarif yang
digunakan adalah 0,110%)

4.2.3 Lokasi 3
Wajib Pajak bapak Ardi Sawono memiliki tanah dan bangunan
yang berlokasi di JL. Imam Bonjol gg Sentosa Air Paoh, Baturaja Timur.
Berupa :
1. Tanah seluas 2.050 meter persegi dengan harga jual Rp80.000/
meter persegi;
2. Bangunan seluas 270 meter persegi dengan nilai jual
Rp543.000/ meter persegi.

Menentukan NJOP (berdasarkan Lampiran II PMK Nomor


150/PMK.03/2010) :
Tabel 4.3 Lokasi 3
Objek Harga /Nilai Pengelompokan NJOP
2 2
NJOP Per m2
Pajak Jual per m Sesuai tabel per m
Tanah Rp80.000 > Rp73.000,00 s/d Rp82.000
Rp91.000,00
Bangunan Rp543.000 > Rp534.000,00 s/d Rp595.000
Rp656.000,00
Sumber : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010

Menghitung besarnya PBB-P2 yang terhutang :


 NJOP Tanah 2.050 x Rp82.000 Rp 168.100.000
 NJOP Bangunan: 270 x Rp595.000 Rp 160.650.000
27

 NJOP sebagai dasar pengenaan PBB-P2 :


= NJOP tanah + NJOP bangunan
= Rp 168.100.000 + Rp 160.650.000
= Rp 328.750.000
 NJOP untuk perhitungan PBB-P2 :
= NJOP sebagai dasar pengenaan PBB-P2 – NJOPTKP
= Rp 328.750.000 – Rp 10.000.000
= Rp 318.750.000
 PBB-P2 yang terhutang :
= tarif x NJOP untuk perhitungan PBB-P2
= 0,110% x Rp 318.750.000
= Rp 350.625

4.2.4 Lokasi 4
Wajib Pajak bapak Ardi Sawono memiliki tanah dan bangunan
yang berlokasi di JL. Imam Bonjol gg Pakjo Amal Air Paoh, Baturaja
Timur. Berupa :
1. Tanah seluas 1.200 meter persegi dengan harga jual Rp83.000/
meter persegi
Menentukan NJOP (berdasarkan Lampiran II PMK Nomor
150/PMK.03/2010) :
Tabel 4.4 Lokasi 4
Objek Harga /Nilai Pengelompokan NJOP
2 2
NJOP Per m2
Pajak Jual per m Sesuai tabel per m
Tanah Rp83.000 > Rp73.000,00 s/d Rp82.000
Rp91.000,00
Sumber : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.03/2010

Menghitung besarnya PBB-P2 yang terhutang :


 NJOP Bumi 1.200 x Rp 82.000 Rp 98.400.000
 PBB-P2 yang terhutang :
28

= tarif x NJOP untuk perhitungan PBB-P2


= 0,110% x Rp 98.400.000
= Rp 108.240
(tarif yang digunakan adalah 0,110% sesuai dengan ketentuan
peraturan daerah : jika NJOP < Rp 500.000.000 maka tarif yang
digunakan adalah 0,110%)
Wajib Pajak mempunyai 4 (empat) lokasi Objek Pajak, maka yang
mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang
nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya.

4.3 Jumlah Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan


yang Terhutang
Wajib Pajak memiliki 4 (empat) lokasi atas hak yang dimilikinya,
maka PBB-P2 yang terhutang dan harus dibayar dari ke-4 (empat) objek
pajak tersebut adalah sebagai berikut :
Lokasi 1 Rp 413.380
Lokasi 2 Rp 27.060
Lokasi 3 Rp 350.635
Lokasi 4 Rp 108.240 (+)
Total PBB-P2 terhutang Rp 899.315

Tanggal jatuh tempo PBB-P2 yang terhutang adalah tanggal 30


september 2019, tetapi wajib pajak baru membayarkan PBB-P2 yang
terhutang pada tanggal 29 November 2019, maka atas keterlambatan
tersebut di kenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% dari pajak yang
terhutang dalam SPPT.

Besarnya pajak yang harus dibayar adalah :


Pajak pokok Rp 899.315
Denda administrasi : 2 x 2% x Rp 899.315 RP 35.973 (+)
29

PBB-P2 yang harus dibayar Rp 935.288

Dari perhitungan diatas maka dapat diketahui bahwa wajib pajak


harus membayar PBB-P2 yang terhutang sebesar Rp 935.288, jika wajib
pajak membayar pajak yang terhutang tepat waktu maka wajib pajak tidak
akan dikenakan sanksi administrasi.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Penerapan perhitungan Pajak Bumi dan Bangunan pada Pabrik
Sofa Cahaya Makmur telah di terapkan dengan cukup baik, Pabrik Sofa
Cahaya Makmur dalam menghitung PBB-P2 yang terhutang menerapkan
perhitungan berdasarkan ketentuan peraturan daerah tetapi dalam mencari
NJOP Kabupaten Ogan Komering Ulu belum menetapkan sendiri NJOP
tersebut. Jadi digunakanlah acuan penetapan NJOP sebagaimana yang
diatur dalam peraturan menteri keuangan Nomor 150/PMK.03/2010—
Lampiran II (klasifikasi NJOP untuk objek pajak sektor perdesaan dan
sektor perkotaan).
Wajib Pajak mempunyai 4 (empat) lokasi Objek Pajak, maka yang
mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang
nilainya terbesar dan tidak bisa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya,
dari perhitungan diatas dapat dilihat bahwa Wajib Pajak tidak hanya
mendapatkan satu pengurangan NJOPTKP tetapi Wajib Pajak
mendapatkan pengurangan NJOPTKP di dua Objek Pajak, yaitu dilokasi 1
dan lokasi 3.
Apabila wajib pajak telat membayar pajak yang terhutang dari
tanggal tempo yang sudah diberikan kepada wajib pajak, maka wajib pajak
harus membayar lagi sanksi administrasi yang sudah di tentukan bunga
senilai 2% dan dikalikan dengan berapa bulan keterlambatan dalam
membayar tersebut.

5.2 Saran
Jika wajib pajak tidak ingin dikenakan sanki, maka sebaiknya wajib
pajak membayarkan pajak yang terhutang dengan tepat waktu atau tanggal
jatuh tempo yang sudah di tetapkan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Resmi, Siti. 2015. Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi 8 Buku 2. Jakarta: Salemba
Empat.

_________. 2016. Perpajakan : Teori dan Kasus Edisi 9 Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat.

Mardiasmo. 2016. Perpajakan Edisi 18. Yogyakarta: Andi Ofset

Jati, I. G. (2016). Pengaruh sikap, kesadaran wajib pajak dan pengetahuan


perpajakan pada kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 1510-1535.

Indonesia, Pemerintah Republik. 2007. Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 28 Tahun 2007. Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.

_________________. 2009. Direktorat Jenderal Pajak. Surat Setoran Pajak


Pajak Bumi dan Bangunan

________________. 2010. Peraturan Menteri Keuangan Nomor


150/PMK.03/2010 tentang Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek
Pajak sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan. Jakarta.

________________. 2009. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang


Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta

31

Anda mungkin juga menyukai