TUGAS 2
2). a,
Pengalaman Pribadi.
Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting.
Pengaruh Kebudayaan.
Media Massa.
Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama.
Pengaruh Faktor Emosional.
b. 1.Teori keputusan social (Sosial Judgment Theory)
Teori Keputusan Sosial mengemukakan asumsi bahwa setiap orang mengetahui
sikap yang dimilikinya dan mampu mengambil keputusan bagaimana ia harus
bersikap terhadap objek sikapnya. Apakah ia akan menerima atau menolak objek
sikapnya? Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan contoh seorang yang akan
membeli mobil. Pembeli mobil tentu mempunyai batas atas atau maksimum
jumlah uang yang dapat dikeluarkan untuk membeli mobil yang dikehendakinya,
misalnya 150 juta rupiah. Apabila harga mobil yang dikehendakinya ternyata175
juta rupiah maka ia akan membatalkan niat membeli mobil tersebut karena harga
tersebut di atas jumlah uang maksimum yang dimilikinya. Namun, apabila mobil
yang dikehendakinya ditawarkan sama atau di bawah jumlah maksimum uangnya
maka ia akan mempertimbangkan sungguh-sungguh untuk membeli mobil yang
ditawarkannya.
Menurut teori keputusan sosial, hal yang sama juga berlaku dalam perubahan
sikap. Berubah atau tidaknya sikap seseorang ditentukan oleh sejauh mana
gagasan baru yang harus disikapinya, misalnya (keluarga berencana) menyimpang
dari sikap yang telah dimilikinya (banyak anak banyak rezeki). Oleh karena
gagasan keluarga berencana mengemukakan bahwa “jumlah anak cukup dua”
maka kemungkinan besar pada orang yang beranggapan bahwa “banyak anak
banyak rezeki” tidak akan terjadi perubahan sikap. Sebaliknya, apabila ada orang
yang bersikap positif terhadap keluarga kecil karena dianggapnya meringankan
beban hidup maka gagasan keluarga berencana akan dengan mudah diterima
yang berarti terjadi perubahan sikap pada orang tersebut.
2. Teori Keseimbangan (Balance Theory)
Dalam menjelaskan perubahan sikap, Teori Keseimbangan mendasarkan diri pada
prinsip ketaatasasan kognitif (cognitive consistency). Seperti juga halnya Teori
Keputusan Sosial, maka Teori Keseimbangan pun beranggapan bahwa setiap
manusia menyadari sikapnya dan ke arah mana sikapnya itu akan berubah tatkala
manusia menghadapi objek sikap. Dalam hubungan ini Teori Keseimbangan
beranggapan bahwa manusia memiliki dorongan untuk senantiasa
mempertahankan ketaatasasan antara sikap dan perilakunya.
3. Teori Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance Theory)
Teori disonansi kognitif dicetuskan oleh Leon Festinger (1957) dan merupakan
salah satu teori yang tergolong dalam Teori Konsistensi Kognitif. Seperti juga
halnya teori keseimbangan dari Heider yang mengemukakan bahwa kondisi
hubungan yang tidak seimbang akan mendorong individu untuk kembali pada
keadaan seimbang maka menurut teori disonansi kognitif, keadaan disonan yang
dialami oleh individulah yang akan mendorong individu untuk kembali pada
keadaan konsonan.
Apa yang dimaksud dengan kondisi disonan secara kognitif menurut Festinger?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Festinger mengemukakan tiga bentuk hubungan
berkenaan dengan dua gagasan, pikiran, atau keyakinan individu, yakni hubungan
tidak relevan (irrelevance), konsonan (consonance), dan disonan (dissonance).
4. Teori Fungsional (Functional Theory)
Menurut teori fungsional, sikap yang dimiliki oleh individu berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan individu yang bersangkutan (Katz, 1960). Demikian pula
halnya dengan perubahan sikap. Terjadinya perubahan sikap karena kebutuhan
individu juga berubah. Oleh karenanya, upaya untuk melakukan perubahan sikap
harus diawali oleh pengetahuan mengenai fungsi sikap bagi individu yang
bersangkutan. Maka teknik mengubah sikap yang efektif untuk individu A, belum
tentu sesuai atau efektif apabila diterapkan pada individu B, individu C, atau
individu D.
3). A. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,
gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan
secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila
tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih
dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap
tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara
seperti ini disebut komunikasi nonverbal.