TINJAUAN PUSTAKA
III-1
c. Sumberdaya Batubara Terukur (Measured Coal Resoured)
Sumberdaya batubara terukur bagian dari total sumberdaya batubara
yang kualitas dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan
tinggi, didasarkan pada informasi yang didapat dari titik-titik pengamatan yang
diperkuat dengan data-data pendukung. Titik-titik pengamatan jaraknya cukup
berdekatan untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau
kualitasnya.
Adapun kelas cadangan menurut SNI yaitu sebagai berikut :
a. Cadangan Batubara Terkira (Probable Coal Reserve)
bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk dan terukur yang dapat
ditambang secara ekonomis setelah faktor–faktor penyesuai terkait diterapkan,
dapat juga sebagai bagian dari sumberdaya batubara terukur yang dapat
ditambang secara ekonomis, tetapi ada ketidakpastian pada salah satu atau
semua faktor penyesuai yang terkait diterapkan.
b. Cadangan Batubara Terbukti (Proved Coal Reserve)
Cadangan batubara terbukti adalah bagian yang dapat ditambang secara
ekonomis dari sumberdaya batubara terukur setelah faktor-faktor penyesuai yang
terkait diterapkan.
III-2
Sumber: Anonim, 2011 : 7
Gambar 3.1
Hubungan antara Sumberdaya dan Cadangan Batubara
III-3
3.2. Permodelan dan Perhitungan Cadangan Batubara
III-4
Metode penampang vertikal dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1) Membuat irisan-irisan penampang melintang yang memotong endapan
batubar yang akan digitung,
2) Menghitung luasan batubara dan overburden tiap penampang,
3) Setelah luasan dihitung, maka volume dan tonase dihitung dengan rumusan
perhitungan. Perhitungan volume tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan satu penampang, dua penampang, atau rangkaian banyak
penampang.
Perhitungan volume dengan menggunakan satu penampang digunakan
jika diasumsikan bahwa satu penampang mempunyai daerah pengaruh hanya
terhadap penampang yang dihitung saja. Volume yang dihitung merupakan
volume pada areal pengaruh penampang tersebut
Gambar 3.2
Perhitungan Volume Menggunakan Satu Penampang
III-5
mean area dan kerucut terpancung, tetapi jika perbedaaannya cukup besar
maka digunakan rumus oblisk.
Gambar 3.3
Perhitungan Volume Menggunakan Dua Penampang
Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut :
1) Rumus mean area
Gambar 3.4
Penampang endapan dengan bentuk dan ukuran relatif sama
( S 1+ S 2 )
V ❑= ...................................(3.2)
2
Keterangan :
V = Volume
L = Jarak antar penampang
S1 = Juas penampang pertama
S2 = Luas penampang kedua
III-6
2) Rumus Kerucut Terpancung
Gambar 3.5
Keadaan penampang endapan berbentuk kerucut
L
V= ( S 1+ S 2+ √ (S 1+S 2) ) ...................................(3.3)
3
Keterangan :
V = volume
S1 = luas penampang pertama
S2 = luas penampang kedua
L = jarak antar penampang
3) Rumus Obelisk
Gambar 3.6
Keadaan endapan yang berbentuk Obelisk
L
V = (S 1+ 4 M +S 2) ...................................(3.4)
6
III-7
Keterangan :
V = volume
S1 = luas penampang awal
S2 = luas penampang akhir
L = jarak antara penampang pertama dan akhir
( a 1. a 2 ) (b 1 . b 2)
M=
4
Perhitungan dengan menggunakan tiga penampang digunakan jika
diketahui adanya variasi (kontras) pada areal di antara 2 penampang, maka perlu
ditambahkan penampang antara untuk mereduksi kesalahan. Perhitungan
menggunakan rumus prismodia.
Gambar 3.7
Perhitungan Volume menggunakan Tiga Penampang
Gambar 3.8
Metode prismodia
III-8
( S 1+4 M + S 2)
V =L ..............................(3.5)
6
Keterangan :
V = volume
S1 = luas penampang awal
S2 = luas penampang akhir
L = jarak antara penampang pertama dan akhir
M = luas penampang tengah
B. Metode Penampang Horizontal
V = A x t ..............................................(3.6)
Keterangan :
V = volume
III-9
A = luas poligon
t = tebal lapisan batubara di titik conto
2) Metode Triangulasi
Metode triangulasi dilakukan dengan konsep dasar menjadikan titik
yang diketahui menjadi titiksudut suatu prisma segitiga. Prisma segitiga diperoleh
dengan cara menghubungkan titik-titik yang diketahui tanpa berpotongan (lihat
Gambar 2.11).
Gambar 3.10
Metode Triangulasi
1
V = ( t 1+ t 2+t 3 ) S ........................................(3.7)
3
Keterangan :
V = Volume
S = Luas segitiga 123
t1,t2,t3 = ketebalan endapan pada masing-masing titik
III-10
batubara, yaitu singkapan batubara dan lokasi titik pemboran. Daerah dalam
radius lingkaran 0-400 m adalah untuk perhitungan cadangan terukur dan daerah
radius 400-1200 m adalah untuk perhitungan cadangan terunjuk. Selain itu
aspek-aspek geologi daerah penelitian seperti perlipatan, sesar, intrusi dan
singkapan batubara di permukaaan turut mengontrol perhitungan cadangan
batubara.
Gambar 3.11
Metode Circular USGS 1983
Keterangan :
L = Luas daerah terhitung (m2)
t = Tebal rata-rata batubara sejenis (m)
BJ= Berat jenis batubara (ton/m3 )
III-11
minescape. Berikut beberapa tahapan perhitungan cadangan pada software
minescape, antaralain:
a. Permodelan endapat batubara
b. Penentuan pit limit
c. Pembuatan blok tambang dengan spesifikasi ukuran tertentu
d. Perhitungan cadangan per blok tambang
e. Akumulasi cadangan seluruh blok
Berikut ini adalah tahap-tahap menentukan jumlah cadangan per blok
tambang (Tambunan. 2009 : III-18).
a. Menghitung luas batubara perblok.
b. Luas area tersebut akan dikalikan dengan ketebalan sebenarnya (true
thickness) dari seam batubara sehingga didapat volume batubara per blok
c. Volume batubara per blok akan dikalikan dengan densitas batubara yaitu 1.3
ton/m3.
3.3. Nisbah Pengupasan (Stripping Ratio)
III-12
lereng semakin banyak material yang harus dikupas, ini berarti stripping ratio
makin besar, sebagaimana gambar dibawah ini :
A A a
β
B B
α α-β
SR = A / B SR = (A + a) / B
III-13
Gambar 3.13.
Penentuan pit limit
III-14