Komunikasi Kesehatan Penyebaran Informasi Gaya Hid
Komunikasi Kesehatan Penyebaran Informasi Gaya Hid
56/DIKTI/Kep/2005
Komunikasi Kesehatan:
Penyebaran Informasi Gaya Hidup Sehat
Anne Ratnasari
ABSTRACT
yang dikutip Perry (dalam Baldwin, 2004:221), Sebaliknya, inovasi yang memiliki komponen ide
mengemukakan pandangannya bahwa “perubahan maupun wujud fisik, pengadopsiannya diikuti oleh
sosial menyangkut perubahan-perubahan yang keputusan tindakan.
terjadi pada struktur dan fungsi sistem sosial.” Selanjutnya, Rogers yang dikutip Perry (dalam
Perubahan tersebut ditandai dengan proses yang Baldwin, et al.,2004:222), mengungkapkan, hal
di dalamnya terdapat tahap, yaitu: penemuan baru, yang penting untuk diperhatikan dalam komponen
penyebarluasan penemuan baru, dan penyebaran inovasi adalah “setiap inovasi memiliki sejumlah
penemuan baru itu berdampak kepada masyarakat. karakteristik yang akan dipersepsi oleh orang yang
Memerhatikan proses ketiga tahapan tersebut, akan menerima atau menolaknya. Karakteristik itu,
komunikasi memiliki peran pada tahap kedua, yaitu antara lain, mencakup: relative advantage, com-
penyebarluasan penemuan baru (inovasi). Teori patibility, complexity, trialability, dan
untuk menelaah bentuk komunikasi tersebut, observability.”
antara lain, teori difusi inovasi. Teori difusi Relative advantage adalah karakter yang
inovasi, menurut Rogers yang dikutip Perry, berkenaan dengan apakah suatu inovasi
adalah “tahap-tahap untuk menyebarluaskan dipersepsi lebih menguntungkan oleh calon
temuan-temuan baru, menyangkut suatu teknologi pengadopsi jika dibandingkan dengan ide atau
baru, gagasan baru, ke seluruh anggota cara-cara yang sudah ada yang akan
masyarakat” ( dalam Baldwin, 2004:221). digantikannya. Keuntungan relatif ini diukur dari
Tahap penyebarluasan inovasi dipandang segi ekonomi, penghargaan sosial, kenyamanan,
sebagai salah satu tahap penting berkaitan dengan dan sebagainya.
perubahan sosial, karena tidak setiap penemuan Karakter compatibility inovasi baru berkaitan
baru/inovasi akan begitu saja diterima masyarakat. dengan kesesuaian inovasi baru tersebut dengan
Peran komunikasi dalam perubahan sosial, seperti nilai-nilai, pengalaman, dan kebutuhan calon
dijelaskan Rogers, yang dikutip Perry, “komunikasi pengadopsi. Inovasi yang tidak sesuai dengan
itu merupakan elemen yang penting dalam setiap norma yang ada dan dipelihara oleh sistem sosial,
perubahan sosial, meliputi inovasi atau penemuan tidak akan diadopsi secepat inovasi yang sesuai
baru, pengomunikasian melalui berbagai saluran, dengan norma-norma. Complexity adalah karakter
dalam suatu rentang waktu, dan di antara anggota inovasi yang berhubungan dengan sejauhmana
sistem sosial” (dalam Baldwin, 2004:221). sebuah inovasi dianggap sulit untuk dipahami oleh
Penjelasan pendapat Rogers tersebut satu per satu calon pengadopsi.
diuraikan berikut ini. Karakter inovasi trialability berhubungan
Inovasi adalah ide, atau objek yang dipersepsi dengan sebuah inovasi menjadi tinggi tingkat
seseorang sebagai ide baru. Mungkin saja hal itu adopsinya jika inovasi tersebut mudah dicoba
tidak benar-benar baru, akan tetapi hal itu dirasakan dalam skala kecil. Sebuah gagasan baru akan
baru oleh orang yang memersepsinya. Menurut menarik calon pengadopsi jika dia dapat mencoba
Rogers, ide atau gagasan yang menyebar ke lebih dahulu inovasi itu dalam jumlah tertentu.
masyarakat, pada mulanya adalah berupa inovasi. Terakhir, karakter observability memungkinkan
Oleh sebab itu, dapat terjadi suatu gagasan orang yang akan mengadopsi melihat bagaimana
dipandang baru oleh sekelompok orang, tetapi dampaknya. Karakter ini membuat sebuah inovasi
mungkin sudah biasa bagi kelompok lainnya. dapat menyebar dengan cepat di tengah
Inovasi mempunyai komponen ide, tetapi masyarakat.
sebagian daripadanya tidak memiliki wujud fisik, Terdapat dua saluran yang memiliki peran
seperti gagasan baru yang berwujud pemikiran atau penting dalam difusi inovasi, yaitu media massa
ideologi. Inovasi hanya mempunyai komponen ide dan saluran antarpribadi. Media massa memiliki
saja, tanpa wujud fisik, tidak dapat diadopsi secara peran dalam menyebarluaskan gagasan baru,
fisik, pengadopsiannya dilakukan secara simbolik. terutama untuk menjangkau khalayak luas.
yang dijabarkan sebagai makanan seimbang dalam adalah nasi putih dan gula pasir, produk tepung
satu menu. Salah satu aspek yang menentukan seperti roti dan kue, yang kualitas gizinya rendah
pilihan seseorang atas pola konsumsi makan akibat proses pengolahan yang lama. Sedangkan
tersebut adalah gaya hidup. hidrat arang yang kualitas gizinya masih utuh
Menurut Kotler, gaya hidup adalah pola hidup seperti kentang, beras merah, atau jagung,
seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang umumnya dijadikan makanan selingan atau hampir
dinyatakan dalam kegiatan, minat, dan pendapat tidak digemari. Buah atau sayuran yang juga
yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan rupa termasuk sumber hidrat arang utuh, lebih sering
keseluruhan pola perilaku seseorang dalam ditempatkan sebagai makanan sampingan, yang
kehidupan sehari-hari (Kotler, 1992:189). sering malah tidak sempat dimakan karena perut
Pola makan seperti tersebut di atas sudah lazim sudah terlalu kenyang. Sebaliknya, asupan pro-
diketahui, dan diterapkan keluarga-keluarga dalam tein yang hanya dianjurkan separuh dari total
mengatur menu makanannya. Hal ini berdasarkan asupan hidrat arang justru sering dikonsumsi lebih
anggapan bahwa “setiap kelompok makanan sama dari takaran.”
pentingnya, sehingga harus dimakan bersamaan, Dengan pola makan seperti itu, yang diperoleh
dan protein merupakan unsur yang menentukan bukannya sehat, melainkan kegemukan dan
dalam standar ukuran menu sehat. Akibatnya, pola masalah kesehatan lainnya. Mengenai kelebihan
makan menjadi terkonsentrasi pada menu seimbang berat badan, banyak faktor yang dapat
unsur empat sehatnya, tetapi susunan gizinya tidak menyebabkannya. Haas (1992, dalam Gunawan,
seimbang dengan kebutuhan tubuh” (Gunawan, 2001:18) menyatakan, “faktor keluarga, fisiologis,
2001:20). atau psikologis, bisa melatarbelakangi masalah
Konsep empat sehat dalam satu menu berat badan. Kebanyakan kasus kegemukan lebih
sebetulnya tidak terlalu menimbulkan masalah banyak dipengaruhi faktor keluarga daripada
seperti sekarang, karena pola makan manusia kecenderungan genetik.”
beberapa puluh tahun yang lalu lebih alamiah. Faktor fisiologis adalah faktor yang berkaitan
Seperti diungkapkan Gunawan (2001:21), “taraf dengan kondisi fisik. Misalnya, naiknya berat
hidup masyarakat yang meningkat, disertai dengan badan pada masa pertumbuhan anak, wanita hamil,
modernisasi teknologi industri makanan, dan pada orang dewasa serta lanjut usia karena
menyebabkan masyarakat semakin jauh dari kurang olah raga atau gaya hidup yang kurang
makanan-makanan alami. Selain itu, pola makan aktif. Sedangkan faktor psikologis berkaitan
masyarakat modern sudah dipengaruhi promosi dengan kondisi mental atau emosi seseorang.
gencar produk-produk makanan tinggi lemak, Misalnya, “jika sedang stres, orang cenderung
garam, dan gula. Misalnya, produk sereal bersalut melampiaskan perasaannya dengan makan terus-
gula, makanan instan, sari buah, margarin, camilan menerus” (Wirakusumah, 1997:18). Adapun faktor
asin, daging olahan, dan sebagainya. Makanan- genetik, pencetusnya dihasilkan oleh “gaya hidup
makanan seperti ini tidak memberi kontribusi gizi yang ditanamkan sejak dini dalam lingkungan
pada tubuh kecuali tambahan beban dan berat keluarga. Jika orang tua yang kegemukan
badan.” membiasakan pola makan yang buruk dalam
Selanjutnya, Gunawan (2001:20-21) keluarga, anak tentu meneruskan kebiasaan pola
mengungkapkan hasil pengamatannya mengenai makan tersebut” (Gunawan, 2001:18).
pola makan orang masa kini yang cenderung tidak
seimbang, bahkan berlebihan kandungan gizinya. “Food combining”
“Pola makan orang sekarang tinggi lemak jenuh
Food combining (kombinasi makanan serasi),
dan hidrat arang olahan, tetapi rendah hidrat arang
menurut Gunawan (2001:34), adalah “metode
utuh dan lemak tak jenuh ganda. Sebagai contoh,
pengaturan asupan makanan yang diselaraskan
sumber hidrat arang yang lebih banyak dikonsumsi
Tabel 1
Contoh Menu Sehari Menurut Acuan Gizi Konvensional
dan “Food Combining”
Sumber: Acuan gizi menurut bagian Gizi RS Dr. Ciptomangunkusumo & Persatuan
Ahli Gizi Indonesia, serta menurut ahli nutrisi Food combining1
No Siklus Uraian
1. Siklus Pencernaan Merupakan saat yang tepat untuk mengonsumsi makanan padat
(12 siang – 8 malam) karena siklus pencernaan bekerja lebih aktif. Setelah pukul 8-9
malam sebaiknya tidak makan makanan padat lagi karena lambung
tidak boleh sesak dengan makanan pada saat tidur.
2. Siklus Penyerapan Pada saat tubuh dan pikiran kita sedang istirahat total atau tidur,
(8 malam – 4 pagi) tubuh mulai menyerap, mengasimilasi, dan mengedarkan zat
makanan. Kurang tidur malam hari atau makan larut malam akan
memboroskan energi dan mengganggu aktivitas siklus ini.
3 Siklus Pembuangan Secara intensif tubuh mulai melakukan pembuangan sisa makanan
(4 pagi – 12 siang) dan sisa metabolisme. Siklus ini paling banyak memakai energi.
Selagi siklus ini berlangsung sebaiknya tidak mengkonsumsi
makanan berat dan padat karena menurunkan intensitas proses
pembuangan, memperlambat proses pencernaan, dan memboroskan
energi.
kecepatan yang sama dengan munculnya produksi dipusatkan pada tiga aspek, yaitu karakteristik
sel-sel baru. inovasi, saluran komunikasi, dan rentang waktu
Keseimbangan metabolisme juga erat adopsi.
kaitannya dengan efisiensi pemakaian energi.
Semakin boros energi yang dipakai, proses “Food Combining” sebagai Inovasi
pembentukan dan pembelahan sel akan semakin
Food combining sebagai inovasi di bidang
sering dan cepat. Energi tubuh harus dimanfaatkan
gizi (kesehatan) memiliki wujud sebagai gagasan
secara proporsional oleh seluruh fungsi tubuh.
yang harus disebarkan kepada masyarakat.
Pengurasan energi secara berlebihan dapat
Sehubungan dengan manfaat besar yang dapat
menurunkan vitalitas, menyebabkan kulit kusam,
diperoleh masyarakat, antara lain, untuk mencapai
lesu kronis, dan penuaan dini (Gunawan, 2001:30-
derajat kesehatan yang memuaskan. Sebuah
31).
inovasi mempunyai karakter tertentu akan
dipersepsi oleh calon pengadopsinya. Karakter
Pembahasan inovasi dianalisis berdasarkan pada tiga aspek,
Pembahasan penyebaran informasi gaya yaitu: relative advantage (keuntungan relatif),
hidup sehat dengan menerapkan food combining compatibility (kesesuaian), dan complexity
ditinjau dari teori difusi inovasi didasarkan pada (kompleksitas).
pola pengaturan asupan makanan yang dipandang Pada karakter keuntungan relatif, berkenaan
sebagai satu inovasi baru ketika disebarkan kepada dengan apa yang dapat ditawarkan ahli food com-
masyarakat dapat diterima atau ditolak. Dalam bining kepada masyarakat, jika dibandingkan
menganalisis penyebaran informasi tersebut dengan keuntungan yang disampaikan oleh ahli
di bidang gizi konvensional, dipandang pada sisi sejenisnya, plus pelengkapnya. Hal ini “mengikuti
ekonomi. Sebagai inovasi baru, food combining anjuran ahli gizi konvensional untuk menyantap
menawarkan keuntungan yang bersifat ekonomis, hidangan lengkap, karena pada pagi hari kita
karena kelebihan menu food combining adalah bersiap untuk melakukan pekerjaan berat. Padahal,
tingginya sumbangan gizi antioksidan, khususnya menurut pola food combining, sarapan pagi bukan
betakaroten dan vitamin C. Banyak mengonsumsi hidangan komplit yang berat, melainkan buah-
buah dan sayuran menjadikan berlimpah senyawa buahan segar, kecuali buah sarat lemak seperti
fitokimiawi berkhasiat. 8 Dengan demikian, alpukat dan durian. Karena pada buah-buahan
menerapkan food combining sebagai gaya hidup mengandung zat tenaga sebagai sumber energi.”9
sehat memungkinkan orang memiliki peluang besar Sedangkan pada sisi complexity, food com-
untuk menikmati hidup, tubuh menjadi sehat, bining sebagai inovasi baru juga memiliki tingkat
berenergi, terbebas dari penyakit, sehingga kompleksitas yang tinggi dan memerlukan
menghemat biaya untuk perawatan dari sakit. pemahaman yang mendalam untuk menerapkan
Karena itu, food combining memberi peluang untuk pola kombinasi makanan serasi dalam kehidupan
memeroleh keuntungan ekonomis. sehari-hari. Jika diamati lebih jauh, seperti
Pada sisi compatibility, kesesuaian food com- dilaporkan dalam artikel di media cetak, umpamanya
bining dengan nilai-nilai yang ada. Penyebaran Kompas, dan majalah Nirmala, pada umumnya
informasi food combining memiliki kemungkinan mereka yang mencoba menerapkan pola makan ini
mendapat kesulitan, terutama berhubungan terbatas pada lingkungan tertentu (perkotaan), dan
dengan nilai-nilai atau norma yang dianut oleh memiliki perhatian terhadap kesehatan dan
masyarakat calon pengadopsi. Sebagaimana telah kebugaran tubuh. Tetapi, adakalanya mempunyai
diketahui selama ini pola makan pada umumnya masalah dengan kesehatannya. Sebagai testimoni,
masyarakat mengikuti pola empat sehat “seorang ibu yang berprofesi sebagai dosen
(karbohidrat, protein hewani, sayur, dan buah) arsitektur di universitas swasta di Bandung,
pada setiap kali makan, bukan pada satu hari “setelah mengikuti food combining selama 6 bulan,
makan. berat badannya turun 16 kg dari 65 kg, kini berat
Selain itu, agak sulit mengubah selera makan badannya stabil (49 Kg) dan sembuh dari penyakit
masyarakat yang sudah sekian lama terbentuk. hepatitis. 10 Ada lagi yang lain, “setelah
Sehubungan pola makan food combining menerapkan food combining trigliseridanya, yang
mengajarkan sumber karbohidrat tidak dianjurkan tadinya melambung di atas 400, menjadi normal
disantap bersama sumber protein, khususnya pro- kembali.”11
tein hewani. Dengan demikian, menu diatur sebagai Banyak di antara mereka yang merasa
kombinasi protein dengan sayuran dan karbohidrat terbantu dengan menerapkan pola makan ini,
dengan sayuran. Rekonstruksi pola makan food khususnya dalam mencapai kesehatan yang
combining memungkinkan setiap zat gizi penghasil maksimal. Sedangkan untuk pengetahuan pola
energi berada dalam lingkungan paling kondusif kombinasi makanan serasi yang dimiliki masyarakat
untuk menjalani proses pencernaan dan pada umumnya, tampaknya belum banyak yang
penyerapan. Kalau hal itu dilanggar, bukan hanya mengetahuinya.
proses pencernaan awal karbohidrat yang
terganggu, namun tumpukan residu yang Saluran Komunikasi
ditimbulkannya ikut pula meminimalkan jumlah sari
Untuk membahas saluran komunikasi yang
makanan yang dapat diserap tubuh.
digunakan dalam penyebaran informasi food com-
Kesulitan lain, adalah mengubah pola asupan
bining, difokuskan pada komunikasi antarpribadi,
makanan ketika sarapan, misalnya, pada umumnya
komunikasi kelompok, dan komunikasi massa.
masyarakat terbiasa dengan ajaran hidangan
Sesuai dengan hasil penelitian difusi inovasi,
sarapan yang sarat energi, seperti nasi dan
(1) Informasi kombinasi makanan serasi (food mereka mendapat manfaat kesehatan setinggi
combining) sebagai inovasi baru di bidang mungkin dari pola makan yang dijalankan.
komunikasi kesehatan, tidak terlepas dari
pandangan masyarakat tentang karakteristik
yang menjadi ciri pada inovasi baru. Antara Catatan Akhir
lain, berkaitan dengan faktor keuntungan
1
relatif, kompatibilitas, dan kompleksitas. Pada Pikiran Rakyat.2007. “Waktunya Turunkan Berat
Badan.” Pikiran Rakyat.1 Oktober
karakter keuntungan relatif, berkenaan dengan
2
apa yang dapat ditawarkan para ahli food com- Nova.2007. “Ingin Sehat Salah Satunya dengan
Mengatur Pola Makan.” No. 1034/XX/17-23 Desember
bining kepada masyarakat, dapat dipandang 2007.
pada sisi ekonomi. Karena, dengan
3
menerapkan food combining sebagai gaya Gunawan, Andang. 2002. “Ulang Tahun sebagai
Refleksi.” Majalah Nirmala 05/IV/Mei/2002.
hidup sehat, memungkinkan orang, antara lain
4
memiliki peluang yang besar untuk menikmati Piotrow, P.T.; Kincaid, D.L.; Rimon,II,J.G.; et al. Health
Communication.Westport, CT: Praeger, 1997. Dalam
hidup karena tubuh menjadi sehat, berenergi, Health Communication 11.[www.healthypeople.gov/
dan terbebas dari penyakit. Pada sisi compat- Document/HTML/Volume1/11HealthCom.htm]<25/
ibility, kesesuaian dengan nilai-nilai yang ada, 06/2003>.
penyebaran informasi food combining memiliki 5
Jackson,L.D.,and Duffy,B.K.,eds. Health Communica-
kesulitan, terutama berhubungan dengan nilai- tion Research.Westport, CT: Greenwood,1998. Dalam
nilai atau norma yang dianut masyarakat calon Health Communication 11.[www.healthypeople.gov/
Document/HTML/Volume1/11HealthCom.htm]<25/
pengadopsi. Saat ini, pola makan masyarakat 06/2003>.
pada umumnya mengikuti pola empat sehat 6
Apriadji, Wied Harry. “Food Combining, Ilmiah dan
(karbohidrat, protein hewani, sayur, dan buah) Rasional.” Majalah Nirmala. 05/IV/Mei 2002, hal. 13.
pada setiap kali makan, bukan pada satu hari
7
makan. Sedangkan pada sisi complexity, food Apriadji, Wied Harry. “Food Combining, Ilmiah dan
Rasional.” Majalah Nirmala. 05/IV/Mei 2002, hal. 9.
combining sebagai inovasi baru juga memiliki
8
tingkat kompleksitas yang tinggi, dan Apriadji, Wied Harry. “Food Combining, Ilmiah dan
Rasional.” Majalah Nirmala. 05/IV/Mei 2002, hal. 9.
memerlukan pemahaman yang mendalam
9
untuk menerapkan pola kombinasi makanan Apriadji, Wied Harry. “Food Combining, Ilmiah dan
Rasional.” Majalah Nirmala. 05/IV/Mei 2002, hal. 9.
serasi ini dalam kehidupan sehari-hari.
10
(2) Pada aspek saluran komunikasi, para ahli nutrisi Gunawan. 2001. “Pengalaman mengikuti Food Com-
bining,” hal. 129.
food combining menggunakan paduan antara
11
komunikasi antarpribadi, komunikasi Nirmala. 2002. “Wied Harry Apriadji.” Rubrik ‘Tamu
kelompok, dan komunikasi massa dalam Kita’ majalah Nirmala 05/IV/Mei 2002, hal. 16.
menyebarkan informasi kombinasi pola 12
Pintasari, Tarita “Surat Anda” Majalah Nirmala, 05/IV
makanan serasi kepada msyarakat. Mei 2002, hal.14.
(3) Dalam penyebaran informasi, pola makan food 13
Gunawan, Andang. 2002 “Ulang Tahun Sebagai
combining memerlukan waktu yang cukup Refleksi.” Majalah Nirmala, 05/IV/Mei 2002, hal.3.
lama. Karena, sesuai dengan hasil riset,
penyebaran ide-ide baru memerlukan waktu
yang cukup lama tersebar kepada masyarakat.
Agar informasi pola makan food combining Daftar Pustaka
dapat dikenal dan diadopsi sebagai inovasi Apriadji, Wied Harry. 2002. “Food Combining,
baru, diperlukan upaya yang kuat dari Ilmiah dan Rasional.” Majalah Nirmala. 05/
konsultan nutrisi atau komunikasi kesehatan IV/Mei, hal. 9.
yang mampu membantu masyarakat agar