Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Perkembangan
Islam Periode Madinah”. Dan juga kami berterimakasih kepada  selaku dosen mata kuliah
sejarah peradaban islam yang telah memberikan tugas ini pada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita dalam mempelajari materi tentang sejarahnya Rasulullah SAW ke madinah.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna.
Semoga makalah kami ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah kami susun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang salah dan kurang
berkenan di dalam makalah ini. Terimakasih.

Banda Aceh,Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………....ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….iii

I. PENDAHULUAN
A.    Latar belakang……………………………………………………………..……1
B.     Rumusan masalah……………………………………………………..………..1
C.     Tujuan…………………………………………………………………..……....1

II. PEMBAHASAN
A.    Pengertian Hijrah dan Perkembangan Islam Periode Madinah…………….…..2
B.     Perkembangan Madinah setelah kedatangan Nabi ...……………………..……6
C.     Peperangan Islam di Madinah.............................................................................9
D.    Fathu Makkah …………………………………………………………….…..11
E. Haji Wada dan wafatnya Rasulullah Saw…………………………….……....14

III. PENUTUP
A.   Kesimpulan…………………………………………………………….…..…..20
B. Daftar Pustaka……………………………………………………………….....21

ii
I. PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sebelum datang agama islam, bangsa arab telah mempunyai berbagai macam agama, adat
istiadat, akhlak dan peraturan hidup. Setelah agama islam datang kebiasaan-kebiasaan bangsa
arab sebelumnya telah berubah sesuai dengan pembaruan yang dibawa oleh nabi Muhammad
SAW. Nabi datang dengan membawa ajaran-ajaran yang dijadikan sebagai pedoman bagi
umatnya. Nabi Muhammad melakukan dakwah di Makkah dan berakhir di Makkah pula.
Tentunya dalam dakwah beliau menghadapi banyak sekali masalah-masalah yang menghambat
perkembangan islam pada masa itu, salah satunya adalah Perkembangan umat islam yang ada di
Madinah. Dengan latar belakang tersebut penyusun membuat makalah yang berjudul
“Perkembangan Islam Periode Madinah.”

B.      Rumusan masalah


1.      Bagaimana perkembangan islam periode madinah.?
2.      Bagaimana proses perkembangan Madinah.?
3.      Bagaimanakah peperangan islam di Madinah.?
4.      Bagaimana sejarah wafatnya Rasulullah SAW.?

C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Islam periode Madinah.
2.      Untuk mengetahui perkembangan Negara Madinah.
3.      Untuk mengetahui peperangan Islam di Madinah.
4.      Untuk mengetahui sejarah wafatnya Rasulullah SAW

1
II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Hijrah dan Tujuan Rasulullah SAW Beserta Umat Islam Berhijrah

 Setidaknya ada dua macam arti hijrah yang harus diketahui oleh umat Islam. Pertama
hijrah berarti meninggalkan semua perbuatan yang dilarang dan dimurkai Allah SWT. untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik, yang diperintahkan Allah SWT dan diridhai-Nya.

Arti kedua hijrah ialah berpindah dari suatu negeri kafir (non-Islam), karena di negeri itu
umat Islam selalu mendapat tekanan, ancaman, dan kekerasan, sehingga tidak memiliki
kebebasan dalam berdakwah dan beribadah. Kemudian umat Islam di negeri kafir itu berpindah
ke negeri Islam agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam  berdakwah dan beribadah.
Arti kedua dari hijrah ini pernah dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan umat Islam, yakni
berhijrah dari Mekah ke Yastrib pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah, bertepatan
dengan tanggal 28 Juni 622 M.

Tujuan hijrahnya Rasulullah SAW dan umat Islam dari Mekah ke Yastrib adalah :
 
 Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman dan kekerasan kaum kafir
Quraisy. Bahkan pada waktu Rasulullah SAW meninggalkan rumahnya di Mekah untuk
berhijrah ke Yastrib (Madinah), rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy dengan
maksud untuk membunuhnya.
 Agar memperoleh keamanan dan kebebasan dalam berdakwah serta beribadah, sehingga
dapat meningkatkan usaha-usahanya dalam berjihad di jalan Allah SWT, untuk
menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam).

Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi Muhammad SAW.
dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj saat di Mekkah yang terdengar sampai
ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun merencanakan untuk membunuh Nabi Muhammad
SAW.

2
Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua suku. Setiap suku diwakili oleh seorang
pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan itu terdengar oleh Nabi SAW., sehingga Ia
merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu Bakar. Abu Bakar diminta mempersiapkan segala
hal yang diperlukan dalam perjalanan, termasuk 2 ekor unta. Sementara Ali bin Abi Thalib
diminta untuk menggantikan Nabi SAW. menempati tempat tidurnya agar kaum Quraisy
mengira bahwa Nabi SAW masih tidur.

Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW. keluar dari rumahnya
tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW. menemui Abu
Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah menuju sebuah Gua Tsur,
kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka bersembunyi di gua itu selama 3 hari 3
malam menunggu keadaan aman.

Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira  Nabi SAW
sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari  persembunyiannya. Pada
waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan membawa 2
ekor unta yang memang telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi SAW. bersama Abu
Bakar menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, suatu jalan yang tidak pernah ditempuh
orang.

Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa yang
jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari. Mereka
menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun sebuah
masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid  pertama yang dibangun
Nabi SAW sebagai pusat peribadatan. Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi
SAW. Sementara itu penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut perhitungan
mereka, berdasarkan perhitungan yang lazim ditempuh orang, seharusnya Nabi SAW sudah tiba
di Yatsrib. Oleh sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba,
menantikan dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan rombongan.

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka mengelu-
elukan kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan menyanyikan lagu Thala’
al-Badru, yang isinya: “Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wadâ’i (celah-celah bukit).
Kami wajib bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang yang diutus

3
kepada kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati. Setiap orang ingin agar
Nabi SAW. singgah dan menginap di rumahnya.”

Tetapi Nabi SAW hanya berkata,


“Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak hatinya.”
 
Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan
rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu Ayyub
sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di rumah Abu
Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah untuknya. Sejak saat
itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun Nabi (kota nabi). Orang sering pula
menyebutnya Madinatul al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah sinar Islam
memancar ke seluruh dunia.
 
B. Dakwah Rasulullah SAW. Periode Madinah
  Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi resmi menjadi  pemimpin
penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan  periode
Makkah, pada periode Madinah, Islam, merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad
mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala  Negara.
Dengan kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaan spiritual dan kekuasaan
duniawi. Kedudukannya sebagai Rasul secara otomatis merupakan kepala  Negara.
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari
semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah
SAW, tanggal 12 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran
Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam
yang terkandung dalam 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapun ajaran Islam
periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang yang
sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Anshar. Juga orang-orang yang belum

4
masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang
termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT bukan hanya untuk bangsa Arab, tetapi untuk
seluruh umat manusia di dunia, Allah SWT berfirman: Yang Artinya:

“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(QS. Al-Anbiyaa’, 21:107)

 Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam (umat
Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di Mekah
ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW dibantu
oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat
Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam  bertujuan
agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan
mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa  beriman dan beramal
saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat. Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang
luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk
Islam banyak yang masuk Islam dengan kemauan dan kesadaran sendiri. Namun tidak sedikit
pula orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-
halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Islam dan umatnya dari
muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah,
dan sekutu-sekutu mereka. Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana
firman-Nya dalam surah Al-Hajj ayat 39 dan Al-Baqarah ayat 190, maka kemudian Rasulullah
SAW dan para sahabatnya menyusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang
kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi.
 Artinya:
“Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena Sesungguhnya mereka
telah dianiaya. dan Sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu” (Q.S.
Al-Hajj, 22:39). Artinya:“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu,

5
(tetapi) janganlah kamu melampaui batas, Karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang melampaui batas.”(QS. Al-Baqarah, 2:190)

Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para  pengikutnya itu tidaklah
bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan  perang, tetapi bertujuan
untuk:
 Membela diri dan kehormatan umat Islam.
 Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang hendak
menganutnya.
 Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan
Romawi.
Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negara yang
merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan
memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga
keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan
mereka akan tersaingi. Oleh karena itu, bangsa Romawi dan bangsa Persia  bertekad untuk
menumpas dan menghancurkan umat Islam dan agamanya. Untuk menghadapi tekad bangsa
Romawi dan Persia tersebut, Rasulullah SAW dan para  pengikutnya tidak tinggal diam sehingga
terjadi peperangan antara umat Islam dan bangsa Romawi, yaitu diantaranya perang Mut’ah,
perang Tabuk, perang Badar, perang Uhud,perang Khandaq, perjanjian Hudaibiyah, perang
Hunain

C.     Perkembangan Madinah  setelah Kedatangan Nabi

Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan Negara baru, nabi segera meletakkan dasar-dasar
kehidupan bermasyarakat.

1. Mendirikan masjid

Setelah agama Islam datang, rasulullah bermaksud hendak mempersatukan suku-suku bangsa ini,
dengan jalan menyediakan suatu tempat pertemuan. Di tempat ini semua penduduk dapat

6
bertemu untuk mengerjakan ibadah dan pekerjaan-pekerjaan atau upacara-upacara lain. Maka
Nabi mendirikan masjid, dan diberi nama “Baitullah”

Di masjid ini kaum muslimin dapat bertemu mengerjakan ibadah, belajar mengadili perkara-
perkara, jual-beli, upacara-upacara lain. Kemudian ternyata bahwa banyak terjadi hiruk-pikuk
yang mengganggu orang-orang yang sedang sembahyang. Maka dibuatnyalah suatu tempat yang
khas untuk sembahyang, dan satu lagi khas untuk jual beli, tempat yang dibuat khas untuk
“masjid”. Masjid ini memegang peranan besar untuk mempersatukan kaum muslimin dan
mempertalikan jiwa mereka.

Tujuan Rasulullah mendirikan masjid adalah untuk mempersatukan umat manusia dalam satu
majlis, sehingga majlis ini umat islam bias bersama-sama melaksanakan shalat jama’ah secara
teratur, mengadili perkara-perkara dan bermusyawarah.

Masjid ini memegang peranan penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempererat
tali ukhuwah Islamiyah.

2. Mempersatukan dan Mempersaudarakan antara Kaum Anshar dan Muhajirin

Rasulullah telah memepertalikan keluarga-keluarga Islam yang terdiri dari Muhajirin dan
Anshar. Masing-masing keluarga mempunyai pertalian yang erat dengan keluarga-keluarga yang
banyak, karena ikatan persaudaraan yang diadakan rasulullah. Persaudaraan ini pada
permulaannya mempunyai kekuatan dan akibat sebagai yang dipunyai oleh persaudaraan nasab,
termasuk diantaranyahal pustaka, hal tolong-menolong dan lain-lain.

Dengan mengadakan persaudaraan seperti ini rasulullah telah menciptakan suatu persatuan yang
berdasarkan agama pengganti persaudaraan yang berdasar kesukaran seperti yang banyak terjadi
sebelunya.

3. Menjalin Hubungan Persahabatan antara Kaum Muslim dengan yang tidak beragama Islam

Nabi Muhammad SAW hendak menciptakan toleransi antar golongan yang ada di Madinah, oleh
karena itu Nabi membantu perjanjian antara kaum muslimin dengan non muslimin.

7
Menurut ibnu Hisyam, isi perjanjian tersebut atntara lain sebagai berikut:

1. Pengakuan atas hak pribadi keagamaan dan politik


2. Kebebasan beragama terjamin untuk sesame umat
3. Adalah kewajiban penduduk madinah, baik muslim maupun non muslim, dalam hal moril
maupun materil, mereka harus bahu membahu menangkis semua serangan terhadap kota
mereka (Madinah)

Rasulullah adalah pemimpin bagi penduduk madinah kepada beliaulah dibawa segala perkara
dan perselisihan yang besar untuk diselesaikan.

4. Meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi dan social untuk masyarakat baru

Karena masyarakat islam itu telah terwujud, maka menjadi suatu keharusan islam untuk
menentukan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat yang baru teòwujud itu. Sebab itu ayat-ayat
Al-Qur’an yang diturunkan dalam periode ini terutama ditujukan kepada pembiaan hokum. Ayat-
ayat yang diturunkan itu diberi penjelasan oleh Rasulullah. Mana-mana yang belum jelan dan
belum terperinci dijelaskan oleh Rasulullah dengan perbuatan-perbuatan beliau.

Maka timbullah dari satu buah sumber yang menjadi pokok hokum ini (Al Qur’an dan Hadits).
Satu sistem yang amat indah untuk bidang politik, yaitu sistem bermusyawarah.

Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad mengadakan ikatan perjanjian
dengan Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang. Sebuah
piagam yang menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai suatu komunitas yang
dikeluarkan. Setiap golongan masyarakat yang memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan
keagamaa. Kemerdekaan beragama dijamin, dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban
mempertahankan negeridari serangan luar.

Dalam perjajian itu disebutkan bahwa rasulullah menjadi kepala pemerintahan karena
menyangkut peraturan dan tat tertib umum, otoritas mutlak diberikan pada beliau. Dalam bidang
sodial, dia juga meletakkan dasar persamaan antara sesame manusia perjanjian inin, dalam

8
pandangan ketatanegaraan sekarang, sering disebut dengan konstitusi madinah ( piagam
madinah).

Diantaranya isi piagam madinah adalah :

1. Mereka adalah satu kesatuan masyarakat (ummah) yang mandiri berbeda dengan yang
lain.
2. Muhajirin quraisy, seperti kelaziman mereka masa lalu, bersama –sama ( secara
kelompok) membayar diyat di kalangan mereka sendiri, dan mereka  ( sebagai satu
kelompok) menerima uang tebusan atau (tawanan) mereka, (ini harus dilaksanakan
dengan benar dan adil diantara mukminin.
3. Mukmin tidak diperkenankan menyingkirkan arang yang berhutang tapi harus
memberinya  (bantuan) menurut kewajaran, baik untuk membayar tebusan maupun untuk
membayar diyat.
4. Seorangmukmin tidak diperkenankan membunuh seseorang mukmin untuk kepentingan
kafir,dan tidak diperkenankan juga berpihak kepada dalam sengketa dengan seorang
mukmin.
5. Siapa saja yahudi yang mau bergabung berhak mendapatkan bantuan dan persamaan
(hak).  Dia tidak boleh diperlakukan secara buruk dan tidak boleh pula memberikan
bantuan kepada musuh-musuh mereka.

D. Peperangan yang terjadi pada saat periode madinah

a. Perang badar

            Perang badar, perang antara kaum muslimin dengan kaum musyrik Quraisy. Pada
tranggal 8 Ramadhan tahun 2 hijriyah, Nabi bersama 305 orang muslim bergerak keluar kira
membawa perlengkpan yang sederhana. Di daerahBadar, kurang lebih 120 kilometer dari
madinah, pasukan Nabi bertemu dengan pasukan quraisy yang berjumlah 900 sampai 100 orang.
Nabi sendiri yang memegang komando. Dalam perang ini kaum muslimin keluar sebagai
pemenang.

9
b. Perang uhud

            Bagi kaum quraisy mekkah, kekalahan mereka dalam perang badar merupakan pukulan
berat. Mereka bersumpah akan membalas dendam. Pada tahun 3H, mereka berangkat menuju
madinah membawa tidak kurang 3000 pasukan berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda di
bawah pimpinan Khalid bin walid, 700 orang diantara mereka memakai baju besi. Nabi
Muahammad menyongsong kedatang mereka dengan pasukan sekitar seribu menyosong 
kedatang mereka denga 300 orang yahudi membelot dan kembali dan kembali ke madinah.
Beberapa kilo meter dari kota madinah tepatnya di bukit Uhud, kedua pasukanbertemu, perang
dahsyat pun berkobar.

c. Perang khandaq

            Masyarakat yahudi yang mengungsi ke khaibar itu kemudian mengadakan kontak denga
mayarakat mekkah untuk menyusun kekuatan bersama guna menyerang madinah. Mereka
membentuk pasukan gabungan beberapa suku arab lain. Mereka bergerak menuju madinah pada
tahun 5H. atas usul salman Al-farisi, Nabi memerintahkan umat islam menggali parit untuk
pertahanan. Setelah tentara sekutu tiba, mereka tertahan oleh parit itu, namun, mereka
mengepung madinah dengan mendirikan kemah-kemah di luar parit hamper sebulan lamanya.
Perang ini disebut perang ahzab ( sekutu beberapa sekutu) atau perang khandaq (parit).
Dalam suasana kritis itu, orang-orang yahudi Bani Quraizha di bawah pimpinan ka’ab Bin As’ad
berkhianat. Hal ini membuat umat islam makin terjepit. Setelah sebulan pengepungan, angin dan
badai turun amat kencang, menghantam dan menerbangkan kemah-kemah dan seluruh tentara
sekutu. Mereka terpaksa menghentikan pengepungan dan kembali  ke negeri masing-masing
tanpa hasil apapun. Sementara itu, penghianatan-penghianatan yahudi Bani quraizha dijatuhi
hukuman berat, hukuman mati.

d. Perjanjian Hudaibiyah

Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin sudah merindukan ibadah     haji. Pada tahun ke 6
H, Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin berangkat ke Makkah. Jumlah mereka sebanyak
1000 orang, untuk menghilangkan praduga jelek dari kaum kafir Quraisy, umat islam berpakaian

10
ihram dan menuntuk ternak untuk di sembelih pada hari Tasrik di Mina. Untuk sekedar menjaga
diri, mereka membawa pedang yang disarungkan.

Ketika sampai di suatu tempat yang bernama Hudaibiyah, Nabi Muhammad SAW berhenti.
Beliau mengutus Usman bin Affan kepada orang-orang kafir Quraisy untuk menjelaskan tujuan
kaum muslimin ke Makkah, yaitu untuk beribadah haji dan menengok saudara-saudaranya.
Namun Usman di tahan oleh orang kafir Quraisy dan terdengar berita bahwa dia dibunuh.
Ternyata berita itu tidak benar, Usman datang dan berhasil memberi penjelasan kepada orang-
orang kafir Quraisy.

Tidak lama kemudian, utusan kafir Quraisy yang bernama Suhail bin Amr datang. Dalam
pertemuan itu disepakati perjanjian antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy. Perjanjian itu
di sebut perjanjian Hudaibiyah. Adapun isinya adalah sebagai berikut:

1. Umat islam tidak diperbolehkan menjalankan Umrah tahun ini. Tahun depan baru
diperbolehkan. Umat islam tidak boleh berada dimekah lebih dari 3 hari.
2. Keduanya tidak saling menyerang selama 10 tahun.
3. Orang Islam yang lari ke Makkah (murtad) diperbolehkan, sedangkan orang kafir
(mekah) yang lari ke Madinah (masuk islam) harus ditolak.
4. Suku Arab yang lain bebas memilih ikut ke Madinah atau ke Makkah.

Kelihatannya perjanjian ini merugikan kaum musllimin, tetapi hikmahnya sangat besar. Masa 10
tahun dapat dimanfaatkan untuk berdakwah dengan bebas tapa hawatir ada gangguan dari kaum
kafir Quraisy. Dalam masa 2 tahun saja pengikut Nabi Muhammad SAW sudah bertambah
menjadi banyak.

E. Fathu Mekkah

Sekitar 10 ribu pasukan bergerak dari Madinah menuju Makkah. Pasukan yang dipimpin
Baginda Nabi Muhammad shalallahu alahi wassalam itu datang untuk membebaskan Kota
Makkah.

Peristiwa yang dikenal sebagai pembebasan Makkah atau Fathu Makkah itu terjadi pada 10

11
Ramadhan 8 Hijriyah (630 M). Saat itu Umat Islam mengambil alih Makkah dari kafir Quraisy
tanpa ada perlawanan dan perang. Tak ada pertumpahan darah dalam peristiwa itu. Ka’bah dan
sekitarnya di Masjidil Haram disucikan dari berhala sembahan kafir Quraisy.

Pembebasan Makkah terjadi lantaran pengkhianatan kafir Quraisy di Makkah dengan umat Islam
di Madinah. Pada tahun 628 M, Quraisy dan Muslim dari Madinah menandatangani Perjanjian
Hudaybiyah. Di antara poin Perjanjian Hudaybiyah adalah siapa yang ingin bergabung menjadi
sekutu kaum Muslimin, maka ia bisa bergabung. Begitu juga jika ada yang ingin bergabung
dengan Quraisy, maka dipersilakan menjadi sekutu mereka. Kemudian Bani Khuza'ah di Makkah
menjadi sekutu Rasulullah, sedangkan musuh mereka, bani Bakr bergabung dengan kafir
Quraisy.
Sejak dulu, perang dan sengketa selalu terjadi antara dua kabilah ini. Perjanjian damai ini
dimanfaatkan bani Bakr untuk membalas dendam terhadap orang-orang Khuza’ah. Namun
setelah 10 tahun gencatan senjata, Quraisy membantu sekutunya, Bani Bakr, menyerang Bani
Khuza’ah. Mereka melakukan penyerangan mendadak di malam hari dan membunuh orang-
orang Khuza’ah.

Kabar pengkhianatan Quraisy tersebut sampai kepada Rasulullah di Madinah. Mereka mengirim
Abu Sufyan ke Madinah untuk memperbarui perjanjian mereka dengan kaum Muslimin. Namun
Rasulullah menolak, dan memerintahkan kaum muslimin untuk menyiapkan pasukan menuju
Makkah.

Rasulullah membawa pasukan Muslim sebanyak 10 ribu orang dan bermaksud untuk
menaklukkan Kota Makkah dan menyatukan para penduduk kota Makkah dan Madinah.
Penguasa Makkah yang tidak memiliki pertahanan yang memadai kemudian setuju untuk
menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan.

Kemudian Rasulullah dan para sahabatnya masuk ke dalam Masjid al-Haram. Beliau pun
mencium Hajar Aswad. Saat itu kondisi Ka’bah begitu mengenaskan, dengan sekitar 360 berhala
di sekelilingnya.

12
Rasulullah SAW menghancurkan berhala- berhala tersebut dan membaca firman Allah SWT:

"Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah
sesuatu yang pasti lenyap.” (Qs. Al-Isra’: 81)

“Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan
mengulangi.” (Qs. Saba’: 49).

Setelah berhala-berhala tersebut hancur lebur, Rasulullah melaksanakan tawaf. Kemudian


Rasulullah meminta Utsman bin Thalhah agar membuka Ka’bah, lalu beliau memasukinya.

Rasulullah kemudian menghapus gambar-gambar di dalamnya, menghancurkan berhala-berhala,


dan melaksanakan shalat di dalam Ka’bah. Setelah itu Rasulullah keluar menjumpai kerumunan
orang-orang Quraisy yang menunggu putusan beliau.

Dengan berpegang kepada pintu Ka’bah, beliau bersabda:

"Wahai orang Quraisy, sesungguhnya Allah telah menghilangkan kesombongan jahiliyah dan
pengagungan terhadap nenek moyang. Manusia dari Adam dan Adam dari tanah,"

“Wahai orang Quraisy, apa yang kalian bayangkan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap
kalian?”

Mereka pun menjawab, “Saudara yang mulia, anak dari saudara yang mulia.”

Beliau bersabda, "Aku sampaikan kepada kalian sebagaimana perkataan Yusuf kepada
saudaranya:

'Pada hari ini tidak ada cercaan atas kalian. Allah mengampuni kalian. Dia Maha penyayang.'
Pergilah kalian! Sesungguhnya kalian telah bebas!" (as-Sirah an-Nabawiyah oleh Ibnu Hisyam,
5/74).

13
Rasulullah SAW memaafkan banyak orang yang telah menyakiti beliau, kecuali 9 orang tokoh
mereka. Beliau memerintahkan agar kesembilan orang tersebut dihukum mati apabila ditemukan,
walaupun mereka berlindung di balik tirai Ka’bah.

Setelah itu beliau mengembalikan kunci Ka’bah kepada Utsman bin Thalhah. Lalu beliau
perintahkan Bilal naik ke atas Ka’bah untuk mengumandangkan azan.

Pada tahun berikutnya saat memimpin Makkah, Rasulullah SAW telah berhasil mempersatukan
Makkah dan Madinah. Rasulullah juga berhasil menyebarluaskan Islam lebih luas lagi hingga ke
seluruh Jazirah Arab.

F. Haji Wada’

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat dari Madinah menuju Mekah saat bulan Dzul
Qa’dah tersisa empat hari lagi. Beliau berangkat setelah menunaikan shalat zuhur dan sampai di
Dzil Hulaifah sebelum ashar. Di tempat itu, beliau menunaikan shalat ashar dengan qashar,
kemudian mengenakan pakaian ihram.

Setelah menempuh delapan hari perjalanan, sampailah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
di tanah kelahirannya, tanah suci Mekah al-Mukaramah. Beliau berthawaf di Ka’bah, setelah itu
sa’i antara Shafa dan Marwa.

Pada tanggal 8 Dzul Hijjah 10 H, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat menuju Mina.
Beliau shalat zuhur, ashar, maghrib, dan isya di sana. Kemudian bermalam di Mina dan
menunaikan shalat subuh juga di tempat itu.

Setelah matahari terbit, beliau berangkat menuju Arafah. Setelah matahari mulai bergeser,
condong ke Barat, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai memberikan khotbah. Dan tempat
dimana beliau berkhothbah, dibangun sebuah masjid pada pertengahan abad ke-2 H oleh
penguasa Abbasiyah dan diberi nama masjid Namirah. Di akhir khotbahnya, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

14
Kalian akan ditanya tentangku, apakah yang akan kalian katakan? Jawab parahabat: kami
bersaksi bahwa sesungguhnya engkau talah menyampaikan (risalah), telah menunaikan (amanah)
dan telah menasehati. Maka ia berkata dengan mengangkat jari telunjuk kearah langit, lalu ia
balikkan ke manusia: Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah, sebanyak 3x” (HR. Muslim).

Setelah beliau berkhotbah, Allah Ta’ala menurunkan ayat:

“…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3).

Pada saat turun ayat tersebut, Umar bin Khattab pun menangis. Lalu ditanyakan kepadanya,
“Apa yang menyebabkanmu menangis?”

Umar menjawab, “Sesungguhnya tidak ada setelah kesempurnaan kecuali kekurangan.”

Dari ayat tersebut, Umar merasakan bahwa ajal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dekat.
Apabila syariat telah sempurna, amak wahyu pun akan terputus. Jika wahyu telah terputus, maka
tiba saatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke haribaan Rabnya Jalla wa ‘Ala.
Dan itulah kekurangan yang dimaksud Umar, yakni kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam.

Dari sini juga kita mengetahui keagungan Kota Mekah; di sanalah syariat yang suci ini dimulai
dan di sana pula syariat disempurnakan.

Dalam kesempatan lainnya, -di Mina- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali berkhotbah:

“Sesungguhnya setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan
bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga

15
bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah)
Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya’ban.” (HR. Bukhari).

Kemudian beliau bersabda, “Bulan apa ini?” Kami (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-
Nya yang lebih mengetahui.” Beliau diam sampai-sampai kami mengira beliau akan mengganti
nama bulan ini.

Lalu beliau kembali bersabda, “Bukankah ini bulan Dzul Hijjah?” Para sahabat menjawab,
“Betul.”

Beliau melanjutkan, “Negeri apa ini?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui.” Beliau kembali diam sampai-sampai kami mengira beliau akan mengganti nama
tempat ini.

Lalu beliau bersabda, “Bukankah ini negeri al-haram?” Kami menjawab, “Iya, ini tanah haram.”

Beliau melanjutkan, “Lalu, hari apa ini?” Kami menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih
mengetahui.” Beliau kembali diam sampai-sampai kami mengira beliau akan mengganti nama
hari ini.Lalu beliau bersabda, “Bukankah ini hari nahr (menyembelih kurban)?” Kami menjawab,
“Iya, ini hari nahr.”

Kemudian beliau bersabda, “Sesungguhnya darah dan harta kalian haram seperti sucinya hari
kalian ini di negeri kalian ini dan di bulan kalian ini sampai hari dimana kalian berjumpa dengan
Rabb kalian. Bukankah aku telah menyampaikan?”

Para sahabat menjawab, “Iya, Anda telah menyampaikan.”

“Maka, hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, karena terkadang
yang disampaikan lebih mengerti dari yang mendengar langsung. Janganlah kalian kembali kufur
sepeninggalanku, sebagian kalian saling membunuh sebagaian lainnya.”

Setelah khotbah ini, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mencukur rambutnya kemudian
menunggangi kendaraannya berangkat menuju Mekah untuk melakukan thawaf ifadhah dan

16
shalat zuhur di Mekah. Di sana beliau meminum air zamzam. Setelah itu, kembali lagi ke Mina
dan bermalam di sana.

Pada tanggal 11 Dzul Hijjah, saat matahari mulai tergelincir ke barat, beliau menuju jamarat
untuk melempar jumrah. Dan di sana beliau kembali berkhotbah. Diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dari Abi Nadhrah, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Ingatlah bahwa Rabb kalian itu satu, dan bapak kalian juga satu. Dan ingatlah, tidak ada
kelebihan bagi orang Arab atas orang ajam (non-Arab), tidak pula orang ajam atas orang Arab,
tidak pula orang berkulit merah atas orang berkulit hitam, dan tidak pula orang berkulit hitam di
atas orang berkulit merah; kecuali atas dasar ketakwaan.”Kemudian beliau bertanya, “Bukankah
aku telah menyampaikan?” Para sahabat menjawab, “Rasulullah telah menyampaikan.”

Setelah itu beliau mengingatkan kembali tentang haramnya mengganggu harta, menumpahkan
darah, dan menciderai kehormatan. Lalu memerintahkan para sahabat untuk menyampaikannya
kepada yang tidak hadir.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menetap di Mina di hari tasyrik yang ke-3. Setelah itu
menuju ke Mekah untuk melaksanakan thawaf wada’. Kemudian beliau langsung berangkat
menuju Madinah. Dan berakhirlah prosesi haji yang beliau lakukan.

Wafatnya Rasulullah SAW

Sakit beliau sudah semakin keras. Panas tubuhnya meninggi hingga ketika istri-istri dan
tamu-tamu yang datang menjenguknya meletakkan tangan diatas selimut yang dipakainya,
mereka dapat merasakan panas karena demam yang sangat meletihkannya. Dan Fatimah
puterinya, setiap hari datang menengok. Ia sangat mencintai puterinya itu, cinta seorang ayah
kepada anak yang hanya tinggal satu-satunya sebagai keturunan. Apabila ia datang menemui
Nabi, ia menyambutnya dan menciumnya, lalu didudukkannya di tempat ia duduk. Tetapi setelah
sakitnya demikian payah, puterinya itu datang menemuinya dan mencium ayahnya.

“Selamat datang, puteriku,” katanya. Lalu didudukkannya ia disampingnya. Ada kata-kata yang
dibisikkannya ketika itu, Fatimah lalu menangis. Kemudian dibisikkannya kata-kata lain Fatimah

17
pun jadi tertawa. Bila hal itu oleh Aisyah ditanyakan, ia menjawab: “Sebenarnya saya tidak
akan membuka rahasia Rasulullah Saw.

Tetapi setelah Rasul wafat, ia mengatakan, bahwa ayahnya membisikkan kepadanya, bahwa ia
akan meninggal oleh sakitnya sekali ini. Itu sebabnya Fatimah menangis. Kemudian
dibisikkannya lagi, bahwa puterinya itulah dari keluarganya yang pertama kali akan menyusul.
Itu sebabnya ia tertawa. Karena panas demam yang tinggi itu, sebuah bejana berisi air dingin
diletakkan disampingnya. Sekali-sekali ia meletakkan tangan ke dalam air itu lalu
mengusapkannya ke muka. Begitu tingginya suhu panas demam itu, kadang ia sampai tak
sadarkan diri. Kemudian ia sadar kembali dengan keadaan yang sudah sangat payah sekali.
Karena perasaan sedih yang menyayat hati, pada suatu hari Fatimah berkata mengenai
penderitaan ayahnya itu:

“Alangkah beratnya penderitaan ayah!”

“Tidak. Takkan ada lagi penderitaan ayahmu sesudah hari ini,” jawabnya.

Maksudnya ia akan meninggalkan dunia ini, dunia duka dan penderitaan.

Bermaksud meringankan penderitaan Nabi itu, suatu hari para sahabat mengingatkan pada
nasihat-nasihat beliau sendiri bahwa sebaiknya orang sakit itu jangan banyak mengeluh. Beliau
menjawab bahwa apa yang dialaminya itu lebih dari yang harus dipikul oleh dua orang.
Kemudian, dalam keadaan sakit keras dan didalam rumahnya banyak orang, beliau berkata,
“Bawakan alat tulis dan shuhuf, karena aku hendak meminta tuliskan surat buat kalian, agar
sesudah itu kalian tidak akan lagi pernah sesat”.

Diantara yang hadir, ada yang berkata bahwa sakit Rasulullah sudah agak gawat, sedangkan
disisi kalian sudah ada Al-Qur’an maka sudah cukuplah dengan Kitabullah itu.

Karena pekerjaan beliau telah hampir berakhir, Rasulullah Muhammad Saw berumur 63 tahun
berniat untuk melakukan Haji Wada’ (Haji Perpisahan) ke Makkah. Pada tanggal 25 Zulqaedah
tahun ke 10 Hijriah (632 M) beliau meninggalkan Madinah menuju Mekkah dan kaum muslimin
yang ikut mengerjakan ibadah haji kira-kira 100.000 orang.

18
Sebelum rasulullah Muhammah Saw menyelesaikan ibadah haji, beliau menyampaikan khotbah
perpisahan yang berisi aturan terhadap berbagai urusan umat di hadapan kaum muslimin di bukit
‘Arafah pada tanggal 8 Zilhijjah (7 Maret 632 M). Selain itu Allah Swt juga menurunkan wahyu-
Nya.

Artinya: “Pada hari ini telah Ku sempurnakan  buat kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan
nikmat Ku bagimu, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu…”. (Qs. Al Maidah: 3)

Selesai menunaikan ibadah haji, Rasulullah Saw kembali ke Madinah. Kira-kira tiga bulan
sesudah menunaikan ibadah Haji Wada itu, Rasulullah Saw demam beberapa hari, sehingga tidak
bisa menjadi imam shalat jama’ah. Oleh karena itu, disuruhlah Abu Bakar untuk menggantikan
beliau menjadi imam. Kemudian dimintanya supaya semua pintu yang menuju ke mesjid ditutup,
kecuali pintu yang ke tempat Abu Bakr. Setelah semua pintu ditutup, katanya lagi:

“Aku belum tahu ada orang yang lebih bermurah hati dalam bersahabat dengan aku seperti dia.
Kalau ada dari hamba Allah yang akan kuambil sebagai khalil (teman kesayangan) maka Abu
Bakrlah khalilku. Tetapi persahabatan dan persaudaraan ialah dalam iman, sampai tiba
saatnya Tuhan mempertemukan kita.”

Bilamana Muhammad turun dari mimbar, sedianya akan kembali pulang ke rumah Aisyah, tapi
ia lalu menoleh kepada orang banyak itu dan kemudian katanya: “Saudara-saudara Muhajirin,
jagalah kaum Anshar itu baik-baik; sebab selama orang bertambah banyak, orang-orang
Anshar akan seperti itu juga keadaannya, tidak bertambah. Mereka itu orang-orang tempat aku
menyimpan rahasiaku dan yang telah memberi perlindungan kepadaku. Hendaklah kamu
berbuat baik atas kebaikan mereka itu dan maafkanlah kesalahan mereka.” Ia kembali ke rumah
Aisyah.

Tetapi energi yang digunakannya selama ia dalam keadaan sakit itu, telah membuat sakitnya
terasa lebih berat lagi. Sungguh suatu pekerjaan berat, terutama buat orang yang sedang
menderita demam, ia keluar juga setelah disirami tujuh kirbat air; ia keluar dengan membawa
beban pikiran yang sangat berat: Pasukan Usama, nasib Anshar kemudian hari, nasib orang-
orang Arab yang kini telah dipersatukan oleh agama baru itu dengan persatuan yang sangat kuat.
Itu pula sebabnya, tatkala keesokan harinya ia berusaha hendak bangun memimpin sembahyang

19
seperti biasanya, ternyata ia sudah tidak kuat lagi. Ketika itulah ia berkata: “Suruh Abu Bakr
memimpin orang-orang sembahyang.”

Pada hari Senin, 12 Rabi’ul awwal tahun 11 Hijriyah (8 Juni 632 M) Rasulullah Saw meninggal
dunia pada usia 63 tahun. selama 23 tahun, sejak diangkat sebagai rasul Allah, beliah telah
banyak berjuang untuk menegakkan ama Allah, menunaikan amanah dan menasehati umatnya.

Menjelang wafat, Nabi Muhammad Saw menanyakan kepada Aisyah. Apakah seluruh harta
beliau yang berupa (enam keping Dinar) sudah disedekahkan semuanya dan setelah mendapat
jawaban “belum” beliau bersabda: Apa jadinya Muhammad di hadapan Tuhannya seandainya ia
bertemu dengan Allah sementara keping-keping emas itu masih ada padanya” Setelah itu beliau
menginfakkan dan pada hari itu juga beliau wafat. (HR. Ibnu Hibban)

Dengan peristiwa itu kaum Muslimin yang sedang berada dalam mesjid sangat terkejut
sekali, sebab ketika paginya mereka melihat Nabi dari segalanya menunjukkan, bahwa ia sudah
sembuh. Setelah mengetahui hal itu cepat-cepat Umar ke tempat jenazah disemayamkan. Ia tidak
percaya bahwa Rasulullah sudah wafat. Ketika dia datang, dibukanya tutup mukanya. Ternyata
ia sudah tidak bergerak lagi. Umar menduga bahwa Nabi sedang pingsan. Jadi tentu akan siuman
lagi. Dalam hal ini sia-sia saja, Mughira hendak meyakinkan Umar atas kenyataan yang pahit ini.
Ia tetap berkeyakinan, bahwa Muhammad tidak mati.

20
III. PENUTUP
Kesimpulan

1.      Periode madinah bisa dibagi menjadi beberapa tahapan antara lain tahapan masa yang banyak
diwarnai guncangan dan cobaan, Tahapan masa perdamaian dengan para pemimpin paganisme,
dan Tahapan masa masuknya manusia kedalam islam secara berbondong-bondong, yaitu masa
datangnya para utusan dari berbagai kabilah dan kaum ke madinah. Masa ini membentang
hingga wafatnya Rasulullah SAW pada bulan Rabiul awwal tahun ke-11 dari hijrah.
2.      Dalam membentuk Negara madinah Rasulullah SAW melakukan beberapa tahapan antara lain,
mendirikan Masjid, Mempersadarakan antara Anshar dan Muhajirin, mengadakan Perjanjian
bantu membantu sesama kaum Muslimin dan Bukan Muslimin, dan meletakkan dasar-dasar
politik ekonomi dan social untuk masyarakat baru.

21
3.      Banyak sekali peperangan yang dihadapi beliau dalam berdakwah seperti perang badr, perang
uhud dan sebagainya. Dengan jalan peperangan beliau mampu membangun semangat juang para
umat muslim untuk mempertahankan dan mengembangkan umat islam.
4.      Dengan meninggalnya Rasulullah maka berakhir pula perjuangan umat islam pada masa
Rasulullah. Dengan begitu diangkatlah Abu Bakar sebagai Khalifah pertama yang menggantikan
Nabi Muhammad SAW dalam meneruskan menegakkan agama islam.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Mubarakfury, Syaikh Shafiyyur Rahman, 2007, Sirah Nabawiyah, Jakarta, Darus


Salam,Riyadh.
Prof. Dr. Imam Fu’adi, M.Ag, 2011, Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta, Penerbit Teras
Prof. Dr. A. Syalabi, 2003 Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta, PT. Pustaka Al Husna Baru
Fatah Syukur NC, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT. Pustaka Rizki Putra)
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam I,(Jakarta: PT Husna Zikra, 2000)
Fatah Syukur NC, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT. Pustaka Rizki Putra)
Badri Yatim, Sejarah PeradabAn Islam Diracah Islamiyah, (Jakarta : PT. Raja Grafind Persada, 2003)

22
 

23

Anda mungkin juga menyukai