A. DEFINISI
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smeltzer & Bare, 2010). International
Association for Study of Pain (IASP) menyatakan nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan
jaringan yang nyata, berpotensi rusak, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri (Pain) adalah kondisi perasaan yang tidak menyenagkan. Sifatnya sangat subjektif
karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala ataupun tingkatannya dan
hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa nyeri yang dialaminya
(Hidayat, 2008).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosinal yang muncul secara actual
atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan. Serangan yang tiba-
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi (NANDA, 2015). Nyeri kronis serangan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3
bulan (NANDA, 2012).
B. KARAKTERISTIK
Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis
Pengalaman Baru pertama kali atau Muncul berulang-ulang, telah
sebelumnya sudah pernah lama dirasakan
Sumber Eksternal atau penyakit. Nyeri sukar ditentukan, nteri
Cidera ringan sudah lebih dalam. Penyakit
lanjutan
a. Edema Pulmo
b. Kejang
c. Masalah mobilisasi
d. Hipertensi
e. Hipertermi
f. Gangguan pola tidur dan istirahat
F. PENGKAJIAN
1. Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi :
a. Tingkat nyeri, nyeri dalam atau superficial
b. Posisi atau lokasi nyeri
Nyeri superfisial biasanya dapat secara akurat ditunjukkan oleh klien, sedangkan nyeri
yang timbul dari bagian dalam (visceral) lebih dirasakan secara umum. Nyeri dapat pula
dijelaskan menjadi empat kategori yang berhubungan dengan lokasi :
- Nyeri terlokalisir : nyeri dapat jelas terlihat pada area asalnya.
- Nyeri Terproyeksi : nyeri sepanjang saraf atau serabut saraf spesifik.
- Nyeri Radiasi : penyebaran nyeri sepanjang area asal yang tidak dapat dilokalisir.
- Reffered Pain (Nyeri alih) : nyeri dipersepsikan pada area yang jauh dari area rangsang
nyeri.
2. Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan. Perubahan dari intensitas
nyeri dapat menandakan adanya perubahan kondisi patologis dari klien.
3. Waktu dan Lama (Time & Duration)
Perawat perlu mengetahui/mencatat kapan nyeri mulai timbul, berapa lama, bagaimana
timbulnya, interval tanpa nyeri dan kapan nyeri terakhir timbul.
4. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dari nyeri. Anjurkan pasien
menggunakan bahasa yang dia ketahui: nyeri kepala mungkin dikatakan “ada yang
membentur kepalanya”, nyeri abdominal dikatakan “seperti teriris pisau”.
5. Skala nyeri
Beberapa contoh alat pengukur nyeri :
Anak-anak
Dewasa
Skala intensitas nyeri deskriptif
Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan
lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.
7-9 : Nyeri berat, secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi
masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan
distraksi.
10 : Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berinteraksi dengan orang lain.
6. Perilaku Non Verbal
Beberapa perilaku nonverbal yang dapat kita amati antara lain : ekspresi wajah, gemeretak
gigi, menggigit bibir bawah dan lain-lain.
7. Faktor Presipitasi
Beberapa faktor presipitasi yang akan meningkatkan nyeri : lingkungan, suhu ekstrim,
kegiatan yang tiba-tiba, stressor fisik dan emosi.
H. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
No Tujuan (NIC) Intervensi (NIC)
Simple massage
1. Pilih area tubuh untuk
dilakukan pemijatan
2. Hindari terlalu banyak
percakapan selama pemijata
kecuali menggunakan
teknin distraksi
3. Dorong klien menarik nafas
dalam dan relaks selama
pemijatan
4. Gunakan minyak saat
pemijatan
Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung, dan Stroke.
Yogyakarta: Dianloka Pustaka.
Alimul, Hidayat A.A. (2008). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Bare BG., Smeltzer SC. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Hal: 45-47
Elizabeth.J.Corwin. (2009). Buku Saku : Patofisiologi. Ed.3. EGC : Jakarta.
Kushariyadi. (2010). Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba medika.
Marion Johnson, dkk. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. Mosby.
Mc. Closkey dan Buleccheck. (2009). Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
Mosby.
Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda, 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Buku Kedokteran: EGC.
Nanda Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:
EGC.
Price,Sylvia Anderson. (2008). Patofisiologi;Konsep klinis proses-proses penyakti.Jakarta;EGC,2008
Udjianti, W.J. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Wahdah, N. (2011). Menaklukan Hipertensi dan Diabetes (Mendeteksi,Mencegah, dan
Mengobati dengan Cara Medis dan Herbal). Yogyakarta: CV. Multi Solusindo.
Yogiantoro, M. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V jilid II.