Anda di halaman 1dari 19

PERGERAKAN NASIONAL DIINDONESIA

Organisasi-Organisasi dan Tokoh-Tokoh Pergerakan Nasional

1. BUDI UTOMO

Pada tahun 1906 di Yogyakarta dr. Wahidin Sudirohusodo mempunyai


gagasan untuk mendirikan studiefonds atau dana pelajar. Tujuannya adalah
mengumpulkan dana untuk membiayaai pemuda-pemuda bumi putra yang
pandai, tetapi miskin agar dapat memneruskan ke sekolah yang lebih tinggi.
Untukmewujudkan gagasan nya tersebut, beliau mengadakan perjalanan keliling
jawa Ketika sampai di Jakarta, dr. Wahidin Sudirohusodo bertemu
denganmahasiswa-mahasiswa STOVIA. STOVIA adalah sekolah untuk mendidik
dokte-dokter pribumi. Mahasiswa-mahasiswa tersebut antara lain Sutomo, Cipto
Mangunkusumo, Gunawan Mangunkusumo, Suraji, dan Gumbrek. Dr. Wahidin
Sudirohusodo memberikan dorongan kepada mereka agar membentuk suatu
organisasi. Dorongan tersebut mendapat sambutan baik dari para mahasiswa
STOVIA.Pada tanggal 20 Mei 1908 bertempat di Gedung STOVIA.Para mahasiswa
STOVIA mendirikan organisasi yang diberi nama Budi Utomo.Budi Utomo artinya
budi yang utama. Tanggal berdirinya Budi Utomo yaitu 20 Mei dijadikan sebagai
Hari Kebangkitan Nasional. Tidak hanya dihadiri oleh siswa STOVIA namun dari
sekolah lain seperti sekolah pertanian dan kehewanan di Bogor, serta sekolang
pamong praja di Magelang dan Probolinggo. Meski para pelopor Budi Utomo
tampak lebih progresif dalam pemikiran dibandingkan Dr. Wahidin, namun
sentimen Jawa dan non-Jawa masih tak bisa lepas dari Budi Utomo. Maka tak
heran apabila murid-murid STOVIA tersebut tampak enggan untuk mengundang
orang non Jawa sebagai anggota mereka.

Goenawan Mangunkusumo, salah seorang penggerak Budi Utomo kala itu


menyatakan,“Dengan orang-orang Sumatera, Menado, Ambon dan banyak lagi
lainnya yang diam di Hindia, dan hidup dibawah naungan bendera Belanda, kami
tidak berani mengajak bekerja sama…”. Meski Goenawan juga menyebut
penolakan terhadap orang-orang Prbumi Kristen, karena mereka diistimewakan,
namun tampaknya sentiment kedaerahan masih mewarnai pandangannya,
“Dengan demikian kita membatasi kegiatan kita dari kalangan luar. Karena sudah
menjadi konsep budaya. Di dalam konsep budaya inilah kita mencari unsure-
unsur yang membentuk suatu rakyat. Suatu bangsa.

Elemen yang bersuara untuk persatuan Hindia bukannya tidak ada, namun
minoritas. Diwakili oleh Tjipto Mangoennkoesoemo. Tjipto adalah penganjur
pendidikan untuk seluruh warga Hindia Belanda. Tjipto dengan keras pula
mencela seni dan sejarah Jawa, serta bangsawan Jawa. Hasrat ingin membawa
Budi Utomo ke arah politik ‘radikal’ yang menjadikan Hindia tanah merdeka jelas
berseberangan dengan Budi Utomo yang cenderung menjauhi politik dan hanya
berkutat di pendidikan dan kebudayaan. Maka jelas, jalan Tjipto bukanlah di Budi
Utomo. Sehingga ia pun akhirnya mengundurkan diri dari Budi Utomo. Haluan
Budi Utomo, menurut soewarno, seorang tokoh Budi Utomo, menyatakan bahwa
Budi Utomo menjadi pelopor bagi Algemeen Javaansche Bond atau Persatuan
Seluruh Jawa. Namun tugas pokok Budi Utomo adalah untuk “merintis jalan bagi
perkembangan yang harmonis bagi negeri dan bangsa Hindia Belanda.”
Kecondongan, jika tak ingin disebut pemujaan, Budi Utomo pada Jawa
memang akhirnya yang mengurung organisasi itu sendiri, sehingga tak berkiprah
luas. Dalam Anggaran Dasar yang ditetapkan, Budi Utomo menyebutkan bahwa
tujuan organisasi adalah untuk “…menggalang kerjasama guna memajukan tanah
dan bangsa Jawa dan Madura secara harmonis.” Budi Utomo memang tidak
pernah ‘berniat’ untuk memperluas organisasinya pada daerah lain yang bukan
dibawah pengaruh kebudayaan Jawa. Meskipun sejak 1909 cabang-cabang dibuka
di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Ambon, namun keanggotaan dibatasi
pada personil militer yang berasal dari Jawa, atau untuk imigran Jawa yang telah
bermukim di sana. Hal ini disebabkan karena dalam syarat untuk menjadi anggota
Budi Utomo, disebutkan syarat keanggotaan terbatas pada pribumi Jawa dan
Madura.

Sikap dan pandangan Jawa sentris ini memang membelenggu Budi Utomo.
Maka tak heran hingga akhir tahun 1900-an pun  anggotanya paling banyak hanya
10 ribu orang. Salah satu faktor yang membuat orang Jawa enggan untuk
bergabung dengan Budi Utomo adalah karena organisasi ini diisi oleh para priyayi.
Bagi rakyat Jawa jelata ada perasaan sungkan untuk begabung dengan (Priyayi
dan ningrat) Budi Utomo. Di Surakarta sendiri, Budi Utomo tidak mendapat
sambutan hangat. Kecondongan Budi Utomo kepada Kesultanan Jogjakarta
membuat rakyat Surakarta yang didominasi pedagang dan santri enggan merapat
ke Budi Utomo.

Budi Utomo memang terang bukan organisasi yang mendekat pada Islam.
Budi Utomo menganut paham netral agama. Bahkan Budi Utomo, jika ditelisik
lebih dalam lebih condong kepada Theosofi. Kedekatan Budi Utomo dengan
theosofi misalnya, dapat kita lihat dari seorang tokoh wakil sekretaris Himpunan
Theosofi di Hindia Belanda, yaitu D. Van Hinloopen Labberton. Labberton, yang
disebut ‘Kiai’ oleh Dr. Sutomo ini, memberikan dukungannya kepada Budi Utomo.
Maka meski ada upaya-upaya mendekatkan Budi Utomo kepada umat Islam yang
dilakukan oleh segelintir pengurus Budi Utomo, namun upaya ini akhirnya kandas,
karena tak disetujui oleh perkumpulan secara resmi.

Budi Utomo memang melakukan pencapaian-pencapaian di tanah Jawa,


misalnya dengan membuka sekolah-sekolah untuk pribumi Jawa. Namun melihat
kenyataan-kenyataan yang terhampar, Budi Utomo lebih tepat untuk disebut
pelopor kebangkitan Jawa ketimbang nasional. Hal ini berbanding terbalik, jika
kita melihat kiprah Sarekat Islam di tanah air.

2. SERIKAT DAGANG ISLAM


Organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) pada awalnya merupakan
perkumpulan pedagang-pedagang Islam. Organisasi ini dirintis oleh Haji
Samanhudi di Surakarta pada 16 Oktober 1905, dengan tujuan awal untuk
menghimpun para pedagang pribumi Muslim (khususnya pedagang batik) agar
dapat bersaing dengan pedagang-pedagang besar Tionghoa. Pada saat itu,
pedagang-pedagang keturunan Tionghoa tersebut telah lebih maju usahanya dan
memiliki hak dan status yang lebih tinggi dari pada penduduk Hindia Belanda
lainnya. Kebijakan yang sengaja diciptakan oleh pemerintah Hindia-Belanda
tersebut kemudian menimbulkan perubahan sosial karena timbulnya kesadaran di
antara kaum pribumi yang biasa disebut sebagai Inlanders.
SDI merupakan organisasi ekonomi yang berdasarkan pada agama Islam
dan perekonomian rakyat sebagai dasar penggeraknya. Di bawah pimpinan H.
Samanhudi, perkumpulan ini berkembang pesat hingga menjadi perkumpulan
yang berpengaruh. R.M. Tirtoadisurjo pada tahun 1909 mendirikan Sarekat
Dagang Islamiyah di Batavia. Pada tahun 1910, Tirtoadisuryo mendirikan lagi
organisasi semacam itu di Buitenzorg. Demikian pula, di Surabaya H.O.S.
Tjokroaminoto mendirikan organisasi serupa tahun 1912. Tjokroaminoto masuk SI
bersama Hasan Ali Surati, seorang keturunan India, yang kelak kemudian
memegang keuangan surat kabar SI, Oetusan Hindia. Tjokroaminoto kemudian
dipilih menjadi pemimpin, dan mengubah nama SDI menjadi Sarekat Islam (SI).
Pada tahun 1912, oleh pimpinannya yang baru Haji Oemar Said Tjokroaminoto,
nama SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Hal ini dilakukan agar organisasi tidak
hanya bergerak dalam bidang ekonomi, tapi juga dalam bidang lain seperti politik.
Jika ditinjau dari anggaran dasarnya, dapat disimpulkan tujuan SI adalah sebagai
berikut:

1. Mengembangkan jiwa dagang.


2. Membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam bidang
usaha.
3. Memajukan pengajaran dan semua usaha yang mempercepat naiknya
derajat rakyat.
4. Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai agama Islam.
5. Hidup menurut perintah agama.
SI tidak membatasi keanggotaannya hanya untuk masyarakat Jawa dan
Madura saja. Tujuan SI adalah membangun persaudaraan, persahabatan dan
tolong-menolong di antara muslim dan mengembangkan perekonomian rakyat.
Keanggotaan SI terbuka untuk semua lapisan masyarakat muslim. Pada waktu SI
mengajukan diri sebagai Badan Hukum, awalnya Gubernur Jendral Idenburg
menolak. Badan Hukum hanya diberikan pada SI lokal. Walaupun dalam anggaran
dasarnya tidak terlihat adanya unsur politik, tapi dalam kegiatannya SI menaruh
perhatian besar terhadap unsur-unsur politik dan menentang ketidakadilan serta
penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Artinya SI memiliki jumlah
anggota yang banyak sehingga menimbulkan kekhawatiran pemerintah Belanda.

Seiring dengan perubahan waktu, akhirnya SI pusat diberi pengakuan


sebagai Badan Hukum pada bulan Maret tahun 1916. Setelah pemerintah
memperbolehkan berdirinya partai politik, SI berubah menjadi partai politik dan
mengirimkan wakilnya ke Volksraad tahun 1917, yaitu HOS Tjokroaminoto;
sedangkan Abdoel Moeis yang juga tergabung dalam CSI menjadi anggota
volksraad atas namanya sendiri berdasarkan ketokohan, dan bukan mewakili
Central SI sebagaimana halnya HOS Tjokroaminoto yang menjadi tokoh terdepan
dalam Central Sarekat Islam. Tapi Tjokroaminoto tidak bertahan lama di lembaga
yang dibuat Pemerintah Hindia Belanda itu dan ia keluar dari Volksraad (semacam
Dewan Rakyat), karena volksraad dipandangnya sebagai "Boneka Belanda" yang
hanya mementingkan urusan penjajahan di Hindia ini dan tetap mengabaikan
hak-hak kaum pribumi. HOS Tjokroaminoto ketika itu telah menyuarakan agar
bangsa Hindia (Indonesia) diberi hak untuk mengatur urusan dirinya sendiri, yang
hal ini ditolak oleh pihak Belanda.
3. MUHAMMADIYAH

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia.


Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga
Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut
Nabi Muhammad SAW.Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan
seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini
sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah
tertentu dengan alasan adaptasi. Gerakan Muhammadiyah berciri semangat
membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik.
Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis,
tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam
segala aspeknya.Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan
kepada perintah-perintah Al Quran, diantaranya surat Ali Imran ayat 104 yang
berbunyi: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para
tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam
menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga
mengandung penegasan tentang hidup berorganisasi. Maka dalam butir ke-6
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan, melancarkan amal-
usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi, yang mengandung makna
pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.Sebagai dampak positif
dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat
pendidikan di seluruh Indonesia.
Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung
Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330
H).Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad
Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang menurut anggapannya, banyak
dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah
untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu
peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah
lanjutan, yang dikenal sebagai Hogere School Moehammadijah dan selanjutnya
berganti nama menjadi Kweek School Moehammadijah (sekarang dikenal dengan
Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta khusus laki-laki, yang
bertempat di Jalan S Parman no 68 Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan
Madrasah Muhammadiyah Mu'allimiaat Yogyakarta khusus Perempuan, di
Suronatan Yogyakarta yang keduanya skarang menjadi Sekolah Kader
Muhammadiyah) yang bertempat di Yogyakarta dan dibawahi langsung oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari
UGM kelahiran Kauman, nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh
kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad
Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang
kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai
Dahlan setelah melalui shalat istikharah (Darban, 2000: 34). [2] Pada masa
kepemimpinan Kyai Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di
karesidenan-karesidenan seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan
Pekajangan, sekitar daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang
Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925,
Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan
membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus
gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari
daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh Sumatera, Sulawesi,
dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh
Indonesia.

4. INDISCHE PARTIJ
Indische Partij adalah partai politik pertama di Hindia Belanda, berdiri
tanggal 25 Desember 1912. Didirikan oleh tiga serangkai, yaitu E.F.E. Douwes
Dekker, Tjipto Mangunkusumo dan Ki Hadjar Dewantara yang merupakan
organisasi orang-orang Indonesia dan Eropa di Indonesia. Hal ini disebabkan
adanya keganjilan-keganjilan yang terjadi (diskriminasi) khususnya antara
keturunan Belanda totok dengan orang Belanda campuran (Indonesia). IP sebagai
organisasi campuran menginginkan adanya kerja sama orang Indo dan bumi
putera. Hal ini disadari benar karena jumlah orang Indo sangat sedikit, maka
diperlukan kerja sama dengan orang bumi putera agar kedudukan organisasinya
makin bertambah kuat.Indische Partij, yang berdasarkan golongan indo yang
makmur, merupakan partai pertama yang menuntut kemerdekaan
Indonesia.Partai ini berusaha didaftarkan status badan hukumnya pada
pemerintah kolonial Hindia Belanda tetapi ditolak pada tanggal 11 Maret 1913,
penolakan dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg sebagai wakil pemerintah
Belanda di negara jajahan. Alasan penolakkannya adalah karena organisasi ini
dianggap oleh kolonial saat itu dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat
dan bergerak dalam sebuah kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial
Belanda.Selain itu juga disadari betapa pun baiknya usaha yang dibangun oleh
orang Indonesia, tidak akan mendapat tanggapan rakyat tanpa adanya bantuan
orang-orang bumiputera. Perlu diketahui bahwa E.F.E Douwes Dekker dilahirkan
dari keturunan campuran, ayah Belanda, ibu seorang Indonesia. Indische Partij
merupakan satu-satunya organisasi pergerakan yang secara terang-terangan
bergerak di bidang politik dan ingin mencapai Indonesia merdeka. Tujuan Indische
Partij adalah untuk membangunkan patriotisme semua indiers terhadap tanah air.
IP menggunakan media majalah Het Tijdschrifc dan surat kabar De Expres
pimpinan E.F.E Douwes Dekker sebagai sarana untuk membangkitkan rasa
kebangsaan dan cinta tanah air. Tujuan dari partai ini benar-benar revolusioner
karena mau mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukan pemerintah
kolonial. Tindakan ini terlihat nyata pada tahun 1913. Saat itu pemerintah
Belanda akan mengadakan peringatan 100 tahun bebasnya Belanda dari tangan
Napoleon Bonaparte (Perancis). Perayaan ini direncanakan diperingati juga oleh
pemerintah Hindia Belanda. Adalah suatu yang kurang pas di mana suatu negara
penjajah melakukan upacara peringatan pembebasan dari penjajah pada suatu
bangsa yang dia sebagai penjajahnya. Hal yang ironis ini mendatangkan
cemoohan termasuk dari para pemimpin Indische Partij. R.M. Suwardi
Suryaningrat menulis artikel bernada sarkastis yang berjudul Als ik een
Nederlander was (Andaikan aku seorang Belanda). Akibat dari tulisan itu R.M.
Suwardi Suryaningrat ditangkap. Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto
Mangunkusumo yang dimuat dalam De Expres tanggal 26 Juli 1913 yang diberi
judul Kracht of Vrees?, berisi tentang kekhawatiran, kekuatan, dan ketakutan. Dr.
Tjipto pun ditangkap, yang membuat rekan dalam Tiga Serangkai, Douwes Dekker
mengkritik dalam tulisan di De Express tanggal 5 Agustus 1913 yang berjudul
Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat (Pahlawan
kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat). Kecaman-kecaman
yang menentang pemerintah Belanda menyebabkan ketiga tokoh dari Indische
Partij ditangkap. Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda. Douwes Dekker
dibuang ke Kupang, NTT sedangkan Dr. Cipto Mangunkusumo dibuang ke Pulau
Banda. Namun pada tahun 1914 Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia
karena sakit. Sedangkan Suwardi Suryaningrat dan E.F.E. Douwes Dekker baru
kembali ke Indonesia pada tahun 1919. Suwardi Suryaningrat terjun dalam dunia
pendidikan, dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, mendirikan perguruan Taman
Siswa. E.F.E Douwes Dekker juga mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dan
mendirikan yayasan pendidikan Ksatrian Institute di Sukabumi pada tahun 1940.
Dalam perkembangannya, E.F.E Douwes Dekker ditangkap lagi dan dibuang ke
Suriname, Amerika Selatan.Pada tahun 1913 partai ini dilarang karena tuntutan
kemerdekaan itu, dan sebagian besar anggotanya berkumpul lagi dalam Serikat
Insulinde dan Comite Boemi Poetera.Akhirnya pun organisasi ini tenggelam
karena tidak adanya pemimpin seperti 3 serangkai yang sebelumnya.

5. NAHDATUL ULAMA

Nahdlatul 'Ulama (Kebangkitan 'Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan


Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia.
Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan,
sosial, dan ekonomi. Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang
dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi,
telah menggugah kesadaran kautradisim terpelajar untuk memperjuangkan
martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang
muncul 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat
kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi
sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai
jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan
pembebasan.Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme,
merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi
pergerakan, seperti Muhammadiyah pada tahun 1912. Nahdlatul Wathan
(Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul
Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai
wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ
kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu
dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya
Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi
juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki
cabang di beberapa kota.

K.H. Hasyim Asyhari, Rais Akbar (ketua) pertama NU

Berangkat dari munculnya berbagai macam komite dan organisasi yang bersifat
embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi
yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan
zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, karena tidak
terakomodir kyai dari kalangan tradisional untuk mengikuti konverensi Islam
Dunia yang ada di Indonesia dan Timur Tengah akhirnya muncul kesepakatan
untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan
Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H.
Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini,
maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar),
kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab
tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai
dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial,
keagamaan dan politik.

NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir


yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum
ekstrem naqli (skripturalis). Karena itu sumber hukum Islam bagi NU tidak hanya
al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan
realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti
Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi/
Tauhid/ketuhanan. Kemudian dalam bidang fiqih lebih cenderung mengikuti
mazhab: imam Syafi'i dan mengakui tiga madzhab yang lain: imam Hanafi, imam
Maliki,dan imam Hanbali sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU
berbintang 4 di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan
metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf
dengan syariat. Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984, merupakan
momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah,
serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun
sosial. Serta merumuskankembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut
berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.

6. PNI (PARTAI NASIONAL INDONESIA)

Pada tanggal 4 Juli 1927 para pengurus Algemeene Studie Club


(Kelompok Belajar Umum) di Bandung mendirikan perkumpulan baru
yang dinamakan Perserikatan Nasional Indonesia. Mereka adalah Ir. Soekarno,
Mr. Sartono, dr. Samsi, Mr. Iskaq Cokrohadisuryo, Mr. Budiarto, Mr. Ali
Sastroamijoyo, Mr. Sunario, dan Ir. Anwari. Perkumpulan ini kemudian berganti
nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI), dll. Usaha Mempersatukan Partai-
Partai. Di Indonesia terdapat berbagai pergerakan yangterpisah pisah satu sama
lain. Keadaan ini kurang menguntungkan bagi perjuangan bangsa Indonesia untuk
menuju Indonesia merdeka. Beberapa tokoh pergerakan segera menyadari
keadaan ini. Mereka berusaha mempersatukan organisasi-organisasi pergerakan
yang ada pada waktu itu.

1. Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI).


Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia
(PPPKI) didirikan pada tanggal 17 Desember 1927. Anggopta PPPKI terdiri
atas Partai Nasional Indonesia, Partai Serikat Islam, Budi Utomo, Pasundan,
SumatranenBond, Kaum Betawi, dan Indonesische Studie Club. Tujuan PPKI
adalah :
a. Menyamakan arah aksi kebangsaan serta memperkuat dan
memperbaiki organisasi dengan melakukan kerjasama diantara
anggota-anggotanya.
b. Menghindarkan perselisihan diantara para anggotanya yang dapat
memperlemah aksi kebangsaan. Pengurus PPPKI disebut Majelis
Pertimbangan yang terdiri atas ketua,penulis, bendahara, dan wakil-wakil
dari partai-partai yang tergabung didalamnya.
2. Gabungan Politik Indonesia (GAPI). GAPI adalah organisasi kerja sama
antara partai-partai politik diIndonesia. Organisasi ini didirikan pada tanggal
21 Mei 1939. GAPI berdiri atas prakarsa Muhammad Husni Thamrin.
Anggota GAPI adalah Parindra,Pasundan,Gerindo, Persatuan Minahasa,
PSII, PII, dan Perhimpunan Politik Katolik Indonesia. GAPI membentuk
pengurus yang disebut Secretariat Tetap.Pengurus Sekretariat Tetap dijabat
oleh Abikusno Cokrosuyoso dari PSII9 Penulis Umum,Muhammad Husni
Thamrin dari Parindra (bendahara), dan Mr.Amir Syarifuddin dari Gerindo
(pembantu penulis). GAPI beberapa kali mengadakan kongres. Pada
Kongres Rakyat Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 23-25
Desember 1939 dihasilkan beberapa keputusan sebagai berikut :
a. Menuntut Indonesia berparlemen. Tuntutan ini dilakukan sebagai
reaksi atas ditolaknya Petisi Sutarjo dalam Volskraad sehingga
Volskraad dianggap bukan parlemen.
b. Diakuinya Merah Putih sebagai bendera persatuan, Indonesia Raya
sebagai lagu persatuan, dan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan.
c. Pergerakan Kaum Wanita. Pada awalnya pergerakan wanita
Indonesia dilakukan oleh perorangan. Pelopor pergerakan wanita
pada masa itu adalah R.A Kartini dan R. Dewi Sartika .Keduanya ingin
mengangkat derajat kaum wanita melalui pendidikan.Perhatian yang
besar dari R.A Kartini dan R. Dewi Sartika terhadap kaum wanita
telah mengilhami pergerakan kaum wanita untuk membentuk
organisasi. Pada awalnya tujuan organisasi perempuan itu untuk
memperbaiki kedudukan sosialnya. Namun, dalam
perkembangannya organisasi itu juga berwawasan kebangsaan.
1. Kongres I Perempuan Indonesia.
Pada tanggal 22 – 25 Desember 1928 beberapa perkumpulan perkumpulan
wanita Indonesia mengadakan Kongres Perempuan Indonesia. Tujuan
kongres adalahmempersatukan cita-cita dan usaha untuk memajukan
wanita Indonesia. Dalamkongres tersebut antara lain diputuskan
mendirikan gabungan perkumpulan wanita yang bernama Perserikatan
Perempuan Indonesia (PPI).
2. Istri Sedar (IS).
Pada tangga 22 Maret 1930 di Bandung didirikan perkumpulan IstriSedar.
Pendirinya adalah Nona Suwarni Joyoseputro. Tujuannya menuju pada
kesadaran wanita Indonesia dan derajat hidup Indonesia untuk
mempercepat dan menyempurnakan Indonesia merdeka. Meskipun bukan
merupakan organisasi politik, tetapi dalam kampanyenya Istri Sedar sering
menyarakan sikap antipenjajah. Olehsebab itu, organisasi ini mendapat
pengawasan dari Pemerintah Hindia Belanda.
1. SUMPAH PEMUDA.
a. Pergerakan Pemuda Berdasarkan Kedaerahan
para pemuda tidak tinggal diam melihat penderitaan yang dialami
bangsanya. Mereka segera mendirikan perkumpulan-perkumpulan
kepemudaan.
Mula-mula perkumpulan itu bersifat kedaerahan. Akhirnya,
perkumpulanperkumpulan
tersebut menjadi bersifat nasional. Perkumpulan- perkumpulan
kepemudaan yang bersifat kedaerahan antara lain :
 Tri Koro Darmo
Tri Koro Darmo didirikan pada tanggal 7 maret 1915 di gedung
Kebangkitan Nasional, Jakarta. Tri Koro Darmo artinya Tiga
Tujuan Mulia. Tri Koro Darmo didirikan oleh dr. Satiman
Wiryosanjoyo (ketua), Wongsonegoro (wakil ketua), dan
Sutomo (sekretaris). Sebagian beasar anggotannya adalah
murid-murid sekolahmenengah asal Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Pada kongres I yang diselenggarakan
di Solo pada tanggal 12 Juni 1918, nama Tri Koro Darmo
diubah menjadi Jong Javanen Bond (Jong Java).
 Jong Minahasa
Perkumpulan ini didirikanpada tanggal 6 Januari 1918.
tujuannya adalahmempererat rasa persatuan sesama pemuda
yang berasal dari Minahasa danmemajukan kebudayaan
daerah Minahasa. Tokoh-tokohnya antara lain : T.A.
Kandou, J.S. Warouw, L. Palar, dan R.C.L Senduk.
b. Pergerakan Pemuda dalam Bentuk Kelompok Belajar

 Indonesiche Studie Club (ISC) Didirikan di Surabaya pada


tanggal 11 Juni 1924. pendirinya adalah dr. Sutomo.
Tujuan ISC adalah memberi semangat kaum terpelajar agar
memiliki kesadaranterhadap masyarakat, memperdalam
pengetahuan politik, serta mendiskusikan masalah-masalah
pelajaran dan perkembangn sosial politik Indonesia. ISC
kemudianmenjadi Partai Persatuan Bangsa Indonesia.
 Algemeene Studie Club (ASC)Didirikan di Bandung oleh Ir.
Soekarno dan Ir. Anwari. Tujuannya sama dengan
ISC. Asas perjuangannya adalah nonkooperasi. ASC kemudian
menjadi Partai Nasional Indonesia.
C. Pergerakan Pemuda Berdasarkan Kebangsaan dan Keagamaan

 Perhimpunan Indonesia (PI) Didirikan di Belanda pada tahun


1908. Mula-mula bernama Indonesiche
Vereeniging, pada tahun 1925 diubah namanya menjadi
Perhimpunan Indonesia. Pada tahun 1927 pemerintah Belanda
menahan para pengurus PI antara lain : Moh.
Hatta, Nazir Datuk Pamuncak, A. M. Joyodiningrat, dan Ali
Sastroamijoyo. Mereka kemudian diadili di pengadialan Den
Haag, Belanda.
 Jong Islami enten Bond Perkumpulan ini didirikan pada tanggal
1 Januari 1926 oleh anggotanya yangkeluar dari Jong Java.
Tokoh-tokohnya antara lain : R. Sam Haji Agus Salim, Moh.
Rum, Wiwoho, Hasim, Sadewo, M. Juari, dan Kasman
Singodimejo.

Anda mungkin juga menyukai