Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nur fadzilah Rachma Dewi

NIM : G000180221

Kelas : D

Ijtihad dan Penerapan Hukum Islam

Pada awal Islam diturunkan segala bentuk peribadahan diatur menurut


Alquran dan Hadits, tentunya ada penyesesuaian dalam masyarakat. Seluruh
pengejewantahan aplikasi sesuai dengan syariat Nabi Muhammad SAW menjadi
rujukan dalam menghadapi masalah, ketika muncul suatu permasalahan otomatis
yang menjadi rujukan penjelasannya dari Rasulullah SAW. Bahwa syariat yaitu
sesuatu yang diatur oleh Allah untuk hamba-hamba Allah dengan menunjukkan
ragam yang beragam, sebagai tolak ukur aturan dan sistem kehidupan dalam
Islam. Pada dimensi ruang dan waktu syariat Islam memeiliki posisi, sebagai
selalu layak diproyeksikan kedalam kehidupan sehari-hari. Namun, dikarenakan
pedoman teks syariat itu terbatas dan perkembangan zaman semakin luas, maka
umat islam dituntut untuk mengkaji dan meneliti (mujahid) kemudian
mengembangkan sesuai kondisi tanpa mengesampingkan garis yang telah
ditetapkan. Aktivitas Ijtihad menjadi slah satu bahan penting dalam kebutuhan
umat Islam dalam kehidupan yang beriringan perkembangan zaman pada saat ini.
Maka dari itu, persoalan penting untuk dikaji sebagaimana yang menjadi pokok
permasalahan untuk mempermudah pengkajian difokuskan pada pengertian
Ijtihad, syarat-syarat mujahid, macam-macam Ijtihad dan penerapan hukum Islam.

Pengetian Ijtihad

Menurut bahasa, ijtihad berarti "pengerahan segala kemampuan untuk


mengerjakan sesuatu yang sulit." Atas dasar ini maka tidak tepat apabila kata
"ijtihad" dipergunakan untuk melakukan sesuatu yang mudah/ringan. Pengertian
ijtihad menurut istilah hukum Islam ialah mencurahkan tenaga (memeras pikiran)
untuk menemukan hukum agama (syara’) melalui salah satu dalil syara’, dan
tanpa cara-cara tertentu. saha tersebut merupakan pemikiran dengan kemampuan
sendiri semata-mata. Muhmammad Ibn Husayn Ibn H}asan al-Jizani mengatakan
bahwa ijtihad adalah mengerahkan semua pemikiran dalam mengkaji dalil
shar’iyyah untuk menentukan beberapa hukum syari’at.

Syarat-Syarat Mujtahid

Para ulama berbeda pendapat dalam menetukan syarat yang harus dimiliki
oleh seorang mujtahid. Mujtahid adalah orang yang mampu melakukan ijtihad
melalui cara istinbath (mengeluarkan hukum dari sumber hukum syariat) dan
tatbiq (penerapan hukum). Di samping akan menyebutkan syarat bagi seorang
mujtahid terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang rukun ijtihad tersebut,
menurut Abu Hamid Muhammad Bin Muhammad al-Ghazali syarat-syarat bagi
seorang mujtahid, yaitu: mengetahui syariat serta hal-hal yang berkaitan
dengannya dan adil dan tidak melakukan maksiat yang dapat merusak
keadilannya. Menurut Fakhr al-Din Muhammad bin Umar bin al-Husain al-Rozi,
syarat-syaratnya sebagai berikut: mukallaf, mengetahui makna-makna lafaz dan
rahasia, mengetahui keadaan mukhattab yang merupakan sebab pertama
terjadinya perintah atau larangan, mengetahui keadaan lafaz, apakah memiliki
qarinah atau tidak.

Macam-MacamIjtihad

a. Ijma’
Pengertian Ijma’ adalah suatu kesepakatan para ulama dalam menetapkan
hukum agama Islam berdasarkan Al-quran dan hadits dalam suatu perkara. Hasil
dari kesepakatan para ulama tersebut berupa fatwa yang dilaksanakan oleh umat
Islam.
b. Qiyas
Pengertian Qiyas adalah menetapkan suatu hukum suatu perkara yang baru
yang belum ada pada masa sebelumnya. Namun, memiliki kesamaan dalamsebab,
manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara terdahulu sehingga dihukumi
sama.
c. Istihsa, beberapa definisi Istihan, yaitu:
 Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang ahli fikih, hanya karena dia merasa hal
itu adalah benar.
 Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan secara lisan
olehnya Mengganti argumen dengan fakta yang dapatditerima, untuk maslahat
orang banyak.
 Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
 Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara yang
ada sebelumnya.
d. Mushalat Murshalah
Mushalat murshalah adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada
naskhnya dengan pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip
menarik manfaatdan menghindari kemudharatan.
e. SadduzDzariah
Pengertian SududzDzariah adalah suatu pemutusan hukum atas hal yang
mubah makruh atau haram demi kepentingan umat.
f. Istishab
Pengertian Istishab adalah suatu penetapan suatu hukum atau aturan
hingga ada alasan tepat untuk mengubah ketetapan tersebut.
g. Urf
Urf adalah penepatan bolehnya suatu adatistiadat dan kebebasan suatu
masyarakat selama tidak bertentangan dengan Al-quran dan Hadits.

Penerapan Ijtihad

Penerapan Ijtihad dalam pola bayani dan ta’lili, penjelasan sebagai berikut:

1. Pola Bayani (kajian semantik), yaitu kegiatan yang berkaitan dengan


kebahasaan, kapan suatu lafal diartikan secara majaz, bagaimana memilih salah
satu arti lafal musytarak (ambiguitas), mana ayat yang umum, yang diterangkan
dan mana pula yang khusus, yang menerangkan, mana ayat yang qatt’i dan mana
yang zanni, kapan sesuatu perintah dianggap untuk wajib dan kapan pula untuk
sunat, kapan laranngan itu untuk haram dan kapan pula untuk makruh dan
seterusnya. Sebagai contoh, di dalam Hadis ada perintah untuk mempersaksikan
nikah dan dalam al-Qur’a>n ada perintah mempersaksikan ruju>’. Ulama
memahami kesaksian nikah sebagai wajib sedangkan kesaksian ruju>’ oleh
sebagian ulama dianggap sunat. Ulama sepakat bahwa masa ‘iddah perempuan
yang telah digauli dan masih dalam keadaan haid} adalah tiga quru’. Adanya
masa ‘iddah ini dianggap qatt’i. Akan tetapi, terjadi perbedaan pendapat tentang
arti quru’ tersebut. Ada yang menyebut sebagai masa suci dan ada yang
menyatakannya masa haid. Pemilihan salah satu arti tersebut dianggap zanni.

2. Pola Ta’lili, yaitu semua penalaran yang menjadikan ‘illat (keadaan atau sifat
yang menjadi tambatan hukum)sebagai titik tolaknya. Di sini dibahas cara-cara
menemukan ‘illat, persyaratan ‘illat, penggunaan ‘illat di dalam qiyas dan istihsan
serta pengubahan hukum itu sendiri sekiranya ditemukan ‘illat baru Sebagai
contoh di dalam Hadist ada perintah untuk mengambil zakat hanya dar tiga jenis
tanamanm yaitu tanaman gandum, kurma (kering) dan anggur. Sebagian ulama
(kelompok zahiriyyah) memahami ayat ini melalui pola bayani, hanya memegangi
arti zahirnya. Jadi, produk pertanian yang terkena zakat hanyalah tiga jenis
tanaman tersebut. Namun, sebagian besar ulama berupaya mencari ‘illat dari jenis
tanaman tersebut dan lantas memperluasnya kepada tanaman lain yang
mempunyai ‘illat sejenis.

Daftar Pustaka

Abd Wafi Has, 2013, Ijtihad Sebagai Alat pemecahan Masalah Umat Islam,
episteme, Vol.8, no.1 (https://ijtihad.iainsalatiga.ac.id).

Ahmad Badi, Teori dan Penerapannya, 2013, Vol. 24, No. 2.

https://www.slideshare.net/mobile/cuccipeghang/makalah-metode-ijtihad-dan-
macam-macam-ijtihad

Anda mungkin juga menyukai