Anda di halaman 1dari 2

Panjat Pinang memperlihatkan sikap bahu membahu untuk bisa sampai ke

puncak tertinggi dan mendapatkan hadiah yang banyak. Saat sudah berada di
puncak, ia memetik hasilnya lalu menjatuhkan semua hasilnya kepada orang
yang berada di bawah yang telah mati-matian (ihklas) membantunya, karena
ia tahu, ia tak akan sanggup sampai puncak tanpa bantuan orang lain, dan
tidak sanggup membawa semua hadiahnya turun ke bawah. Setelah semua
berada di bawah barulah mereka berbagi hasil sesuai kebutuhannya.

Sedari dulu hingga sekarang kita sudah merasakan/mengalami bagaimana


rasa berharap-harap. Berharap kepada manusia lain agar dapat
membantu/meringankan kesulitan kita. Padahal kita tahu saat berharap kita
harus siap menghadapi persyaratannya; sabar, menunggu, bahkan ada yang
memperlihatkan wajah memelas.

Sebetulnya kita sadar, tidak baik terlalu menginginkan apa yang kita
harapkan. Apalagi bentuknya berupa hutang piutang, karena saat kita
berhutang, kewajiban kita membayar berdasarkan batas waktu perjanjian.
Saat kita sudah menerima atau menyerahkan uang pinjaman berarti kita siap
menerima konsekuensinya (akibat, buntut darinya) berupa berharap untuk
dikembalikan.

"Berharap" terus menerus ada dalam hati kita, berharap kepada Tuhan Yang
Maha Kuasa wajar adanya, dan memang harus demikian karena kita sebagai
makhluk ciptaan-Nya, namun berharap kepada manusia/orang lain
merupakan pembelajaran hidup bagaimana kita harus jujur, bersabar dan
tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai