OLEH
SAKINAH SIREGAR
NIRM: 01.01.19.133
KEMENTRIAN PERTANIAN
2020
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas penting
dalam upaya peningkatan produksi sayuran. Serangan OPT terjadi di semua tahap pengelolaan
agribisnis sayuran dimulai dari sebelum masa tanam, di pertanaman, sampai penyimpanan dan
pengangkutan produk. Masyarakat sudah tidak asing dengan nama-nama OPT sayuran, seperti
ulat daun kubis, lalat pengorok daun, kutu daun, penyakit hawar daun, penyakit layu bakteri,
penyakit bengkak akar, nematoda sista kentang (NSK) dan masih banyak lagi. Kehilangan hasil
tanaman sayuran akibat serangan OPT di pertanaman diperkirakan mencapai 25-100% dari
potensi hasil. Di samping sangat menurunkan kuantitas produksi, serangan OPT juga dapat
menurunkan kualitas dan harga produk, serta daya saing produk di pasar. Secara ekonomis
kerugian tersebut mencapai miliaran rupiah setiap tahun.
Upaya memperkecil kerugian ekonomi usaha tani sayuran akibat serangan OPT, pada
umumnya para petani masih sangat menggantungkan pada penggunaanpestisida kimia sintetik,
meskipun PHT sudah menjadi kebijakan pemerintah. Mereka masih mengikuti paradigma
perlindungan tanaman konvensional, preventif dan prinsip asuransi yang cenderung berlebihan.
Penggunaan pestisida yang tidak tepat dan tidak benar baik jenis maupun dosis penggunaannya
seringkali menimbulkan masalah OPT dan ledakan OPT diantaranya:
1. Resistensi hama
2. Resurgensi hama
3. Ledakan OPT sekunder
4. Residu pestisida
5. Kesehatan manusia,
6. Masalah lingkungan.
Untuk mengurangi dampak negatif penggunaan pestisida kimia tersebut, upaya
perlindungan tanaman sayuran dilakukan berbasis pada pengelolaan ekosistem secara terpadu
dan berwawasan lingkungan. Hal tersebut dilakukan karena konsumen tidak hanya menuntut
produk sayuran yang aman bagi kesehatan, bebas residu pestisida kimia, tapi juga menuntut
produk sayuran yang diproses dengan teknologi perlindungan tanaman yang akrab lingkungan.
Salah satu alternatif teknologi pengendalian OPT adalah penggunaan pestisida nabati yang lebih
alami. Alam sebenarnya telah menyediakan bahan-bahan alami yang dapat dimanfaatkan untuk
menanggulangi serangan OPT pada tanaman sayuran. Oleh sebab itu, aplikasi pestisida nabati
perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan, karena jenis pestisida ini mudah terurai di
lingkungan, kurang beracun terhadap jasad berguna, relatif lebih murah dan mudah diperoleh
Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun. Famili tumbuhan yang
dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati antara lain: Meliaceae, Annonaceae,
Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae. Selain bersifat sebagai insektisida, jenis-jenis tumbuhan
tersebut juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida maupun
rodentisida.
Tumbuhan mempunyai banyak manfaat diantaranya sebagai pestisida organik (alami).
Pestisida organik dipandang lebih aman dibanding pestisida anorganik. Salah satu alternatif
untuk menjaga kestabilan ekosistem lingkungan sekitar adalah penggunaan pestisida organik.
Pengendalian hama harus mempertimbangankan ekologi, ekonomi dan sosiologi. Pengendalian
hama secara organik dipandang lebih aman dan menjadi trobosan baru di masa mendatang.
Dengan dikembangkan pemanfaatan pestisida organik oleh petani atau pengguna dapat
mempersiapkan sendiri dalam mengendalikan hama secara terpadu. Pembuatan pestisida organik
sangat mudah dan sederhana karena mengambil bahan-bahan hayati dari alam. Pestisida organik
dapat dibuat sendiri sehingga menekan biaya produksi.
B. Identifikasi Masalah
1. Mengetahui jenis-jenis hama yang terjadi pada tanaman jagung dan bagaimana cara
mengatasinya.
3. Mengetahui selain hama dan penyakit, tanaman jagung yang kekurangan zat makanan
juga akan mengalami berbagai gangguan dan penjelasannya.
C. Manfaat
Menambah pengetahuan khususnya dibidang pertanian mengenai cara mengatasi
penyakit, hama dan lainnya yang terjadi pada tanaman jagung. Selain itu juga memberikan
wawasan pengetahuan mahasiswa dan pembaca tentang cara OPT yang terjadi pada tanaman
jagung. Dan juga sebagai referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan tentang
OPT yang terjadi pada tanaman jagung.
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman jagung (Zea mays L.) termasuk dalam famili rumput-rumputan (Graminea).
Jagung merupakan tanaman asli Benua Amerika. Tanaman jagung di Indonesia sudah dikenal
sejak 400 tahun yang lalu, yang pertama kali dibawa oleh bangsa Portugis dan Spanyol
(Purwono dan Purnamawati, 2008). Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan
satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Tanaman jagung merupakan tanaman tingkat tinggi
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Zea
Susunan tubuh (morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan
buah. Panjang batang berkisar antara 60-300 cm, tergantung pada tipe jagung. Daun jagung
tumbuh melekat pada buku-buku batang. Jumlah daun tiap tanaman bervariasi antara 8-48 helai.
Ukuran daun berbeda-beda, yaitu panjang antara 30-150 cm dan lebar mencapai 15.
Jenis jagung berdasarkan lingkungan tempat tumbuh meliputi jagung yang tumbuh di
dataran rendah tropik (< 1 000 m dpl), dataran rendah subtropik dan mid-altitude (1 000 – 1 600
m dpl), dan dataran tinggi tropik (>1 600 m dpl) (Iriany et al., 2007). Suhu optimum untuk
pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26o C sampai 30o C dan pH tanah 5.7 – 6.8 (Subandi
dalam Iriany et al., 2007). Curah hujan optimum untuk tanaman jagung sekitar 600 mm – 1.200
mm per tahun yang didistribusikan rata selama musim tanam. Intensitas cahaya matahari sangat
diperlukan untuk pertumbuhan yang baik. Tanaman jagung membutuhkan cahaya matahari
Biji merupakan bahan tanaman hasil perkembangbiakan tanaman secara generatif yang
digunakan untuk produksi tanaman. Semakin tingginya suatu tanaman dikonsumsi menuntut
pemasokan biji yang bermutu semakin tinggi sehingga tak jarang para petani kesulitan dalam
pemenuhannya. Benih yang beredar dipasaran hanya menjamin daya berkecambah dan
kemurnian benih. dalam uji sertifikasi pada umumnya belum memasukkan kriteria tambahan
kesehatan benih.
Biji jagung dikatakan sehat apabila biji tersebut bebas dari patogen, baik berupa cendawan,
bakteri, virus, maupun nematoda. Biji jagung dapat digunakan sebagai benih, namun sayangnya
tidak semua benih bersertifikat bebas dari patogen terbawa benih karena kesehatan benih tidak
Biji biasanya mengalami kerusakkan pada saat proses penyimpanan. Penyimpanan benih
merupakan salah satu langkah yang ditempuh petani untuk mengatasi permasalahan yang ada,
namun tidak sedikit biji yang mengalami kerusakan baik dari segi tekstur, aroma, bahkan
kandungannya. Kerusakan- kerusakan ini biasanya terjadi akibat adanya patogen berupa
serangan serangga, tungau, ataupun mikroorganisme seperti cendawan dan bakteri. Faktor utama
yang berpera dalam penyimpanann biji jagung adalah kadar air dan suhu lingkungan simpan.
C. Metode Pengendalian OPT
Hama
Hama ulat daun ini akan menyerang bagian pucuk daun dan biasanya tanaman jagung yang
berumur sekitar 1 bulan diserang ulat daun. Daun tanaman jagung yang bila sudah besar menjadi
rusak. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida yang tepat seperti
Tanaman jagung yang terserang hama ini akan memiliki bekas gigitan pada bagian daun,
pucuk daun layu, dan akhirnya tanaman jagung akan mati. Pengendalian hama ini dapat
dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan insektisida sesuai dengan dosis yang
dianjurkan.
Bagian Tanaman jagung yang diserang hama ini adalah bagian batang yang masih muda,
batang akan putus dan akhirnya tanaman jagung mati. Hama Agrotis sp. Menyerang pada malam
dan siang hari, jenis-jenis ulat yaitu: agrotis segetum memiliki warna hitam dan ulat ini sering
ditemukan di daerah dataran tinggi, agrotis ipsilon memiliki warna hitam kecoklatan dan ulat ini
sering di temukan di daerah dataran tinggi dan rendah, dan agrotis interjection memiliki warna
Ulat sesamia inferens dan pyrasauta nubilasis ini menyerang bagian ruas batang sebelah
bawah dan titik tumbuh tunas daun tanaman jagung. Tanaman jagung akan menjadi layu.
Penyakit
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu berupa adanya bercak kecil berbentuk
jorong dan berwarna hijau kelabu. Lama kelamaan bercak tersebut kemudian menjadi besar dan
berwarna coklat serta berbentuk seperti kumparan, bila parah maka daun seperti terbakar.
Gejala yang dialami tanaman jagung yang terserang hawar ini berupa bercak coklat abu-
abu pada seluruh permukaan daun. Bila parah penyakit ini akan menyerang hingga bagian
Tanaman jagung yang terserang penyakit hawar ini akan timbul gejala berupa bercak
coklat muda kekuningan bersudut-sudut memanjang yang dapat menyatu dan mematikan daun.
Penyebabnya adalah cendawan Dreschslera zeicola. Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan penyemprotan fungisida atau dengan menggunakan thiram dan karboxin,
serta pengasapan atau perawatan suhu panas selama 17 menit dengan suhu 55°C.
b. Bulai
Penyakit bulai pada daun jagung disebabkan oleh cendawan atau jamur sclerospora
maydis. Tanaman jagung yang terserang penyakit ini akan memiliki gejala berupa daun akan
berwarna kuning keputih-putihan bergaris, sejajar dengan urat daun dan tampak kaku.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara memberikan Ridomil 35 SD pada saat masih
Selain akibat hama dan penyakit, tanaman jagung yang kekurangan zat makanan juga
Akibat kekurangan unsur Nitrogen maka tanaman jagung akan kerdil, kurus, dan daunnya
akan berwarna hijau kekuningan. Jika sudah parah tanaman jagung tidak akan berbuah.
Fosfor akan menyebabkan tanaman jagung kerdil, daunnya kan berwarna agak ungu dan
kaku, pertumbuhan tongkolnya terganggu, sehingga barisan biji tidak teratur.
Tanaman jagung yang kekurangan kalium maka bagian bawah ujung daun menguning
dan mati dan tanaman jagung akan menghasilkan buah berukuran kecil dan memiliki ujung
runcing.
Kekurangan kalsium dapat menyebabkan tanaman jagung memiliki daun muda yang
tidak muncul dari ujung tanaman, daunnya agak kaku dan memiliki warna kuning kehijauan serta
kerdil.
Tanaman jagung yang kekurangan magnesium maka akan tumbuh kerdil, bagian atas
daun akan berwarna kuning dengan garis-garis tak normal berwarna putih. Daun tua akan
berubah warna menjadi ungu kemerahan pada bagian tepi daun dan ujung daun.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas yaitu kegiatan perlindungan
tanaman, yaitu kegiatan yang bertujuan untuk melindungi, mencegah, atau menghindari agar
tanaman kita agar tidak menderita suatu gangguan, kerusakan, kematian, kemerosotan hasilnya
atau memperkecil kerugian yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, mereka harus memiliki
prinsip didalam memperkecil kerugian dan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya
dengan mencegah atau mengurangi sekecil mungkin kerugian, atau bahkan sama sekali
meniadakan kerugian tersebut.
B. Saran
Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian (BBUSKP). 2017. Tugas dan Fungsi BBUSKP
Rawamangun. [On- Line]. http://sisni.bsn.go.id. Diakses tanggal 21 Februari 2017 pukul
20.04 wib.
Chidambaran. P., S. B. Marthur and P. Neergaard. 1973. Identification of Seed. Borne Drechslera
Species. The Danish Goverment Institute of Seed Pathology for Developing Countries,
Copenhagen, Denmark.