Dalam lukisan “Kapal Dilanda Badai” ini, dapat dilihat bagaimana Raden Saleh
mengungkapkan perjuangan yang dramatis, yakni dua buah kapal dalam hempasan badai
dahsyat di tengah lautan. Suasana tampak lebih menekan oleh kegelapan awan tebal dan
terkaman ombak-ombak tinggi yang menghancurkan salah satu kapal. Dari sudut atas,
secercah sinar matahari yang memantul ke arah gulungan ombak, hal ini lebih memberi
tekanan suasana yang dramatis.
Walaupun Raden Saleh berada dalam bingkai Romantisisme, namun tema-tema karya
lukisannya bervariasi, dramatis, dan mempunyai elan vital yang tinggi. Karya-karya Raden
Saleh tidak hanya terbatas pada pemandangan alam, tetapi juga kehidupan manusia dan
binatang yang bergulat dalam tragedi. Sebagai contoh, lukisan “Een Boschbrand” (Kebakaran
Hutan). “Een Overstrooming op Java” (Banjir di Jawa), “Een Jagt op Java” (Berburu di
Jawa). “Gevangenneming van Diponegoro” (Penangkapan Diponegoro). Meskipun demikian,
Raden Saleh belum sadar (sepenuhnya) berjuang menciptakan seni lukis Indonesia, tetapi
dorongan hidup yang diungkapkan tema-temanya sangat inspiratif bagi seluruh lapisan
masyarakat, lebih-lebih kaum terpelajar pribumi yang sedang bangkit nasionalismenya.
Noto Soeroto dalam tulisannya “Bij het 100ste Geboortejaar van Raden Saleh” (Peringatan
ke-100 tahun kelahiran Raden Saleh), tahun 1913, mengungkapkan bahwa dalam masa
kebangkitan nasional, orang Jawa didorong untuk mengerahkan kemampuannya sendiri. Akan
tetapi, titik terang dalam bidang kebudayaan (kesenian) tidak banyak dijumpai. Untuk itu,
kebersihan Raden Saleh diharapkan dapat membangkitkan perhatian orang Jawa pada
kesenian nasional.
B. ANALISIS