Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN TERHADAP

KEPUTUSAN BERINVESTASI MELALUI LITERASI KEUANGAN


SEBAGAI VARIABEL MODERASI

Penulis :
Heri Ahmad Fauzi 20174112008
Nurul Inayah 20174112014
Dina Melisa 20174112019
Heidya Rifdasuci 20181222015

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


INDONESIA BANKING SCHOOL
JAKARTA
2020

1
PENDAHULUAN
Berdasarkan hasil survei OJK (2017) menunjukkan bahwa literasi keuangan di Indonesia hanya
mencapai 20%. Hal ini lebih rendah dibanding dengan negara ASEAN lainnya, seperti Filipina 27%,
Malaysia 66%, Thailand 73%, dan Singapura 98%. Beberapa orang di Indonesia kurang menyadari akan
kepentingan mengelola keuangan, baik yang berpendapatan tinggi maupun rendah, sejatinya pendapatan
yang diterima akan terbuang dan habis begitu saja jika tidak mengatur keuangan dengan baik. Literasi
keuangan (financial literacy) merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan, keyakinan, serta
keterampilan konsumen dan masyarakat luas sehingga mampu menciptakan keuangan yang sehat.
Gaya hidup menjadi salah satu penyebab utama seseorang tidak bisa mengatur keuangannya, sering
kali membeli barang-barang yang dianggap kurang penting untuk menunjang penampilan tanpa
memperhatikan kemampuan finansial. Maka dapat disimpulkan bahwa, kecerdasan finansial mutlak
diperlukan agar seseorang dapat terus menikmati kesejahteraan. Semakin cepat memiliki kecerdasan
finansial yang tinggi, semakin sejahtera hidup seseorang. Bila terlambat, tentu akan mengalami
kesengsaraan dalam hidup (Fauzi, 2006).
Memahami berbagai literasi keuangan tentunya sangat membantu untuk meminimalisir akibat
kurangnya financial literacy di Indonesia yang menyebabkan masyarakat mengalami banyak kerugian,
mulai dari penurunan kondisi perekonomian, inflasi atau karena perkembangan sistem ekonomi yang
cenderung boros karena masyarakat semakin konsumtif.
Hasil survei IDN Research Institute menunjukkan bahwa kaum milenial cukup konsumtif.
Pengeluaran terbesar dihabiskan untuk kebutuhan keluarga (51,1%). Di sisi lain, kaum milenial juga tetap
memahami pentingnya keuangan masa depan dengan cara menabung (10,7%). Menurut Bappenas, terdapat
63 juta milenial (20-35 tahun). Perilaku yang menjadi pembeda dengan generasi sebelumnya tentunya dapat
dilihat dari perilaku konsumsi dan aktivitas berbasis digital. Banyak dari milenial yang membawa e-wallet
(12,9%) dan e-money (11,5%).
Produk non-cash financial semakin populer. Mereka merasa lebih konsumtif dengan membawa
uang fisik. IDN Research Institute juga mendapatkan data bahwa kaum milenial membeli produk secara
online melalui Lazada (23,5%), Shopee (10,6%), dan Tokopedia (9,9%). Millennials menjadi segmen
terbesar di e-commerce. Meskipun beberapa orang memiliki pengalaman yang mengecewakan selama
berbelanja online, namun tetap merekomendasikan teman-teman lainnya untuk membeli secara online.
Sekitar 1 dari 4 milenial yang berbelanja online, mereka membeli pakaian.
Dikutip dari tempo.com bahwa setiap generasi terbentuk dari situasi ekonomi, dan para milenial
ini adalah korban dari situasi yang buruk, banyak yang sudah menginjak umur dewasa bersamaan dengan
krisis finansial 2008 dan resesi global setelahnya.

2
Penelitian oleh bank sentral Amerika menyimpulkan bahwa milenial harus membayar lebih karena
bertumbuh dewasa bersamaan dengan resesi hebat. Kini banyak perusahaan layanan finansial mulai
memperhatikan generasi dengan kebutuhan dan prioritas finansial yang telah berubah ini, mereka yang
dilahirkan pada rentang waktu awal 1980-an sampai akhir 1990-an sebagai generasi dengan kemampuan
finansial dibawah generasi sebelumnya pada rentang umur yang sama. Dengan kata lain milenial memiliki
aset yang lebih sedikit dan pemasukan yang lebih rendah namun tetap memiliki jumlah hutang yang sama
dengan generasi sebelumnya.
Pada dasarnya pendapatan adalah hasil pengorbanan seseorang dalam bentuk materi untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan menginvestasikan sumber pendapatan yang ada, seseorang dapat
memilih berbagai jenis investasi secara umum seperti saham, obligasi, deposito, emas, tanah, dan berbagai
macam jenis investasi lainnya. Seseorang dalam mengelola keuangan tentu akan mempertimbangkan
seberapa besar pendapatan yang diperoleh dan berapa persen pendapatan yang akan dialokasikan untuk
pemilihan dan pengambilan keputusan pada jenis-jenis investasi.
Pendapatan merupakan jumlah penghasilan yang diterima selama periode tertentu berdasarkan
jenis pekerjaan, prestasi dan lamanya bekerja. Besar kemungkinan bahwa individu dengan pendapatan yang
lebih akan menunjukkan perilaku manajemen keuangan yang lebih bertanggung jawab mengingat adanya
dana yang tersedia, akan memberikan kesempatan untuk bertindak secara bertanggung jawab (Nayla dan
Iramani, 2013).
John et al, (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara pendapatan (income)
dengan perilaku manajemen keuangan yang bertanggung jawab. Artinya semakin tinggi pendapatan maka
semakin baik dan bertanggung jawab perilaku keuangannya. Hasil penelitian ini didukung oleh teori
perspektif perilaku keuangan dalam penelitian Dewi (2017) menyatakan pendapatan berpengaruh
signifikan terhadap perilaku keputusan berinvestasi. Hal ini memiliki makna bahwa semakin tinggi
pendapatan, maka semakin baik dan bertanggung jawab perilaku keuangannya. Sudheer (2015)
menemukan hasil bahwa pendapatan berpengaruh signifikan terhadap kebutuhan serta keputusan
berinvestasi.
Dikutip dari Bareksa.com bahwa Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) memprediksi, tren
pertumbuhan investor reksadana masih akan mendominasi di pasar modal. Hal ini terkait dengan jaringan
distribusi reksadana yang lebih banyak ketimbang instrumen saham maupun surat utang. Karena reksadana
memiliki jaringan distribusinya lebih banyak, pertumbuhan investor reksadana terlihat lebih tinggi. Di sisi
lain, baik KSEI maupun self regulatory organization (SRO) serta berbagai pihak lain, kerap terlebih dahulu
memperkenalkan reksadana ketimbang saham bagi para calon investor. Selain itu, pertumbuhan jumlah
investor reksadana juga sejalan dengan pertumbuhan jumlah investor muda. Hingga 26 Desember 2018,
KSEI mencatat jumlah investor mencapai 1.613.16 untuk single investor identification (SID). Jumlah itu

3
merupakan SID terkonsolidasi yang terdiri dari investor saham, surat utang, reksadana, surat berharga
negara, dan efek lain yang tercatat di KSEI. Adapun secara total, pertumbuhan jumlah investor di pasar
modal itu mencapai 44,06 persen dari posisi akhir 2017 yang sebanyak 1.122.668 SID. Hal tersebut dapat
dilihat dari grafik sebagai berikut.

Grafik 1.1
Pertumbuhan Investor Reksadana di Pasar Modal
Glaser et. al (2013) menyatakan bahwa pengetahuan mengenai investasi yang dimiliki membuat
investor cenderung lebih percaya diri akan perdagangan saham yang akhirnya menyebabkan kompetensi
investor signifikan positif mempengaruhi keputusan investasi. Keputusan dalam berinvestasi dipengaruhi
oleh kompetensi investor yang berpendidikan tinggi (minimal Sarjana). Dea (2017) menunjukkan bahwa
literasi keuangan berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan investasi. Sedangkan variabel tingkat
pendapatan dan pendidikan tidak ada perbedaan dalam pengambilan keputusan investasi.
Kimball et al. (2007) dan Graham et al. (2009) menyatakan bahwa investor yang pendidikannya
tinggi memiliki pengetahuan yang lebih banyak mengenai pergerakan saham dan lebih berani dalam
mengambil resiko, sehingga pengambilan keputusannya dalam berinvestasi lebih besar dibandingkan
dengan investor yang pendidikannya lebih rendah. Sedangkan menurut (Puby, 2015) jika seseorang tersebut
berpendidikan tinggi, maka seseorang tersebut akan dapat mengelola kekayaannya sebagai sumber untuk
berinvestasi. Selain itu, investasi akan membantu seseorang dalam menjalankan usaha dan menutup hutang.
Imawati dkk. (2013) menyatakan bahwa literasi keuangan berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap perilaku konsumtif yang membuktikan bahwa semakin tinggi literasi keuangan seseorang maka
semakin rendah pula perilaku konsumtif yang dimiliki. Imawati juga mengatakan literasi keuangan melatih
manusia mengontrol perilaku konsumtifnya sehingga dapat membuat skala prioritas dalam berbelanja dan
kecil kemungkinan membeli barang yang kurang bermanfaat maupun boros. Seseorang dengan pendidikan
tinggi mampu mengelola kekayaannya sebagai sumber untuk berinvestasi, penerapan pendidikan yang
mumpuni dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman untuk membuat keputusan investasi yang efektif

4
serta memungkinkan berpartisipasi dalam kehidupan berekonomi.
Penelitian ini merupakan replikasi dari jurnal terdahulu “Pengaruh Literasi Keuangan, Pendapatan
Serta Masa Bekerja Terhadap Perilaku Keputusan Investasi (Dewi, 2018)” dengan memodifikasi variabel
yaitu menambahkan pendidikan sebagai variabel independen dan literasi keuangan sebagai variabel
moderasi. Ketimpangan pendapatan terjadi akibat tingkat literasi keuangan. Literasi keuangan memoderasi
pengaruh pendapatan terhadap keputusan berinvestasi. Literasi keuangan memoderasi pengaruh pendidikan
terhadap keputusan berinvestasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis perlu mengkaji dan meneliti agar tujuan dalam
pembahasannya dapat lebih rinci dan mendalam. Untuk itu penulis merumuskan beberapa hal yang akan
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yakni, apakah pendapatan berpengaruh secara signifikan
terhadap keputusan berinvestasi, apakah pendidikan berpengaruh signifikan terhadap keputusan
berinvestasi, apakah pendapatan berpengaruh langsung terhadap keputusan berinvestasi melalui literasi
keuangan dan apakah pendidikan berpengaruh langsung terhadap keputusan berinvestasi melalui literasi
keuangan.

5
LANDASAN TEORI
PREFERENSI RISIKO.
Preferensi risiko adalah suatu keadaan dimana seseorang lebih memilih untuk risiko yang lebih
kecil. Risiko dapat diartikan sebagai peluang terjadinya kerugian. Secara luas risiko berarti kemungkinan
terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan. Keterkaitan kesenjangan
anggaran pendapatan dengan preferensi risiko terjadi karena seseorang dalam membuat keputusan
cenderung bertindak hati hati, karena kinerja nantinya akan diukur dari persentase pencapaian target yang
ditetapkan. Bila mereka menganggarkan pendapatan secara tepat, mereka memiliki rasio ketidakpastian
akan tidak tercapainya target, sehingga mereka cenderung menurunkan target anggaran pendapatan untuk
menghindari risiko. Pengertian risiko yaitu suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh
konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi (Sumarmo, 1998). Sedangkan definisi lain risiko
adalah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian di luar kesalahan salah satu
pihak (Subekti, 1990).
Namun, berinvestasi dalam bentuk apapun pasti ada risiko yang terkandung didalamnya. Risiko
yang dianggap oleh seseorang dapat berupa capital loss atau justru sebaliknya mendapatkan keuntungan.
Besarnya tingkat risiko yang akan ditanggung oleh investor satu dan lainnya tidaklah sama, walaupun
kepribadian investor tersebut sama (Putra, 2011).
PENDAPATAN
Definisi pendapatan menurut ilmu akuntansi dikemukakan oleh beberapa ahli dan literatur,
Menurut Swanburg (2000) pendapatan adalah pemasukan dari penjualan produk dan pelayanan. Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia, pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa
dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan. Pendapatan adalah penerimaan bersih
seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura (kenikmatan). Menurut Munandar (2006), pengertian
pendapatan adalah suatu pertumbuhan aset yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan
karena pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertumbuhan aset yang
disebabkan karena bertambahnya liabilitas. Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep
pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga
selama jangka waktu tertentu (Samuelson dan Nordhaus, 2002).

Menurut Sukirno (2000), pendapatan dapat dihitung melalui tiga cara yaitu:

6
1. Cara Pengeluaran.
Pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai pengeluaran atau pembelanjaan ke atas barang-
barang dan jasa.
2. Cara Produksi.
Pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan.
3. Cara Pendapatan.
Dalam penghitungan ini pendapatan diperoleh dengan menjumlahkan seluruh pendapatan yang
diterima.
Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan (Suparmoko, 2000), yaitu :

1. Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh setelah melakukan pekerjaan untuk orang lain yang
diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu maupun satu bulan.
2. Pendapatan dari Usaha Sendiri. Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurangi dengan
biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga dan tenaga
kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini
biasanya tidak diperhitungkan.
3. Pendapatan dari Usaha Lain. Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja, dan ini
biasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain, pendapatan dari hasil menyewakan aset
yang dimiliki seperti rumah, ternak dan barang lain, bunga dari uang, sumbangan dari pihak lain,
pendapatan dari pensiun, dan lain-lain.

PENDIDIKAN
Pendidikan adalah aktivitas atas usaha manusia untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi
bawaan baik jasmani maupun rohani untuk memperoleh hasil dan prestasi. (Darmadi, 2019). Dengan kata
lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar
pandangan hidup bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila berupa: “nilai dan norma masyarakat” yang
berfungsi sebagai filsafat pendidikan atau sebagai cita-cita dan pernyataan tujuan pendidikannya, karena
bagaimanapun peradaban suatu masyarakat, didalamnya berlangsung dan terjadi suatu proses pendidikan
pada generasi milenial, sebagai usaha manusia untuk melestarikan hidupnya. Pendidikan bagi kehidupan
manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat (Darmadi 2019). Adapun
pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual dan keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

7
Education is most powerful weapon, we can use to change the world (Nelson M, 1940) yang artinya
pendidikan adalah senjata paling ampuh, yang bisa kita gunakan untuk mengubah dunia, kutipan ini
menunjukan bahwa betapa pentingnya pengetahuan dan pendidikan bagi umat manusia, sumber pokok
kekuatan manusia adalah pengetahuan. Disebut demikian karena manusia dengan pengetahuannya mampu
melakukan olah cipta, raga, karsa dan rasa. Sehingga manusia dapat bertahan dengan derasnya arus masa
yang terus maju dan berkembang.
Menurut UU Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan,
Pendidikan Terbagi menjadi 2 jenis :
1. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
2. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang.
Menurut Nurkolis (2005), sedikitnya terdapat tiga alasan untuk memprioritaskan pendidikan
sebagai investasi jangka panjang :
1. Pendidikan Sebagai Alat Perkembangan Ekonomi
Pada praksis manajemen pendidikan modern, salah satu dari lima fungsi pendidikan adalah
fungsi teknis-ekonomis baik pada tataran individual hingga tataran global. Fungsi ini merujuk pada
kontribusi pendidikan untuk perkembangan ekonomi, atau secara umum dapat dibuktikan bahwa
semakin berpendidikan seseorang maka tingkat pendapatannya semakin baik. Hal ini
dimungkinkan karena orang yang berpendidikan lebih produktif bila dibandingkan dengan yang
tidak berpendidikan.
2. Nilai Balikan Pendidikan
Investasi pendidikan memberikan nilai balik (rate of return) yang lebih tinggi dari pada
investasi fisik di bidang lain. Nilai balik pendidikan adalah perbandingan antara total biaya yang
dikeluarkan untuk membiayai pendidikan dengan total pendapatan yang akan diperoleh setelah
seseorang lulus dan memasuki dunia kerja.
3. Fungsi Non-Ekonomis dalam Investasi Pendidikan
Investasi dalam pendidikan memiliki banyak fungsi selain fungsi teknis-ekonomis, yaitu
fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya, dan fungsi kependidikan. Investasi dalam
bidang pendidikan tidak semata-mata untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi tetapi lebih luas
lagi yaitu perkembangan ekonomi.

KEPUTUSAN BERINVESTASI

8
Berinvestasi merupakan hal yang sangat penting dalam mengatur dan mengelola keuangan yang
dapat memberikan keuntungan tinggi dengan tingkat risiko yang tinggi pula, begitupun sebaliknya.
Investasi adalah aktivitas penempatan modal ke dalam sebuah usaha tertentu dengan tujuan memperoleh
tambahan penghasilan dan keuntungan (Ayu, 2014) sedangkan Investasi adalah penanaman sumber daya
untuk mendapatkan hasil dimasa yang akan datang (Husnan, 2000). Keputusan investasi adalah suatu
keputusan dalam pengalokasian atau meletakkan sejumlah dana pada jenis investasi tertentu agar
mendatangkan keuntungan di masa mendatang dengan jangka waktu tertentu. Keputusan dalam
berinvestasi adalah keputusan yang penting dalam pengelolaan keuangan.
Menurut Tandelilin (2010) beberapa alasan seseorang melakukan investasi antara lain:
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa mendatang.
Seseorang yang bijaksana akan berpikir untuk meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke
waktu atau setidaknya berusaha mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada
sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi.
Dengan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang
dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat
pengaruh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak
Adanya kebijakan di beberapa negara yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi di
masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan
investasi pada bidang tertentu.

Menurut Freddy (2012) investasi yang dikeluarkan harus menghasilkan tingkat pengembalian yang
sesuai dengan besarnya modal yang dikeluarkan, serta risiko yang dihadapi. Besarnya risiko yang
dimasukan dalam penilaian investasi akan mempengaruhi besarnya hasil yang diharapkan oleh pemodal,
risiko terbesar dalam investasi adalah hilangnya seluruh nilai investasi yang ditanamkan.

Menurut Gitman (2003), secara garis besar terdapat dua macam risiko yang dihadapi oleh
perusahaan yaitu :
1. Business Risk, yaitu kemungkinan sebuah perusahaan tidak dapat membayar biaya
operasionalnya. Tingkat risiko ini dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan perusahaan dan
struktur biaya operasionalnya.

9
2. Financial Risk, yaitu kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban
keuangannya. Tingkat risiko ini dipengaruhi oleh perkiraan arus kas yang akan diterima
oleh perusahaan dan kewajiban pembiayaan keuangan yang bersifat tetap.
Adapun sumber risiko yang dapat mempengaruhi besarnya risiko investasi antara lain Reilly, et al
(2000) :
1. Risiko Tingkat Bunga
Perubahan tingkat suku bunga terutama jika terjadi kenaikan. Interest rate risk mempengaruhi
obligasi secara langsung dibandingkan common stock.
2. Risiko Inflasi
Faktor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah risiko daya beli atau berkurangnya kemampuan
membeli investasi
3. Risiko Bisnis
Risiko yang ada ketika melakukan suatu usaha/bisnis dalam industri khusus.
4. Risiko Finansial
Risiko ini berhubungan dengan penggunaan utang oleh perusahaan. Besarnya proporsi aset oleh
pembiayaan hutang dan besarnya variabilitas return adalah sama.
5. Risiko Manajemen
Risiko yang muncul karena kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan.
6. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas ini berhubungan dengan pasar sekunder dalam perdagangan sekuritas. Suatu
investasi yang dapat dibeli atau dijual secara cepat dan tanpa harga yang signifikan biasanya
bersifat liquid, semakin tidak menentunya elemen waktu dan konsesi (kelonggaran) harga, semakin
besar liquidity risk.
7. Risiko Nilai Tukar
Risiko yang disebabkan oleh fluktuasi mata uang.
8. Risiko Negara (political risk)
Dengan banyaknya investor yang berinvestasi secara internasional, baik secara langsung maupun
tidak langsung, stabilitas dan kelangsungan hidup ekonomi suatu negara perlu dipertimbangkan.
LITERASI KEUANGAN
Menurut Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (2016) menyatakan bahwa secara definisi literasi
diartikan sebagai kemampuan memahami, jadi literasi keuangan adalah kemampuan mengelola dana yang
dimiliki agar berkembang dan hidup bisa lebih sejahtera di masa yang akan datang. Literasi keuangan
mempunyai tujuan, antara lain ;
a) Meningkatnya kualitas pengambilan keputusan keuangan individu; dan

10
b) Perubahan sikap dan perilaku individu dalam pengelolaan keuangan menjadi lebih baik,
sehingga mampu menentukan dan memanfaatkan lembaga, produk dan layanan jasa keuangan yang
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan konsumen dan/atau masyarakat dalam rangka mencapai
kesejahteraan.
Margaretha (2015) membagi literasi keuangan menjadi empat indikator, yaitu
● Pengetahuan keuangan dasar (basic financial knowledge),
● Simpanan dan pinjaman (saving and borrowing),
● Proteksi atau asuransi (insurance),
● Investasi (Investment).
Menurut Manurung (2009) literasi keuangan adalah seperangkat pengetahuan dan keterampilan
yang memungkinkan seseorang untuk membuat keputusan yang efektif dengan semua sumber daya
keuangan mereka. Dapat disimpulkan bahwa literasi keuangan adalah kemampuan seseorang dalam
mengatur keuangannya secara umum, diantaranya mengatur kebutuhan hidupnya, tabungan, investasi,
pensiun, dan dana darurat yang bisa digunakan jika ada keperluan yang penting dan mendesak.

PENDAPATA
N H1
KEPUTUSAN
BERINVESTASI

H3
H2

LITERASI
KEUANGAN

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Pengaruh Pendapatan Terhadap Keputusan Berinvestasi
Menurut John et al, (2009) terdapat hubungan yang positif antara pendapatan (income) dengan
perilaku manajemen keuangan yang bertanggung jawab. Semakin tinggi pendapatan maka semakin baik
pula keuangannya. Hasil penelitian ini didukung oleh teori perspektif perilaku keuangan dalam
pengambilan keputusan yang adaptif. Semakin baik keadaan sosiodemografi seseorang akan berpengaruh
terhadap jenis proses pengambilan keputusan berinvestasi yang digunakan kearah yang baik. Sudheer
(2015) menemukan hasil bahwa pendapatan berpengaruh signifikan terhadap kebutuhan serta keputusan

11
berinvestasi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 :
Pendapatan berpengaruh positif signifikan terhadap perilaku keputusan berinvestasi.
Pengaruh Pendidikan Terhadap Keputusan Berinvestasi
Menurut Graham et al. (2009) investor yang memiliki pendidikan tinggi maka memiliki
pengetahuan yang lebih banyak mengenai pergerakan saham dan lebih berani dalam mengambil resiko,
sehingga pengambilan keputusannya dalam berinvestasi lebih besar dibandingkan dengan investor yang
pendidikannya lebih rendah. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut: H2: Pendidikan berpengaruh positif terhadap perilaku keputusan berinvestasi.
Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Keputusan Berinvestasi
Menurut Robb dan Woodyard (2011) literasi keuangan merupakan bagian dari pengetahuan
keuangan untuk mengetahui bagaimana pasar keuangan harus beroperasi dalam menghasilkan individu
yang membuat keputusan lebih efektif. Jagongo dan Wenje, (2014) menemukan bahwa sebagian besar
responden tidak memahami konsep keuangan dasar, terutama yang berkaitan dengan saham, obligasi,
reksadana dan konsep keuangan majemuk. Sehingga orang sering gagal dalam menyimpulkan serta
mengambil keputusan. Namun berbeda dengan (Welly, 2016) menemukan bahwa pengetahuan umum
keuangan pribadi tidak berpengaruh secara parsial terhadap keputusan berinvestasi. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Literasi keuangan berpengaruh positif
terhadap perilaku keputusan berinvestasi.
Literasi Keuangan Memoderasi Pengaruh Pendapatan Terhadap Keputusan
Berinvestasi
Pada penelitian Dewi dan Purbawangsa (2018) menunjukkan bahwa hasil data statistik variabel
literasi keuangan memiliki pengaruh paling besar dalam menentukan perilaku keputusan berinvestasi
dibandingkan pendapatan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4: Pendapatan berpengaruh langsung terhadap literasi keuangan melalui keputusan berinvestasi.
Literasi Keuangan Memoderasi Pengaruh Pendidikan Terhadap Keputusan
Berinvestasi
Tingginya tingkat pendidikan akan membantu seseorang dalam mengumpulkan kekayaan pribadi
dan paham akan cara mengelola kekayaan tersebut. Jika seseorang tersebut berpendidikan tinggi, maka
seseorang tersebut akan dapat mengelola kekayaannya sebagai sumber untuk berinvestasi. Selain itu,
investasi akan membantu seseorang dalam menjalankan usaha dan menutup hutang (Puby, 2015).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H5: Pendidikan
berpengaruh langsung terhadap literasi keuangan melalui keputusan berinvestasi.

12
METODOLOGI PENELITIAN

POPULASI DAN SAMPEL


Variabel yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Variabel Independen (eksogen) : Pendapatan (X1) dan Pendidikan (X2)
2. Variabel Dependent (endogen) : Keputusan Berinvestasi (Y)
3. Variabel Moderasi : Literasi Keuangan (M)
Populasi dalam penelitian ini merupakan karyawan atau mahasiswa yang berstatus aktif bekerja
dan belajar sebanyak 70 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling, semua
responden memiliki kesempatan yang sama tergantung dari siapa yang ditemui pada saat penelitian
dilakukan.
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data survei dengan menggunakan kuesioner.
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui karakteristik responden dan deskripsi responden terhadap
indikator – indikator dalam bentuk atau merefleksikan variabel. Analisis deskriptif juga ditujukan untuk
menggambarkan kecenderungan tanggapan responden terhadap item-item pertanyaan yang berkaitan
dengan variabel penelitian.
Data yang dikumpulkan dilakukan dengan editing, coding dan tabulasi kemudian disusun dan
diolah menggunakan bantuan komputer dengan aplikasi IBM Statistical Package for Social Sciences
(SPSS) versi 24. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.
OPERASIONALISASI VARIABEL
Secara keseluruhan terdapat empat variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini. Variabel
independen yaitu pendapatan dan pendidikan, serta variabel dependen yaitu keputusan berinvestasi, terakhir
adalah variabel moderasi yaitu literasi keuangan.

Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel

VARIABEL DEFINISI INDIKATOR SKALA


PERNYATAAN PENGUKURAN

Independen :

Pendapatan Pendapatan adalah suatu pertumbuhan


aset yang mengakibatkan bertambahnya

13
owners equity, tetapi bukan karena 3 1-5
pertambahan modal baru dari pemiliknya
dan bukan pula merupakan pertumbuhan
aset yang disebabkan karena
bertambahnya liabilitas.

Pendidikan Pendidikan adalah aktivitas atas usaha


manusia untuk mengembangkan potensi-
potensi bawaan baik jasmani maupun 3 1-5
rohani untuk memperoleh hasil dan
prestasi.

Dependen :

Keputusan Keputusan berinvestasi adalah suatu


Berinvestasi keputusan dalam pengalokasian atau
meletakkan sejumlah dana pada jenis 11 1-5
investasi tertentu agar mendatangkan
keuntungan di masa mendatang dengan
jangka waktu tertentu.

Moderasi :

Literasi literasi keuangan adalah kemampuan


Keuangan mengelola dana yang dimiliki agar 10 1-5
berkembang dan hidup bisa lebih sejahtera
di masa yang akan datang.

Skala pengukuran merupakan kesempatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam
pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif (Sugiyono, 2005). Ia pun mengemukakan bahwa skala
likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Skala likert didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan pernyataan
pada skala 5 titik susunan :

Tabel 3.2
Skala Likert

14
Peringkat Pengukuran Simbol Kuesioner Makna

1 STS Sangat Tidak Setuju

2 TS Tidak Setuju

3 TT Tidak Tahu (Netral)

4 S Setuju

5 SS Sangat Setuju

Sumber: Uma Sekaran (2006)

MODEL PENELITIAN, INCLUDE ANALYSIS METODE


Metode Analisis data dalam pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan statistik deskriptif, uji
asumsi klasik untuk memastikan apakah model regresi terbebas dari penyimpangan asumsi klasik
(normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas), regresi linear berganda, serta regresi moderasi
(MRA). Dalam pengujian hipotesis yang bertujuan untuk mengetahui hubungan fungsional antara variabel
independen terhadap variabel dependen juga disertakan variabel moderasi.
Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji signifikan parsial (uji t) dan uji
koefisien regresi simultan (F). Analisis diolah dengan bantuan software IBM Statistical Package for Social
Sciences (SPSS) versi 24. Berikut model regresi linier berganda yang mengandung keputusan berinvestasi
sebagai variabel dependen, serta pendapatan dan tingkat pendidikan sebagai variabel independen, dengan
literasi keuangan sebagai variabel moderasi :
inv = β0 + β1 inc + β2 edu + β3 lk + β4 inc*lk + β5 edu*lk + e
Keterangan :
inv = Keputusan Berinvestasi
inc = Pendapatan
edc= Pendidikan
lk = Literasi Keuangan
α = Konstanta
β0-β5 = Koefisien arah regresi

15
e = Batas Toleransi Kesalahan (error tolerance)
Terakhir akan dilakukan interpretasi atas uji hasil data tersebut, serta akan diberikan kesimpulan
mengenai hasil secara keseluruhan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Uji Penelitian Instrumen


Uji Validitas
Penelitian ini terdapat 27 pernyataan kepada 70 responden dan dilakukan pengujian validitas dari
seluruh pernyataan tersebut. Kuesioner terbagi menjadi 4 variabel yaitu pendapatan, pendidikan, literasi
keuangan dan keputusan berinvestasi. Variabel pendapatan memiliki 3 pernyataan, pendidikan memiliki 3
pernyataan, literasi keuangan memiliki 11 pernyataan dan keputusan berinvestasi memiliki 10 pernyataan.
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa semua indikator dalam penelitian ini dinyatakan valid atau
konsisten. Berikut adalah hasil pengujian validitas dari masing-masing indikator :

Tabel 4.1
Uji Validitas
Variabel Indikator Nilai R Hitung Nilai R Tabel Keterangan
Pendapatan 1 0.680 0.235 Valid

Pendapatan (X1) Pendapatan 2 0.879 0.235 Valid

Pendapatan 3 0.776 0.235 Valid

Pendidikan 1 0.788 0.235 Valid

Pendidikan (X2) Pendidikan 2 0.757 0.235 Valid

Pendidikan 3 0.789 0.235 Valid

Literasi Keuangan 1 0.621 0.235 Valid

Literasi Keuangan 2 0.492 0.235 Valid

Literasi Keuangan 3 0.683 0.235 Valid

Literasi Keuangan (M) Literasi Keuangan 4 0.679 0.235 Valid

Literasi Keuangan 5 0.735 0.235 Valid

Literasi Keuangan 6 0.638 0.235 Valid

Literasi Keuangan 7 0.707 0.235 Valid

16
Literasi Keuangan 8 0.570 0.235 Valid

Literasi Keuangan 9 0.565 0.235 Valid

Literasi Keuangan 10 0.626 0.235 Valid

Literasi Keuangan 11 0.614 0.235 Valid

Keputusan Berinvestasi 1 0.661 0.235 Valid

Keputusan Berinvestasi 2 0.535 0.235 Valid

Keputusan Berinvestasi 3 0.408 0.235 Valid

Keputusan Berinvestasi 4 0.774 0.235 Valid

Keputusan Berinvestasi 5 0.600 0.235 Valid


Keputusan Berinvestasi (Y)
Keputusan Berinvestasi 6 0.607 0.235 Valid

Keputusan Berinvestasi 7 0.672 0.235 Valid

Keputusan Berinvestasi 8 0.792 0.235 Valid

Keputusan Berinvestasi 9 0.780 0.235 Valid

Keputusan Berinvestasi 10 0.562 0.235 Valid

Sumber : data primer diolah, 2020

Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas menunjukkan nilai reliabilitas dengan menggunakan metode cronbach alpha
memberikan nilai lebih dari 0,60 yang menandakan bahwa semua indikator reliabel dan handal untuk
digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah hasil pengujian reliabilitas dari masing-masing indikator :
Tabel 4.2
Uji Reliabilitas
Cronbach's
Variabel Indikator Item Keputusan
Alpha
Pendapatan (X1) Penghasilan 2 0.855 Reliable

Jenjang Pendidikan 2 0.853 Reliable


Pendidikan (X2)

Kesesuaian Jurusan 1 0.853 Reliable

Literasi Keuangan (M)


Pengetahuan Dasar Keuangan 2 0.883 Reliable

17
Pengetahuan Manajemen Keuangan 3 0.883 Reliable

Pengetahuan Manajemen Kredit dan Utang 2 0.883 Reliable

Pengetahuan Tabungan dan Investasi 2 0.883 Reliable

Pengetahuan Manajemen Risiko Keuangan 2 0.883 Reliable

Memperhitungkan keamanan dan Resiko 2 0.881 Reliable

Memprediksi komponen faktor dan resiko 2 0.881 Reliable

Keputusan
Berinvestasi (Y) Meramalkan Pendapatan Investasi 2 0.881 Reliable

Memahami pertumbuhan Investasi 2 0.881 Reliable

Menganalisa Tingkat Likuiditas 2 0.881 Reliable

Sumber : data primer diolah, 2020


Uji Regresi Linear Berganda
Estimasi model regresi ini digunakan untuk mengukur kemampuan variabel independen dalam
memprediksi variabel dependen dengan variabel moderasi untuk membuktikan apakah memperkuat atau
memperlemah koefisien masing-masing variabel independen. Di bawah ini merupakan tabel hasil uji regresi
linear berganda.

18
Sumber: data primer diolah, 2020

Demikian persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:


inv = 37.768 - 1.251 inc - 1.226 edu - 0.010 lk + 0.019 inc*lk + 0.040 edu*lk + e
Keterangan :
inv = Keputusan Berinvestasi
inc = Pendapatan
edc= Pendidikan
lk = Literasi Keuangan
α = Konstanta
β0-β5 = Koefisien arah regresi
e = Batas Toleransi Kesalahan (error tolerance)

Uji Asumsi Klasik (Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas )


Uji Normalitas
Menurut Imam Ghozali (2011) model regresi dikatakan berdistribusi normal jika data plotting
(titik-titik) yang menggambarkan data sesungguhnya mengikuti garis diagonal. Model regresi yang baik
adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini
menggunakan analisis grafik.

19
Sumber: data primer diolah, 2020

Tampilan normal probability plot, menunjukkan data menyebar berhimpitan di sepanjang garis
diagonal. Hal ini menunjukkan, bahwa residual berdistribusi secara normal.
Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sumber: data primer diolah, 2020

20
Hasil uji statistik Non-Parametrik Kolmogorov Smirnov Test (K-S), menunjukkan nilai signifikansi
sebesar 0,06 yaitu lebih besar daripada 0,05. Hal ini menunjukkan, bahwa residual terdistribusi secara
normal. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa data penelitian ini berdistribusi normal.

Uji Multikolinearitas
Nilai cut off yang dipakai untuk menunjukkan multikolinieritas adalah nilai tolerance ≤ 0,100
atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat
sebagai berikut.
Hasil perhitungan nilai tolerance tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance ≤
0,100. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai VIF ≥ 10. Dengan demikian dapat disimpulkan,
bahwa tidak adanya multikolinieritas antar variabel independen dalam model
regresi penelitian ini.

Sumber: data primer diolah, 2020

Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2011) tidak terjadi heteroskedastisitas jika tidak ada pola yang jelas
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) pada gambar scatterplot, serta titik-titik menyebar diatas

21
dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas melalui grafik scatterplots
menunjukkan bahwa, dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

Sumber: data primer diolah, 2020

Dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas melalui grafik
scatterplots menunjukkan bahwa, dalam penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal ini ditunjukkan
dari grafik scatterplots terlihat titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y. Analisis dengan grafik plots memiliki kelemahan yang cukup signifikan, karena
jumlah pengamatan mempengaruhi hasil plotting. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan uji
statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil dengan uji glejser.

Uji Glesjer

22
Sumber: data primer diolah, 2020

Berdasarkan uji glejser, tidak ada variabel independen yang signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel dependen nilai Absolut Ut (AbsUt), karena nilai signifikansi (Sig.) semua variabel
independen lebih besar dari 0,05. Namun untuk penambahan variabel moderasi (literasi keuangan) pada
variabel independen (pendapatan) secara statistik tidak mempengaruhi secara signifikan untuk variabel
dependen (keputusan berinvestasi), dikarenakan nilai Absolut Ut (AbsUt) sama dengan nilai signifikansi
(Sig.) 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan, penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Kelayakan Model (F)


Dalam penelitian ini menunjukkan F hitung (48.555) > F tabel (3.13) . Hal ini menunjukkan model
memiliki goodness of fit yang baik, karena pendapatan dan pendidikan melalui literasi keuangan
berpengaruh secara simultan terhadap keputusan berinvestasi. Selain itu, tingkat signifikansinya sebesar
0,00 < 0,05, yang berarti terdapat pengaruh variabel X secara simultan terhadap variabel Y.
Dengan demikian, model penelitian layak untuk digunakan sebagai model pemecahan masalah
penelitian. F tabel = F (k ; n - k) = F (2; 70-2) = F (2; 68) =3,13

23
Sumber: data primer diolah, 2020

Uji t
Hasil uji t menunjukkan (X1) pendapatan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
berinvestasi, sedangkan (X2) pendidikan dan (M) literasi keuangan berpengaruh terhadap keputusan
berinvestasi. Hal ini ditunjukkan dengan nilai t hitung lebih kecil dari t tabel dan signifikansi lebih dari
0,05. Hasil uji penelitian ini memiliki nilai t hitung yang lebih besar dari t tabel dan signifikansi kurang dari
0,05. t tab = t (α/2 ; n -k-1) = t (0.05;70-2-1) = t (0.025;67) = 1,996

Sumber: data primer diolah, 2020


PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini mengenai
Pengaruh Pendapatan dan Pendidikan terhadap Keputusan Berinvestasi Melalui Literasi Keuangan sebagai
Variabel Moderasi, maka kesimpulan yang diambil adalah sebagai berikut: Hasil uji instrumen penelitian
yaitu uji regresi linear berganda, uji asumsi klasik, uji kelayakan model (F) dan uji t menunjukkan bahwa,
semua indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur variabel independen, variabel moderasi serta

24
variabel dependen dalam penelitian ini layak dan handal sebagai tolak ukur. Hasil uji estimasi model
menghasilkan model regresi linear berganda sebagai berikut:
inv = 37.768 - 1.251 inc - 1.226 edu - 0.010 lk + 0.019 inc*lk + 0.040 edu*lk + e
Hasil uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas
menunjukkan, bahwa model penelitian yang dikembangkan memenuhi syarat asumsi klasik sebagai model
regresi yang baik. Hasil uji normalitas, yaitu model regresi berdistribusi normal. Sedangkan uji
heteroskedastisitas dan multikolinearitas menunjukkan tidak ada gejala heteroskedastisitas dan tidak ada
gejala multikolinearitas.
Hasil uji kelayakan model (F) menunjukkan, bahwa model penelitian layak untuk digunakan
sebagai model pemecahan masalah penelitian.
Hasil pengujian hipotesis satu (H1) yang diperoleh dari uji t menunjukkan, pendapatan tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan berinvestasi.
Hasil pengujian hipotesis dua (H2) yang diperoleh dari uji t menunjukkan, pendidikan berpengaruh
secara signifikan terhadap keputusan berinvestasi.
Hasil pengujian hipotesis tiga (H3) yang diperoleh dari uji t menunjukkan, literasi keuangan
berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan berinvestasi.
Hasil pengujian hipotesis empat (H4) yang diperoleh dari uji t menunjukkan, pendapatan tidak
berpengaruh langsung terhadap literasi keuangan melalui keputusan berinvestasi.
Hasil pengujian hipotesis lima (H5) yang diperoleh dari uji t menunjukkan, pendidikan tidak
berpengaruh langsung terhadap literasi keuangan melalui keputusan berinvestasi.
Saran
Saran dari penulis untuk penelitian selanjutnya agar berfokus pada pendidikan disertai literasi
keuangan dalam keputusan berinvestasi. Hal ini disebabkan, literasi keuangan memiliki pengaruh yang kuat
terhadap keputusan berinvestasi dan pengaruhnya berdampak besar pada keputusan berinvestasi
dibandingkan dengan variabel independen lainnya (pendapatan). Semakin tingginya pendapatan tidak akan
menjamin pemahaman mengenai literasi keuangan. Jumlah pendapatan seseorang ternyata tidak memiliki
pengaruh langsung dalam mengukur literasi keuangannya, melainkan tergantung kebijaksanaan.
Pentingnya merencanakan aktivitas keuangan dalam pengambilan keputusan tiap individu, sehingga sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan dalam rangka mencapai kesejahteraan.
Saran dalam penelitian ini adalah setiap individu perlu menyadari bahwa pentingnya financial
literacy dalam pengelolaan dana, dikarenakan faktor ini merupakan faktor utama di dalam melakukan
sebuah investasi dimana akan bermanfaat ketika di masa mendatang. Sehingga dengan adanya hasil
penelitian ini diharapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan lembaga jasa keuangan lainnya lebih aktif
dalam melakukan sosialisasi terkait literasi keuangan dalam pemanfaatan produk dan layanan jasa

25
keuangan. Kemudian melakukan kegiatan pelatihan dan workshop terkait literasi keuangan yang tentunya
akan sangat membantu dalam meningkatan pengetahuan dan kemampuan pengelolaan keuangan pada
pelaku investasi. Hal ini dikarenakan, dengan adanya pemahaman akan literasi keuangan maka akan
semakin memahami bagaimana berinvestasi yang baik dan benar.

Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dari penelitian ini adalah variabel dalam penelitian ini masih terbatas,
penelitian ini memiliki banyak item pernyataan pada kuesioner yang disebarkan, sehingga menyebabkan
responden kurang memahami beberapa item pernyataan yang terdapat pada kuesioner. Bagi peneliti
selanjutnya disarankan untuk menggunakan metode pengambilan sampel yang berbeda, sebab metode
convenience sampling masih kurang cukup mempresentasikan literasi keuangan, selain itu peneliti
selanjutnya sebaiknya dapat memperluas area penelitian, dikarenakan penelitian ini terbatas hanya pada
wilayah Provinsi DKI Jakarta. Sehingga akan lebih baik jika pada penelitian selanjutnya memperluas
cakupan wilayah.
Mengingat terbatasnya waktu, biaya dan tenaga, sehingga jurnal yang digunakan untuk mendukung
penelitian ini relatif sedikit. Selain itu, karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga menyebabkan variabel
penelitian menggunakan 2 (dua) variabel bebas yaitu pendapatan dan pendidikan untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap kebutuhan berinvestasi.

Referensi
Baiq Fitri Arianti. 2020. Pengaruh Pendapatan dan Perilaku Keuangan terhadap Literasi.
Keuangan melalui Keputusan Berinvestasi sebagai Variabel Intervening. Jurnal Akuntansi Vol. 10,
No.1.
Daniel Fernandes, John G. Lynch, Jr and Richard G. Netemeyer (2013). Financial Literacy,
Financial Education and Downstream Financial Behaviors.
Darmadi. H. 2019. Pengantar Pendidikan Era Globalisasi. An1mage.
Dea Rachmalita Sari. 2017. Pengaruh Literasi Keuangan, Pendapatan, dan Pendidikan terhadap
Keputusan Investasi Keluarga Etnis China di Surabaya.
Dewi Ayu Wulandari dan Rr. Iramani. 2014. “Studi Experienced Regret, Risk Tolerance,

26
Overconfidence dan Risk Perception Pada Pengambilan Keputusan Investasi Dosen Ekonomi”.
Journal of Business and Banking, Vol. 4 No. 1, hlm 55-66.
Eric A. Hanushek (1996). Measuring Investment in Education. Journal of Economic
Perspectives Vol, 10 No, 4.
Huriyatul Akmal dan Yogi Eka Saputra (2016). Analisis Tingkat Literasi Keuangan. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam Volume 1 Nomor 2.
Hussein A. Hassan Al-Tamimi and Al Anood Bin Kalli (2009). Financial Literacy and
Investment Decisions of UAE Investors. The Journal of Risk Finance Vol, 10 No 5.
Iga Mertha Dewi dan Ida Bagus Anom Purbawangsa (2018). Pengaruh Literasi Keuangan,
Pendapatan serta masa bekerja terhadap Perilaku Keputusan Investasi. E-Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana 7.7.
John, G. E., Park, J.-Y., & Joo, S.-H. 2009. Explaining Financial Management Behavior for
Koreans Living in the United States. The Journal of Consumer Affairs , 80.
Margaretha, Farah dan Pambudhi, RA. (2015). Tingkat Literasi Keuangan pada mahasiswa S1
Fakultas Ekonomi. JMK. Vol 17 No. 1. Hal 76-85. Diakses pada tanggal 1 September 2017.
Mutia Sari, Mohd. Nur Syechalad dan Sabri. Abd. Majid (2016). Pengaruh Investasi, Tenaga
Kerja dan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ekonomi
dan Kebijakan Publik Volume 3 Nomor 2.
Munandar, M. (2006). Pokok-pokok Intermediate Accounting. Yogyakarta: Gajah Mada.
Otoritas Jasa Keuangan. (2016). Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia. Jakarta.
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus, (2002). Ilmu Makroekonomi. Edisi Ketujuh belas.
Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
Sekaran, Uma (2006). Metodologi Penelitian untuk Bisnis Edisi Keempat Terjemahan Bahasa
Indonesia, Jakarta : Salemba Empat.
Sukirno, Sadono. (2000). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
Sugiyono (2005), Metode Penelitian Bisnis, Bandung: Alfabeta.
Suparmoko, M. (.2000.) Pengantar Ekonomi Makro, BPFE, Jakarta.
Theresia Tyas Listyani, Muhammad Rois dan Slamet Prihati (2019). Analisis Pengaruh
Pengetahuan Investasi, Pelatihan Pasar Modal, Modal Investasi minimal dan Persepsi Risiko
terhadap Minat Investasi Mahasiswa di Pasar Modal (Studi pada PT Phintraco Sekuritas Branch
Office Semarang).
Tohar, M., (2003). Membuka Usaha Kecil. Yogyakarta: Kanisius.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Zahra Qurotaa’yun dan Astrie Krisnawati (2019). Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Perilaku

27
Konsumtif Generasi Milenial di Kota Bandung. Journal Accounting and Finance Edisi

28

Anda mungkin juga menyukai