NPM : 1117104002
A. Zachman framework
Kerangka kerja Zachman bukan suatu metodologi untuk mengembangkan enterprise architecture, akan
tetapi kerangka kerja Zachman merupakan kerangka kerja untuk mengkategorikan artifak enterprise
architecture. Kerangka kerja Zachman dapat dimanfaatkan untuk menentukan apakah suatu metodologi
meliputi semua aspek dalam enterprise architecture atau aspek apa saja yang dicakup oleh metodologi.
Kerangka kerja Zachman untuk enterprise architecture terdiri dari 6 (enam) kolom dan 6 (enam) baris
Secara umum tiap kolom merepresentasikan fokus, abstraksi atau topik enterprise architecture, yaitu:
- What (data): menggambarkan kesatuan yang dianggap penting dalam bisnis. Kesatuan tersebut
adalah hal-hal yang informasinya perlu dipelihara.
- How (fungsi): mendefinisikan fungsi atau aktivitas. Input dan output juga dipertimbangkan pada
kolom ini.
- Where (jaringan): menunjukkan lokasi geografis dan hubungan antara aktivitas dalam organisasi,
meliputi lokasi geografis bisnis yang utama.
- Who (orang): mewakili manusia dalam organisasi dan metrik untuk mengukur kemampuan dan
kinerjanya. Kolom ini juga berhubungan dengan user interface dan hubungan antara manusia dan
pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
- When (waktu): mewakili waktu atau kegiatan yang menunjukkan kriteria kinerja. Kolom ini berguna
untuk mendesain jadwal dam memproses arsitektur.
- Why (motivasi): menjelaskan motivasi dari organisasi dan pekerjanya. Disini terlihat tujuan, sasaran,
rencana bisnis, arsitektur pengetahuan, alasan pikiran dan pengambilan keputusan dalam organisasi.
Setiap baris pada kerangka kerja Zachman mewakili perspektif yang berbeda dan unik yaitu:
- Perspektif Perencana (Ballpark View), yaitu menetapkan konteks, latar belakang dan tujuan
enterprise.
- Perspektif Pemilik (Owner’s View), yaitu menetapkan model-model konseptual dari enterprise.
- Perspektif Perancang (Designer’s View), yaitu menetapkan model-model sistem informasi sekaligus
menjembatani hal-hal yang diinginkan pemilik dan hal-hal yang dapat direalisasikan secara teknis dan
fisik.
- Perspektif Pembangun (Builder’s View), yaitu menetapkan rancangan teknis dan fisik yang digunakan
dalam mengawasi implementasi teknis dan fisik.
- Perspektif Subkontraktor (Subcontractor), yaitu menetapkan peran dan rujukan bagi pihak yang
bertanggung jawab untuk melakukan pembangunan secara teknis dan fisik serta mengadakan
komponen-komponen yang diperlukan.
- Perspektif Fungsi Sistem, yaitu merepresentasikan perspektif pengguna dan wujud nyata hasil
implementasi.
Setiap baris mewakili sebuah pandangan lengkap dari perspektif atau sudut pandang tertentu.
perspektif yang lebih atas tidak harus lebih komprehensif dibandingkan dengan perspektif yang lebih
rendah. Perspektif yang lebih atas juga tidak menguraikan dengan lebih terperinci dari perspektif yang
lebih rendah. Setiap baris mewakili perspektif yang berbeda dan unik, tetapi kemampuan
menyampaikan dari setiap perspektif harus memberikan rincian yang cukup untuk menentukan solusi
pada tingkat perspektif tersebut dan harus dapat diterjemahkan ke perspektif yang lebih rendah. secara
eksplisit. Setiap perspektif harus memperhatikan kebutuhan dari perspektif lainnya dan batasan yang
ditimbulkan oleh perspektif tersebut. Batasan dari setiap perspektif merupakan faktor penambah.
B. Togaf ADM
TOGAF ADM juga menyatakan visi dan prinsip yang jelas tentang bagaimana melakukan pengembangan
arsitektur enterprise, prinsip tersebut digunakan sebagai ukuran dalam menilai keberhasilan dari
pengembangan arsitektur enterprise oleh organisasi rinsip-prinisip tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a. Prinsip Enterprise Pengembangan arsitektur yang dilakukan diharapkan mendukung seluruh bagian
organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang membutuhkan.
b. Prinsip Teknologi Informasi (TI) Lebih mengarahkan konsistensi penggunaan TI pada seluruh bagian
organisasi, termasuk unit-unit organisasi yang akan menggunakan.
c. Prinsip Arsitektur Adalah penggambaran bagaimana penyimpanan, pengelolaan dan pengaksesan data
pada perusahaan.
d. Arsitektur teknis Merancang arsitektur sistem berdasarkan kebutuhan proses bisnis dan bagaimana
mengimplementasikannya.
Langkah awal yang perlu diperhatikan pada saat mengimplementasikan TOGAF ADM adalah
mendefinisikan persiapan-persiapan yaitu dengan cara mengidentifikasi kontek arsitektur yang akan
dikembangkan, kedua adalah mendefenisikan strategi dari arsitektur dan menetapkan bagian-bagian
arsitektur yang akan dirancang, yaitu mulai dari arsitektur bisnis, arsitektur sistem informasi, arsitektur
teknologi, serta menetapkan kemampuan dari arsitektur yang akan dirancang dan dikembangkan.
Architecture Development Method (ADM) yang memberikan gambaran spesifik untuk proses
pengembangan arsitektur .ADM adalah fitur penting yang memungkinkan perusahaan mendefinisikan
kebutuhan bisnis dan membangun arsitektur spesifik untuk memenuhi kebutuhan itu. ADM terdiri dari
tahapan-tahapan yang dibutuhkan dalam membangun arsitektur enterprise. Secara singkat kedelapan
fase ADM adalah sebagai berikut:
1. Fase Preliminary: Framework and Principles: Merupakan fase persiapan yang bertujuan untuk
mengkonfirmasi komitmen dari stakeholder, penentuan framework dan metodologi detil yang
akan digunakan pada pengembangan EA. Pada fase ini harus menspesifikasikan who, what,
why, when, dan where dari arsitektur itu sendiri.
2. Fase A : Architecture Vision. Fase ini memiliki tujuan untuk memperoleh komitmen manajemen
terhadap fase ADM ini, memvalidasi prinsip, tujuan dan pendorong bisnis, mengidentifikasi
stakeholder. Terdapat beberapa langkah untuk mencapaian tujuan fase ini dengan inputan
berupa permintaan untuk pembuatan arsitektur, prinsip arsitektur dan enterprise continuum.
Output dari fase ini adalah: (1) pernyataan persetujuan pengerjaan arsitektur yang meliputi:
Scope dan konstrain serta rencana pengerjaan arsitektur, (2) prinsip arsitektur termasuk prinsip
bisnis, (3) Architecture Vision.
3. Fase B : Business Architecture. Fase B bertujuan untuk (1) memilih sudut pandang terhadap
arsitektur yang bersesuaian dengan bisnis dan memilih teknik dan tools yang tepat (2)
mendeskripsikan arsitektur bisnis eksisting dan target pengembangannya serta analisis gap
antara keduanya. Inputan untuk fase B berasal dari output fase A, sedangkan outputnya adalah
revisi terbaru dari hasil ouput fase A ditambah dengan arsitektur bisnis eksisting dan target
pengembangannya secara detil serta hasil analisis gap, business architecture report dan
kebutuhan bisnis yang telah diperbaharui. Beberapa langkah yang dilakukan di fase ini adalah :
- Mengembangkan deskripsi asitektur bisnis saat ini untuk mendukung arsitektur bisnis target.
- Mengindentifikasi reference model, sudut pandang dan tools
- Melengkapi arsitektur bisnis
- Melakukan gap analisis dan membuat laporan
4. Fase C : Information Systems Architectures. Tujuan fase ini adalah untuk mengembangkan
arsitektur target untuk data dan/atau domain aplikasi. Pada arsitektur data misalkan untuk
menentukan tipe dan sumber data yang diperlukan untuk mendukung bisnis dengan cara yang
dimengerti oleh stakeholder. Pada arsitektur aplikasi untuk menentukan jenis sistem aplikasi
yang dibutuhkan untuk memproses data dan mendukung bisnis. Beberapa langakah yang
diperlukan untuk membuat arsitektur data adalah:
5. Fase D : Technology Architecture. Untuk pengembangan arsitektur teknologi target yang akan
menjadi basis implementasi selanjutnya. Beberapa langkah yang diperlukan untuk membuat
arsitektur teknologi yaitu:
6. Fase E : Opportunities and Solutions. Secara umum merupakan fase untuk mengevaluasi dan
memilih cara pengimplemetasian, mengidentifikasi parameter strategis untuk perubahan,
perhitungan cost dan benefit dari proyek serta menghasilkan rencana implementasi secara
keseluruhan berikut strategi migrasinya.
7. Fase F : Migration Planning: Fase ini bertujuan untuk mengurutkan implementasi proyek
berdasarkan prioritas dan daftar tersebut akan menjadi basis bagi rencana detil implementasi
dan migrasi.
8. Fase G : Implementation Governance. Merupakan tahapan memformulasikan rekomendasi
untuk setiap implementasi proyek, membuat kontrak arsitektur yang akan menjadi acuan
implementasi proyek serta menjaga kesesuaiannya dengan arsitektur yang telah ditentukan.
9. Fase H : Architecture Change Management. Pada akhir fase ini diharapkan terbentuk skema
proses manajemen perubahan arsitektur.
10. Requirements Management Bertujuan untuk menyediakan proses pengelolaan kebutuhan
arsitektur sepanjang fase pada siklus ADM, mengidentifikasi kebutuhan enterprise, menyimpan
lalu memberikannya kepada fase yang relevan.
Enterprise Architecture Planning (EAP) merupakan metode yang dikembangkan untuk membangun
arsitektur enterprise. Tahapan pembangunan EAP adalah tahap untuk memulai, tahap memahami
kondisi saat ini, tahap pendefinisian visi masa depan, dan tahap untuk menyusun rencana dalam
mencapai visi masa depan, berikut tahapan pengembangan EAP.
a. Analisis Rantai
Nilai Analisis rantai nilai, memberikan kerangka untuk identifikasi & inventarisasi fungsi bisnis, dengan
mengelompokkan area fungsional ke dalam aktivitas utama & aktivitas pendukung.
Untuk melengkapi dan lebih memastikan kelengkapan dekomposisi dalam suatu area fungsi, digunakan
analisis siklus hidup sumber daya yang digunakan dalam metodologi Business System Planning
c. Model Bisnis
Setelah proses bisnis didefinisikan, selanjutnya dilakukan identifikasi struktur organisasi yang isinya
adalah unit organisasi. Area fungsi beserta proses bisnisnya dipetasilangkan dengan unit organisasi,
dengan tujuan untuk mengidentifikasi lingkup tanggung jawab pengambilan keputusan dan keterlibatan
tiap unit organisasi dalam tiap area fungsi dan/atau proses bisnis.
2. Analisis atas Aktualitas Sistem dan Teknologi
Enterprise yang telah berjalan umumnya telah memiliki sistem dan teknologi. Langkah dalam tahap
analisis kondisi saat ini adalah mendokumentasikan dan mendefinisikan semua sistem dan teknologi
yang sedang digunakan. Dokumentasinya disebut sebagai Katalog Sumber Daya Informasi.
3. Pembangunan Arsitektur Data
a. Daftar Entitas Data
Dorongan data menempatkan pembangunan arsitektur data sebagai langkah pertama dalam visi
perencanaan masa depan. Langkah ini dimulai dengan mengidentifikasi entitas yang ada dalam lingkup
enterprise.
b. Diagram Hubungan-Entitas
Suatu entitas data bisa menunjang lebih dari satu area fungsi dan tidak berdiri sendiri.
c. Matriks Proses vs. Entitas Data
Hubungan antara area fungsi dan entitas data adalah dalam hal pembuatan, pengolahan, dan
penggunaan data untuk keperluan pemenuhan tujuan fungsi bisnis.
4. Pembangunan Arsitektur Aplikasi
a. Daftar Kandidat Aplikasi
Setelah fungsi bisnis didefinisikan & arsitektur data dibuat, maka dorongan bisnis dan dorongan data
diarahkan untuk menentukan dan mendefinisikan aplikasi. Kandidat aplikasi dapat diperoleh dengan
meninjau Katalog Sumber Daya dan mengakomodasi berbagai masukan kebutuhan aktual dari unit
organisasi maupun dengan mengadaptasi perkembangan aplikasi SI.
b. Seleksi Aplikasi
Dengan orientasi dorongan data, pemetaansilang antara aplikasi terhadap entitas data didahulukan. Hal
ini dapat dilakukan dengan menggunakan matriks proses vs. entitas dari langkah terdahulu.
c. Analisis Dampak
Setelah seleksi aplikasi dilakukan, selanjutnya Katalog Sumber Daya kembali digunakan untuk
menganalisis dampak penentuan aplikasi yang baru dilakukan terhadap sistem-sistem legacy. Hasil
analisis adalah penentuan atas pilihan tetap menggunakan, memodifikasi, atau mengganti sistem legacy
5. Pembangunan Arsitektur Teknologi
Arsitektur teknologi adalah definisi yang dibutuhkan untuk perencanaan agar kebutuhan data dan
sistem informasi dapat direalisasikan & ditingkatkan infrastrukturnya. Dukungan teknologi yang
dibutuhkan adalah untuk menghubungkan satu unit organisasi dengan lainnya untuk efektivitas
pelaksanaan fungsi bisnis serta mendukung penyediaan dan penyimpanan
data. Aspek lokasi bisnis dan distribusi data adalah penting untuk menentukan tingkat dukungan
teknologi yang dapat diberikan. Dalam EAP perlu dilakukan pembuatan workstation konseptual yang
menjadi konsep bagi lokasi fungsi didukung dengan data melalui aplikasi. Workstation konseptual ini
merupakan konsep dasar bagi seluruh pengguna dalam enterprise.
6. Rencana Implementasi
Implementasi arsitektur enterprise dilakukan untuk menghasilkan sistem informasi. Pendekatan EAP
menyarankan agar urutan aplikasi dilakukan dengan menggunakan matriks aplikasi vs. entitas data.
7. Portofolio Aplikasi
Portofolio aplikasi dapat ditentukan untuk 3 skala waktu yaitu Jangka Pendek, Jangka Menengah, dan
Jangka Panjang. Masing-masing portofolio menunjukkan kondisi dan peran aplikasi saat ini, yang telah
direncanakan untuk jangka dekat, dan yang perlu untuk direncanakan dalam jangka panjang.