Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PEMBENTUKAN KARAKTER

1.

Disusun Oleh :
Nama : Qurratu A’yunni
NIM : P05170017035
Tingkat : 4A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BENGKULU

PRODI DIV PROMOSI KESEHATAN


TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
Pembentukkan Karakter ini dengan lancar. Penulisan tugas ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu matakuliah Pembentukan Karakter Reka Lagora
Marsofely,SST,M.Kes.

Penulis harap, dengan membaca tugas ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai materi tersebut, khususnya bagi penulis.
Memang tugas ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Bengkulu, Agustus 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi yang di tandai dengan kemajuan dunia ilmu informasi dan
teknologi, memberikan banyak perubahan dan tekanan dalam segala bidang. Dunia
pendidikan yang secara filosofis di pandang sebagai alat atau wadah untuk mencerdaskan
dan membentuk watak manusia agar lebih baik (humanisasi), sekarang sudah mulai
bergeser atau disorientasi. Demikian terjadi salah satunya dikarenakan kurang siapnya
pendidikan untuk mengikuti perkembangan zaman yang begitu cepat. Sehingga
pendidikan mendapat krisis dalam hal kepercayaan dari masyarakat, dan lebih ironisnya
lagi bahwa pendidikan sekarang sudah masuk dalam krisis pembentukan karakter
(kepribadian) secara baik.
Karakter merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam bermasyarakat. Karakter diterapkan dalam mayarakat pada umumnya
tidak pernah lepas dari proses pembelajaran dan proses pembentukan diri manusia itu
sendiri. Dalam pembentukan karakter bisa didapatkan di lingkup keluarga, sekolah dan
lingkungan, baik dalam lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan kelompok.
Seperti halnya di lingkup keluarga, orang tua mempunyai peran penting dalam
membentuk karakter anaknya. Dalam lingkup sekolah, seorang guru harus bisa
memberikan contoh ataupun sikap yang baikyang bisa dijadikan bahan pendidikan bagi
seorang siswa. Lingkungan kelompok juga berpengaruh dalam pembentukan karakter
karena dalam suatu kelompok akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi
seseorang.
Pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi
pembangunan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral,
beretika, berbudaya, dan baradab berdasarkan falsafah Pancasila. Hal ini sekaligus
menjadi upaya untuk mendukung perwujudan cita-cita sebagaimana diamanatkan dalam
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Di samping itu, berbagai persoalan yang dihadapi
oleh bangsa saat ini semakin mendorong semangat dan upaya pemerintah untuk
memprioritaskan pendidikan karakter sebagai dasar pembangunan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi di atas, maka dapat ditarik rumusan permasalahan sebagai
berikut :

1. Apa itu hakikat manusia ?


2. Bahaimana hubungan karakter dan kepribadian ?
3. Apa itu pembentukan karakter ?
4. Bagaimana hormat diri sendiri ?

C. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penulis menulis makalah ini sebagai
berikut :

1. Untuk mengetahui hakikat manusia.


2. Untuk mengetahui hubungan karakter dan kepribadian.
3. Untuk mengetahui pembentukan karakter.
4. Untuk mengetahui hormat diri sendiri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia
1. Pengertian Hakikat Manusia
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, Hakikat memiliki dua definisi,
yaitu :
1. Definisi berarti : intisari atau dasar. Contoh : dia yg menanamkan “hakikat” ajaran
Islam di hatiku;
2. Definisi berarti : kenyataan yg sebenarnya (sesungguhnya): Contoh : pada
“hakikat”nya mereka orang baik-baik; syariat palu-memalu, pd nya adalah balas-
membalas, pb kebaikan harus dibalas dng kebaikan

Pengertian Hakikat, Kata hakikat (Haqiqat)  merupakan kata benda yang berasal


dari bahasa Arab yaitu dari kata “Al-Haqq”, dalam bahasa indonesia menjadi kata pokok
yaitu kata “hak“ yang berarti milik (kepunyaan), kebenaran, atau yang benar-benar ada,
sedangkan secara etimologi Hakikat berarti inti sesuatu, puncak atau sumber dari segala
sesuatu.

Pengertian Manusia,  Kata manusia berasal dari kata ” manu ” dari bahasa


Sanksekerta atau ” mens ” dari bahasa Latin yang berarti berpikir, berakal budi, atau bisa
juga dikatakan ” homo  ” yang juga berasal dari bahasa Latin.  Hal yang paling penting
dalam membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah dapat dikatakan bahwa
manusia dilengkapi dengan akal, pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi
kualitas hidupnya di dunia.  Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
memiliki derajat paling tinggi di antara ciptaan yang lain.

Dapat disimpulkan bahwa Hakikat Manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
yang memiliki derajat paling tinggi di antara ciptaan yang lain, yang dikaruniakan akal,
pikiran, perasaan dan keyakinan.

2. Hakikat Manusia sebagai Makhluk Tuhan

Hakikat manusia sebenarnya adalah makhluk multi dimensiaonal karena


banyaknya definisi tentang manusia. Menurut pandangan Notonegoro mengenai hakikat
manusia dilihat dari kedudukan kodratnya, manusia terdiri atas dua unsur yakni sebagai
makhluk pribadi berdiri sendiri sekaligus sebagai makhluk Tuhan. Sebagai makhluk
pribadi berdiri sendiri, manusia dalam batas-batas tertentu memiliki kemauan bebas
(free-will) yang menjadikan manusia memiliki kemandirian dan kebebasan. Sebagai
makhluk Tuhan, manusia tidak bisa melepaskan diri dari ketentuan-ketentuan Tuhan
(takdir-Nya).

Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa paling sempurna
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran
untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan yang
tidak harus dilakukan, dan kita bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau
buruk (negatif) buat diri kita sendiri. Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat,
martabat, hak, dan kewajibannya.

3. Manusia Sebagai Makhluk individu

Individu berasal dari kata in dan devided . Dalam bahasa inggris in mengandung arti
tidak , sedangkan devided berarti terbagi . Jadi individu artinya tidak berbagi , atau satu
kesatuan . Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti yang tak
berbagi , jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan
yang paling kecil dan tak terbatas . Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur
jasmani dan rohani , unsur fisik dan psikis , unsur raga dan jiwa . Seseorang dikatakan
sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu pada dirinya . Jika unsur
tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak disebut sebagai makhluk individu .
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri , tak ada yang sama persis .

Seorang individu adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip . Faktor genotip
adalah faktor yamg dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan. Kalau
seorang individu memiliki ciri pisik atau karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia jga akan
memiliki ciri fisik atau karakter sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor
fenotip). Karakterisristik yang khas dari seseorang dapat kita sebut dengan
kepribadian.Sebagai makhluk individu, manusia berperan untuk menjalankan beberapa hal
seperti berikut:

a. Menjaga dan mempertahankan karkat dan martabatnya


b. Mengupayakan tentang terpenuhinya hak-hak dasar sebagai manusia
c. Merealisasikan segenap potensi diri baik dari sisi rohani maupun jasmani
d. Memenuhi kebutuhan dan kepentingan diri demi kesejahteraan hidupnya

4. Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat,


selain itu juga diberikan yang berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat
dikembangkan. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu
hidup bersama dengan manusia lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan
selalu menampakan dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia
akan selalu bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial,
juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi)
dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di
tengah-tengah manusia.

Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau
bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dapat disimpulkan,
bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karrena beberapa alasan berikut.

a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.


b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

Sebagai makhluk individu ataupun makhluk sosial hendaknya manusia memiliki


kepribadian,yang dimaksud dengan kepribadian adalah susunan unsur-unsur akal dan
jiwa yang di bangun oleh perasaan,pengetahuan dan dorongan.

5. Manusia Sebagai Makhluk Yang Unik

Unik artinya satu-satunya. Setiap orang adalah dirinya, satu-satunya, berbeda


dengan yang lain, berbeda dengan sudara kandungnya bahkan saudara kembarnya,.
Mengapa berbeda ? karena proses kehadiran setiap orang melalui waktu yang berbeda,
“cara” yang berbeda, ruang yang berbeda dan suasana psikologis yang berbeda.

Disamping perbedaan yang terbentuk oleh proses interaksi, juga ada keunikan
yang berasal dari desain Sang Pencipta, yaitu wajah, suara dan sidik jari. Dari milyaran
manusia tidak ada orang yang sama persis wajahnya, sama persis suaranya dan yang
sama persis sidik jarinya. Keunikan manusia juga merupakan perwujudan (tajalli) dari
kesempurnaan Tuhan Sang Pencipta. Hanya Yang Maha Sempurna yang bisa
menciptakan keunikan yang sempurna.

Dibanding dengan mahluk lain, jasmani manusia adalah lemah, sedangkan


rohaninya atau akal budi dan kemauannya sangant kuat. Maka untuk membelah diri
terhadap serangan dari mahluk lain dan untuk melindungi diri terhadap pengaruh
lingkungan yang merugikan manusia harus memanfaatkan akal budinya dengan
cemerlang. Kemauannya yang keras menyebabkan manusia dapat mengendalikan
jasmaninya. Hal ini dapt menimbulkan efek yang negatif, misalnya manusia dapat
mogok makan, dapat minum-minuman keras sampai mabuk, dan bahkan dapat bunuh diri
dari lingkungan yang merugikan itu. Hal semacam ini jarang kita jumpai pada hewan.
Jadi sifat unik manusia itu ialah akal budi dan kemauannya menaklukkan jasmaninya.

6. Manusia Sebagai Makhluk Multidimensi

Manusia sebagai makhluk multidimensi menunjukan bahwa manusia memiliki


kekayaan dimensi yang luar biasa untuk dipelajari. Kekayaan manusia dalam dimensi-
dimensinya menjadi kajian berbagai ilmu untuk menemukan, mengakui, merumuskan,
menganalisis dan akhirnya ilmu-ilmu berusaha untuk menyelesaikan sejumlah
problematika manusia yang secara eksistensial merupakan makhluk problematika atau
makhluk penuh persoalan dan masalah. Sejumlah problematika manusia mengakibatkan
manusia yang hidup di lima benua ini memiliki sejarah, tampilan lahiriah (esensi),
tingkatan ekonomi, pendidikan, daerah, sosial, politik, idiologi, biologis, dan seterusnya
yang berbeda dan khas. Dalam bagian ini akan dijelaskan kajian sejumlah ilmu tentang
manusia sebagai bagian yang amat penting untuk dicermati dan ditelaah agar
mempermudahkan seorang pendidik atau pendamping untuk melakukan analisis dan
bimbingan.

B. Karakter dan Kepribadian


1. Pengertian Karakter
Secara etimlogis Kata karakter berasal dari bahasa Inggris character, yang berarti:
watak, sifat, peran, akhlak, huruf. (Hassan Shadily, J. Echol & KBBI). Di dalam
buku Pendidikan Karakter Perspektif Islam dikatakan bahwa karakter adalah berasal
dari bahasa Latin “kharakter”, “kharessein”, “kharax” sedangkan dalam bahasa
Inggris “character” dan bahasa Indonesia “karakter” yang berarti membuat tajam.
Sementara menurut psikologi karakter adalah sebuah sistem keyakinan
dan kebiasaan yang mengarahkan pada suatu tindakan seorang individu. Karena itu,
jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat
diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi
tertentu.
2. Unsur Terbentuknya Karakter
Menurut psikologi dan sosiologi, manusia memiliki beberapa unsur yang berkaitan
dengan terbentuknya karakter. Unsur inilah yang nantinya akan menunjukan bagaimana
karakter seseorang. Unsur-unsur karakter adalah:
a) Sikap
Sikap dari seseorang merupakan bagian dari karakter. Bahkan sikap dianggap sebagai
cerminan karakter orang tersebut. Sikap dari seseorang menunjukkan bagaimana karakter
orang tersebut di suatu lingkungan. Jadi, kalau orang tersebut memiliki karakter yang
baik, maka lingkungannya akan mengatakan orang tersebut memiliki karakter yang baik.
Begitupun sebaliknya.
b) Emosi
Emosi yaitu gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia yang disertai dengan
efek pada kesadaran, perilaku, dan ini juga merupakan proses fisiologis. Emosi ini identik
dengan perasaan yang kuat.
c) Kepercayaan
Kepercayaan sendiri merupakan komponen kognitif manusia dari faktor sosio psikologis.
Kepercayaan mengenai sesuatu itu benar atau salah atas dasar bukti, sugesti otoritas,
pengalaman dan intuisi sangat penting dalam membangun watak dan karakter manusia.
Jadi, kepercayaan memperkukuh eksistensi diri dan hubungan dengan orang lain.
d) Kebiasaan dan Kemauan
Kebiasaan merupakan aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara
otomatis pada waktu yang lama, tidak direncanakan dan diulangi berulang kali.
Sedangkan kemauan adalah kondisi yang mencerminkan karakter seseorang karena
kemauan berkaitan erat dengan tindakan yang mencerminkan perilaku orang tersebut.
e) Konsepsi Diri
Konsepsi diri adalah proses totalitas, baik sadar maupun tidak sadar tentang bagaimana
karakter dan diri seseorang terbentuk. Jadi, konsepsi diri adalah bagaimana kita harus
membangun diri, apa yang kita inginkan dan bagaimana kita menempatkan diri dalam
kehidupan.
3. Tipe-tipe karakter
Empat jenis tipe karakter adalah:
1)Sanguinis
Orang dengan karakter sanguinis ini biasanya selalu optimis, riang, antusias dan
memiliki semangat hidup yang tinggi. Selalu menarik perhatian atau butuh orang-
orang yang memperhatikannya. Mereka juga gemar mengambil risiko, maka jangan
heran jika karakter sanguinis ini menjadi orang-orang yang suka sekali melakukan
petualangan karena tipe ini juga suka mencari kesenangan. Saking sukanya dengan
tantangan dan hal-hal baru, mereka jadi mudah bosan.
Kekuatan dari si sanguinis adalah suka bicara, antusias, ekspresif, emosional dan
demonstratif, ceria, penuh rasa ingin tahu, hidup di masa sekarang, dan lain
sebagainya. Sedangkan kelemahan dari si sanguinis adalah membesarkan suatu hal
atau kejadian, susah untuk diam, mudah ikut-ikutan atau dikendalikan oleh keadaan
ataupun orang lain, dan lain sebagainya.
2) Plegmatis
Orang tipe plegmatis lebih fokus pada apa yang terjadi dalam dirinya, sehingga ia
membiarkan apa yang ada di luar terjadi sebagaimana mestinya. Tidak heran orang-
orang dengan tipe ini menyukai kedamaian.
Kekuatan dari plegmatis adalah sabar, santai, tenang, dan pendengar yang baik, tidak
banyak bicara, namun cenderung bijaksana, simpatik dan baik hati namun cenderung
menyembunyikan emosi, dan lain sebagainya.

Kelemahannya adalah kurang antusias terhadap perubahan lingkungan, mudah takut


dan khawatir, cenderung menghindari konflik dan tanggung jawab.
3) Koleris
Oang dengan tipe koleris sangat berorientasi pada target, analitis, dan logis. Tipe-tipe
seorang pemimpin. Karakter koleris ini juga tidak menyukai basa-basi, ia lebih suka
menghabiskan waktu dengan hal bermanfaat.
Kekuatannya adalah senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif,
bebas, mandiri dan berkemauan keras untuk mencapai sasaran, berani menghadapi
tantangan dan masalah, dan lain sebagainya. Sedangkan kelemahannya adalah tidak
sabaran, cepat marah, dan senang memerintah, terlalu bergairah atau susah untuk
santai, menyukai kontroversi dan pertengkaran, dan lain sebagainya.
4) Melankolis
Tipe melankolis sering berkorban untuk orang lain, cenderung sensitif, penyayang,
senang berada di balik layar, namun juga seorang yang pemikir. Ia diibaratkan harus
menjadi penggerak, dan memberi kesempatan pada bagian tubuh lainnya, sehingga ia
akan sensitif dan memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah. Ia seorang yang
cukup kreatif karena dapat berpikir dari berbagai sudut pandang. Memikirkan bagian
tubuh lain, membuatnya melihat dari berbagai sudut pandang.
Kekuatan dari melankolis adalah analitis, mendalam, serius dan bertujuan,
berorientasi pada jadwal, artistik, kreatif, sensitif, mau mengorbankan diri dan idealis,
dan lain sebagainya. Sedangkan kelemahannya adalah cenderung melihat masalah
dari sisi negative, pendendam, mudah merasa bersalah, murung dan tertekan, ebih
menekankan pada cara dibanding tercapainya tujuan, dan lain sebagainya.
4. Pengertian Kepribadian
Istilah kepribadian dalam bahasa Inggris: personality. Kata personality berasal dari
kata person yang bisa bermakna: an individual human being , a common individual,
a living human body,self,personal existence or identity, distinctive personal character.
Kepribadian adalah Integrasi sistem kalbu, akal, dan hawa nafsu manusia yang
menimbulkan tingkah laku (Allport). Kepribadian adalah integrasi dari ego,
ketidaksadaran pribadi, ketidaksadaran kolektif, kompleks-kompleks,
arkhetiparkhetip, persona, dan anima (Sigmund Freud dan Carl Gustav Jung).

5. Hubungan Karakter dan Kepribadian


Hubungan antara karakter dan kepribadian dapat diilustrasikan sebagai sebuah gunung es.
Puncak gunung es (kepribadian) adalah apa yang pertama kali dilihat orang. Meskipun
citra, teknik, dan keterampilan bergaul dapat mempengaruhi keberhasilan penampilan
anda, bobot dari efektivitas yang sesungguhnya terletak pada karakter yang baik.
Karakter dalam khasanah Islam sering disebut dengan tabiat, sedangkan kepribadian
dalam khasanah islam sering disebut juga akhlaq. Akhlaq menurut Al Ghazali, terdiri dari
empat tatanan. Tatanan pertama disebut dengan kepandaian yaitu kondisi jiwa yang
dengannya kebenaran dapat dibedakan dari kesalahan. Kedua adalah keseimbangan yaitu
suatu kondisi jiwa peningkatan serta penurunan rasa marah dan syahwat yang dapat
dikendalikan dan membawanya pada putusan akal. Tatanan ketiga adalah keberanian
yang merupakan induknya daya, sedangkan yang terakhir adalah kesederhanaan yaitu
terdisiplinnya daya syahwat oleh akal dan hukum.

Hubungan karakter dan kepribadian:

- Keduanya saling terkait.


- Keduanya saling mempengaruhi.
- Kepribadian seseorang yang baik sangat mendukung terbentuknya karakter yang baik
dan sebaliknya.

C. Pembentukan Karakter

1. Proses Mengetahui, Menghayati, Melakukan Dan Membiasakan Menjadi


Karakter Yang Baik.

Terbentuknya karakter seseorang melalui proses yang panjang. Dia bukanlah


proses sehari dua hari, namun bisa bertahun-tahun. Dalam ilustrasi seorang yang
tinggal sementara di Singapura sebelumnya, kita berharap sepulangnya dia dari sana
karakternya akan berubah, tapi kenyataannya tidak. Ini menunjukkan, waktu satu
tahun belum sanggup membentuk karakter.

Suatu sikap atau prilaku dapat menjadi karakter melalui proses berikut:

1. Mengetahui
2. Menghayati
3. Melakukan
4. Membiasakan menjadi karakter yang baik

Pemahaman atas tahapan pembentukan karakter ini akan sangat mempengaruhi


jenis interfensi apa yang diperlukan untuk membentuk karakter secara sengaja. Akan
sangat berbeda interfensi yang dilakukan pada saat karakter baru pada tahap
pengenalanan dengan tahapan pengulangan atau pembiasaan.

1) Mengetahui (knowledge)

Pembentukan karakter dimulai dari fase ini yaitu kesadaran dalam bidang
kognitif.. Untuk seorang anak, dia mulai mengenal berbagai karakter baik dari
lingkungan keluarganya. Misalnya, pada keluarga yang suka memberi, bersedekah dan
berbagi. Dia kenal bahwa ada sikap yang dianut oleh seluruh anggota keluarganya, yakni
suka memberi. Kakaknya suka membagi makanan atau meminjamkan mainan. Ibunya
suka menyuruh dia memberikan sedekah ketika ada peminta-pinta datang ke rumah.
Ayahnya suka memberikan bantuan pada orang lain. Pada tahapan ini dia berada pada
ranah kognitif, dimana prilaku seperti itu masuk dalam memorinya.

2) Menghayati (understanding)

Setelah seseorang mengenal suatu karakter baik, dengan melihat berulang-ulang,


akan timbul pertanyaan mengapa begitu? Dia bertanya, kenapa kita harus memberi orang
yang minta sedekah? Ibunya tentu akan menjelaskan dengan bahasa yang sederhana.
Kemudian dia sendiri juga merasakan betapa senangnya ketika kakaknya juga mau
berbagi dengannya. Dia kemudian membayangkan betapa senangnya si peminta-minta
jika dia diberi uang atau makanan. Pada tahap ini, si anak mulai paham jawaban atas
pertanyaan ”mengapa”. Pada tahap ini yakni kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki
oleh individu.  

3) Melakukan (acting)

Jika kedua aspek diatas sudah terlaksana makan akan dengan mudah dilakukan
oleh seseorang yaitu sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan suatu
pekerjaan. Didasari oleh pemahaman yang diperolehnya, kemudian si anak ikut
menerapkannya. Pada tahapan awal, dia mungkin sekedar ikut-ikutan, sekedar meniru
saja. Mungkin saja dia hanya melakukan itu jika berada dalam lingkungan keluarga saja,
di luar dia tidak menerapkannya. Seorang yang sampai pada tahapan ini mungkin
melakukan sesuatu atau memberi sedekah itu tanpa didorong oleh motivasi yang kuat dari
dalam dirinya. Seandainya dia kemudian keluar dari lingkungan tersebut, perbuatan baik
itu bisa jadi tidak berlanjut.

4) Membiasakan menjadi karakter yang baik

Tingkatan berikutnya, adalah terjadinya internalisasi nilai-nilai yang terkandung


dalam suatu sikap atau perbuatan di dalam jiwa seseorang. Sumber motivasi melakukan
suatu respon adalah dari dasar nurani. Karakter ini akan menjadi semakin kuat jika ikut
didorong oleh suatu ideologi atau believe. Dia tidak memerlukan kontrol social untuk
mengekspresikan sikapnya, sebab yang mengontrol ada di dalam sanubarinya. Disinilah
sikap, prilaku yang diepresikan seseorang berubah menjadi karakter.

2. Pengkondisian Dan Keteladanan


A. Pengkondisian

Pengkondisian berkaitan dengan upaya untuk menata lingkungan fisik maupun


nonfisik demi terciptanya suasana mendukung terlaksananya pendidikan karakter.
Kegiatan menata lingkungan fisik misalnya adalah mengkondisikan tempat sampah,
halaman yang hijau dengan pepohonan, poster kata-kata bijak yang dipajang. Sedangkan
pengkondisian lingkungan nonfisik misalnya mengelola konflik supaya tidak menjurus
kepada perpecahan, atau bahkan menghilangkan konflik tersebut.

B. Keteladanan

Keteladanan merupakan sikap “menjadi contoh”. Sikap menjadi contoh


merupakan perilaku dan sikap tenaga kependidikan dan peserta didik dalam memberikan
contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi
peserta didik atau warga belajar lain. Contoh kegiatan ini misalnya tenaga kependidikan
menjadi contoh pribadi  yang bersih, rapi, ramah, dan patut dicontoh.

D. Hormat Pada Diri Sendiri


1) Bentuk Penghormatan Pada Diri Sendiri

Rasa hormat terhadap diri sendiri merupakan sikap hormat kita dalam menghargai
diri kita pribadi yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mampu
mencerminkan karakter kita sebagai manusia. Oleh karena itu dilakukan pengkategorian
rasa hormat terhadap diri sendiri, yaitu meliputi:
a. Memelihara kesucian lahir (fisik)

Seorang manusia harus melakukan upaya-upaya untuk menjaga dirinya


tetap terpelihara secara lahir (tampak) baik di hadapan orang lain maupun hadapan
Tuhan. Hal-hal yang harus dilakukan meliputi:

 Rajin berolahraga sesuai dengan kondisi fisik dan keseimbangnnya, usia dan
lingkungan sosialnya, serta dalam waktu-waktu tertentu yang tidak menganggu
waktu yang lebih berguna. Hal ini dilakukan agar kita selalu dalam kondisi yang
sehat dan berpenampilan menarik.

 Dalam kondisi yang sehat maka seseorang harus melaksanakan kewajibannya


dengan baik, misal murid harus belajar di sekolah dengan serius, guru harus
mengajar dengan baik.

 Kita juga harus menjaga kebersihan dan kesehatan fisik sesuai dengan tuntunan
kesehatan modern, seperti menggunakan sarana pembersih baik untuk badannya
(sabun mandi), untuk rambut (sampo), untuk gigi dan mulut (pasta gigi). Hal ini
dilakukan agar kita terhindar dari kotoran sehingga kita merasa bersih dan orang
lain tidak merasa risih ketika berinteraksi dengan kita.

 Setelah menjaga dengan baik, maka kita harus menjga penampilan kita dengan
baik yaitu menghiasi fisik dengan pakaian yang bersih dan rapi. Pakaian yang
baik adalah pakaian yang sesuai dengan norma yang berlaku karena Indonesia
menganut budaya timur maka selayaknya jikalau kita juga memakai pakaian
yang pantas pakai bukan pakaian budaya barat yang cenderung terlalu terbuka
(Marzuki, 2009: 118-119).

2) Memelihara kesucian batin (jiwa)

Tidak cukup hanya dengan memelihara kesucian fisik, maka kita juga harus
memelihara kesucian batin yakni dengan menuntut berbagai ilmu (agama, ilmu
untuk kehidupan dunia) yang mendukung untuk dapat melakukan berbagai aktivitas
dalam hidup dan kehidupan sehari-hari. Pembekalan akal atau menuntut ilmu dapat
diupayakan misalnya melalui pendidikan formal, pendidikan informal, dan
pengalaman sehari-hari (Marzuki, 2009: 120).
Setelah penampilan fisiknya baik dan pembekalan akal dengan berbagai
ilmu pengetahuan maka yang harus diperhatikan berikutnya adalah bagaimana
menghiasi jiwa dengan berbagai tingkah laku yang baik. Tingkah laku yang sesuai
dengan norma yang ditetapkan oleh Tuhan dan juga norma yang berlaku di dalam
masyarakat dimana kita tinggal (Marzuki, 2009: 121).

Setiap apa yang kita lakukan pastilah akan dinilai oleh masyarkat dan
Tuhan, sehingga kita dianjurkan untuk selalu berhati-hati dalam setiap apa yang
kita lakukan karena itu merupakan cerminan atau pembentukan citra dari
masyarakat terhadap diri kita tentang bagaimana karakter yang kita miliki. Rasa
hormat terhadap diri sendiri ini memiliki urgensi yang tinggi karena rasa hormat
kita terhadap diri kita sendiri akan menjadi pondasi atau landasan bagi kita untuk
dapat menghormati orang lain. Selain itu, urgensi lain adalah rasa hormat terhadap
diri sendiri akan mampu mengangkat derajat atau martabat kita sebagi manusia di
hadapan manusia lain atau masyarakat lain. Kita akan dihargai sebagai manusia 
atau tidak itu tergantung pada apa yang telah kita lakukan dan bagaimana citra diri
kita.

3) Menjaga Kesehatan Jasmani dan Rohani Sebagai Bentuk Moral Induvidual

Salah satu bentuk dari menghormati diri sendiri adalah dengan menjaga kesehatan
tubuh dan memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh. Hal ini merupakan wujud
dari syukur kita terhadap anugrah yang diberikan oleh Tuhan. Beberapa cara untuk
menjaga kesehatan jasmani adalah meliputi:

1. Istirahat / Tidur

Waktu yang diperlukan manusia normal untuk tidur kurang lebih 8 jam sehari
atau sepertiga hari. Tidur yang cukup dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan
energi di dalam tubuh, sehingga dapat menghindarkan diri kita dari berbagai
serangan penyakit yang merugikan.

2. Makanan

Mengkonsumsi makanan yang bergizi secara teratur, tidak berlebihan dan tidak
kurang untuk menjaga keseimbangan gizi tubuh sangat diperlukan untuk kesehatan
jasmani. Kandungan gizi harus sesuai takaran yang wajar, karena berlebihan atau
kekurangan suatu zat tidak baik untuk kesehatan.

3. Olah raga

Penelitian menunjukkan bahwa olah raga lebih efektif dalam mencegah dan
mengobati depresi daripada obat-obatan. Dengan olah raga tubuh menjadi sehat dan
pikaran pun menjadi fresh.

4. Kondisi Psikis / Psikologi.

Beban psikis dan pikiran dapat mempengaruhi daya tahan tubuh yang efeknya
dapat mengundang penyakit jasmaniah dan rohaniah. Setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya. Luangkan waktu anda untuk sesuatu yang menyenangkan bagi diri anda
sendiri dan jangan sekali-kali lari ke minuman keras dan narkoba.

5. Sosial

Memiliki hubungan yang baik dengan para tetangga dan saudara sangat
menguntungkan bagi anda, karena mereka dapat menolong anda sewaktu-waktu anda
membutuhkannya. Kehidupan sosial yang baik dan sehat dapat membuat rileks dan
dapat mengurangi resiko terkena gangguan kejiwaan baik yang ringan maupu yang
berat (Fildzahani, 2010).

Selain kesehatan jasmani maka diperlukan pula upaya untuk menjaga pemenuhan
kebutuhan rohani, yaitu misalnya dengan cara beribadah. Melaksanakan ibadah dan
berdoa secara rutin memenuhi kebutuhan rohani kita, yang merupakan komponen vital
dalam kesejahteraan jiwa. Mengabaikan kebutuhan spiritual membuat jiwa kita gelisah
dan tidak tenang. Berdoa merupakan sarana yang efektif dalam mencegah dan
memerangi masalah-masalah kesehatan mental. Selain dengan ibadah maka kita sebagai
manusia yang diberi akal juga diwajibkan untuk menuntut ilmu guna dimanfaatkan
dalam menjalani kehidupan.

Selain doa upaya untuk menjaga kesehatan rohani dapat dilakukan dengan cara seperti
dibawah ini:

1. Bakti Sosial
Berbakti kepada lingkungan sekitar kita atau lingkungan lain yang perlu
untuk diperhatikan ternyata mampu mendalami makna kasih dan lebih mengenal
orang kecil. Faktanya bakti sosial adalah wujud pekerjaan yang seorang baktikan
kepada daerah, lingkungan sosial yang kurang layak. Dalam prakteknya dalam
menjalani bakti sosial dibutuhkan keikhlasan yang luar biasa dan totalitas untuk
membantu orang lain yang lebih membutuhkan.

2. Bersedekah

Memberi dan membagi-bagikan rejeki kepada orang yang membutuhkan


ternyata mampu menjadi pupuk rohani dan hati. Saat banyak orang lain berlomba-
lomba untuk mendapatkan uang serta kekayaan materi lainnya maka kita bisa
memulai dengan membagikan rejeki yang kita punya untuk orang lain yang lebih
membutuhkan. Dengan cara ini diyakini mampu memberikan cermin dan ketukan
hati seseorang agar mau melihat dan menerima keadaan orang lain yang ternyata
masih jauh dari yang namanya sejahtera.

3. Simbolisasi

Adalah salah satu cara untuk mendekatkan diri pada ketenangan batin,
biasanya simbolisasi rohani dapat berupa tasbih, pakaian keagamaan atau pun
simbol–simbol lainnya berbentuk modern seperti sticker ataupun wallpaper.

Unsur spiritual dan rohani ternyata mampu berpengaruh besar untuk membentuk
suatu karakter dan watak pribadi melalui apa yang mereka lakukan untuk diri sendiri
bahkan untuk orang lain.

4. Pengendalian Diri

Pengendalian diri adalah merupakan suatu keinginan dan kemampuan dalam


menggapai kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang pada hak dan kewajibannya
sebagai individu dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Serasi
adalah kesesuaian / kesamaan antar semua unsur pendukung agar menghasilkan
keterpaduan yang utuh. Seimbang adalah jumlah yang sama besar antara hak dan
kewajiban. Selaras adalah suatu hubungan baik yang dapat menciptakan ketentraman
lahir dan batin (Anonym: 2009).
Untuk menjadi pribadi yang baik maka kita harus mampu untuk mengendalikan
diri dalam bertingkah polah dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena
setiap apa yang tercermin dalam diri kita merupakan perwujudan hormat kita terhadap
diri sendiri dan juga sangat mempengaruhi orang lain dalam menilai diri kita. Seperti
telah dijelaskan di atas bahwa martabat kita tergantung dari apa yang tercermin dari diri
kita sendiri. Berikut akan dijelaskan beberapa sikap sebagai bentuk dari pengendalian
diri.

1. Sabar

Secara etimologis, kata sabar berasal dari kata shabr yang berarti menahan,
tabah hati, mencegah, atau menanggung. Menurut istilah, sabar berarti menahan diri
dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridho dari Tuhan (Marzuki,
2009: 121). Dengan sikap sabar maka akan membentuk pribadi seseorang menjadi
lebih tenang dalam menghadapi masalah hidup sehingga akan mampu berpikir
matang dalam mencari solusi sehingga pada akhirnya akan tercapai penyelesaian
masalah secara tepat.

2. Percaya Diri

Percaya diri berarti yakin benar akan kemampuan atau kelebihan dirinya.
Orang yang percaya diri berarti orang yang memiliki keyakinan yang kuat akan
kemampuan atau kelebihannya, sehingga ia dapat memilah dan memilih perbuatan
apa yang pas untuk dilakukan. Sikap ini sangat penting untuk mendasari semua
aktivitas yang akan dilakukannya. Perbuatan yang dilakukan tanpa didasari percaya
diri tidak akan memberikan optimisme yang pasti (Marzuki, 2009: 211).

3. Teguh Pendirian (Istiqamah)

Teguh pendirian memiliki arti untuk bersikap teguh dan konsekuen dengan
prinsip dan keputusan yang telah diambil walaupun harus menghadapi berbagai
macam tantangan dan cobaan. Melalui sikap ini maka akan dibentuk karakter orang
yang tegas dan tidak mudah goyah serta orang yang tidak mudah putus asa dalam
menghadapi kehidupan walau mengalami kekecewaan hidup (Marzuki, 2009: 153).

4. Jujur
Jujur merupakan sikap yang menunjukkan keterusterangan dan sinkronisasi
antara apa yang ada di dalam hati nurani dengan tingkah laku dan tutur kata di
penampilan luar. Sikap jujur sangat penting ditanamkan dalam diri seseorang agar
orang tersebut tidak terbiasa bersikap bohong. Dengan sikap jujur maka kita akan
dipercaya oleh orang lain dalam tutur kata maupun dalam menjalankan amanah
(tugas/mandat).

5. Bekerja Keras

Orang yang bekerja keras adalah orang yang orang yang dapat memanfaatkan
waktunya dengan baik. Manusia merupakan makhluk paling sempurna karena
manusia dibekali kal pikiran oleh Tuhan. Dengan akal tersebut maka manusia dapat
melakukan manajemen waktu sehingga mampu memanfaatkan waktu dengan sebaik-
baiknya dan pada akhirnya waktu yang ada tidak terbuang sia-sia (Marzuki, 2009:
194).

6. Disiplin

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin berarti ketaatan


(kepatuhan) terhadap peraturan. Dalam isiplin perlu ditekankan untuk meraih
keberhasilan dari setiap usaha yang dilakukan. Orang yang ingin sukses dalam
usahanya harus disiplin menepati waktu atau jadwal pekerjaan, disiplin mengikuti
semua langkah yang sudah digariskan, dan disiplin mengikuti semua atura yang
terkait dengan pekerjaan (Marzuki, 2009: 213). Sikap disiplin ini dapat membentuk
karakter yang taat terhadap norma-norma atau peraturan yang ada.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Karakter merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam bermasyarakat. Karakter diterapkan dalam mayarakat pada umumnya
tidak pernah lepas dari proses pembelajaran dan proses pembentukan diri manusia itu
sendiri. Dalam pembentukan karakter bisa didapatkan di lingkup keluarga, sekolah dan
lingkungan, baik dalam lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan kelompok.
Hakikat Manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat
paling tinggi di antara ciptaan yang lain, yang dikaruniakan akal, pikiran, perasaan dan
keyakinan.
Terbentuknya karakter seseorang melalui proses yang panjang. Dia bukanlah
proses sehari dua hari, namun bisa bertahun-tahun. Dalam ilustrasi seorang yang tinggal
sementara di Singapura sebelumnya, kita berharap sepulangnya dia dari sana karakternya
akan berubah, tapi kenyataannya tidak. Ini menunjukkan, waktu satu tahun belum
sanggup membentuk karakter.
Rasa hormat terhadap diri sendiri merupakan sikap hormat kita dalam menghargai
diri kita pribadi yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mampu
mencerminkan karakter kita sebagai manusia.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatullah, Furqon, Pendidikan Karakter; Membangun Peradaban Bangsa,Surakarta: Yuma


Pustaka, 2010.
Muhaimin Azzet, Akhmad, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia,Jogjakarta: Ar-Ruz Media,
2011.
Mu’in. Fatchul, 2011, Pendidikan Karakter (Konstruksi Teoretik dan Praktek), Jogjakarta: AR-
RUZZ MEDIA.

Anda mungkin juga menyukai