Anda di halaman 1dari 54

DIKLAT PENGELOLAAN TEKNIS

PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG


NEGARA TINGKAT DASAR

MODUL 2
Persyaratan Pembangunan Bangunan
Gedung Negara
2016

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
P U SD IK LAT JAL AN , P ERU MA HA N, P ER MU KIMA N D AN P E NG EMB AN GA N IN FR AS TR UK TU R WILA YAH
Jl. A bdul H am id C ic aheum B andung, Tlp/ Fax. 022 -720 8024,
Email: pusat3bpsdm@ yahhoo.co.id

PENGANTAR PEMBIAYAAN SEKUNDER PERUMAHAN i


KATA PENGANTAR

Modul Persyaratan Bangunan Gedung Negara bertujuan untuk memberikan


pemahaman dan pelatihan kepada peserta tentang persyaratan Bangunan Gedung
Negara dalam pembangunan Bangunan Gedung Negara.

Modul Persyaratan Bangunan Gedung Negara ini disusun dalam lima bab yang
terdiri dari Pendahuluan, Tahap Persiapan, Tahap Perencanaan Teknis, Tahap
Pelaksanaan Konstruksi, Tahap Pengawasan Teknis, Tahap Pendaftaran Bangunan
Gedung Negara, dan Penutup. Modul ini disusun secara sistematis agar peserta
pelatihan dapat mempelajari materi dengan lebih mudah. Fokus pembelajaran
diarahkan pada peran aktif peserta diklat.

Ucapan terimakasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun atas
tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk mewujudkan modul ini.
Penyempurnaan, maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga modul ini dapat membantu dan
bermanfaat bagi peningkatan kompetensi aparatur di Pusat dan Daerah dalam
bidang penataan bangunan.

Bandung, Desember 2016

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan


Jalan, Perumahan, Permukiman dan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara iii


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. III
DAFTAR ISI .......................................................................................................... IV
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... VI
DAFTAR TABEL ................................................................................................... VII
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ................................................................... VIII
Deskripsi................................................................................................ viii
Persyaratan ........................................................................................... viii
Metode ................................................................................................. viii
Alat Bantu/Media .................................................................................. viii
Indikator Keberhasilan .......................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 9
Latar Belakang ....................................................................................... 10
Deskripsi Singkat ................................................................................... 12
Tujuan Pembelajaran ............................................................................ 12
Materi Sub Materi Pokok ...................................................................... 12
Estimasi Waktu...................................................................................... 13
BAB 2 PERSYARATAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG
NEGARA ............................................................................................................. 15
Indikator Keberhasilan .......................................................................... 16
Umum ................................................................................................... 16
Status Hak atas Tanah .......................................................................... 16
Status Kepemilikan Bangunan Gedung ............................................... 17
Latihan .................................................................................................. 20
Rangkuman ........................................................................................... 20
BAB 3 PERSYARATAN TEKNIS PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA 21
Indikator Keberhasilan .......................................................................... 22
Umum ................................................................................................... 22
Persyaratan Tata Bangunan .................................................................. 22
Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung ........................................... 25
Klasifikasi Bangunan Gedung Negara .................................................... 29
Standar Luas Bangunan Gedung Negara ............................................... 32
Standar Jumlah Lantai ........................................................................... 37
Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung Negara ........................................ 38
Latihan .................................................................................................. 45
Rangkuman ........................................................................................... 45

iv Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


BAB 9 PENUTUP ................................................................................................. 47
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 49
GLOSARIUM ....................................................................................................... 50

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara v


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Persyaratan Bangunan Gedung Negara.................................................... 4

vi Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kalasifikasi Bangunan Gedung Negara Tidak Sederhana ............................ 31
Tabel 2 Standar Luas Rumah Negara ...................................................................... 36

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara vii


PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Deskripsi
Modul ini berisi 2 (dua) meteri yaitu persyaratan administrasi dan persyaratan
teknis pembangunan bangunan gedung negara.

Persyaratan
Dalam mempelajari modul ini peserta diklat dilengkapi dengan skema, gambar dan
tabel yang difungsikan untuk memudahkan peserta latih agar lebih memahami
materi modul.

Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan
kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh pemberi materi (narasumber), adanya
kesempatan tanya jawab, curah pendapat, bahkan diskusi.

Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat
Bantu/Media pembelajaran tertentu, yaitu:
1. LCD/projector
2. Laptop
3. Papan tulis atau whiteboard dengan penghapusnya
4. Flip chart
5. Bahan tayang
6. Modul dan /atau bahan ajar

Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menjelaskan dan menerapkan
1. persyaratan administrasi; dan
2. persyaratan teknis;
Bangunan Gedung Negara pada proses pembangunan Bangunan Gedung Negara.

viii Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


BAB 1
PENDAHULUAN

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 9


PENDAHULUAN

Latar Belakang
Persyaratan Bangunan Gedung Negara merupakan suatu pra kondisi yang harus
dipenuhi dalam pembangunan Bangunan Gedung Negara. Persyaratan Bangunan
Gedung Negara merupakan ketentuan-ketentuan persyaratan yang harus dipenuhi
dalam pembangunan Bangunan Gedung Negara, baik secara administrasi, maupun
dalam hal teknis, agar Bangunan Gedung Negara yang dibangun diselenggarakan
secara tertib, dapat berfungsi sesuai rencananya dan diwujudkan secara andal
sebagai wujud konstruksi tempat manusia melaksanakan kegiatannya.
Persyaratan Bangunan Gedung Negara, pada prinsipnya harus memenuhi
persyaratan administrasi dan teknis sebagaimana bangunan gedung pada
umumnya yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 dan
peraturan pelaksanaannya. Namun sebagai bangunan gedung yang
pembiayaannya bersumber dari dana APBN dan/atau APBD, diperlukan
pemenuhan persyaratan-persyaratan tambahan/khusus, seperti harus adanya
dokumen pendanaan, dokumen perencanaan, dokumen pembangunan, dan
dokumen pendaftaran, dalam hal persyaratan administrasi, serta standar luas
bangunan, klasifikasi bangunan, jumlah lantai, dan spesifikasi teknis tertentu
dalam hal persyaratan teknis.
Persyaratan Bangunan Gedung Negara adalah persyaratan yang harus diikuti
oleh kementerian/lembaga/SKPD dalam melaksanakan pembangunan bangunan
gedung negara. Setiap pembangunan bangunan gedung negara yang
dilaksanakan oleh kementerian/ lembaga/SKPD harus memenuhi
persyaratan yang terdiri dari: Persyaratan Administratif dan Persyaratan
Teknis, selain itu juga harus memenuhi ketentuan mengenai Klasifikasi,
Standar Luas dan Standar Jumlah Lantai serta Spesifikasi Teknisnya.
Dasar Hukum Persyaratan Bangunan Gedung Negara:
1. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
2. Peraturan Pemeerintah N0. 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan
Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002.

10 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


3. Peraturan Presiden RI Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan
Bangunan Gedung Negara.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006


tentang Pedoman Teknis Persyaratan Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006
tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan.
6. Peraturan Menteri PU Nomor 24/PRT/M/2007 tentang Ijin
Mendirikan Bangunan.
7. Peraturan Menteri PU Nomor 25/PRT/M/2007 tentang Sertifikat Laik
Fungsi.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007
tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara (dan
Draf Revisinya).
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008
tentang Pedoman Teknis Sistim Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan.
Mata diklat persyaratan Bangunan Gedung Negara ini merupakan salah satu mata
diklat yang harus dipelajari dalam Diklat Pengelolaan Teknis Pembangunan
Bangunan Gedung Negara, yang diharapkan akan memberikan bekal kemampuan
tentang pengetahuan, keterampilan dan perilaku (sikap) dalam pelaksanaan
tugas pengelolaan teknis pembangunan Bangunan Gedung Negara. Adapun
mata diklat yang akan diberikan pada diklat ini adalah:
1. Persyaratan banguna gedung negara
2. Pengelolaan teknis pembangunan bangunan gedung negara
3. Penyusunan Program dan Pembiayaan
4. Tahapan pembangunan bangunan gedung negara
5. Pembiayaan pembangunan bangunan gedung negara
6. Pembinaan pembangunan bangunan gedung negara

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 11


Deskripsi Singkat
Mata diklat ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang peryaratan
Bangunan Gedung Negara, yang meliputi persyaratan administrasi dan persyaratan
teknis Bangunan Gedung Negara dalam proses pembangunan Bangunan Gedung
Negara, yang disampaikan dengan menggunakan metode pelatihan orang dewasa
(andragogi) yang meliputi ceramah interaktif, tanya jawab, pemaparan dan latihan.

Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dijelaskan dalam bentuk hasil belajar dan indikator hasil
belajar, sebagai berikut:

1. Hasil Belajar
Setelah selesai mengikuti pembelajaran mata diklat ini peserta diharapkan
mampu memahami dan mengimplemantasikan persyaratan Bangunan Gedung
Negara pada pelaksanaan tugas pengelolaan teknis pembangunan Bangunan
Gedung Negara.

2. Indikator Hasil Belajar


Setelah mengikuti pembelajaran mata diklat ini peserta diharapkan mampu
menjelaskan dan menerapkan:
a. persyaratan administrasi; dan
b. persyaratan teknis;
Bangunan Gedung Negara pada proses pembangunan Bangunan Gedung Negara.

Materi Sub Materi Pokok


Materi dan submateri pokok dalam modul Persyaratan Pembangunan Bangunan
Gedung Negara ini adalah sebagai berikut:
1. Persyaratan Administrasi
a. Status Lahan
b. Kepemilikan Bangunan Gedung
c. Perizinan (IMB)
d. Kelengkapan Dokumen Administrasi:
1) Dokumen Pendanaan

12 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


2) Dokumen Perencanaan
3) Dokumen Pembangunan; dan
4) Dokumen Pendaftaran
2. Persyaratan Teknis.
a. Persyaratan Tata Bangunan
b. Persyaratan Keandalan Bangunan
c. Klasifikasi Bangunan Gedung Negara
d. Standar Luas Bangunan Gedung Negara
e. Standar Jumlah Lantai Bangunan Gedung Negara, dan
f. Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung Negara.

Estimasi Waktu
Waktu yang diperlukan dalam mata pelatihan ini adalah : 5 (lima) JP

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 13


Gambar 1 Persyaratan Bangunan Gedung Negara

14 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


BAB 2
PERSYARATAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 15


PERSYARATAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA

Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran tentang Persyaratan Adminsitrasi Bangunan
Gedung Negara ini diharapkan peserta mampu menjelaskan dan menerapkan
persyaratan administrasi Bangunan Gedung Negara, baik mengenai status hak atas
tanahnya, status kepemilikan bangunan gedungnya, dan izin mendirikan
bangunannya, maupun kelengkapan yang harus dipenuhi sebagai dokumen
adminsitrasi Bangunan Gedung Negara dalam proses pembangunan Bangunan
Gedung Negara.

Umum
Persyaratan Administratif Bangunan Gedung Negara merupakan persyaratan
dalam hal administrasi yang harus diikuti/dimiliki oleh
kementerian/lembaga/SKPD dalam pembangunan bangunan gedung negara
sesuai dengan fungsi dan klasifikasinya. Persyaratan Administratif bangunan
gedung negara yang harus dipenuhi adalah kejelasan s tatus hak atas tanah
dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; status kepemilikan
bangunan gedung; serta perizinan yang berupa izin mendirikan bangunan
gedung, termasuk dokumen analisis dampak lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Disamping itu, pembangunan
Bangunan Gedung Negara juga harus dilengkapi dengan adanya dokumen
pendanaan, dokumen perencanaan, dokumen pembangunan, dan dokumen
pendaftaran.

Status Hak atas Tanah


Setiap bangunan gedung negara harus memiliki kejelasan tentang status hak atas
tanah di lokasi tempat bangunan gedung negara berdiri. Kejelasan status atas
tanah ini dapat berupa hak milik atau hak guna bangunan. Status hak atas tanah
ini dapat berupa sertifikat atau bukti kepemilikan/hak atas tanah Instansi/lembaga

16 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


pemerintah/ negara yang bersangkutan. Dalam hal tanah yang status haknya
berupa hak guna usaha dan/atau kepemilikannya dikuasai sementara oleh
pihak lain, harus disertai izin pemanfaatan yang dinyatakan dalam perjanjian
tertulis antara pemegang hak atas tanah atau pemilik tanah dengan pemilik
bangunan gedung, sebelum mendirikan bangunan gedung di atas tanah tersebut.

Status Kepemilikan Bangunan Gedung


Status kepemilikan bangunan gedung atau surat penetapan izin
pemanfaatan dari pemegang hak/pengelola barang negara atas bangunan
gedung merupakan surat bukti kepemilikan bangunan gedung sesuai peraturan
perundang-undangan. Status kepemilikan bangunan gedung negara dimaksud
dapat berupa surat penetapan izin pemanfaatan dari pemegang
hak/pengelola barang negara atas bangunan gedung. Dalam hal terdapat pe-
ngalihan hak kepemilikan/ pemanfaatan bangunan gedung negara,
pemilik/pemanfaat yang baru wajib memenuhi ketentuan sesuai peraturan
perundang-undangan.

E. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

Setiap pembangunan bangunan gedung, termasuk Bangunan Gedung Negara,


sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung dan peraturan pelaksanaaanmya, harus dilengkapi dengan
dokumen perizinan yang berupa Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) dan
Sertifikat Laik Fungsi (SLF) atau keterangan kelaikan fungsi. Izin Mendirikan
Bangunan Gedung harus diproses oleh pengguna anggaran sebelum dilaksanakan
kegiatan pelaksanaan konstruksi berdasarkan dokumen rencana teknis yang telah
dihasilkan pada proses perencanaan teknis Bangunan Gedung Negara. Proses
perizinan bangunan gedung juga harus mengikuti ketentuan yang diatur dalam
Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung yang berlaku di kabupaten/kota
lokasi Bangunan Gedung Negara tersebut akan dibangun.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah, maka dalam proses mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan
(IMB), Bangunan Gedung Negara tidak termasuk objek retribusi sebagaimana
diatur dalam Pasal 142 ayat (3), artinya bebas biaya retribusi IMBnya.

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 17


Untuk Sertifikat Laik Fungsi (SLF), tergantung kesiapan dari perangkat pemerintah
daerahnya, baik dalam hal peraturan pelaksanaan dari perdanya, maupun
tatalaksana dan SDMnya.
Dalam hal kegiatan pada bangunan gedung negara dan/atau lingkungan yang
mengganggu dan menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
harus dilengkapi dengan AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) sesuai
ketentuan yang berlaku, dan setiap kegiatan dalam bangunan gedung negara
dan/atau lingkungan yang tidak menimbulkan dampak besar dan penting
terhadap lingkungan atau secara teknologi sudah dapat dikelola dampak
pentingnya, tidak perlu dilengkapi dengan AMDAL, tetapi diharuskan melakukan
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UPL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
sesuai ketentuan yang berlaku.

F. Kelengkapan Dokumen

Setiap pembangunan Bangunan Gedung Negara, harus dilengkapi dengan


dokumen-dokumen admistrasi, sejak persiapan sampai dengan pasca
pembangunannya, yang meliputi dokumen pendanaan, dokumen perencanaan,
dokumen, pembangunan, dan dokumen pendaftaran.

1. Dokumen Pendanaan
Setiap kegiatan pembangunan Bangunan Gedung Negara harus disertai/memiliki
bukti tersedianya anggaran yang diperuntukkan untuk pembiayaan kegiatan
tersebut yang disahkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang dapat berupa Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA)/Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA), atau dokumen lainnya
yang dipersamakan, termasuk surat penunjukan/penetapan Kuasa Pengguna
Anggaran/ Kepala Satuan Kerja. Dalam dokumen pendanaan/pembiayaan
pembangunan Bangunan Gedung Negara, tersebut sudah termasuk biaya untuk:
a. perencanaan teknis;
b. pelaksanaan konstruksi fisik;
c. pengawasan konstruksi/ manajemen konstruksi; dan
d. pengelolaan kegiatan,
pembangunan Bangunan Gedung Negara yang bersangkutan.

18 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


2. Dokumen Perencanaan Teknis
Setiap bangunan gedung negara harus memiliki dokumen perencanaan teknis,
yang terdiri atas gambar rencana, spesifikasi teknis, bill of quantity (BQ),
rencana anggaran biaya (RAB) dan rencana kerja dan syarat (RKS), yang
dihasilkan dari kegiatan perencanaan teknis Bangunan Gedung Negara, baik
berupa perencanaan baru, perencanaan teknis berulang atau prototipe oleh
Konsultan Perencana atau Tim Swakelola.

3. Dokumen Pembangunan
Setiap bangunan gedung negara setelah selesai tahap pelaksanaan pembangunan,
juga harus dilengkapi dengan dokumen pembangunan yang terdiri atas:
a. Dokumen Pendanaan,
b. Dokumen Perencanaan Teknis,
c. Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
d. Dokumen Pelelangan,
e. Dokumen pelaksanaan konstruksi, termasuk as built drawing, hasil uji
coba/commisioning test, laporan pelaksanaan konstruksi fisik, berita
acara terkait pelaksanaan konstruksi, laporan akhir pekerjaan
perencanaan, foto dokumentasi, dokumen Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3), serta manual operasi dan
pemeliharaan bangunan gedung,
f. Surat Penjaminan atas Kegagalan Bangunan (dari pelaksana konstruksi),
g. Dokumen Pelaksanaan Pengawasan/ Manajemen Konstruksi, dan
h. Sertifikat Laik Fungsi (SLF) sesuai ketentuan.

4. Dokumen Pendaftaran.
Setiap Bangunan Gedung Negara yang selesai dibangun harus memiliki
dokumen pendaftaran untuk pencatatan dan penetapan Huruf Daftar Nomor
( HDNo) yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat. Dokumen pandaftaran tersebut terdiri atas salinan (fotocopy) dari:
a. dokumen status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari
pemegang hak atas tanah;
b. dokumen status kepemilikan bangunan gedung/atau surat penetapan
izin pemanfaatan dari pemegang hak atas bangunan gedung.

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 19


c. dokumen pendanaan; dan dokumen pembangunan yang dilengkapi
dengan:
1) surat permohonan pendaftaran Bangunan Gedung Negara;
2) daftar inventaris Bangunan Gedung Negara;
3) kartu legger Bangunan Gedung Negara;
4) gambar legger dan situasi;
5) foto bangunan; dan
6) lampiran berupa dokumen pembangunan.

Latihan
1. Jelaskan secara singkat persyaratan administrasi Bangunan Gedung
Negara. Apa yang membedakan persyaratan administrasi Bangunan
Gedung Negara dengan persyaratan administrasi bangunan gedung pada
umumnya.
2. Dokumen pendanaan adalah salah satu kelengkapan dokumen yang
harus dipenuhi dalam proses pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Apa bentuk Dokumen Pendanaan Bangunan Gedung Negara?, dan
siapakah yang bertanggung jawab dalam penyusunannya?
3. Dalam proses mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan untuk
pembangunan Bangunan Gedung Negara, tugas siapa, dan bagaimana
prosesnya? Berapa besarnya biaya retribusinya?
4. Sebutkan kelengkapan Dokumen Pendaftaran Bangunan Gedung Negara.

Rangkuman
Persyaratan pembangunan Bangunan Gedung Negara mengatur Status Lahan,
Kepemilikan Bangunan Gedung, Perizinan (IMB), dan Kelengkapan Dokumen
Administrasi yang meliputi, Dokumen Pendanaan, Dokumen Perencanaan,
Dokumen Pembangunan; dan Dokumen Pendaftaran.

20 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


BAB 3
PERSYARATAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 21


PERSYARATAN TEKNIS PEMBANGUNAN
BANGUNAN GEDUNG NEGARA

Indikator Keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
Negara ini diharapkan peserta mampu menjelaskan dan menerapkan persyaratan
teknis Bangunan Gedung Negara, baik mengenai persyaratan tata bangunan,
persyaratan keandalan bangunan gedung, maupun ketentuan pemenuhan
persyaratan klasifikasi, standar luas, ketentuan ketinggian, dan spesifikasi teknis
Bangunan Gedung Negara dalam proses Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

Umum
Persyaratan teknis Bangunan Gedung Negara merupakan persyaratan dalam hal
teknis yang harus dipenuhui oleh kementerian/lembaga/SKPD dalam
pembangunan Bangunan Gedung Negara. Persyaratan teknis Bangunan Gedung
Negara yang meliputi persyaratan tata bangunan, persyaratan keandalan
bangunan gedung, serta ketentuan klasifikasi, standar luas, ketinggian, dan
spesifikasi teknis Bangunan Gedung Negara harus diimplentasikan dalam proses
perencanaan teknis Bangunan Gedung Negara, sebagai dasar memperoleh Izin
Mendirikan Bangunan dan proses pelaksanaan konstruksi dalam proses
Pembangunan Bangunan Gedung Negara.

Persyaratan Tata Bangunan


Persyaratan tata bangunan Bangunan Gedung Negara, meliputi: persyaratan
peruntukan dan intensitas bangunan gedung, persyaratan arsitektur bangunan
gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan.

1. Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung


Persyaratan peruntukan merupakan persyaratan peruntukan lokasi yang
bersangkutan sesuai dengan RTRW kabupaten/kota, RDTRKP, dan/atau RTBL.
Persyaratan intensitas bangunan gedung meliputi persyaratan kepadatan,

22 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


ketinggian, dan jarak bebas bangunan gedung yang ditetapkan untuk lokasi
yang bersangkutan.
a. Persyaratan peruntukan lokasi Bangunan Gedung Negara harus sesuai
dengan:
1) RTRW Kabupaten/Kota;
2) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)/Peraturan Zonasi (PZ);
3) RTBL yang bersangkutan; dan/atau
4) persetujuan pemerintah daerah dalam hal belum terdapat ketentuan
RTRW kabupaten/kota dan/atau RDTR/Peraturan Zonasi, dan/atau RTBL
pada lokasi yang bersangkutan.
b. Persyaratan intensitas bangunan gedung meliputi:
1) ketentuan jarak bebas bangunan gedung;
2) koefisien dasar bangunan (KDB);
3) koefisien lantai bangunan (KLB);
4) koefisien dasar hijau (KDH);
5) koefisien tapak besmen (KTB);
6) ketinggian bangunan; dan
7) jarak antar blok/massa bangunan,
yang harus sesuai dengan Keterangan Rencana Kota (KRK) berdasarkan
peruntukan lokasinya.

2. Persyaratan Arsitektur Bangunan Gedung


Persyaratan arsitektur bangunan gedung negara, meliputi: persyaratan
penampilan bangunan gedung, tata ruang-dalam, keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta pertimbangan adanya
keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan
berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.
a. Wujud atau penampilan bangunan gedung harus:
1) mencerminkan fungsi sebagai Bangunan Gedung Negara;
2) seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya;
3) indah tetapi tidak berlebihan;
4) efisiensi penggunaan sumber daya baik dalam pemanfaatan maupun
dalam pemeliharaan;
5) mempertimbangkan nilai sosial budaya setempat dalam menerapkan
perkembangan arsitektur dan rekayasa;

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 23


6) mempertimbangkan kaidah pelestarian bangunan baik dari segi
sejarah maupun langgam arsitektur; dan
7) membentuk denah bangunan gedung yang sedapat mungkin simetris
dan sederhana.
b. Tata ruang dalam Bangunan Gedung Negara harus memperhatikan:
1)
fungsi ruang bangunan gedung;
2)
efektivitas dan efisiensi tata ruang dalam;
3)
kaidah arsitektur bangunan gedung secara keseluruhan; dan
4)
keandalan bangunan gedung yang meliputi persyaratan keselamatan,
kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan tata ruang-dalam.
c. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan Bangunan Gedung Negara
dengan lingkungannya diartikan bahwa harus memperhatikan:
1) terciptanya ruang luar bangunan gedung dan ruang terbuka hijau yang
seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya;
2) pemenuhan persyaratan daerah resapan, akses penyelamatan,
sirkulasi kendaraan dan manusia; dan
3) pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana di dalam dan di luar
bangunan gedung.

3. Persyaratan pengendalian dampak lingkungan


Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan pada pembangunan
Bangunan Gedung Negara meliputi:
a. kelengkapan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
bagi Pembangunan Bangunan Gedung Negara yang mengganggu dan
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan; atau
b. kelengkapan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan
Lingkungan (UPL) bagi Pembangunan Bangunan Gedung Negara yang tidak
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan atau secara
teknologi sudah dapat dikelola dampak pentingnya.
Penyusunan AMDAL, UKL, atau UPL pada Pembangunan Bangunan Gedung Negara
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
pelindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

24 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung
Pesyaratan keandalan Bangunan Gedung Negara, sama dengan persyaratan
keandalan bangunan gedung pada umumnya, meliputi persyaratan tentang
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.

1. Persyaratan Keselamatan
Persyaratan keselamatan Bangunan Gedung Negara meliputi keselamatan
struktur, kemampuan pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran, dan
kemampuan pencegahan dan penanggulangan bahaya petir.
a. Keselamatan struktur Bangunan Gedung Negara, harus memenuhi:

1) ketentuan kekuatan, kekukuhan, dan kestabilan dalam memikul


beban/kombinasi beban dan memenuhi persyaratan keselamatan
(safety), serta memenuhi persyaratan pelayanan (serviceability)
selama umur layanan yang direncanakan dengan mempertimbangkan
fungsi bangunan gedung, lokasi, keawetan, dan kemungkinan
pelaksanaan konstruksinya;
2) kemampuan memikul beban yang diperhitungkan terhadap pengaruh
aksi sebagai akibat dari beban yang mungkin bekerja selama umur
layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun beban muatan
sementara yang timbul akibat gempa sesuai dengan zonasi, angin,
pengaruh korosi, jamur dan serangga perusak;
3) ketentuan rencana yang detail sehingga pada kondisi pembebanan
maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan kondisi
strukturnya masih memungkinkan pengguna bangunan gedung
menyelamatkan diri; dan
4) kemampuan menahan gaya likuifaksi tanah.
b. Persyaratan kemampuan pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran Bangunan Gedung Negara meliputi sistem proteksi kebakaran
pasif, dan sistem proteksi kebakaran aktif, yang harus sesuai dengan:
1) Ketentuan peraturan perundang-undangan tentang Persyaratan
Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan;
2) Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung; dan/atau
3) Peraturan Daerah tentang Pencegahan dan Penanggulangan Bahaya
Kebakaran.

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 25


Penerapan sistem proteksi kebakaran pasif, dan sistem proteksi kebakaran
aktif, pada Bangunan Gedung Negara, didasarkan pada fungsi/klasifikasi
risiko kebakaran, luas bangunan, ketinggian bangunan, geometri ruang,
bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni dalam
bangunan gedung,
c. Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah
dan menanggulangi bahaya petir dan/atau listrik.
1) Setiap bangunan gedung yang berdasarkan letak, sifat geografis,
bentuk, ketinggian, dan penggunaannya berisiko terkena sambaran
petir harus dilengkapi dengan instalasi penangkal petir.
2) Sistem penangkal petir yang dirancang dan dipasang harus dapat
mengurangi secara nyata risiko kerusakan yang disebabkan
sambaran petir terhadap bangunan gedung dan peralatan yang
diproteksinya, serta melindungi manusia di dalamnya.
3) Instalasi listrik termasuk sumber daya listriknya harus dijamin
aman, andal, dan akrab lingkungan.

d. Persyaratan kemampuan bangunan gedung dalam mencegah


terancamnya penghuni dan harta benda akibat bencana bahan peledak.
Setiap bangunan gedung negara untuk kepentingan umum,
bangunan gedung khusus, atau bangunan gedung fungsi khusus
harus dilengkapi dengan sistem pengamanan yang memadai untuk
mencegah terancamnya keselamatan penghuni dan harta benda akibat
bencana bahan peledak.

2. Persyaratan Kesehatan
Persyaratan kesehatan Bangunan Gedung Negara meliputi persyaratan tentang
sistem penghawaan, sistem pencahayaan, sistem air minum dan sanitasi, dan
penggunaan bahan bangunan.
a. Sistem penghawaan berupa ventilasi alami dan/atau ventilasi
mekanik/buatan. Dalam hal ventilasi alami tidak mungkin diterapkan,
Bangunan Gedung Negara dapat menggunakan sistem penghawaan
buatan dan/atau pengondisian udara dengan mempertimbangkan prinsip
konservasi energi.

26 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


b. Sistem pencahayaan berupa pencahayaan alami, dan/atau pencahayaan
buatan, dan pencahayaan darurat sesuai dengan fungsinya.
c. Sistem air minum dan sanitasi meliputi:
1) sistem air minum yang direncanakan dengan mempertimbangkan
sumber air, kualitas air, sistem distribusi serta penampungannya;
2) sistem pengolahan dan pembuangan air limbah dan/atau air kotor yang
direncanakan dengan mempertimbangkan jenis dan tingkat bahaya;
3) sistem pengolahan dan pembuangan sampah yang direncanakan
dengan mempertimbangkan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) dan
fasilitas penampungan sampah sesuai dengan jenisnya; dan
4) sistem penyaluran air hujan (drainase) yang direncanakan
memperhatikan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah,
dan ketersediaan drainase lingkungan/kota.
d. Penggunaan bahan bangunan pada Bangunan Gedung Negara harus aman
bagi kesehatan pengguna bangunan gedung dan tidak menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan. Spesifikasi teknis bahan bangunan
yang dipakai pada Bangunan Gedung Negara harus mengikuti standar
teknis tentang bahan bangunan pada bangunan gedung.

3. Persyaratan Kenyamanan
Persyaratan kenyamanan Bangunan Gedung Negara meliputi kenyamanan ruang
gerak dan hubungan antar-ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, dan
tingkat getaran dan kebisingan.
a. Kenyamanan ruang gerak pada Bangunan Gedung Negara harus
mempertimbangkan fungsi ruang, jumlah pengguna, perabot/peralatan,
aksesibilitas ruang, di dalam bangunan gedung; dan persyaratan
keselamatan dan kesehatan.
b. Kenyamanan hubungan antar-ruang pada Bangunan Gedung Negara harus
mempertimbangkan fungsi ruang, aksesibilitas ruang, dan jumlah
pengguna dan perabot/peralatan di dalam bangunan gedung, sirkulasi
antar-ruang horizontal dan vertical, dan persyaratan keselamatan dan
kesehatan.
c. Kenyamanan kondisi udara dalam pada Bangunan Gedung Negara meliputi
pengaturan temperatur, pergerakan, dan kelembaban udara. Pengaturan

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 27


temperatur, pergerakan, dan kelembaban udara harus
mempertimbangkan:
1) fungsi bangunan gedung/ruang, jumlah pengguna, letak geografis,
orientasi bangunan, volume ruang, jenis peralatan, dan penggunaan
bahan bangunan;
2) kemudahan pemeliharaan dan perawatan; dan
3) prinsip penghematan energi dan ramah lingkungan.
d. Kenyamanan pandangan pada Bangunan Gedung Negara meliputi
kenyamanan pandangan dari dalam bangunan keluar dan dari luar
bangunan ke dalam bangunan.
1) Kenyamanan pandangan dari dalam bangunan gedung negara ke luar
harus mempertimbangkan:
a) gubahan massa bangunan, rancangan bukaan, tata ruang dalam
dan luar bangunan, dan rancangan bentuk luar bangunan; dan
b) pemanfaatan potensi ruang luar bangunan gedung dan penyediaan
RTH.
2) Kenyamanan pandangan dari luar ke dalam bangunan gedung negara
harus mempertimbangkan:
a) rancangan bukaan, tata ruang dalam dan luar bangunan, dan
rancangan bentuk luar bangunan gedung;
b) keberadaan bangunan gedung yang ada dan/atau yang akan ada di
sekitarnya; dan
c) pencegahan terhadap gangguan silau dan pantulan sinar.
e. Kenyamanan tingkat getaran pada Bangunan Gedung Negara meliputi
getaran kejut, getaran mekanik atau seismik, baik yang berasal dari dalam
bangunan maupun dari luar bangunan, dengan ketentuan bahwa:
1) Kenyamanan tingkat getaran tidak boleh menimbulkan gangguan
bagi kesehatan dan kenyamanan seseorang dalam melakukan
kegiatan.
2) Kenyamanan kebisingan tidak boleh menimbulkan gangguan
kesehatan dan kenyamanan bagi seseorang dalam melakukan
kegiatan.

28 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


3) Kenyamanan tingkat getaran dan kebisingan harus sesuai dengan
standar teknis yang dipersyaratkan pada setiap fungsi ruang dan
bangunan.

4. Persyaratan Kemudahan
Persyaratan kemudahan yang harus dipenuhi pada Bangunan Gedung Negara
meliputi kemudahan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, dan kelengkapan
prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung.
a. Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung meliputi
ketentuan tentang tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah,
aman, dan nyaman bagi semua orang, termasuk penyandang disabilitas
dan lansia. Kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam Bangunan Gedung
Negara terdiri atas:
1) kemudahan hubungan horizontal dalam bangunan; dan
2) kemudahan hubungan vertikal dalam bangunan.
b. Kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan Bangunan Gedung
Negara meliputi ketentuan tentang ketersediaan ruang ibadah, ruang
ganti, ruang bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas
komunikasi dan informasi. Bangunan Gedung Negara juga harus dilengkapi
dengan sarana evakuasi berupa tangga darurat, pintu darurat,
pencahayaan darurat dan tanda penunjuk arah EXIT, koridor/selasar, dan
sistem peringatan berbahaya.

Klasifikasi Bangunan Gedung Negara


Dalam menentukan klasifikasi Bangunan Gedung Negara, maka tingkat
kompleksitas merupakan kriteria dan indikatornya, terdiri atas fungsi dan karakter,
serta teknologi. Fungsi dan karakter bangunan gedung meliputi penggunaan
bangunan gedung dan spesifikasi bahan bangunan. Teknologi meliputi bentang
struktur kolom, utilitas, sarana penyelamatan, dan jumlah lantai.
1. Klasifikasi Bangunan Gedung Negara berdasarkan tingkat kompleksitas
terdiri atas:
a. klasifikasi sederhana, yang merupakan bangunan gedung dengan
fungsi dan karakter dan teknologi sederhana, meliputi:
1) Bangunan Gedung Negara dengan jumlah lantai sampai dengan 2
(dua) lantai;

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 29


2) Bangunan Gedung Negara dengan luas sampai dengan 500 m2;
3) bangunan gedung yang sudah ada desain prototipe-nya sampai
dengan 2 lantai dan/atau dengan luas sampai dengan 500 m2;
dan/atau
4) Bangunan Rumah Negara Tipe C, Tipe D, dan Tipe E.
b. klasifikasi tidak sederhana yang merupakan bangunan gedung
dengan fungsi dan karakter sederhana atau tidak sederhana dan
teknologi tidak sederhana, meliputi:
1) Bangunan Gedung Negara dengan jumlah lantai lebih dari 2 (dua)
lantai;
2) Bangunan Gedung Negara dengan luas lebih dari 500 m2;
3) Bangunan gedung yang sudah ada desain prototipe-nya lebih dari 2
lantai dan/atau dengan luas lebih besar dari 500 m2; dan/atau
4) Rumah Negara Tipe A dan Tipe B.
c. klasifikasi khusus yang merupakan bangunan gedung dengan
penggunaan bersifat khusus dan memiliki persyaratan khusus, serta
dalam perencanaan dan pelaksanaannya memerlukan
penyelesaian/teknologi khusus, meliputi:
1) istana negara dan rumah jabatan presiden dan wakil presiden;
2) wisma negara;
3) gedung instalasi nuklir;
4) gedung yang menggunakan radio aktif;
5) gedung instalasi pertahanan;
6) bangunan POLRI dengan penggunaan dan persyaratan khusus;
7) gedung terminal udara, laut, dan darat;
8) stasiun kereta api;
9) stadion/gedung olah raga;
10) rumah tahanan dengan tingkat keamanan tinggi (maximum
security);
11) gudang benda berbahaya;
12) gedung bersifat monumental;
13) gedung cagar budaya;
14) gedung perwakilan negara R.I.; dan

30 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


15) gedung lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Tabel 1 Kalasifikasi Bangunan Gedung Negara Tidak Sederhana


2. Bangunan Gedung Negara yang berupa bangunan rumah negara,
Tipe Untuk Keperluan Pejabat/Golongan

1) Menteri, Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kepala Lembaga


Khusus Tinggi/Tertinggi Negara,

2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)


1) Sekjen, Dirjen, Irjen, Kepala Badan, Deputi,
A
2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)
1) Direktur, Kepala Biro, Inspektur, Kakanwil, Asisten Deputi
B 2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)

3) Pegawai Negeri Sipil yang golongannya IV/d dan IV/e.


1) Kepala Sub Direktorat, Kepala Bagian, Kepala Bidang
C 2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)

3) Pegawai Negeri Sipil yang golongannya IV/a s/d. IV/c.


1) Kepala Seksi, Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang
D 2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)

3) Pegawai Negeri Sipil yang golongannya III/a s/d. III/d.


1) Kepala Sub Seksi
E 2) Pejabat-pejabat yang jabatannya setingkat dengan 1)

3) Pegawai Negeri Sipil yang golongannya II/d kebawah.


disamping klasifikasinya berdasarkan klasifikasi bangunan gedung
negara, digolongkan berdasarkan tipe Rumah Negara sesuai tingkat
jabatan penghuninya dan golongan kepangkatan, meliputi Tipe khusus,
Tipe A, Tipe B, Tipe C, Tipe D, dan Tipe E.
Tipe Rumah Negara
Untuk jabatan tertentu program ruang dan luasan Rumah Negara dapat
disesuaikan mengacu pada tuntutan operasional jabatan.

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 31


Standar Luas Bangunan Gedung Negara
Dalam setiap pembangunan Bangunan Gedung Negara harus memenuhi standar
luas yang dikelompokkan dalam: standar luas gedung kantor, standar luas Rumah
Negara, dan standar luas Bangunan Gedung Negara lainnya.

1. Standar luas gedung kantor


Bangunan Gedung Negara yang berfungsi sebagai kantor, ditetapkan standar
luasnya paling banyak sebesar rata-rata 10 (sepuluh) meter persegi per personel.
Jumlah personel dalam bangunan gedung kantor yang akan dibangun, dihitung
berdasarkan struktur organisasi yang telah mendapat persetujuan menteri yang
membidangi pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi. Dalam hal
kebutuhan standar luas ruang gedung kantor rata-rata melebihi 10 (sepuluh)
meter persegi per personil, harus dikonsultasikan kepada Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
Standar luas ruang gedung kantor terdiri atas:
a. Ruang Utama
1) Ruang Menteri/Ketua Lembaga seluas 247 m2 terdiri atas ruang kerja,
ruang tamu, ruang rapat, ruang tunggu, ruang istirahat, ruang
sekretaris, ruang staf untuk 8 orang, ruang simpan, dan ruang toilet;
2) Ruang Wakil Menteri/Ketua Lembaga seluas 117 m2 terdiri atas ruang
kerja, ruang tamu, ruang rapat, ruang tunggu, ruang istirahat, ruang
sekretaris, ruang staf untuk 5 orang, ruang simpan, dan ruang toilet;
3) Ruang Eselon IA seluas 117 m2 terdiri atas ruang kerja, ruang tamu,
ruang rapat, ruang tunggu, ruang istirahat, ruang sekretaris, ruang staf
untuk 5 orang, ruang simpan, dan ruang toilet;
4) Ruang anggota DPR RI/DPD RI seluas 94 m2 terdiri atas ruang kerja,
ruang tamu, ruang rapat, ruang tunggu, ruang istirahat, ruang
sekretaris, ruang staf untuk 5 orang untuk 5 orang untuk 5 orang untuk
5 orang untuk 5 orang, ruang simpan, dan ruang toilet;
5) Ruang Eselon IB seluas 83.40 m2 terdiri atas ruang kerja, ruang tamu,
ruang rapat, ruang tunggu, ruang istirahat, ruang sekretaris, ruang staf
untuk 2 orang, ruang simpan, dan ruang toilet;

32 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


6) Ruang Eselon IIA seluas 74.40 m2 terdiri atas ruang kerja, ruang tamu,
ruang rapat, ruang tunggu, ruang istirahat, ruang sekretaris, ruang staf
untuk 2 orang, ruang simpan, dan ruang toilet;
7) Ruang Eselon IIB/DPRD Prov/Kab/Kota seluas 62.40 m2 terdiri atas
ruang kerja, ruang tamu, ruang rapat, ruang tunggu, ruang istirahat,
ruang sekretaris, ruang staf untuk 2 orang, ruang simpan, dan ruang
toilet;
8) Ruang Eselon IIIA seluas 24.00 m2 terdiri atas ruang kerja, ruang tamu,
ruang sekretaris, dan ruang simpan;
9) Ruang Eselon IIIB seluas 21.00 m2 terdiri atas ruang kerja, ruang tamu,
dan ruang simpan; dan
10) Ruang Eselon IV seluas 18.80 m2 terdiri atas ruang kerja, ruang staf
untuk 4 orang, dan ruang simpan.
b. Ruang Penunjang
1) Ruang Rapat Utama Kementerian dengan luas 140 m2 untuk kapasitas
100 orang;
2) Ruang Rapat Utama Eselon I dengan luas 90 m2 untuk kapasitas 75
orang;
3) Ruang Rapat Utama Eselon II dengan luas 40 m2 untuk kapasitas 30
orang;
4) Ruang Studio dengan luas 4 m2/orang untuk pemakai 10% dari staf;
5) Ruang Arsip dengan luas 0,4 m2/orang untuk pemakai seluruh staf;
6) WC/Toilet dengan luas 2 m2/25 orang untuk pemakai Pejabat Eselon V
sd Eselon III dan seluruh staf; dan
7) Musala dengan luas 0,8 m2/orang untuk pemakai 20% dari jumlah
personel

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 33


2. Standar luas bangunan Rumah Negara
Standar luas bangunan rumah negara ditetapkan sesuai dengan tipe Rumah
Negara yang didasarkan pada tingkat jabatan dan golongan/pangkat penghuni.
a. Standar tipe dan luas Rumah Negara bagi pejabat dan pegawai negeri
ditetapkan sebagai berikut:
1) Tipe Khusus diperuntukkan bagi Menteri, Pimpinan Lembaga Negara,
atau pejabat yang setingkat dengan menteri, dengan luas bangunan 400
m2 dan luas tanah 1000 m2;

34 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


2) Tipe A diperuntukkan bagi Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal,
Inspektur Jenderal, pejabat yang setingkat, atau Anggota Lembaga
Tinggi Negara/Dewan dengan luas bangunan 250 m2 dan luas tanah 600
m2;
3) Tipe B diperuntukkan bagi Direktur, Kepala Biro, Kepala Pusat, Pejabat
yang jabatannya setingkat atau Pegawai Negeri Sipil Golongan IV/d dan
IV/e, dengan luas bangunan 120 m2 dan luas tanah 350 m2;
4) Tipe C diperuntukkan bagi Kepala Sub Direktorat, Kepala Bagian, Kepala
Bidang, Pejabat yang jabatannya setingkat, atau Pegawai Negeri Sipil
Golongan IV/a dan IV/c, dengan luas bangunan 70 m2 dan luas tanah
200 m2;
5) Tipe D diperuntukkan bagi Kepala Seksi, Kepala Sub Bagian, Kepala Sub
Bidang, Pejabat yang jabatannya setingkat, atau Pegawai Negeri Sipil
Golongan III, dengan luas bangunan 50 m2 dan luas tanah 120 m2; dan
6) Tipe E diperuntukkan bagi Pegawai Negeri Sipil Golongan I dan
Golongan II, dengan luas bangunan 36 m2 dan luas tanah 100 m2.
b. Standar kebutuhan/jenis ruang Rumah Negara:

1) 400 m2 yang terdiri atas ruang tamu, ruang kerja, ruang duduk, ruang
makan, 4 (empat) ruang tidur, 2 (dua) kamar mandi, dapur, gudang, 2
(dua) garasi, 2 (dua) r.tidur pembantu, ruang cuci, dan kamar mandi
pembantu.
2) 250 m2 yang terdiri atas ruang tamu, ruang kerja, ruang duduk, ruang
makan, 4 (empat) ruang tidur, 2 (dua) kamar mandi, dapur, gudang,
garasi, 2 (dua) ruang tidur pembantu, ruang cuci, dan kamar mandi
pembantu.
3) 120 m2 yang terdiri atas ruang tamu, ruang kerja, ruang duduk, ruang
makan, 3 (tiga) ruang tidur, 2 (dua) kamar mandi, dapur, gudang, garasi,
ruang tidur pembantu, ruang cuci, dan kamar mandi pembantu.
4) 70 m2 yang terdiri atas ruang tamu, ruang makan, 3 (tiga) ruang tidur,
kamar mandi, dapur, gudang, dan ruang cuci.
5) 50 m2 yang terdiri atas ruang tamu, ruang makan, 2 (dua) ruang tidur,
kamar mandi, dapur, dan ruang cuci.
6) 36 m2 yang terdiri atas ruang tamu, ruang makan, 2 (dua) ruang tidur,
kamar mandi, dapur, dan ruang cuci.

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 35


Rincian standar luas rumah negara dan luas tanah ditetapkan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II. Peraturan Presiden RI
No. 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
Untuk Rumah Jabatan Gubernur disetarakan dengan Rumah Tipe
Khusus, kecuali luas tanah 2000m2. Untuk Rumah Jabatan
Bupati/Walikota disetarakan dengan Rumah Negara Tipe A, kecuali
luas tanah 1000m2. Rumah Jabatan Gubernur/Bupati/Walikota
dapat ditambahkan luas ruang untuk Ruang Tamu Besar/Pendopo
yang dihitung sesuai kebutuhan dan kewajaran. Sepanjang tidak
bertentangan dengan luasan persil yang ditetapkan dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah, toleransi kelebihan tanah yang diizinkan
untuk:
▪ DKI Jakarta : 20 %
▪ Ibukota Provinsi : 30 %
▪ Ibukota Kabupaten/Kota : 40 %
▪ Pedesaan : 50 %

Untuk rumah susun negara yang dibangun dalam wujud rumah


susun, luas per unit bangunannya diperhitungkan dengan
mengurangi luas garasi mobil (untuk tipe Khusus, A, dan B).
Tabel 2 Standar Luas Rumah Negara

36 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


c. Standar luas Bangunan Gedung Negara lainnya seperti gedung
sekolah/universitas, gedung pendidikan dan pelatihan (diklat), asrama,
rumah sakit, bangunan ibadah, bangunan pasar, dan/atau bangunan
gedung khusus, ditetapkan menteri yang bersangkutan setelah
berkonsultasi dengan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.

Standar Jumlah Lantai


Jumlah lantai Bangunan Gedung Negara sepanjang tidak bertentangan dengan
peraturan daerah setempat, ditetapkan paling banyak 8 (delapan) lantai.
Ketentuan ini didasarkan pada pertimbangan pelaksanaan pembangunan, efisiensi
dan keselamatan bangunan, namun demikian dengan pertimbangan kebutuhan,
peraturan daerah setempat, dan/atau koefisien perbandingan antara nilai harga
tanah dengan nilai harga bangunan gedung, dimungkinkan untuk membangun
Bangunan Gedung Negara diatas 8(delapan) lantai dengan terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat.
Demikian juga, dalam hal Bangunan Gedung Negara membutuhkan besmen (ruang
di bawah permukaan tanah) sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
daerah setempat, jumlah lapis dibatasi paling banyak 3 (tiga).
Untuk membangun bangunan bertingkat, berbeda biayanya dengan bangunan
gedung yang tidak bertingkat, untuk itu diperlukan adanya koefisien/faktor pengali
jumlah lantai bangunan gedung. Koefisien/faktor pengali jumlah lantai Bangunan
Gedung Negara sampai dengan 8 (delapan) lantai ditetapkan sebagai berikut:
▪ bangunan 1 lantai, harga satuan per m2 tertingginya adalah 1,000 standar
harga gedung tertinggi;
▪ bangunan 2 lantai, harga satuan per m2 tertingginya adalah 1,090 standar
harga gedung tertinggi;
▪ bangunan 3 lantai, harga satuan per m2 tertingginya adalah 1,120 standar
harga gedung tertinggi;
▪ bangunan 4 lantai, harga satuan per m2 tertingginya adalah 1,135 standar
harga gedung tertinggi;
▪ bangunan 5 lantai, harga satuan per m2 tertingginya adalah 1,162 standar
harga gedung tertinggi;

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 37


▪ bangunan 6 lantai, harga satuan per m2 tertingginya adalah 1,197 standar
harga gedung tertinggi;
▪ bangunan 7 lantai, harga satuan per m2 tertingginya adalah 1,236 standar
harga gedung tertinggi; dan
▪ bangunan 8 lantai, harga satuan per m2 tertingginya adalah 1,265 standar
harga gedung tertinggi.
Demikian pula diperlukan koefisien/faktor pengali jumlah lantai besmen Bangunan
Gedung Negara sampai dengan 3 lapis ditetapkan sebagai berikut:
▪ Besmen 1 lapis, harga satuan per m2 tertingginya adalah 1,197 standar
harga gedung tertinggi;
▪ Besmen 2 lapis, harga satuan per m2 tertingginya adalah 1,299 standar
harga gedung tertinggi; dan
▪ Besmen 3 lapis, harga satuan per m2 tertingginya adalah 1,393 standar
harga gedung tertinggi.
Untuk Bangunan Gedung Negara yang dibangun diatas 8 (delapan) lantai,
koefisien/faktor pengali jumlah lantai Bangunan Gedung Negara berkonsultasi
kepada Direktorat Bina Penataan Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung Negara


Spesifikasi teknis Bangunan Gedung Negara, merupakan penjabaran lebih rinci
terhadap pemenuhan teknis bangunan gedung negara, baik dari persyaratan tata
bangunan, maupun persyaratan keandalan bangunan gedung.

38 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


1. Spesifikasi Teknis Bangunan Gedung Negara

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 39


40 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara
2. Spesifikasi Teknis Bangunan Rumah Negara

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 41


42 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara
Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 43
Latihan
1. Jelaskan secara singkat persyaratan teknis Bangunan Gedung Negara.
Apa yang membedakan persyaratan teknis Bangunan Gedung Negara
dengan persyaratan teknis bangunan gedung pada umumnya.
2. Untuk Bangunan Gedung Negara yang dibangun pada lokasi yang belum
ada pengaturan peruntukan lokasinya, apa yang harus dilakukan?
3. Apa yang Saudara pahami tentang klasifikasi Bangunan Gedung Negara?
Jelaskan. Bagaimana dengan gedung kantor Saudara?
4. Apabila Saudara ditugaskan sebagai pengelola teknis, dan diminta
bantuan oleh pengguna anggaran untuk menghitung luas gedung kantor
yang akan dibangun, informasi apa saja yang saudara perlukan, dan
bagaimana menghitungnya? Jelaskan.
5. Pemerintah Kabupaten X, melalui Sekretaris Daerahnya bermaskud
membangun rumah jabatan bupati pada lokasi yang terletak di tengah
kota. Luas lahan yang tersedia 1.000 meter 2. Sebagai pengelola teknis
pendapat, saran, dan informasi apa yang harus Saudara sampaikan dan
Saudara minta sebagai masukan kepada Sekretaris Daerah tersebut?

Rangkuman
Persyaratan teknis Bangunan Gedung Negara yang meliputi persyaratan tata
bangunan, persyaratan keandalan bangunan gedung, serta ketentuan klasifikasi,
standar luas, ketinggian, dan spesifikasi teknis Bangunan Gedung Negara harus
diimplentasikan dalam proses perencanaan teknis Bangunan Gedung Negara,
sebagai dasar memperoleh Izin Mendirikan Bangunan dan proses pelaksanaan
konstruksi dalam proses pembangunan Bangunan Gedung Negara.

45 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


BAB 9
PENUTUP

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 47


PENUTUP

Persyaratan Bangunan Gedung Negara merupakan persyaratan yang harus


diikuti oleh kementerian/lembaga/SKPD dalam melaksanakan pembangunan
bangunan gedung negara, baik persyaratan administrasi, maupun persyaratan
teknisnya. Dengan memenuhi persyaratan-persyaratan tersebut, diharapkan
bangunan gedung yang dibangun dapat berfungsi sebagaimana seharusnya, dan
dapat dimanfaatkan minimal sepanjang umur perencanaannya. Dengan
memenuhi persyaratan sebagai Bangunan Gedung Negara, aparatur sipil negara
yang memanfaatkan bangunan gedung tersebut terjamin keselamatannya,
kesehatannya, dan bekerja dengan nyaman dan mudah, sehingga dapat
menjalankan tugas fungsinya secara optimal, efektif dan efisien serta produktif
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara berkelanjutan.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka Pengelola Teknis yang bertugas harus
mampu untuk memahami dan menerapkan semua persyaratan Bangunan
Gedung Negara tersebut secara baik, lengkap, dalam melaksanakan tugasnya
kepada pihak kementerian/lembaga/SKPD pada tahapan pembangunan
Bangunan Gedung Negara.

48 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.


2. Peraturan Pemerintah N0. 36 Tahun 2005 tentang Pelaksanaan
Undang-undang RI No. 28 Tahun 2002.
3. Peraturan Presiden RI Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan
Bangunan Gedung Negara.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006
tentang Pedoman Persyaratan Teknis Pembangunan Bangunan Gedung.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30/PRT/M/2006 tentang
Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan.
6. Peraturan Menteri PU Nomor 24/PRT/M/2007 tentang Ijin Mendirikan
Bangunan.
7. Peraturan Menteri PU Nomor 25/PRT/M/2007 tentang Sertifikat Laik
Fungsi.
8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara (dan Draf
Revisinya).
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Teknis Sistim Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan

Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 49


GLOSARIUM

Izin Mendirikan Bangunan Perizinan yang diberikan oleh Kepala


Daerah kepada pemilik bangunan untuk
membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau
merawat bangunan sesuai dengan
persyaratan administratif dan
persyaratan teknis yang berlaku.

Sertifikat Laik Fungsi Sertifikat yang diterbitkan oleh


pemerintah daerah untuk menyatakan
kelaikan fungsi suatu bangunan gedung
baik secara administratif maupun teknis
sebelum pemanfaatannya.

SKPD Pelaksana fungsi eksekutif yang harus


berkoordinasi agar penyelenggaraan
pemerintahan berjalan dengan baik.
Dasar hukum yang berlaku sejak tahun
2004 untuk pembentukan SKPD adalah
Pasal 120 UU no. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.

50 Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara


Tim Penyempurna

Ir. Antonius Budiono, MCM

Ir. Sumirat , MM

Ir. Ismono Yahmono, MA

Ir. Natsir Gunansyah, MM

Ir. Normasnsyah Machmud, MM

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
P U SD IK LAT JAL AN , P ERU MA HA N, P ER MU KIMA N D AN P E NG EMB AN GA N IN FR AS TR UK TU R WILA YAH
Jl. A bdul H am id C ic aheum B andung, Tlp/ Fax. 022 -720 8024,
Email: pusat3bpsdm@ yahhoo.co.id
Persyaratan Pembangunan Bangunan Gedung Negara 51
Edisi 2016

Anda mungkin juga menyukai