Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No.

1, 2016

GAMBARAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DENGAN SUKRALFAT DAN


RANITIDIN DENGAN ANTASIDA DALAM PENGOBATAN GASTRITIS DI SMF
PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) AHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI

Isna Wardaniati1, Almahdy A2, Azwir Dahlan3


Universitas Abdurrab, Pekanbaru1
Universitas Andalas, Padang2
RSUD Ahmad Mochtar, Bukittinggi 3
isnawardaniati@gmail.com
ABSTRAK

Gastritis merupakan penyakit lambung yang paling banyak di temukan di masyarakat Setiap hari sering kita
temukan penderita yang datang berobat dengan keluhan di saluran pencernaan bagian atas; misalnya rasa nyeri atau
panas di daerah epigastrium, mual, kadang-kadang disertai muntah, rasa panas di perut, rasa kembung, perasaan
lekas kenyang. Dalam pengobatan gastritis biasanya digunakan terapi tunggal, namun ada beberapa yang
menggunakan terapi kombinasi 2 jenis obat. Biasanya obat yang digunakan dalam terapi kombinasi diberikan
berdasarkan derajat gastritisnya. Dalam penelitian ini kombinasi obat yang diamati adalah Ranitidin dengan
Sukralfat dan Ranitidin dengan Antasida. Gambaran penggunaan obat ini dinilai berdasarkan gejala klinis dan
pemeriksaan Endoskopi. Pasien yang positif menderita gastritis dibagi menjadi dua kelompok. Kemudian Pasien
diberikan terapi dengan (Ranitidin, Sukralfat) dan (Ranitidin, Antasida) selama 2 minggu. Setelah 4 bulan dari
terapi diberikan dilakukan evaluasi terhadap pasien meliputi rasa sakit/nyeri di perut, rasa mual, muntah, pedih
sebelum dan sesudah makan, perasaan panas di perut, lekas kenyang, kembung. Dari hasil evaluasi yang dilakukan
pada kedua kelompok tersebut didapatkan hasil pada kelompok I jumlah pasien yang keluhannya menghilang
sebanyak 100% dan pada kelompok II sebanyak 80%.

Kata Kunci : Gastritis, Endoskopi, Antasida, Sukralfat, Ranitidin.

ABSTRACT

Gastritis is the most common disease found in the community. Everyday frequently we can find patients
with upper gastrointestinal problems visit health installation service to cure their disease, such as pain problems or
burning sensation in epigastrum area, sometimes followed by regurgitation, stomach heartburn, bloating sensation
and early satiety. In gastritis medications, a single therapy is usually preferred, but there are also some using the
combination of two drugs. The common drugs being used is based on gastritis conditions level. In this research, the
observed drug combination were ranitidine with sucralfat and ranitidine with antacids. The description of drugs used
was being judged based on clinical symptoms and endoscopy examination. The confirmed gastritis patients were
divided into two groups. Afterwards, the patient were given the therapy( ranititidine and sucralfat) and (ranitidine
and antacids) for two weeks. After 4 months since the therapy was being given, the evaluations of patients
conditions was done, including the pain in gastrointestinal tract, nausea, regurgitate, smarting before and after meal,
burning sensation in the stomach, early satiety and bloating. From evaluations examinations in to the two groups, we
founds the results that in groups I the complaint was dissolved about 100 % and in groups II was about 80 %.

Keywords : Gastritis, Endoscopy, Antacids, Sucralfat, Ranitidie.

65
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

duodenum. Asam lambung yang bersifat


PENDAHULUAN korosif dan pepsin yang bersifat proteolitik
Gastritis merupakan penyakit merupakan dua faktor terpenting dalam
lambung yang paling banyak di temukan di menimbulkan kerusakan mukosa lambung-
masyarakat. Hampir setiap orang pernah duodenum. Faktor-faktor agresif lainnya
menderita penyakit ini, baik Gastritis akut adalah garam empedu, obat-obat ulserogenik
maupun kronik. Setiap hari sering kita (aspirin dan antiinflamasi nonsteroid
temukan penderita yang datang berobat lainnya, kortikosteroid dosis tinggi),
dengan keluhan di saluran pencernaan bagian merokok, etanol, bakteri, leukotrien B4 dan
atas; misalnya rasa nyeri atau panas di daerah lain-lain (Katzung, 2004).
epigastrium, mual, kadang-kadang disertai Tujuan utama dalam pengobatan
muntah, rasa panas di perut, rasa kembung, gastritis adalah menghilangkan nyeri,
perasaan lekas kenyang. Biasanya keluhan menghilangkan inflamasi dan mencegah
yang diajukan penderita tersebut ringan dan terjadinya ulkus lambung dan komplikasi.
dapat diatasi dengan mengatur makanan, Berdasarkan patofisiologisnya terapi
tetapi kadang-kadang dirasakan berat, farmakologi gastritis ditujukan untuk
sehingga ia terpaksa meminta pertolongan menekan faktor agresif dan memperkuat
dokter bahkan sampai terpaksa diberi faktor defensif. Sampai saat ini pengobatan
perawatan khusus (Nadi S, 1998). ditujukan untuk mengurangi asam lambung
Gastritis adalah inflamasi pada yakni dengan cara menetralkan asam
lapisan mukosa dan submukosa lambung. lambung dan mengurangi sekresi asam
Gastritis kronis tingkat ringan samapi sedang lambung. Selain itu pengobatan gastritis juga
sering di temukan pada masyarakat, terutama dilakukan dengan memperkuat mekanisme
sekali pada orang dewasa. Inflamasi ini defensif mukosa lambung dengan obat-obat
kadang-kadang terjadi superficial atau di sitoproteksi (Dipiro, 2008).
permukaan mukosa lambung saja sehingga Telah banyak obat yang beredar
tidak begitu nyeri, jadi tadak begitu yang bertujuan mengobati penyakit
mengganggu. Akan tetapi, bila inflamasi gastritis. Di samping itu kepada penderita
telah mengenai samapi kedalam mukosa tetap dianjurkan mengatur pola makannya
lambung, maka akan timbul nyeri di daerah dan menghindari faktor - faktor yang dapat
epigastrum. Bila gastritis khronis memperparah penyakitnya. Penggunaan obat
berlangsung dalam jangka waktu yang lama, penghambat H2 (Ranitidin) bertujuan untuk
maka dapat menyebabkan atropi mukosa mengurangi sekresi asam, antasid digunakan
lambung beserta kelenjar-kelenjar yang untuk menetralkan asam yang tersekresi dan
terdapat didalammnya. Namun, kadang- sukralfat untuk melapisi daerah inflamasi
kadang gastritis bisa pula menjadi sanagat atau ulserasi sehingga dapat mempercepat
akut dan berat dengan ekskoriasi ulseratif penyembuhan (Herman, 2004).
(luka bertukak) mukosa lambung yang Dalam pengobatan gastritis biasanya
disebabkan oleh aktifitas sekresi sel peptik digunakan terapi tunggal, namun ada
dari lambung sendiri, yaitu berupa enzim beberapa yang menggunakan terapi
pepsin (Herman, 2004). kombinasi 2 jenis obat. Biasanya obat yang
Ketidakseimbangan antara faktor- digunakan dalam terapi kombinasi diberikan
faktor agresif (asam dan pepsin) dan faktor- berdasarkan derajat gastritisnya. Banyak
faktor defensif (resistensi mukosa) pada penderita yang dapat disembuhkan dengan
mukosa lambung dan duodenum pengobatan tersebut di atas, tetapi banyak
menyebabkan terjadinya gastritis, pula yang sukar disembuhkan, hal ini
duodenitis, ulkus lambung dan ulkus
66
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

mendorong peneliti untuk mengetahui eksklusi) dicatat dalam lembaran penelitian.


kombinasi obat apa yang dapat memberikan Pasien yang positif menderita gastritis
gambaran terapi lebih baik dalam dibagi menajdi dua kelompok. Kemudian
pengobatan gastritis. Dalam penelitian Pasien diberikan terapi dengan (Ranitidin,
kombinasi yang diamati adalah kombinasi Sukralfat) atau (Ranitidin, Antasida ) selama
Ranitidin dengan Sukralfat dan Ranitidin 2 minggu. Setelah 4 bulan setelah terapi
dengan Antasida. diberikan dilakukan evaluasi terhadap
pasien. yang diamati ialah : rasa sakit/nyeri
METODE PENELITIAN di perut, rasa mual, muntah, pedih sebelum
Penelitian merupakan penelitian dan sesudah makan, perasaan panas di perut,
observasi secara prospektif dengan tekhnik lekas kenyang, kembung.
purposive sampling (Irawan,1999). Populasi
penelitian adalah penderita Gastritis yang HASIL DAN PEMBAHASAN
memenuhi kriteria inklusi di SMF penyakit
dalam RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi Dari penelitian yang telah di lakukan
mulai bulan November 2010 sampai Mei pemeriksaan endoskopi dengan keluhan
2011. Sampel penelitian adalah semua nyeri ulu hati, pedih sebelum atau sesudah
populasi yang memenuhi kriteria dalam makan, perasaan mual kadang-kadang
penelitian ini. Kriteria inklusi (Semua pasien disertai muntah, rasa panas di epigastrium,
yang menderita Gastritis, Pasien Askes, ada lekas kenyang, kembung, kadang-kadang
gambaran gastritis yang dibuktikan dengan nafsu makan berkurang ditemukan 10 kasus
hasil endoscopy, tidak pulang paksa, tidak dengan tanda - tanda gastritis.
meninggal selama penelitian ini). Kriteria Karakteristik penderita.
eksklusi (Pasien yang pulang paksa, pasien
meninggal dalam penelitian ini, Tidak ada 1. Berdasarkan derajat gastritisnya.
hasil endoscopy). Variabel penelitian :
Variabel dependen (Kombinasi jenis obat ) Berdasarkan derajat gastritisnya
dan Variabel independen ( jenis kelamin, yang dilihat dari gambaran mukosa
lama menderita gastritis, hasil wawancara). lambung pasien yang diendoskopi
Pasien yang memenuhi syarat didapatkan pasien yang menderita
(kriteria inklusi dan tidak ada kriteria gastritis ringan sebanyak 5 orang dan
gastritis sedang sebanyak 5 orang

Tabel I. Distribusi pasien berdasarkan derajat gastritisnya.


Derajat gastritisnya Jumlah (org)
Gastritis ringan 5
Gastritis sedang 5

Gambaran endoskopi mukosa lambung pada duodenum tidak ditemukan kelainan.


pasien sebelum di berikan terapi. Kemudian pada gaster terdapat mukosa
hiperaemis terutama ditemukan pada daerah
Pada penelitian ini didapatkan antrum sebanyak 3 orang
gambaran mukosa hiperaemis ringan sampai
sedang pada esofagus dan gaster sedangkan

67
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Tabel II. Distribusi gambaran mukosa lambung sebelum pengobatan

Lokasi Jumlah
Esofagus : 1
Mukosa hiperaemis ringan, tak ada ulkus,
varices dan tumor.
Gasrter :
Mukosa hiperaemis ringan disertai
hipersekresi, tak ada ulkus dan tumor.
Duodenum : Tak da kelainan.
Esofagus : 1
Mukosa hiperaemis ringan, tak ada ulkus,
varices dan tumor.
Gaster :
Mukosa hiperaemi, tak ada ulkus dan tumor,
banyak cairan lambung
Duodenum :
Mukosa hiperaemis, tak ada ulkus dan tumor.
Esofagus : 3
Mukosa hiperaemis ringan, tak ada ulkus,
varices dan tumor.
Gaster :
Mukosa hiperaemis ringan pada antrum, tak
ada ukus, varices dan tumor.
Duodenum ;
Tak ada kelainan.
Esofagus : 2
Mukosa hiperaemis , tak ada ulkus, varices dan
tumor.
Gaster :
Mukosa hiperaemis ringan, tak ada ulkus dan
tumor.
Duodenum :
Tak ada kelainan
Esofagus : 1
Mukosa normal, tak ada ulkus, varices dan
tumor.
Gaster :
Mukosa hiperaemis sedang, tak ada ulkus dan
tumor.
Duodenum :
Tak ada kelainan.
Esofagus : 1
Mukosa hiperaemis sedang, tak ada ulkus,
varices dan tumor.
Gaster :

68
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Lokasi Jumlah
Mukosa hiperaemis sedang, tak ada ukus,
varices dan tumor.
Duodenum :
Tak ada kelainan
Esofagus : 1
Mukosa hiperaemis ringan, tak ada ulkus,
varices dan tumor.
Gaster :
Mukosa hiperaemis ringan pada antrum, tak
ada ukus, varices dan tumor, banyak cairan
empedu
Duodenum :
Tak ada kelainan.
Keluhan Klinis Penderita Gastritis. 10 orang, mual 8 orang, muntah 5 orang,
nafsu makan menurun 4 orang, dan perut
Berdasarkan gejala klinisnya pada kembung 3 orang.
penellitian ini pasien datang dengan
mengalami keluhan nyeri ulu hati sebanyak

Tabel III. Keluhan klinis yang dialami penderita gastritis.

Keluhan Jumlah
Nyeri ulu hati. 10
Mual 8
Muntah 5
Nafsu makan menurun 4
Perut terasa kembung 3

Evaluasi setelah pemberian terapi. dari satu minggu sebanyak 2 orang dan
Kelompok II sebanyak 1 orang, dalam
Setelah diberiakn terapi dengan waktu satu minggu pada kelompok I
kombinasi Ranitidin dengan Sukralfat sebanyak 2 orang dn kelompok II sebanyak
(Kelompok I) dan Rantidin dengan Antasida 2 orang, dalam waktu 2 minggu kelompok I
(Kelompok II) didapatkan gambaran terapi sebanyak 1 orang dan kelompok II sebanyak
yang dilihat dari lama perbaikan penyakit 2 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
yaitu pada kelompok I Jumlah pasien yang pada tabel berikut :
keluhannya berkurang dalam waktu kurang

69
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Tabel IV. Lama perbaikan penyakit yang dilihat dari hilangnya keluhan.
Lama Perbaikan penyakit Kelompok
I II
Kurang dari semingu 2 1
Satu minggu 2 2
Dua minggu 1 2
Lebih dari 2 minggu 0 0

Setelah diberikan terapi pada kedua keluhannya menghilang sebanyak 4 orang


kelompok tersebut dan dilalukan dan 1 orang yang keluhannya berkurang.
wawancara kepada pasien didapatkan hasil Perbedaan gambaran terapi antara kombinasi
pada kelompok I (Ranitidin dengan Ranitidin dengan Sukralfat dan Ranitidin
Sukralfat) jumlah pasien yang keluhannya dan Antasida dapat dilihat pada tabel di
menghilang sebanyak 5 orang dan pada bawah ini :
kelompok II (Ranitidin dan Antasida) yang

Tabel V : Perbedaan gambaran terapi antara kombinasi Ranitidin dengan Sukralfat (Kelompok I)
dan Ranitidin dengan Antasida (Kelompok II)

Kelompok
Keluhan I II
Menghilang 5 4
Berkurang - 1
Menetap - -
Bertambah parah - -
gastritis ringan sebanyak 5 orang dan
gastritis sedang sedang sebanyak 5 orang.
Pembahasan Perbedaan antara gastritis ringan dan sedang
dapat dilihat dari gambaraan kemerahan atau
Penelitian ini dilakukan terhadap 10
erosi pada mukosa lambung pasien.
penderita gastritis yang bersedia menjalani
a. Gambaran mukosa lambung pasien
pemeriksaan endoskopi. Pada umumnya
sebelum diterapi
penderita Sering mengalami keluhan nyeri
Dari gambaran mukosa lambung
pada ulu hati, mual, muntah, anoreksia,
pasien pada esofagus terdapat mukosa
kembung, dimana berdasarkan literatur
hiperaemis ringan sampai sedang dan pada
keluhan tersebut merupakan gejala klinis
gaster banyak ditemukan hiperaemis ringan
yang sering dialami pasien yang di diagnosa
terutama pada bagian antrum yang disertai
gastritis dan pada pemeriksaan endoskopi
dengan hipersekresi cairan lambung
ditemukan kemerahan atau erosi pada
sedangkan pada duodenum tidak ditemukan
mukosa lambung.
adanya kelainan.
Pada penderita gastritis akut, mukosa
Karakteristik penderita
memerah, edema dan ditutupi oleh mukus
Berdasarkan derajat gastritisnya pada
yang melekat, juga sering terjadi erosi kecil
penelitian ini jumlah pasien yang menderita
dan pendarahan.

70
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

b.Keluhan klinis penderita gastritis. Untuk melihat gambaran


Dari keluhan klinis penderita penggunaan dari kedua kombinasi obat ini
gastritis yang menderita keluhan nyeri ulu dilakukan pengamatan terhadap pasien
hati sebanyak 10 orang, mual sebanyak 8 dengan membandingkan keluhan yang
orang, muntah 5 orang, nafsu makan dialami sebelum di beri terapi dan sesudah
menurun sebayak 4 orang, dan perut terasa di beri terapi. Pada penelitian ini didapat
kembung sebanyak 3 orang. Dimana jumlah pasien yang keluhannya menghilang
keluhan tersebut merupakan gejala klinis sesudah diterapi pada kelompok I (Ranitidin
yang sering dialami oleh pasien yang dengan Sukrlafat) sebanyak 5 orang dan
didiagnosa menderita gastritis. kelompok II (Ranitidin ddengan Antasida)
Manifestasi klinis gastritis dapat sebanyak 4 orang.
bervariasi dari keluhan abdomen yang tidak Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa
jelas, seperti anoreksia, bersendawa, mual, kombinasi ranitidin dengan sukralfat
nyeri epigastrum, muntah, perdarahan dan memberikan efek terapi yang baik dalam
hematemesis. Pada beberapa kasus, bila pengobatan gastritis dimana Ranitidin
gejala - gejala menetap dan resisten terhadap berperan dalam mengurangi faktor agresif
pengobatan, maka diperlukan tindakan dengan cara menghambat histamin pada
diagnostik tambahan seperti endoskopi, reseptor H2 sel parietal sehingga sel parietal
biopsi mukosa, dan analisa cairan lambung tidak terangsang mengeluarkan asam
untuk memperjelas diagnosis (William dan lambung. Sedangkan sukralfat berperan
wilkins, 2010). dalam meningkatkan faktor devensif dengan
c. Evaluasi setelah pemberian terapi. cara melindungi mukosa lambung,
Penderita yang memenuhi kriteria sedangkan kombinasi ranitidin dan antasida
inklusi dibagai dalam dua kelompok. dimana antasida berperan dalam
Masing-masing kelompok I mendapatkan menetralkan asam lambung sehingga dapat
terapi Ranitidin dan Antasida dan kelompok mengurangi keluhan nyeri yang dialami
II mendapatkan terapi Ranitidin dan pasien (William dan Wilkins 2010).
Sukralfat. Pada kelompok II keluhan yang di
Gambaran terapi kombinasi obat ini alami pasien akan timbul lagi apabila pasien
dapat dilihat dari lama perbaikan penyakit mengalami keadaan stress. Respon mual dan
dimana pada kelompok I (Ranitidin dan muntah yang dirasakan pada saat individu
Sukralfat) jumlah pasien yang keluhan mengalami stres menunjukan bahwa stres
berkurang dalam waktu kurang dari berefek pada saluran pencernaan. (Wolf
seminggu sebanyak 2 orang, dalam jangka 1965, dalam Greenberg, 2002) melakukan
waktu seminggu sebanyak 2 orang dan penelitian mengenai efek stress pada saluran
selama 2 minggu sebanyak 1 orang. pencernaan antara lain menurunkan saliva
Sedangkan pada kelompok II (Ranitidin sehingga mulut menjadi kering,
dengan Antasida) jumlah pasien yang menyebabkan kontraksi yang tidak
keluhannya berkurang dalam waktu kurang terkontrol pada otot esophagus sehingga
dari seminggu sebanyak 1 orang dan dalam menyebabkan sulit untuk menelan,
waktu seminggu 2 orang kemudian yang peningkatan asam lambung, konstriksi
jangka waktu 2 minggu sebanyak 1 orang. pembuluh darah di saluran pencernaan dan
Perbedaan lama perbaikan atau terapi diatas penurunan produksi mukus yang melindungi
juga dipengaruhi oleh keadaan individu dinding saluran pencernaan sehingga
masing-masing pasien, gaya hidup serta menyebabkan iritasi dan luka pada dinding
faktor penyebab timbulnya gastritis. lambung, dan perubahan motilitas usus yang

71
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

dapat meningkat sehingga menyebabkan berkurangnya absorbs salah satu obat,


diare atau menurun sehingga menyebabkan meningkatkan efek samping, terapi duplikasi
konstipasi. Konstipasi biasanya terjadi pada dan lain-lain. Pada kombinasi obat yang
individu yang mengalami depresi sedangkan digunakan dalam penelitian ini terdapat
diare biasanya terjadi pada individu yang interaksi obat dimana Antasida dapat
berada pada kondisi panik. Hasil penelitian mengurangi absorbsi Ranitidin. Oleh karena
tersebut menunjukan bahwa stres memiliki itu perlu pengaturan waktu pemberian obat
pengaruh yang negatif terhadap saluran dimana obat diminum dalam waktu selang 1
pencernaan antara lain dapat menyebabkan jam (Ranitidin diminum 1 jam setelah
individu mengalami luka (ulcer) pada mengkonsumsi Antasida).
saluran pencernaan termasuk pada lambung Hasil penelitian ini tidak jauh
yang disebut dengan penyakit gastritis berbeda dengan penelitian lain dalam terapi
(Asminarsih, 2009). gastritis, dimana pada penelitian tersebut
Dalam hal ini pasien dianjurkan menggunakan terapi tunggal. Obat yang
untuk menurunkan tingkat sress dengan digunakan adalah Efcid (Himocid) yang
memperbanyak istirahat dan menenangkan merupakan salah satu antasida. Pada
pikiran. Karena stess merupakan salah satu penelitian tersebut 87% dari jumlah pasien
faktor yang dapat meningkatan sekresi asam memberikan respon yang baik (Rangamani,
lambung dan menekan pencernaan. Selain K., 2001).
itu untuk mencegah timbulnya kembali Dalam penelitian terdapat
keluhan yang dialami pasien, pasien keterbatasan yaitu susah mendapatkan
dianjurkan untuk mengatur pola makan dan pasien, tidak semua pasien mau
gaya hidup. diendoskopi, dan tidak semua bersedia ikut
Dari hasil penelitian diatas dapat dalam penelitian. Karena keterbatasan
dilihat penggunaan kombinasi 2 obat penelitian inilah maka jumlah sampel yang
memperlihatkan gambaran terapi yang lebih didapat tidak begitu banyak dan tidak ada
baik, hal ini dapat dilihat dari jumlah pasien endoscopy ulang untuk melihat gambaran
yang keluhannya menghilang sebanyak 9 mukosa lambung pasien setelah diterapi.
orang dan keluhanya berkurang sebanyak 1
orang. Penggunaan kombinasi dua obat ini KESIMPULAN
ditujukan untuk mempercepat penyembuhan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan
pasien dimana penggunaan kombinasi obat bahwa 100% dari pasien yang menggunakan
akan memberikan hasil yang lebih efektif terapi kombinasi Ranitidin dengan Sukralfat
karena obat-obat tersebut dapat memberikan keluhannya hilang dan 80% pada pasien
efek sinergis. Dalam menggunakan yang menggunakan Ranitidin dengan
kombinasi obat harus memperhatikan Antasida.
mekanisme kerja dari obat tersebut, dimana
obat yang diberikan harus mempunyai DAFTAR PUSTAKA
mekanisme kerja yang berbeda (Dipiro, Amini, S. Ranjbar, Nouzar. N, 2008,
2008). Diagnostic Utility of Nodular Gastritis
Dalam menggunakan terapi in Childrenwith Chronic Abdominal
kombinasi hal terpenting yang perlu Pain Undergoing Endoscopy,
diperhatikan adalah interaksi obat. Dimana American journal of agricultural and
interaksi obat ini ada yang menguntungkan biological sciences 3(2): 494-496
seperti diperolehnya efek sinergis, dan ada
juga efek yang merugikan seperti

72
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Anderson,O.P.2002. Handbook of Clinical Dipiro, J.T, Terry, L., Cindy, W.H., 2006,
Drug Data. Medical Publishing Pharmacotherapy Handbook, Sixth
Division. Edition, Mc Graw Hill Companies

Anonim, 2008, ISO FARMAKOTERAPI, Dipiro, J.T, Robert, L.T, Gary, C.Y, Gary,
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, PT R.M., Barbara, G.W, Michael Posey,
ISFI Penerbitan, Jakarta 2008, Pharmacotherapy;A
pathophysiological approach, Seventh
Aridha, N. 2007. Gambaran strain Edition, Mc Graw Hill Companie
helicobacter pilory pada penderita
gastritis kronis dan ulkus lambung, Herman, R.B, 2004. Fisiologi Pencernaan
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP Untuk Kedokteran, Andalas University
M.Djamil / Fakultas kedokteran Press, Padang.
Universitas Indonesia, Padang.
Irawan ,P, 1999, Logika dan prosedur
Asminarsih, Z.P. 2009, Pengaruh Tekhnik penelitian.STIA –LAN press.Jakarta
relaksasi progresif terhadap respon
nyeri, Tesis Fakultas Ilmu Katzung, B,G. 2004. Farmakologi Dasar
Keperarawatan Universitas Indonesia. dan Klinik.Edisi 8. Penerbit buku
Jakarta. kedokteran. Jakarta.

Ayyub, M, Lubna, A, Mohammad, H.M, Lacy,C.F, Lora, L.A, Morton, P.G, Leonard,
2004, Eosinophilic gastritis; An L.L.2008. Drug Information
unusual and overlooked cause of Handbook. Edisi 17. America
chronic abdominal pain, J Ayub Med Pharmacist Association.
Coll Abbottabad 19(4) : 127-13
Martin, J. 2008. British National Formulary.
Bagian Farmakologi, 2007. Fakultas BMJ Group and RPS Publishing.
Kedokteran UI. Farmakologi dan
Terapi. Edisi V. Jakarta. Miyake, Y. 2007. Atlas of Spectral
Endoscopic Images. Research Center
Betty, 2007, Tampilan immunohistokimia for Frontier Medical Engineering,
cox-2 pada lesi gastritis pre kanker Chiba University.
dan kanker lambung.Tesis.
Departemen Patologi Anotomi M.J.Neal. 2002 At a Glace Farmakologi
Fakultas Kedokteran.USU.Medan. Medis. Edisi IV. Erlangga Medical
Service.
C J L Khor, K M Fock, T M Ng, E K Teo, C
S Sim, A L Tan, A Ng. 2000. National Digestive Disease Information
Recurrence of Helicobacter Pylori Clearinghouse, 2001. Gastritis, U.S.
Infection and Duodenal Ulcer Department of Health and Human
Relapse,Following Successful Services, NIH Publication No 10-474
Eradication in an Urban East Asian
Population. Singapore Med J Vol
41(8) : 382-386.

73
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1, 2016

Novaridha, 2007, Gambaran Strain


Helycobacter Pilory pada penderita
Gastritis Kronis dan Ulkus Lambung,
Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUP
DR. M Djamil / Fakultas kedokteran
Universitas Anadalas, Padang.

Price, S.A, Lorraine, M.W, 2002.


Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit Edisi 6 Vol I, Penerbit
Buku Kedokteran, Jakarta

Rangamani, k. 2001 .clinical trial of Efcid (


himcocid ) in patients of acid peptic
Disease. Bowring and lady Curzon
Hospitals, Shivajinangar, Bangalore,
India.

Sastroasmoro, S., Ismail, S. 2002, Dasar-


dasar Metodologi Penelitrian Klinis.
Jakarta. Sagung Seto.

William, L dan Wilkins, 2010, Atlas of


Pathophysilogy Third Edition,
Anataomical Chart Company,
Philadelpia

74

Anda mungkin juga menyukai