SKRIPSI
Oleh
HANIF MASYKUR
NIM: 11412004
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298)323706, 323433 Fax.323433 Salatiga 50721
Website : www.iainsalatiga.ac.id Email: administrasi@iainsalatiga.ac.id
PERSETUJUAN PEMBIMBING
NIM : 11412004
Salatiga, 13 April
2015
Pembimbing
H. Achmad Maimun,
M.Ag
NIP. 19700510
199803 1003
iv
SKRIPSI
DISUSUN OLEH
HANIF MASYKUR
NIM : 11412004
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 11412004
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 16 Maret
2015
Yang Menyatakan
Hanif Masykur
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“ Allah menakdirkan orang-orang tertentu untuk memiliki hati yang terang agar
PERSEMBAHAN
Skripsi ini spesial kupersembahkan untuk Istiku Kuni Masrohati Ulya, Beliaulah
istri yang sangat luar biasa begitu kuat dalam menghadapi cobaan dan badai
kehidupan, semoga Allah memberikan yang terbaik bagi Beliau dan keluarganya,
Amin.
vii
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Ilahi rabbi, yang mempunyai sifat
rahman dan rahim, maha pengasih lagi maha penyayang atas hidayah, kekuatan dan
rahmatNya sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai, shalawat serta salam semoga
tercurah kepada junjungan kita nabi Muhammad saw, beserta para shabat dan
Penulisan skripsi yang berjudul “Eksistensi dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
dalam Sistem Pendidikan Nasional ini adalah merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
karena pertolongan Allah swt melalui perantara bantuan dari berbagai fihak ,untuk itu
viii
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga, yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan menimba ilmu
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri Salatiga, yang senantiasa kami ikuti apa yang menjadi kebijakannya.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, yang senantiasa
4. Bapak Drs. Joko Sutopo Ketua Program PAI Ekstensi yang pada saat Institut Agama
Islam Negeri Salatiga masih bernama Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ).
memberikan pengarahan demi baiknya sebuah karya ilmiah, semoga Allah selalu
memberikan umur yang barokah, dan semoga Allah memberikan rahmat kepada
beliau.
6. Seluruh Pejabat di Institut Agama Islam Negeri Salatiga mulai dari pimpinan, staf
belajar.
7. Bapak Serta Emak, orang tua penulis yang senantisa memberikan dukungan moril
maupun materiil sehingga sekolah penulis dapat selesai dengan lancar dan sesuai
harapan.
8. Kuni Masrohati Ulya isteri yang sangat luar biasa, yang senantiasa berdo’a dan
kondisi terpuruk. Kedua bidadari penulis yaitu Fiyya Azha Sorayya dan Adiiba
ix
Khalwaa Aqila anakku yang cantik dan hebat, terimakasih atas kerjasamanya tidak
9. Semua Sahabat, saudara mahasiswa PAI Ekstensi 2012, dan mahasiswa Institut
Agama Islam Negeri Salatiga pada umunya yang senantiasa memberikan dorongan,
Ahirnya, dengan hati yang terbuka kami tunggu saran dan kritik dari pembaca,
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada
umumnya, semoga yang menulis dan membaca mendapatkan ridho dan hidayah serta
Penulis
HanifMasykur
NIM. 11412004
x
ABSTRAK
Masykur, Hanif. 2015. Eksistensi dan Fungsi Pendidikan Agama Islam dalam Sistem
Pendidikan Nasional ( Pendekatan Historis Antara Tahun 2003 sampai 2014 ).
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan . Jurusan Pendididikan Agama
Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: H. Achmad
Maimun, M.Ag.
Pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran dan nilai belum mampu
xi
memberikan pemahaman dasar yang menghasilkan sikap laten sehingga dapat
berfikir, bersikap dan berperilaku sesuai nilai-nilai tauhid, kemanusiaan,
keseimbangan dan nilai rahmatan lil alamin belum dapat ditanamkan dalam
kepribadian siswa. Kegagalan inilah yang kemudian para pakar mengatakan
terjadinya kebobrokan dan rusaknya mental bangsa, kondisi ini cermin dari
gagalnya dunia pendidikan dalam menanamkan nilai-nilai lebih khusus lagi
kegagalan dunia pendidikan agama.
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
xiii
B. Pro dan Kontra Terhadap Pendidikan Agama dalam UU No. 20
nasional ............................................................................................................... 39
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 67
B. Saran ......................................................................................................... 70
C. Penutup ..................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TENTANG PENULIS
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
berpangkal pada krisis akhlak atau moral. Krisis ini, secara langsung atau
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Pendidikan Agama Islam adalah upaya
xv
memahami, menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia
2012:59).
berikut.
xvi
mengajarkan pendidikan agama, ini artinya kekurangan dalam pendidikan
B. Rumusan masalah
sebagai berikut:
C. Tujuan Penelitian
Dari pokok masalah tersebut ada beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu :
D. Kegunaan Penelitian
manfaat baik untuk penulis maupun orang lain, setelah melakukan penilitian
diharapkan dapat :
E. Metode Penelitian
xvii
Sesuai dengan pedoman penulisan skripsi Sekolag Tinggi Agama
Islam Negeri ( STAIN ) Salatiga yang diterbitkan pada tahun 2009 ada tiga
pendekatan dalam penelitian naskah yaitu (a) Pendekatan Tafsir, (d) analis isi,
Nomor 20 Tahun 2003, kebijakan pemerintah yang dalam hal ini berbentuk
Penulis membagi dua bagian penting yaitu data primer dan data
2. Analisis Data
xviii
digunakan untuk mengetahui sejauh mana Pendidikan Agama Islam
F. Penegasan Istilah
xix
4. “Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan
G. Sistematika Penulisan
yang meliputi, latar belakang masalah, dari latar belakang masalah dapat
Bab dua berisi biografi naskah yang berisi sejarah lahirnya undang-
xx
BAB II
UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003
TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
pada bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 13, pasal tersebut
xxi
pemerintah saat itu dapat disimpulkan sebagai tidak memihak terhadap
pendidikan agama.
undang sistem pendidikan Nasional jilid dua yang disahkan pada tanggal 27
setiap jenis jalur dan jenjang pendidikan.Lebih dari itu Undang-undang ini
keimanan dan ketakwaan adalah terminologi yang sangat identik dan akrab
dikarenakan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan bangsa saat itu,
xxii
amanat tersebut, desakan masyarakat serta tuntutan reformasi pendidikan
ini menjelang kelahirannya ada dalam situasi yang dilematis. Kritik tajam
terhadap undang-undang ini ( saat masih RUU ) dapat dicatat antara lain
xxiii
lima agama yang selama ini diakui resmi oleh Negara, visi pendidikan agama
pendidikan, campur tangan pemerintah terlalu besar pada masalah agama, dan
undang tersebut.
jawaban legal formal terhadap krisis pendidikan yang telah menggurita dalam
selama ini merupakan cerminan dari kegagalan dalam membentuk mental dan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Kalau disimak ujung dari semua itu
Nasional kita. Kesadaran akan adanya kegagalan dalam dunia pendidikan ini
sebagai Negara yang paling ketinggalan dalam pendidikan baik dari biaya,
xxiv
Terdapat banyak isu reformasi pendidikan yang diusung saat itu,
sedikitnya isu-isu sentral reformasi pendidikan ini bermuara pada empat hal,
yaitu :
Keempat hal pokok ini tidak lagi bisa dijawab oleh undang-undang
kurang lebih dua tahun itu, semuanya tenggelam ditelan polemik pasal-pasal
yang berpihak terhadap pendidikan agama. “Bahkan polemik ini sudah jauh
xxv
pengsahannya. Pada suatu saat kedua kelompok yang berbeda pendapat ini
bertemu di seputar jalan Malioboro. Dua pihak ini terpancing oleh pasal-pasal
himbauan kalangan muslim tertentu yang menyerukan para orang tua untuk
Katolik. Seruan ini praktis mengejutkan publik yang meiliki kepekaan atas
isu-isu agama, yang pada saat itu hampir bersamaan dengan tampilnya dua
gerakan amar ma‟ruf nahi mungkar, gerakan anti komunis dan berikutnya
menyerukan fatwa supaya para orang tua muslim tidak menyekolahkan anak
2007:124).
xxvi
remaja muslim yang mempunyai organisasi bernama Forum Remaja Masjid
hanya dengan spanduk, tapi dalam khutbah jum‟at para khatiib selalu
xxvii
kapitalisasi pendidikan yang terfasilitasi dalam undang-undang ini, tetapi ide
penolakan mereka ini tidak mendapat perhatian dari kelompok yang lebih
pendidikan Nasional ini. Sebenarnya bagi umat Hindu pada umumnya di Bali,
tidak ada urusan dan kepentingan politik yang menonjol dalam bidang
pendidikan agama yang penting, karena ada dukungan kultural yang besar
untuk mengajarkan agama dalam tradisi mereka “( Arham. 2007:124 ).1 Ini
penolakan pihak yayasan Kisten atau katolik atas pasal-pasal ini ada pada
xxviii
memandang konsep publik dan privat dalam Negara Indonesia.Dalam sebuah
diskusi yang dihadiri oleh para tokoh –tokoh Islam, Katolik dan Kristen di
pendidikan agama adalah hak setiap peserta didik. “ Setiap peserta didik pada
dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama,
atau guru agama yang seagama dengan peserta didik difasilitasi atau
Dari beberapa hal antara pro dan kontra Undang undang nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional dapat dibagi dua kelompok
xxix
melakukan aksi mendukung RUU dalam Tablig Akbar mendukung RUU
asasi setiap manusia. Itulah sebabnya, mereka menganggap tak ada lagi
pendidik agama bagi anak muridnya sesuai agama yang dianutnya. Selain
melakukan aksi unjuk rasa. Selain dihadiri para pelajar Islam dan ormas
itu dihadiri para tokoh Islam berbagai daerah. Tampak hadir dalam
xxx
Muhammadiyah Jatim Prof. Dr. H. Fasichul Lisan, pengasuh Ponpes
sebelum hal itu terlaksana,” jelasnya disambut tepuk tangan dan aplaus
xxxi
Dalam aksinya, mereka membentangkan kain putih sepanjang 10 meter.
tanda mendukung RUU Sisdiknas. “Aksi tanda tangan ini tidak lain
HAM, Tujuan Nasional, UUD 1945, dan miskin filosofi dan substansi.
xxxii
Kita sebagai umat dan bangsa beragama merasa prihatin dan
tendensius dan dipolitisasi. Kita semua merasa prihatin, sekian tahun kita
bernafas di era reformasi dan jauh dari masa orde baru masih ada
Sebaiknya semua pihak harus bisa berlapang dada, legowo, berhati dingin
dirugikan.
xxxiii
BAB III
KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
A. Sistem Pendidikan
1. Pengertian Sistem
dikatakan bahwa sistem berupa hal yang ritmis, berulangkali terjadi atau
teratur dari Pandangan, teori, asas dan sebagainya. “Sistem juga diartikan
xxxiv
Pada umumnya ciri-ciri suatu sistem adalah bertujuan
2005:28 ).
sistem itu sendiri, dari pengaruh sistem yang lebih besar atau lebih luas
xxxv
dikonsepsikan ulang dan diinterpretasikan kembali pada setiap periode
historis ruhaniah dan pada setiap orde politik tertentu “ ( Nasir. 2005:41.
2. Pengertian Pendidikan
secara bahasa pendidikan berasal dari kata dasar didik yang diberi
awalan me- menjadi mendidik ( kata kerja ) yang artinya memelihara dan
perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam
xxxvi
“Pendidikan adalah hasil peradaban suatu bangsa yang dikembangkan
istilah yang dinamis yang terus bergerak; jika bergerak maju dikatakan
xxxvii
persen dari anggaran pendapatan dan belanja Negara serta dari anggaran
2. Peraturan Pemerintah
3. Peraturan Menteri
Bagaimana jika pendelegasian tersebut tidak jelas atau sama sekali tidak
xxxviii
mengatur (delegasi) dari peraturan di atasnya. Tindakan menteri untuk
pendidikan.
yang diterbitkan pada tahun 2003, dan selanjutnya dijalankan dengan Standar
xxxix
pendidik dan pendidikan, Standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan ,
B. Komponen Pendidikan
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
moralitas. Jadi sesuai dengan apa yang dikatakan KH. Sahal Mahfudz
xl
bahwa pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar yang
mencapai tujuan yang baik dengan cara yang baik dan dalam konteks
positif.
pendidikan yang ingin dicapai suatu suatu mata pelajaran tertentu ; dan “
2. Kurikulum Pendidikan
yaitu, curir yang artinya “pelari” dan curere yang berarti tempat berpacu,
istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga, terutama dalam bidang
Kurikulum berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari
dari garis start sampai dengan garis finish untuk memperoleh medali atau
xli
penghargaan. Jarak yang harus ditempuh tersebut kemudian diubah
xlii
d. Tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoleh ijazah.
Hamalik. 2011:1).
xliii
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai ahir hayat dalam
xliv
Kurikulum adalah kegiatan yang mencakup berbagai rencana
program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan
pada tujuan pendidikan terendah yakni tujuan yang akan dicapai setelah
3. Peserta Didik
Anak didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara
pendidikan. “Definisi tersebut memberi arti bahwa anak didik adalah anak
yang belum dewasa yang memerlukan orang lain untuk menjadi dewasa”
xlv
a. Anak didik bukan miniatur orang dewasa. Ia mempunyai dunia
tertentu
eksogen.
istilah yang tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah
peserta ddik dan bukan anak didik. Peserta didik cakupannya lebih luas,
Mujib.2012:103).
xlvi
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa.
4. Lingkungan Pendidikan
dan tanggung jawab yang secara khusus menjadi bagian dari karakter
berubah dan berkembang, yang dalam banyak hal belum ada pada tradisi-
C. Fungsi Pendidikan
xlvii
sebagai interaksi belajar mengajar di Sekolah. Karena itu, pendidikan di
seleksi dan alokasi tenaga kerja. Semua fungsi menurut Broom tersebut
xlviii
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian dan fungsi
proses yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia.
pengetahuan serta nilai-nilai dan norma sosial dari generasi tua ke generasi
muda.
terpuji dan dapat berinteraksi dengan masyarakat lain. Kata Nurcholis Majid
Tidak ada bangsa yang mencapai kebesaran jika tidak bangsa itu percaya
kepada sesuatu, dan tidak sesuatu yang dipercayai itu mempunyai dimensi
xlix
Undang-undang sistem pendidikan Nasional no.20 tahun 2003 bab I
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
Pada beberapa bab lainnya juga sangat tampak bahwa kata agama dan
nilai-nilai agama kerap mengikutinya. Misalnya, dalam bab III tentang prinsip
menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
l
kemajemukan bangsa. Begitupula dalam bab IX tentang kurikulum, bahwa
yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam membangun manusia
beragama. Agama bagi bangsa Indonesia adalah modal dasar yang menjadi
dengan alam dan hubungan manusia dengan diri sendiri. Dengan demikian
menjadi manusia yang paripurna atau insan kamil. Dengan dasar inilah agama
li
yakni bangsa Indonesia yang modern dengan tetap berwajah iman dan takwa (
Nata. 2011:291).
yang dikutip oleh Endin Surya Solehudin, menyebutkan bahwa implikasi dari
manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
karena tidak dibatasi negara dan bangsa, tetapi ditinjau dari posisinya dalam
lii
dan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan Nasional, bahkan
pendidikan Nasional.
bisa diajarkan pendidikan agama lain pada lembaga tersebut dan atau
sebaliknya.
liii
BAB IV
EKSISTENSI DAN FUNGSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
harkat dan martabat manusia. Aktivitas ini telah dan akan terus berjalan
bumi ini. “Bahkan, jika ditarik mundur lebih jauh, proses pendidikan ini
ternyata telah berlangsung sejak Allah swt, baru selesai menciptakan Adam ,
as “( Al-Fandi. 2011:106 ).
tujuannya bukan hanya agar Adam as tahu dan sadar akan sifat-sifat Allah
pencipta dan manusia sebagai subject di muka bumi berada dalam suatu
2
QS al Baqarah (2): 31, yang artinya dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-
nama ( benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu
berfirman, “ Sebutkanlah kepda-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang
yang benar”
liv
rangkaian orientasi religious dan kerangka etis inilah yang menurut al ghazali
perubahan global, bangsa Indonesia melalui DPR dan Presiden pada tanggal
Nasional. Undang-undang sisdiknas nomor 2003 yang terdiri dari 22 bab dan
sisdiknas yang baru tersebut antara lain adalah demokrasi dan desentralisasi
pendidikan agam Islam sebagai Mata Pelajaran dan nilai menjadi institusi
lv
perkembangan PAI yaitu masa penjajahan dan periode kemerdekaan”
umumnya.
merupakan amanat dari undang-undang dasar 1945 pada bab xiii tentang
lembaga tersebut.
lvi
Dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 keberadaan pendidikan
Agama Islam sesungguhnya telah dapat dilacak jejaknya dari UUD 1945 itu
berikut:
pendidikan nasional.
sangat kontras hal ini berbeda dari UUD 1945 sebelum diamandemen yang
lvii
kepada tuhan yang maha esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
tersebut. Item pertama dari ketentuan itu menegaskan bahwa yang dimaksud
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
Spiritual keagamaan dan akhlak mulia sebagai komptensi yang harus dimiliki
menentukan arah tujuan pendidikan nasional. Tentang hal ini dalam pasal 3
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif mandiri
lviii
Muhammad Athiyal al Abrasyi dan Mohammad al Toumy al Saibany
tentang tujuan umum yang fundamental bagi pendidikan agama Islam, dapat
disimpulkan bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan nasional ini
selaras dengan tujuan pendidikan agama Islam. Dengan demikian maka pasal
3 ini pun memberikan angin segar bagi pendidikan agama dan keagamaan.
penigkatan iman dan taqwa yang secara spesifik hanya dapat dilakukan oleh
peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
iman dan taqwa serta peningkatan akhlak mulia dan agama ditempatkan
lix
analisis ini dapat dikritisi bahwa maksud pendidikan agama sebagai muatan
wajib kurikulum adalah mata pelajaran agama atau pengajaran agama. Karena
yang diterbitkan :
dengan demikian telah ada pada konsep yang benar tentang pendidikan.
lx
untuk pelaksanaanya berorientasi pada mata pelajaran atau mata kuliah
tahun 2007 ini. Dalam hal pendidik tidak disebutkan secara jelas
konsep yang ideal tentang pendidikan agama. Pada pasal 5 ayat 4 dapat
lxi
diri, kompetitif, kooperatif, tulus, dan bertanggung jawab. Ayat ini
sukses, jauh panggang dari api, demikian barang kali ilustrasi tentang
implementasi pendidikan agama yang sangat jauh dari strategi ideal yang
diamanatkan.
pendidikan yang menyalahi ketentuan dalam pasal 3 ayat (1), pasal 4 ayat
(2) sampai dengan ayat (7), dan pasal 5 ayat (1). Sanksi yang diberikan
lxii
untuk melindungi keyakinan warganya dari upaya-uaya
masih bertengger dalam jajaran Negara yang paling korup di dunia. Dari
lxiii
a. Substansi pendidikan agama Islam yang tercermin pada substansi
jalur, dan jenjang pendidikan baik sekolah umum ( SD, SMP, SMA
”(Soebahar. 2013:140).
pendidikan beciri khas Islam. Penddikan jenis ini kita kenal dengan
dan bertaqwa terhadap Tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti
lxiv
mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya
melalui mata pelajaran pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.
sistem pendidikan Nasional terutama pada pasal 7 ayat (1) yang berbunyi
lxv
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD / MI / SDLB
2005, salah satu hal yang berbeda dari PP No. 32 Tahun 2013 adalah
jenjang Sekolah Dasar, sedangkan untuk SMP dan SMA dari 2 jam mata
1. Pendidikan Keimanan
terbentuknya ikatan yang kuat antara seorang hamba yang fana dengan
Allah penguasa alam yang kekal. Atau dengan kata lain, agar kehidupan
suci dan senantiasa menjadi cakap untuk menjadi khalifah Alah di muka
lxvi
bumi ( Hafidz. 2009:70 ). Pendidikan Agama Islam untuk sekolah
ketakwaan peserta didik kepada Allah swt, yang telah ditanamkan dalam
lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar
iman itu apabila hanya ucapan tanpa disertai perbuatan adalah kufur
apabila hanya ucapan dan perbuatan tanpa diiringi ketulusan niat adalah
nifaq sedang apabila hanya ucapan perbuatan dan ketulusan niat tanpa
bukan sekedar pengertian dan keyakinan dalam hati; bukan sekedar ikrar
dengan lisan dan bukan sekedar amal perbuatan saja tapi tapi hati dan jiwa
angan-angan dan bukan pula sekedar basa basi dengan ucapan akan tetapi
lxvii
suatu keyakinan yang terpatri dalam hati dan dibuktikan dengan amal
mensyarikatkan Alah swt tertuang dalam surat luqman ayat 13. “Sudah
jelas bahwa ayat ini mendidik manusia bahwa keyakinan pertama dan
utama yang perlu ditanamkan dan diresapkan kepada anak didik adalah
banyak kekecewaan.
lxviii
berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya akan dinilai
sebagai alamiah seorang muslim, apabila tidak, maka segala amalnya tidak
“Menurut bahasa aqidah berasal dari kata „aqada yang artinya ikatan
lxix
kemampuan membaca fenomena alam dan kehidupan serta memahami
ajaran agama Islam/ menjadi ahli agama Islam, nilai – nilai tersebut
dilihat dari enisnya sama dengan madrasah tetapi jumlah jamnya lebih
factor penentu kenaikan dan kelulusan seperti dalam sekolah umum yaitu
dengan disiplin ilmu tetapi jadi satu dengan nama mata pelajaran agama
pada pada posisi paling diutamakan akan tetapi secara praktis mata
lxx
pelajaran agama belum manjadi penentu indicator tingkat keberhasilan
proses pendidikan, dapat dilihat jumlah jam yang minim yaitu dua jam
yang disebut denga kurikulum 2013 atau K13 sudah selangkah lebih baik
untuk SMP, SMA dan SMK yang semula 2 jam pelajaran per minggu
siswa akan lulus bila pelajajaran agama dan akhlak mulia mendapatkan
nilai baik tetapi pada praktiknya ketentuan itu tidak dapat difungsikan
akhlak mulia tidak mempunyai indicator kuantitas yang pasti dan tidak di
lxxi
berusaha menaikkan tingkat kelulusan dengan memanipulasi angka
pendidikan agama.
Pada masa presiden Habibi ada muatan imtak dan iptek dengan
dengan anak didiknya, baik agama maupun gurunya tetapi bila dilihat pada
kepada anak didinya. Selain itu, penilaiannya cenderung bias, karena tolok
ukurnya yang tidak jelas apakah pada penguasaan formal ajaran keislaman
lxxii
sebagai sebuah doktrin, atau lebih dalam lagi pada realitas kesalehan social
2. Akhlak Mulia
sebagai suatu pendidikan yang melatih perasan terdidik dengan cara begitu
lxxiii
untuk berkembang sebagai intelektual rasional yang berbudi luhur dan
yang mendalam terhadap Allah swt dan penerimaan seluruh hati atas
wajar dari seorang manusia rasional dan spiritual dijalani dan dipahami
keyakinan dan kepercayaan pada belas kasih Allah yang tidak habisnya
dan keadilannya yang tak ada tandingannya, serta hidup rukun dan tidak
lxxiv
Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran belum mampu
yang berakhlak mulia meliliki kesadaran sejarah yang tinggi , yakni asal
tinggi.
lxxv
Aliyah ( MA ) dan Madrasah Aliyah Kejuruan ( MAK ), melainkan
sebagainya.
harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Upaya ini lebih lanjut
lxxvi
dan madrasah. Melalui institusi ini, maka mutu pendidikan dengan
penjamin mutu, yakni: (1) setiap satuan pendidikan pada jalur formal
program penjaminan mutu yang meliki target dan kerangka waktu yang
pendidikan keagamaan.
tahun 2005 tentang sertifikasi guru dan dosen, serta berbagai peraturan
mutu guru dan dosen melalui program sertifikasi yang diarahkan pada
sehingga timbul ilmu akhlak, yaitu ilmu yang menentukan batas antara
lxxvii
baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan atau
perbuatan manusia lahir dan batin. Atau menurut rumusan Ahmad Amin
adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa
Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk
diketahui oleh akal pikiran. Sedangkan moral ialah sesuai dengan ide-ide
yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar.
Dalam kajian filsafat, istilah etika dibedakan dengan moral, yakni etika
lebih bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. “ Etika
Muhammad saw, dan ijtihad manusia, sedangkan etika dan moral hanya
bersumber dari manusia. Karena itu penggunaan istilah etika dan moral
yaitu etika Islam atau moral Islam. Akhlak merupakan aspek sikap hidup
atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang
lxxviii
mengatur hubungan manusia dengan Allah ( ibadah dalam arti khas ) dan
hubungan
ini problematika umat yang mendasar yaitu ketidak fahaman terhadap Islam
memahami “ Dinnul Islam” adalah suatu keharusan bagi umat Islam. Aslama
swt berfirman dalam surat An Nisa ayat 125: “ dan siapakah yang lebih baik
agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah,
sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan dia mengikuti agama Ibrahim yang
lxxix
sebagai istilah budaya, social dan politik, ia disimbolkan sebagai kompromi
hubungan atau relasi dengan orang lain. Orang lain tersebut bias jadi berasal
dari suku, agama, ras , dan adat ( sara) yang sama bahkan bias jadi mereka
berbeda dalam hal kesukaan, agama, ras dan adat dengan kita. Tak jarang
Untuk merefresh jiwa unat Islam yang toleran, maka harus disosialisasikan
dengan agama yang dipeluk oleh tiap-tiap warga sekolah. Ritual yang
dilakukan oleh siswa beragama Islam berbeda dengan ritual siswa beragama
Kristen, katolik, protestan, hindu, atau budha. Disamping itu, ada pula ragam
yang berada dibawah panji Islam, misalnya terdapat kaifiyah ritual yang
lxxx
sekolah Kristen dan katolik akibat perbedaan perspektif, meskipun keduanya
nasional atau upacara lain di sekolah, dan juga pada do‟a bersama yang
lxxxi
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai berikut
kedudukan yang kuat artinya sangat eksis , hal tersebut dibuktikan dengan
lxxxii
kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi,
kurangnya melalui mata pelajaran pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan.
lxxxiii
e. Peraturan Menteri Nomor 32 Tahun 2013
Tahun 2005, salah satu hal yang berbeda dari PP No. 32 Tahun 2013
jam untuk jenjang Sekolah Dasar, sedangkan untuk SMP dan SMA dari
keluarga
B. Saran
lxxxiv
Memberikan skala prioritas kepada Pendidikan Agama Islam,
mencerdaskan anak bangsa yang berakhlak mulia, hal ini bisa tercapai
C. Penutup
dan rahimNya, taufiq dan hidayahNya, sehingga penulisan skripsi ini dapat
semua pihak yang telah membantu studi dan selesainya skripsi ini.
lxxxv
Penulis mohon maaf apabila ada fihak yang merasa terganggu dalam
baik yang berupa moril maupun materiil dapat menjadi amal ibadah serta
skripsi ini, maka saran dan kritik yang membangun dari para pembaca sangat
diharapkan sehingga skripsi ini dapat diperbaiki sampai pada drajat yang
lebih memuaskan dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
pembaca.
yang lurus dan diridloiNya sehingga kita dapat menjadi hambaNya yang
lxxxvi
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid al Atsari, Abdullah. 2010. Intisari Aqidah Ahlus Sunnah wal
Jama’ah. Jakarta: Pustaka Imam Asy-syafi‟i.
Abu Bakar , Usman dan Surohim. 2007. Fungsi ganda Lembaga Pendidikan
Islam, Yogyakarta: Safira Insania pres.
Abu Ubaidah, Darwis. 2008. Panduan Akidah Ahlu Sunah wal Jamaah. Jakarta:
Pustaka Al kautsar.
Arief, Armai. 2007. Reformulasi Pendidikan Islam. Ciputat: Ciputat Press Group.
Hafidz dan Kastolani. 2009. Pendidikan Islam Antara Tradisi dan modernitas.
Salatiga: STAIN Salatiga Press.
lxxxvii
Halim Sobahar, Abd. 2013. Kebijakan Pendidikan Islam dari Ordonansi guru
sampai UU sisdiknas. Depok: PT. Rajagrafindo Persada.
M. Saerozi. 2004. Politik Pendidikan dalam Era Pluralisme, Telaah historis atas
kebijaksanaan pendidikan agama konfensional di Indonesia.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
Mujib, Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media.
lxxxviii
Mustamar, Tohari. 2000. Bimbingan Sebagai Suatu Sistem. Yogyakarta: Cendia
Sarana Informatik.
Yamin, Martinis dan Maisah. 2012. Orientasi Baru Ilmu Pendidikan. Jakarta:
Referensi.
Zuhairi. 2000. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara kerjasama dengan
Ditjen Binbaga Islam Depag RI.
lxxxix
Tentang Penulis
xc
seumuran penulis. Pada tahun 1999 penulis melanjutkan studi di STAIN Kudus
namun karena suatu hal hanya bertahan sampai semester genap tahun pelajaran
1999/2000. Program S1 diselesaikan di STAINU Temanggung dengan
menyandang gelar Sarjana Hukum Islam.
xci