Anda di halaman 1dari 7

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN KEBIJAKAN

2.1 Pengertian Toponimi


Toponimi menurut kebijakan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG)
Nomor 6 tahun 2017 adalah nama yang diberikan pada unsur-unsur Rupabumi, sementara unsur
rupabumi adalah bagian permukaan bumi yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan
bumi yang dapat dikenal identitasnya. Nama rupabumi dibagi menjadi dua, yaitu nama generik
dan nama spesifik, dimana nama generik adalah nama yang menerangkan atau menggambarkan
bentuk umum suatu unsur rupabumi, sedangkan nama spesifik adalah nama yang menerangkan
identitas khusus dari bentuk umum suatu unsur rupabumi.
Di dalam kebijakan Peraturan Kepala BIG nomor 6 tahun 2017, unsur rupabumi dibagi
menjadi dua, yaitu unsur alami dan unsur buatan, dimana unsur alami adalah unsur rupabumi
yang terbentuk dan telah ada secara alami seperti gunung, sungai, dan teluk sedangkan unsur
buatan adalah unsur yang dibuat oleh manusia seperti penggunaan lahan. Dalam penamaan unsur
rupabumi juga dikenal istilah Gasetir Nasional, yaitu daftar nama rupabumi yang dilengkapi
dengan informasi tentang jenis unsur, posisi, lokasi dalam wilayah administratif, dan informasi
lain yang diperlukan serta telah dibekukan.
2.2 Komponen Toponimi di Skala 1:5000
Komponen-komponen toponimi atau penamaan unsur rupabumi diperoleh dari beberapa
acuan, yaitu berdasarkan Peraturan Kepala BIG, Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang dan
kajian-kajian lainnya. Komponen ini yang nantinya akan menjadi unsur-unsur rupabumi yang
akan dilakukan penamaan (toponimi) serta data-data lainnya serperti alamat, koordinat, dan foto
pada setiap unsur rupabumi.
2.2.1 Komponen Toponimi berdasarkan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial
dan Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang
Penentuan komponen toponimi dipilah melalui dua sumber yaitu Modul Validasi Peta
Rencana Detail Tata Ruang (RDTR)dan Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang yang nantinya
akan menjadi unsur-unsur rupabumi dan akan dilakukan penamaan pada unsur-unsur tersebut.
Modul Validasi Peta RDTR adalah modul yang biasa digunakan oleh Badan Informasi
Geospasial (BIG) dan PPIDS beserta TKPRD Provinsi untuk melakukan asistensi dan supervisi
peta rencana tata ruang. Komponen yang terdapat pada Modul Validasi Peta RDTR Oleh Badan
Informasi Geospasial dapat dilihat pada tabel 2.1

Jenis Unsur Unsur Kegiatan/Objek


Tabel 2.1
Gunung
Komponen Toponimi dari Modul Validasi Peta
RDTR oleh BIG Bukit
Unsur Alami Fisik Alamiah Teluk
Sungai
Provinsi
Kabupaten/Kota
Administratif Kecamatan
Desa/Kelurahan
Desa
BWP
Perencanaan Sub BWP
Blok
Taman
RPTRA
RTH dan Sejenis Alun-alun
Makam
Hutan Kota
Limbah IPAL
Kebun Perkebunan
Tambang Nama Tambang
Pertokoan
Ruko
Perdagangan dan Jasa
Pasar
Unsur Buatan Jasa Supermarket
Mall
Warung
Kantor Pemerintah
Perkantoran
Kantor Swasta
Pabrik
Industri Pergudangan
UKM
SD
SMP
SMA
Pendidikan
PT
Pesantren
Pendidikan Lain
Terminal
Stasiun
Halte
Transportasi Pelabuhan
Dermaga
Bandara
SPBU
Sumber : Modul Validasi Peta RDTR oleh BIG
Komponen selanjutnya adalah komponen yang didapatkan dari Peraturan Mentri Agraria
dan Tata Ruang (ATR) Nomor 16 tahun 2018 tentang Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang
(RDTR) dan Peraturan Zonasi Kabupaten/kota. Komponen toponimi tersebut dapat dilihat pada
tabel 2.2

Tabel 2.2
Komponen Toponimi dari Permen ATR No. 16
Tahun 2018
Jenis Unsur Unsur Kegiatan/Objek

Rumah Susun
Asrama
Perumahan Panti Asuhan
Rumah Dinas
Rumah Adat
Ruko
Warung
Toko
Pasar
Supermarket
Mall
Perdagangan dan Jasa
Bengkel Besar
Laundry
Bioskop
Hotel
Jasa Lainnya
Unsur Buatan SPBU
Pemerintahan
Perkantoran
Swasta
TK
SD
SMP
SMA/SMK
Perguruan Tinggi
Rumah Sakit
SPU Puskesmas
Pustu
Posyandu
Dokter Umum
Lapangan
Olahraga
Stadion
Masjid
Jenis Unsur Unsur Kegiatan/Objek

Musholla
Gereja
Pura
Vihara
Klenteng
Terminal
Stasiun
Pelabuhan
Bandara
Berbagai macam
Industri Industri
Hutan Kota
RTH Taman Kota
TPU
Wisata Alam
Wisata Buatan
Peruntukan Lainnya Wisata Budaya
Tempat
Pelelangan Ikan
Pertambangan
Sumber : Permen ATR No. 16 Tahun 2018

2.2.2 Kajian Pustaka


Komponen-komponen toponimi selain diambil melalui Peraturan Kepala Badan
Informasi Geospasial dan Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang, dapat juga ditinjaui melalui
2.3 Standar Penulisan Toponimi
Standarisasi pada penulisan toponimi mengacu pada Peraturan Kepala Badan Informasi
Geospasial (BIG) Nomor 6 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pembakuan Nama Rupabumi,
pembakuan nama dari unsur rupabumi pada kebijakan tersebut meliputi 4 point, yaitu tulisan
pada penamaan rupabumi, ejaan pada penamaan rupabumi, ucapan dan koordinat unsur-unsur
rupabumi, keempat point tersebut mengacu kepada prinsip-prinsip penamaan, prinsip penamaan
tersebut antara lain:
a. Menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar atau menggunakan bahasa
daerah
b. Menggunakan abjad romawi
c. Menggunakan satu nama resmi untuk satu unsur rupabumi
d. Menggunakan nama lokal
e. Menghormati keberadaan suku, agama, ras dan golongan
f. Menghindari penggunaan nama diri atau nama orang yang masih hidup
g. Menghindari penggunaan simbol matematika
Pada prinsip penamaan di atas, penulisan nama rupabumi menggunakan sistem ejaan
Bahasa Indonesia, dan jika terdapat unsur rupabumi yang memiliki beberapa nama, maka akan
ditetapkan satu nama resmi yang akan dibakukan dan dicatat dalam Gasetir Nasional. Penamaan
unsur rupabumi dapat menggunakan nama seseorang apabila orang yang dimaksud telah
meninggal dunia paling singkat 5 tahun dan orang yang dimaksud sangat berjasa bagi negara
maupun penduduk setempat.
Standarisasi nama di Indonesia mengharuskan data primer tentang nama yang
dikumpulkan dari lapangan. Hal ini melibatkan sejumlah langkah yang dapat dijelaskan oleh
Lauder (2015: 396) secara singkat sebagai berikut :
a. Langkah Pertama melibatkan pemerolehan informasi dasar tentang sejarah, bahasa,
dan budaya masyarakat setempat;
b. Langkah kedua terdiri dari karya tulis untuk mengumpulkan nama geografi yang
digunakan oleh masyarakat setempat dan mencoba untuk mengidentifikasikan nama
tempat generic dalam bahasa setempat;
c. Langkah ketiga melibatkan pembuatan catatan akurat tentang nama tempat, ejaan
nama tempat dan pengucapannya yang dicatat dari informan pembicara bahasa lokal;
d. Langkah keempat penyelidikan asal-usul nama geografis (etimologi) untuk
memahami sejarah dan budaya masyarakat setempat.
Penamaan unsur rupabumi juga memiliki kode unsur dan kode layer yang berbeda-beda
pada setiap unsur atau komponen-komponen toponimi yang telah ditentukan pada Keputusan
Deputi Bidang Informasi Geospasial (BIG) Dasar Nomor B.81/BIG/DIGD/HK/08/2012.

Tabel 4.3
Kode unsur dan Kode Layer Kode
Toponimi Kode
Unsur Kegiatan/Objek
Toponimi Layer
Samudera ASM 7513
Laut ALT 7523
Selat, terusan AST 7533
Perairan Teluk, Laguna ATK 7543
Muara, Kuala AMR 7543
Delta ADA/ADT 7553
Sungai ASN 7553
Kode Kode
Unsur Kegiatan/Objek
Toponimi Layer
Parit APT 7573
Saluran ASL 7573
Danau AND 7583
Waduk AWK 7583
Bendungan ABN 7583
Rawa ARW 7593
Air Terjun AAT 7103
Jeram, Riam AJM 7113
Pegunungan TPG 7613
Gunung, Puncak,
Kawah TGG 7612
Bukit TBT 7653
Lembah TLH 7633
Topografi Dataran Tinggi TDT 7613
(Relief) Kepulauan TPP 7643
Pulau TPL 7643
Tanjung, Ujung,
Semenanjung TTG 7663
Karang, Gosong TKR 7606
Goa,
Terowongan TGA 7123
Negara DAN 7303
Provinsi DPR 7313
Daerah
Istimewa/Khusus DIS 7323
Daerah Kota DKM 7333
Administrasi Kabupaten DKB 7343
Kota
Administratif DKT 7353
Kecamatan DKC 7363
Kelurahan/Desa DKL/DDS 7373
Perhubunga Pelabuhan Laut HLT 7703
n Pelabuhan
Sungai HSN 7713
Pelabuhan Lepas
Pantai HLP 7723
Bandar Udara
Internasional HUI 7733
Bandar Udara
Domestik HUD 7743
Bandar Udara
Perintis HUP 7753
Stasiun Kereta
Api HKA 7763
Nama Terminal HTA 7793
Angkutan Jalan
Kode Kode
Unsur Kegiatan/Objek
Toponimi Layer
Raya
Perkebunan GKN 7803
Tempat Rekreasi
Pegunungan GRG 7813
Tempat Rekreasi
Penggunaan Pantai GRP 7823
Tanah Suaka
Margasatwa GSM 7833
Makam
Pahlawan GMP 7843
Penggunaan
Tanah Lain GLN 7853
Candi BCN 7903
Kenampaka Situs Purbakala BPB 7913
n Budidaya Monumen BMN 7923
Kenampakan
Budidaya Lain BLN 7933
Sumber : Keputusan Deputi BIG Nomor B.81/BIG/DIGD/HK/08/2012.

Anda mungkin juga menyukai