Anda di halaman 1dari 18

Tugas Paper Lembaga Keuangan Syariah

Asuransi Syariah

Dosen
Drs. Arief Syah Safrianto, MM

Disusun oleh
Andy Kurniawan
1834021003
Prodi Manajemen S1
Universitas Krisnadwipayana
Fakultas Ekonomi
Bekasi
2020
A. Konsep Dasar Asuransi Syariah
Asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang pertanggungan
merupakan sebuah institusi modern hasil temuan dunia barat yang lahir bersamaan dengan
adanya semangat pencerahan. Institusi ini semakin berkembang dalam sebuah lembaga
keuangan yang lebih modern dan dapat menyokong pertumbuhan ekonomi. Dasar yang
menjadi semangat operasional asuransi modern adalah berorientasikan pada sistem
kapitalis yang intinya hanya berorientasi pada pengumpulan modal untuk keperluan pribadi
atau golongan tertentu.
Lain halnya dengan asuransi syariah, asuransi dalam liratur keislaman lebih banyak
bernuansa sosial daripada bernuansa ekonomi atau profit oriented (keuntungan bisnis). Hal
ini dikarenakan oleh aspek tolong menolong yang menjadi prinsip dasar asuransi syariah.
1. Pengertian Asuransi Syariah
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dalam fatwanya tentang pedoman umum
asuransi syariah, memberi definisi tentang asuransi menurutnya, Asuransi Syariah
(ta‟min, Takaful, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara
sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau sejumlah orang
atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru‟ yang memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai
dengan syariah.
Husain Hamid Hisan mengatakan bahwa asuransi adalah sikap ta‟awun yang telah diatur
dengan sistem yang sangat rapi, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap
mengantisipasi suatu peristiwa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka
semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian
(derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian (derma) tersebut,
mereka dapat menutupi kerugian-krugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah.
Lain halnya dengan pengertian asuransi yang dikemukakan dalam Undang-Undang Nomor
2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian. Dalam undang-undang tersebut didefiisikan
bahwa: asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih; pihak
penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Islam memandang “pertanggungan” sebagai suatu fenomena sosial yang dibentuk atas
dasar saling tolong-menolong dan rasa kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan pilihan kata yang
dipakai oleh Mohd. Ma’sum Billah yang dikutip oleh Hasan Ali mengartikan
“pertanggungan” dengan kata *C’AD, yang mempunyai arti “shared responsibility, shared
guarantee, responsibility, assurance or surety” (saling bertanggung jawab, saling menjamin,
saling menanggung).
Di Indonesia dalam sebuah identitas yang direkomendasikan oleh peserta lokakarya
asuransi syariah pada tahun 2001 yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI),
untuk menyeragamkan penamaan perasuransian yang bergerak dalam bidang
pertanggungan dengan ditambahi kata-kata syariah, tanpa penggunaan kata takaful atau at-
ta‟min.
Suhrawardi K.Lubis mengemukakan bahwa pada dasarnya asuransi atau pertanggungan
merupakan suatu ikhtiar dalam rangka menanggulangi adanya risiko
Muhammad Iqbal mendefinisikan asuransi syariah adalah suatu pengaturan pengelolaan
risiko yang memenuhi ketentuan syariah, tolong-menolong secara mutual yang melibatkan
peserta dan operator. Syariah berasal dari ketentuan-ketentuan di dalam Al-Qur’an (Firman
Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW) dan As Sunnah (teladan dari
kehidupan Nabi Muhammad SAW).
Dengan demikian dari penjelasan diatas dapat disimpulkan Bahwa asuransi syariah
merupakan suatu kegiatan yang bergerak dalam usaha pertanggungan untuk saling
melindungi dan tolong menolong diantara para peserta maupun pihak lain dalam
menghadapi risiko dengan tabarru‟ melalui perjanjian yang sesuai dengan syari’at islam.

2. Landasan Hukum Asuransi Syari’ah


Landasan dasar asuransi syariah adalah sumber dari pengambilan hukum praktik asuransi
syariah. Karena sejak awal asuransi syariah dimaknai sebagai wujud dari bisnis
pertanggungan yang didasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran islam. Yaitu Al-qur’an
dan Al-hadits, maka landasan yang dipakai dalam hal ini tidak jauh berbeda dengan
metodologi yang dipakai oleh sebagian ahli hukum islam.
a. Perintah Allah SWT Untuk Mempesiapkan Hari Depan
Allah SWT dalam Al-Qur’an memerintahkan kapada hambanya untuk senantiasa melakukan
persiapan untuk menghadapi hari esok, karena itu sebagian dari kita dalam kaitan ini
berusaha untuk menabung atau berasuransi. Menabung adalah upaya mengumpulkan dana
untuk kepentingan mendesak atau kepentingan yang lebih besar. Sedangkan berasuransi
untuk berjaga-jaga jika suatu saat musibah itu datang menimpa kita. Di sini diperlukan
perencanaan dan kecermatan menghadapi hari esok.
b. Perintah Allah Untuk Saling Bertanggung Jawab
Dalam praktik asuransi syari’ah baik yang bersifat mutual maupun bukan, pada prinsipnya
para peserta bertujuan untuk saling bertanggung jawab. Sementara itu, dalam Islam
memikul tanggung jawab dengan niat baik dan ikhlas adalah suatu ibadah.
c. Perintah Allah untuk Saling Bekerja Sama dan Bantu-Membantu
Allah swt memerintahkan kepada umatnya untuk saling menolong dalam kebajikan dan
taqwa. Rasulullah saw juga mengajarkan kepada kita untuk selalu peduli dengan
kepentingan dan kesulitan yang dialami oleh saudara-saudara kita. Karena itu, dalam
asuransi syariah para peserta satu sama lain bekerja sama dan saling menolong melalui
instrumen dana tabarru‟ atau dana kebajikan.
e. Perintah Allah untuk Saling Melindungi dalam Keadaan Susah
Allah SWT memerintahkan untuk saling melindungi dalam keadaan susah satu sama lain,
dalam firmannya QS. Quraisy ayat 4: yang telah memberi makanan kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan
f. Kaidah-Kaidah Fiqih Tentang Muamalah
Syeikh Muhammad Yusuf Qardhawi dalam kitabnya yang sangat terkenal Al-Ahkam Wa Al-
Haram Fi Al-Islam mengatakan bahwa dasar pertama yang ditetapkan Islam, ialah bahwa
asal sesuatu yang diciptakan Allah adalah halal dan mubah. Tidak ada satu pun yang haram,
kecuali ada nash yang sah dan tegas dari 29 syari’ (yang berwenang membuat hukum itu
sendiri, ialah Allah dan Rasul) yang mengharamkannya. Kalau tidak ada nash yang sah,
misalnya karena ada sebagian hadits yang lemah, atau tidak ada nash yang tegas ( sharih)
yang menunjukkan haram, maka hal tersebut tetap sebagaimana asalnya yaitu mubah
(boleh).
3. Prinsip Dasar Asuransi Syari’ah
Asuransi syari’ah harus dibangun diatas pondasi dan prinsip dasar yang kuat dan kokoh.
Dalam hal ini prinsip utama dalam asuransi syariah adalah ta‟awanu‟ala al birr wa al-taqwa
(tolong menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan taqwa). Prinsip ini menjadikan para
anggota atau para peserta asuransi sebagai sebuah keluarga besar yang satu dengan yang
lainnya saling menjamin dan menanggung risiko. Hal ini disebabkan transaksi yang dibuat
dalam asuransi takaful adalah akad takafuli (saling menanggung), bukan akad tabaduli (
saling menukar) yang selama ini digunakan oleh asuransi konvensional, yaitu pertukaran
pembayaran premi dengan uang pertanggungan.
Prinsip-prinsip dasar yang ada dalam asuransi syari’ah adalah sebagai berikut: a. Tauhid
(unily)
Prinsip tauhid (unily) adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang ada dalam
syari’ah Islam. Setiap bangunan dan aktivitas kehidupan manusia harus didasarkan pada
nilai-nilai tauhidy. Artinya bahwa dalam setiap gerak langkah serta bangunan hukum harus
mencerminkan nilai-nilai ketuhanan. Dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah
bagaimana seharusnya menciptakan suasana dan kondisis bermuamalah yang tertuntun
dalam nilai-nlai ketuhanan.
b. Keadilan (justice)
Prinsip kedua dalam berasuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan (jistice) antara
pihak pihak yang terikat dengan akad asuransi. Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai
upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban di antara nasabah (anggota) dan perusahaan
asuransi.
c. Tolong-menolong (Ta‟awun) prinsip dasar yang lain dalam melaksanakan kegiatan
berasuransi harus didasari dengan semangat tolong-menolong (ta‟awun) antara
anggota (nasabah). Seseorang yang masuk asuransi, sejak awal harus mempunyai niat
dan motivasi untuk membantu dan meringankan beban temannya yang pada saat
ketika mendapatkan musibah atau kerugian.
Praktik tolong-menolong dalam asuransi adalah unsur utama pembentuk (DNA-Chromosom)
bisnis asuransi. Tanpa adanya unsur ini atau hanya semata-mata untuk mengejar
keuntungan bisnis berarti perusahaan asuransi itu sudah kehilangan karakter utamanya, dan
seharusnya sudah wajib terkena pinalti untuk dibekukan operasionalnya sebagai
perusahaan asuransi
d. Kerja Sama (cooperation)
Prinsip kerja sama (cooperation) merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam
literatur ekonomi islam. Manusia sebagai makhluk yang mendapat mandat dari khaliq-Nya
untuk mewujudkan perdamaian dan kemakmuran di muka bumi mempunyai dua wajah
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, yaitu sebagai mahluk individu dan sebagai
mahluk sosial. Kerja sama dalam bisnis asuransi dapat berwujud dalam bentuk akad yang
dijadikan acuan antara kedua belah pihak yang terlibat, yaitu antara anggota (nasabah) dan
perusahaan asuransi. Dalam operasionalnya, akad yang dipakai dalam bisnis asuransi dapat
memakai konsep mudharabah atau musyarakah. Konsep mudharabah dan musyarakah
adalah dua buah konsep dasar dalam kajian ekonomika Islami dan mempunyai nilai historis
dalam perkembangan keilmuan ini.
e. Amanah (trustworthy/ al-amanah)
Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud dalam nilai-nilai akuntabilitas
(pertanggungjawaban) perusahaan melalui penyajian laporan keuangan tiap periode. Prinsip
amanah juga harus berlaku pada diri nasabah asuransi. Sesorang yang menjadi nasabah
asuransi berkewajiban menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan pembayaran
dana iuran (premi) dan tidak memanipulasi kerugian (peril) yang menimpa dirinya.
f. Kerelaan (al-ridha)
Prinsip kerelaan (al-ridha) dalam ekonomika islami berdasarkan pada firman Allah SWT
dalam QS. An-Nisa ayat 29, Ayat ini menjelaskan tentang keharusan untuk bersikap rela dan
ridha dalam setiap melakukan akad (transaksi),dan tidak ada paksaan antara pihak-pihak
bertransaksi atas dasar kerelaan bukan paksaan.
g. Larangan Riba
Dalam setiap transaksi, seorang muslim dilarang memperkaya diri dengan cara yang tidak
dibenarkan, Ada beberapa bagian dalam Al-Qur’an yang melarang pengayaan diri dengan
cara yang tidak benar. Islam menghalalkan perniagaan dan melarang riba.
h. Larangan Maysir (judi)
Allah SWT telah memberi penegasan terhadap keharaman melakukan aktivitas ekonomi
yang mempunyai unsur maysir (judi), Syafi’i Antonio mengatakan bahwa unsur maysir judi
artinya adanya salah satu pihak yang untung namun di lain pihak justru mengalami kerugian.
Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan sebab-sebab tertentu membatalkan
kontraknya sebelum masa reversing period, biasanya tahun ketiga maka yang bersangkutan
tidak akan menerima kembali uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja. Juga
adanya unsur keuntungan yang dipengaruhi oleh pengalaman underwriting, dimana untung
rugi terjadi sebagai hasil dari ketetapan.
i. Larangan gharar (ketidakpastian)
Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa gharar atau ketidakpastian dalam asuransi ada dua
bentuk.
1) Bentuk akad syari’ah yang melandai penutupan polis.
2) Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’i penerimaan uang klaim itu
sendiri.
4. Bentuk-Bentuk Asuransi
Perusahaan asuransi dan jenis-jenis bidang usaha perasuransian di Indonesia dapat
ditemukan dalam Bab III Pasal 3 Undang-undang Nomor 2 tahun 1992. Dalam undang-
undang tersebut dikemukakan sebagai berikut:
a. Asuransi Kerugian
Yaitu perjanjian asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan risisko atas kerugian
kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari
peristiwa yang tidak pasti.
b. Asuransi Jiwa
Yaitu perjanjian asuransi yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan
dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.
c. Reasuransi
Yaitu perjanjian asuransi yang memberikan jasa dan pertanggungan ulang terhadap risiko
yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan asuransi jiwa.
5. Akad Dalam Asuransi Syari’ah
Prinsip-prinsip perjanjian islam sebagai suatu perjanjian yang bebas dari unsur gharar,
maisyir, dan riba dapat diimplementasikan dalam kegiatan usaha suatu perusahaan
asuransi. Adapun ketentuan mengenai akad dalam asuransi adalah sebagai berikut:
a. Akad Dalam Asuransi Syari’ah
1) Akad yang dilakukan antara peserta dengan perusahaan terdiri atas akad tijarah dan
akad tabarru‟.
2) Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat (1) adalah mudharabah. Sedangkan akad
tabarru adalah hibah. Dalam akad sekurang-kurangnya haus disebutkan:
a. Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan
b. Cara dan waktu pembayaran premi
c. Jenis akad tijarah dan akad tabarru‟ serta syarat-syarat yang disepakati,
sesuai dengan jenis asuransi yang diadakan
b. Kedudukan Para Pihak Dalam Akad Tijarah dan akad tabarru,
1) Dalam akad tijarah (mudharabah) perusahaan bertindak sebagai mudharib
(pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul maal (pemegang polis).
2) Dalam akad tabarru‟ (hibah), peserta membeikan hibah yang akan digunakan
untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan
€bertindak sebagai pengelola dana hibah.
c. Ketentuan Dalam Akad Tijrah dan Tabarru‟
1) Jenis akad tjarah dapat diubah menjadi jenis akad tabarru‟ bila pihak yang
tertahan haknya dengan rela melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban
pihak yang belum menunaikan kewajibannya.
2) Jenis akad tabarru‟ tidak dapat diubah menjadi jenis akad Tijarah.

d. Premi Dalam Asuransi Syariah


Premi merupakan pembayaran sejumlah uang yang dilakukan pihak tertanggung kepada
penanggung untuk mengganti suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang
diharapkan akibat timbulnya perjanjian atas pemindahan risiko dari tertanggung kepada
penanggung (transfer of risk).
1) Pembayaran premi bidasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru‟
2) Untuk menentukan bentuknya premi perusahaan asuransi syariah dapat
menggunakan rujukan berupa ilustrasi.
.
B. Asuransi syariah vs asuransi konvensional
Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Fatwa DSN
No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah bagian pertama
menyebutkan pengertian asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan
tolongmenolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset
dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
akad atau perikatan yang sesuai dengan syariah.
Sedangkan asuransi konvensional adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih,
dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan,
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan.
Banyak masyarakat yang masih menggunakan asuransi konvensional dibanding asuransi
syariah, karena kurangnya kefamiliaran asuransi syariah dan kurangnya pengetahuan
tentang perbedaan asuransi syariah dan konvensional.
Tujuan Asuransi Konvensional dan Syariah
Tujuan utama dari perusahaan asuransi konvensional adalah murni bisnis. Seperti
kebanyakan bisnis lain tujuan tersebut adalah untuk mendapatkan profit yang besar. Hal ini
terlihat dari dana yang diperoleh dari premi nasabah, semuanya menjadi milik perusahaan.
Asuransi syariah, tujuan utamanya bukanlah untuk mendapatkan laba yang besar. Tujuan
utama asuransi syariah adalah mencari keuntungan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
perjuangan umat.
Hal ini terlihat dari visi dan misi yang diemban oleh asuransi syariah, yaitu: misi aqidah, misi
ibadah, misi isghtishodi, dan misi keumatan. Perbedaan tujuan antara asuransi konvensional
dan asuransi syariah akan berpengaruh kepada pelaksanaan usaha asuransi tersebut.
Transaksi yang sama antara kedua asuransi tersebut bisa berbeda cara pengakuannya. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan tujuan yang harus dicapai oleh asuransi
konvensional dan asuransi syariah.

Prinsip Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah:


Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, asuransi konvensional memiliki 6 prinsip
dasar yang digunakan yaitu:
1. Insurable interest adalah hak mengasuransikan yang timbul dengan adanya
hubungan keuangan antara yang tertanggung dan obyek pertanggungan serta
dilindungi hukum atau sah menurut hukum yang berlaku.
2. Utmost good faith adalah kedua belah pihak yang terlibat dalam asuransi secara
timbal balik harus didasari kesepakatan asuransi dengan itikad yang baik.
3. Proximate cause merupakan prinsip yang berkaitan dengan masalah yang akan
timbul jika terjadi peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian bagi pihak yang
tertanggung.
4. Indemnity merupakan metode dan sistem yang diperlukan dalam proses
penggantian kerugian.
5. Subrogation merupakan prinsip yang berhubungan dengan keadaan ketika kerugian
yang dialami tertanggung akibat dari pihak ketiga (orang lain).
6. Contribution berarti ketika perusahaan asuransi telah membayar ganti rugi kepada
pihak tertanggung, maka perusahaan berhak menuntut perusahaan asuransi lain yang
terlibat ke dalam obyek tersebut untuk membayar kerugian sesuai dengan prinsip
contribution.
Terdapat beberapa perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional, yaitu:
1) Akad.
Asuransi Konvensional menggunakan akad tabaduli, yakni akad jual beli. Tentunya di dalam
akad jual beli menurut syara' harus jelas ada penjual, pembeli, barang (objek) yang
diperjualbelikan, harga, dan sighat (ijab qabul). Sedangkan dalam asuransi syariah, akad
yang digunakan adalah akad takaful (akad tolong menolong), yaitu suatu akad tolong
menolong sesama peserta, jika salah seorang peserta terkena musibah maka peserta yang
lainnya membantu dengan dana tabarru' (dana sosial).
2) Prinsip Dasar.
Dalam asuransi syariah menggunakan pola saling menanggung resiko antara perusahaan
dan peserta (risk sharing), sedangkan dalam asuransi konvensional memindahkan resiko dari
peserta kepada perusahaan secara penuh (risk transfer).
3) Kepemilikan Dana.
Kepemilikan dana pada asuransi syariah merupakan hak peserta, perusahaan hanya sebagai
pemegang amanah untuk mengelolanya secara syariah. Sedangkan pada asuransi
konvensional, dana yang terkumpul dari nasabah menjadi milik perusahaan, sehingga
perusahaan bebas menentukan alokasi investasinya.
4) Objek.
Dalam asuransi syariah, membatasi pengelolaan dananya hanya untuk objek-objek yang
halal (jelas) dan tidak boleh mengandung syubhat. Namun dalam asuransi konvensional
tidak membedakan objek yang halal atau haram yang terpenting objek tersebut
mendatangkan keuntungan.
5) Investasi Dana.
Dalam asuransi syariah, jika premi dari nasabah belum dipakai, maka dana tersebut di
investasikan kepada lembaga keuangan yang berbasis syariah dan di dasarkan pada system
bagi hasil. Adapun dalam asuransi konvensional pengelolaan investasinya pada system
bunga yang mengandung unsur maghrib.
6) Pembayaran Klaim.
Asuransi syariah menggunakan system pencairan dana di tabungan bersama, yaitu dana
yang sudah nasabah ikhlaskan untuk tolong menolong antar nasabah. Sedangkan dalam
asuransi konvensional dapat diketahui berdasarkan perbandingan resiko dan modal. Selain
itu, dana pertanggungan juga diambil dari rekening perusahaan asuransi.
7) Dewan Pengawas Syariah.
Asuransi syariah diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah untuk memastikan tidak adanya
penyelewengan investasi ataupun manajemen system pengelolaan yang tidak berdasarkan
hukum Islam. Sedangkan asuransi konvensional tidak memiliki dewan pengawas khusus.
Dewan pengawas untuk asuransi konvensional ialah berdasarkan hukum yang berlaku di
negara tersebut.
8) Dalam asuransi syariah, system pembukuan finansialnya terbuka.
Asuransi syariah memiliki pembukuan keuangan yang terbuka karena berdasarkan hukum
Islam. Segala pihak terutama nasabah asuransi dapat mengetahui semua pembukuan
dananya, sehingga semua keuangan bersifat transparan. Sedangkan asuransi konvensional
memiliki system pembukuan yang tidak terbuka (tertutup). Semua pembukuan sepenuhnya
dikelola oleh pihak perusahaan dan nasabah tidak perlu tahu hal itu. Semuanya akan diatur
oleh perusahaan dari mulai dana yang masuk sampai dana yang keluar.

C. Jenis-jenis produk asuransi syariah


Produk-produk Asuransi Syariah
1. Produk Takaful Individu
Produk takaful individu dibagi menjadi dua jenis, yaitu produk takaful individu tabungan dan
produk takaful non-tabungan. Mekanisme kerja kedua produk tersebut berbeda satu sama
lain, walaupun begitu sistemnya tetap melarang keberadaan riba,gharar dan maysir. a.
Produk-produk tabungan
Adapun macam, definisi dan manfaat produk asuransi Syariah dapat diilustrasikan sebagai
berikut:
1) Takafulli dana investasi
Adalah suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan mrencanakan
pengumpulan dana dalam mata uang rupiah atau US dolar sebagai dana investasi yang
diperuntukkan bagi ahli warisnya jika ditakdirkan meninggal dunia lebih awal atau sebagai
bekal untuk hari tuanya.
Manfaat:
Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir, maka peserta akan
memperokeh: a) Dana rekening tabungan yang telah disetor.
b) Bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah).
Bila peserta ditakdirkan meninggal pada masa perjanjian, maka ahli waris akan
memperoleh:
a) Dana rekening tabungan yang telah disetor.

b) Bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah).

c) Selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dan premi yang sudah dibayar

Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, naka peserta akan mendapatkan:
a) Dana rekening tabungan yang telah disetor.

b) Bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan.

c) Bagian keuntungan atas rekening khusus tabarru’ yang ditentukan oleh Asuransi
Takaful Keluarga, jika ada.

2) Takaful Dana Haji


Adalah suatu bentuk perlindungan untuk perorangan yang mengingnkan dan
merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang rupiah atau US dolar untuk biaya
menjalankan haji.
Manfaat:
Bila peserta mengundurkan diri sebeum perjanjian berakhir, maka peserta akan
memperoleh:
a) Dana rekening tabungan yang telah disetor.
b) Bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah).
Bila peserta ditakdirkan meninggal dunia dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya
akan memperoleh:
a) Dana rekening tabungan yang telah disetor.

b) Bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah).

c) Selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dan premi yang sudah dibayar.

Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka peserta akan memperoleh:
a) Dana rekening tabungan yang disetor.

b) Bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah).

c) Bagian keuntungan atas rekening khusus/tabarru’ yang ditentukan oleh PT Asuransi


Takaful, jika ada.

3) Takaful Dana Siswa


Adalah suatu bentuk pertimbangan untuk perorangan yang bermaksud menyediakan
dana pendidikan dalam mata uang rupiah atau US dolar untuk putra putrinya sampai
sarjana.
Manfaat:
Bila pesrta mengundurka diri sebelum perjanjian berkhir, maka peserta akan
mendapatkan:
a) Dana rekening tabungan yang telah disetor.
b) Bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah).
Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya akan
mendapatkan:
a) Dana rekening tabungan yang teah disetor.

b) Bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah).

c) Selisih dari manfaat takaful awal (rencana menabung) dengan premi yang sudah
dibayar.
Selain itu bila anak (sebagai penerima hibah):
a) Hidup sampai dengan 4 tahun di Perguruan Tinggi yang bersangkutan akan
mendapat dana pendidikan sesuai dengan tabel.
b) Meninggal, maka dana pendidikan yang belum sepat diterimanya akan dibayarkan
pada ahli warisnya.
Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir dan bila anak (sebagai penerima hibah):
a) Hidup sampai dengan 4 tahun di Perguruan Tinggi, maka penerima hibah akan
mendapatkan dana pendidikan.
b) Meninggal sebelum seluruh dana pendidikannya diterima, maka kepada peserta
akan mendapatkan semua saldo rekening tabungan dan sebagian keuntungan atas
investasi rekening tabungan.

4) Takaful Jabatan
Adalah semua bentuk perkindungan untuk direksi atau pejabat teras suatu perusahaan
yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana dalam mata uang rupiah
atau US dolar sebagaimana santunan yang diperuntukkan bagi ahli warisnya, jika
ditakdirkan meninggal lebih awal atau sebagai dana santunan/investasi pada saat sudah
tidak aktif lagi di tempat kerja.
Manfaat:
Bila peserta mengundurkan diri sebelum perjanjian berakhir atau keluar dari tempat
kerja, maka peserta akan memperoleh:
a) Dana rekening tabungan yang telah disetor.
b) Bagian keuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah).
Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya akan
memperoleh:
a) Dana rekening tabungan yang telah disetor.
b) Bagiankeuntungan atas hasil investasi rekening tabungan (mudharabah).
c) Dana santunan meninggal sebesar dana kematian.
Bila peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka ahli warisnya akan memperoleh:
a) Dana rekening tabugan yang telah disetor.
b) Dana rekening tabungan atas hasil investasi rekening tabungan(mudharabah).

b. Produk-produn Non-Tabungan
1) Takaful Al-Khairaat Individu

Program ini diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan santunan


untuk ahli waris bila peserta mengaami musibah kematian dalam masa perjanjian.
2) Takaful Kecelakaan Diri Individu

Program yang dipruntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan santunan


untuk ahi waris bila peserta mengalami musibah kematian karena kecelakaan dalam
masa perjanjian.
3) Tafakul Kesehatan Individu

Program ini diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan dana


santunan rawat inap dan operasi bila peserta sakit dalam masa perjanjian.

2. Produk Takaful Group


a. Takaful Al-Khairaat dan Tabungan Haji
Adalah program bagi para karyawan yang bermaksud menunaikan ibadah haji degan
pendanaan melalui iuran bersama dan keberangkatannya secara bergilir.
Manfaat:
Bila peserta ahli waris yang ditunjuk dapat meggantikan peserta untuk menunaikan
ibadah haji sesuai jadwal yang ditentukan tanpa harus membayar iuran (bebas premi).
Sesudah naik haji:
1) Ahli waris akan mendapatkan santunan sebesar jumlah iuran yang sudah dibayar
peserta, tanpa harus membayar uran (bebas premi).
2) Takaful akan membayar rekening tabungan peserta sebesar biaya haji yang
ditetapkan pemerintah pada tahun yang bersangkutan.

b. Takaful Kecelakaan Siswa


Adalah suatu bentuk perlindungan kumpulan yang ditujukan kepada Sekolah/Perguruan
Tinggi atau Lembaga Pendidikan Non-Formal yang bermaksud menyediakan santunan
kepada siswa/mahasiswa atau pesertanya apabila mengalami musibah karena
kecelakaan yang mengakibatkan cacat tetap total maupun sebagian atau meninggal.
Manfaat:
1. Bila peserta mengalami musibah kecelakaan dalam masa perjanjian yang
mengakibatkan peserta cacat tetap total atau sebagian, maka kepada peserta akan
diberikan manfaat takaful sesuai dengan presentase yang sudah ditentukan.
2. Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian karena suatu kecelakaan,
maka kepada ahli warisnya akan dibayarkan dana santunan meninggal sebesar manfaat
takaful yang direncanakan.
3. Bila semua peserta hidup sampai perjanjian berakhir, maka peserta akan
mendapatkan bagian keuntungan atas rekening khusus/tabarru’ yang ditentukan oleh
Asuransi Takaful Keluarga, jika ada.

c. Takaful Kecelakaan Diri Kumpulan


Adalah suatu bentuk perlindungan kumpulan yang ditujukan untuk perusahaan,
organisasi atau kumpulan yang bermaksud menyediakan santunan kepada karyawan
apabila mengalami musibah karena kecelakaan dalam masa perjanjian.
Manfaat:
1) Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian karena suatu kecelakaan,
maka kepada ahli warisnya akan dibayarkan dana santunan meninggal sebesar manfaat
takaful yang direncanakan.
2) Bila peserta mengalami musibah kecelakaan dalam masa perjanjian yang
mengakibatkan peserta cacat tetap total atau sebgagian, maka kepada peserta akan
diberikan manfaat takaful sesuai dengan presentase yang sudah ditentukan.
3) Bila peserta hidup sampai perjajian berakhir, maka peserta akan mendpatkan bagian
keuntungan atas rekening khsus/tabarru’ yang ditentukan oleh asuransi Takaful
Keluarga, jika ada.
d. Takaful Majlis Taklim
Adalah suatu bentuk perlindungan bagi majlis taklim yang bermaksud menyediakan
santunan untuk ahli waris jamaah apabila yang bersangkutan ditakdirkan meninggal
dalam masa perjanjian.
Manfaat:
1) Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian, maka ahli warisnya akan
mendapatkan dana santunan meninggal dari Asuransi Takaful Keluarga sesuai dengan
jumlah yang direncanakan.
2) Bila peserta hidup sampai perjanjian berkahir, maka peserta akan mendapatkan
bagian kerugian atas rekening khusus/tabarru’ yang ditentukan oleh Asuransi Takaful
Keluarga, jika ada.

e. Takaful Pembiayaan
Adalah suatu bentuk perlindungan kumpuan, yaitu berupa jaminan pelunasan hutang
apabila yang bersnagkutan ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian.
Manfaat:
1. Bila peserta ditakdirkan meninggal dalam masa perjanjian maka sisa pinjaman yang
belum dibayar tek menjadi kewajiban Asuransi Takaful Keluarga.
2. Bila peserta hidup sampai perjanjian berkhir, maka peserta akan mendapatkan
bagian keuntungan atas rekening khusu/tabarru’ yang ditentukan oleh Asuransi Takaful
Keluarga.

3. Produk Takaful Umum


a. Takaful Kebakaran
Adalah memberikan jaminan perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan
sebagai akibat terjadinya kebakaran yang disebabkan oeh percikan api, sambaran petir,
ledakan dan kejatuhan pesawat terbang berikut resiko yang ditimbulkan dan juga dapat
diperluas dengan tmabahan jaminan yang lebih luas sesuai dengan kebutuhan.

b. Takaful Kendaraan Bermotor


Adalah memberikan perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan atas
kendaraan yang dipertanggungkan akibat terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan,
secara sebagian (partial loss) maupun secara keseluruahn (total loss) akibat dari
kecelakaan atau tidak pencurian serta tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga.
c. Takaful Rekayasa
Adalah memberikan perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai akibat
yang berkaitan dengan pekerjaan pembangunan beserta alat-alat barat, pemasangan
kontruksi baja/mesin dan akibat beroperasinya mesin produksi serta tanggung jawab
hukum kepada pihak ketiga.

d. Takaful Pengangkutan
Adalah memberikan perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan pada
barangbarang atau pengiriman uang sebagai akibat alat pengangkutan mengalami
musibah atau kecelakaan selama dalam perjalanan melalui laut, udara atau darat.

e. Takaful Rangka Kapal


Adalah memberikan perlindungan terhadap kerugiandan atau kerusakan pada rangka
kapal dan mesin kapal akibat kecelakaan berbagai bahaya lainnya yang dialami.

f. Asuransi Takaful Aneka


Adalah memberikan perlindungan terhadap kerugian dan atau kerusakan sebagai akibat
resiko-resiko yang tidak dapat diperhitungkan pada polis-polis takaful yang telah ada.

D. Kendala pengembangan asuransi syariah


Tantangan terbesar yang dihadapi oleh industri asuransi syariah bersumber pada dua
hal utama yaitu permodalan dan sumber daya manusia. Tantangan-tantangan lain
seperti masalah, ketidaktahuan masyarakat terhadap produk asuransi syariah, image
dan lain sebagainya merupakan akibat dari dua masalah utama tersebut.
1. Minimnya modal
Beberapa hal yang menjadi penyebab relative rendahnya penetrasi pasar asuransi
syariah dalam sepuluh tahun terakhir adalah rendahnya dana yang memback up
perusahaan asuransi syariah, promosi dan edukasi pasar yang relative belum dilakukan
secara efektif (terkait dengan lemahnya dana), belum timbulnya industri penunjang
asuransi syariah seperti broker-broker asuransi syariah, agen, adjuster, dan lain
sebagainya, produk dan layanan belum diunggulkan diatas produk konvensional, posisi
pasar yang masih ragu antara penerapan konsep syariah yang menyeluruh dengan
kenyataan bisnis di lapangan yang terkadang sangat jauh dari prinsip syariah, dukungan
kapasitas reasuransi yang masih terbatas (terkait juga dengan dana) dan belum adanya
inovasi produk dan layanan yang benar-benar digali dari konsep dasar syariah.

2. Kurangnya SDM yang professional


Berdasarkan data Islamic Insurance Society (IIS) per Maret lalu, sekitar 80 persen dari
seluruh cabang atau divisi asuransi syariah belum memiliki ajun ahli syariah. IIS
mengestimasi asuransi syariah Indonesia per Maret lalu memiliki sekitar 200 cabang
dan hanya didukung 30 ajun ahli syariah. Jumlah yang cukup sedikit bila dibandingkan
kondisi SDM di asuransi konvensional. Per Maret lalu, sebagian besar cabang asuransi
konvensional telah memiliki sedikitnya seorang ajun ahli asuransi syariah. Jumlah tersebut
sesuai dengan ketentuan departemen keuangan (Depkeu).

3. Ketidaktahuan Masyarakat Terhadap Produk Asuransi Syariah


Ketidaktahuan mengenai produk asuransi syariah (takaful) dan mekanisme kerja merupakan
kendala terbesar pertumbuhan asuransi jiwa ini. Akibatnya, masyarakat tidak tertarik
menggunakan asuransi syariah, dan lebih memilih jasa asuransi konvensional.

4. Dukungan Pemerintah Belum Memadai


Meski sudah menunjukkan eksistensinya, masih banyak kendala yang dihadapi bagi
pengembangan ekonomi syariah di Indonesia. Soal pemahaman masyarakat hanya salah satunya.
Kendala lainnya yang cukup berpengaruh adalah dukungan penuh dari para pengambil kebijakan
di negeri ini, terutama menteri-menteri dan lembaga pemerintahan yang memiliki wewenang
dalam menentukan kebijakan ekonomi.

5. Image
Salah satu tantangan besar bisnis asuransi syariah di Indonesia dan negara lainnya, menurut Zein,
adalah meyakinkan masyarakat akan keuntungan menggunakan asuransi syariah.

“Perlu sekali mensosialisasikan asuransi syariah bukan saja berasal dari agama, tetapi
memperlihatkan keuntungan.” Kenyataan di lapangan menunjukkan, bahwa para pelaku
ekonomi syariah masih menghadapi tantangan berat untuk menanamkan prinsip syariah
sehingga mengakar kuat dalam perekonomian nasional dan umat Islamnya itu sendiri
DAFTAR PUSTAKA
Fatwa Dewan Syariah Nasional No.21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman Umum
Asuransi-Syariah.
M. Syakir Sula, Op.Cit, hlm. 29.
Suhrawardi K. Lubis, dan Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta, Sinar Grafika,
,2000, hlm. 79.
Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta, Kencana, 2004, hlm. 61-62.
Ibid, hlm. 64-65.
Suhrawardi K. Lubis, dan Farid Wajdi, Op.Cit, hlm. 80.
Muhammad Iqbal, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik, Jakarta, Gema Insani Press,
2005, hlm.2.
Hasan Ali, Op.Cit, hlm. 104.
Departemen Agama RI, Ibid, hlm. 437.
Ibid, hlm. 84-85.
Ibid, hlm.483.
Muhammad Yusuf Qardhawi, Al-Halal Wa Al-Haram Fi Al-Islam, dikutip, M. Syakir Sula,
Op.Cit, hlm. 2
Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah Di Indonesia,
Jakarta, Kencana, 2006, hlm. 146.
Ibid, hlm. 430.

Ibid, hlm. 69.


Ibid, hlm. 65. Ibid, hlm. 97.
Muhammad Syafi’i Antonio, Asuransi dalam Perspektif Islam, Jakarta. STI, 1994, hlm.1-
3. Suhrawardi K. Lubis, dan Farid Wajdi, Op.Cit, hlm.85- 86.
Dadan Muttaqien, Aspek Legal Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta, Safiria Insania
Press, 2008, hlm.75.
Heri Sudarsono, 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah
Deskripsi danIlustrasi,Yogyakarta:Ekonosia.
Nur Rianto Al Arif, 2012, Lembaga Keuangan Syariah,Bandung, CV Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai