Anda di halaman 1dari 9

Tugas Paper Lembaga Keuangan Syariah

Pasar Modal Syariah

Dosen
Drs. Arief Syah Safrianto, MM

Disusun oleh
Andy Kurniawan
1834021003
Prodi Manajemen S1
Universitas Krisnadwipayana
Fakultas Ekonomi
Bekasi
2020
Pasar modal adalah suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli saham untuk
melakukan suatu transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal
ialah suatu perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), dengan cara menjual efek-efek.
Pembeli atau investor adalah pihak yang ingin membeli modal pada perusahaan yang
menurutnya akan mendatangkan keuntungan. Pasar modal juga dikenal dengan nama bursa
efek (Kasmir, 2004: 193).
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995, pasar modal adalah kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek. Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang
bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Pasar modal
merupakan juga pasar untuk untuk surat berharga jangka panjang.
Sedangkan, pasar uang merapakan pasar surat berharga jangka pendek. Baik pasar
modal maupun pasar uang merupakan bagian dari pasar keuangan (Sudarsono, 2007: 184).
Instrumen keuangan yang diperjualbelikan pada pasar modal adalah saham, obligasi, waran,
right, obligasi konvertabel, dan berbagai produk turunan seperti opsi dan lain-lain.
Sedangkan, yang diperjualbelikan di antaranya adalah Surat Bank Indonesia (SBI),
Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), Commercial Paper Notes, Call Monery, Repurchase
Agreement, Banker's Acceptence, Treasury Bill dan lain-lain.

A. Karakteristik Pasar Modal Syariah


Menurut Metwally sebagaimana dikutip oleh Agustianto, bahwa dalam rangka membentuk
pasar modal syariah diperlukan beberapa karakteristik. Karakteristik-karakteristik tersebut
adalah:
a. Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek
b. Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan dimana saham dapat
diperjualbelikan melalui pialang
c. Semua perusahaan yang sahamnya dapat diperjualbelikan di bursa efek
diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan (account) keuntungan dan
kerugian serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek dengan
jarak tidak lebih dari
3 bulan
d. Komite manajemen menerapkan harga saham tertinggi (HST) tiap-tiap
perusahaan dengan interval tidak lebih dari 3 bulan sekali
e. Saham tidak boleh diperjual belikan dengan harga lebih tinggi dari HST
f. Saham dapat dijual dengan harga dibawah HST.
g. Komite manajemen harus memastikan bahwa semua perusahaan yang terlibat
dalam bursa efek itu mengikuti standar akuntansi syariah
h. Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu periode
perdagangan setelah menentukan HST
i. Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham baru dalam periode
perdagangan, dan dengan harga HST.

B. Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia


Industri pasar modal syariah di tahun 2019 mengalami pertumbuhan positif. Ketua Dewan
Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso mengungkapkan, hal ini didorong
dengan strategi sosialisasi yang dilakukan oleh OJK melalui sosialisasi kepada masyarakat
secara langsung maupun melalui sosial media untuk meningkatkan literasi terkait pasar modal
syariah.
Dari sisi investor, dapat dilihat jumlah pengguna SOTS (Sistem Online Trading Syariah)
mencapai 68.599 investor. dengan peningkatan 54.03% dibandingkan tahun Ialu.
Perkembangan industri pasar modal syariah juga didorong oleh sinergi yang dilakukan OJK
dengan berbagai pihak seperti DSN-MUI, kementerian dan lembaga terkait, pelaku industri,
organisasi masyarakat, dan perguruan tinggi yang bekerja sama untuk meningkatkan inklusi
dan Iiterasi di industri Pasar Modal Syariah Indonesia.
Pada tahun 2019, OJK dengan beberapa perguruan tinggi bekerja sama untuk menyusun
modul Pasar Modal Syariah. Modul ini akan digunakan sebagai bahan pengajaran tentang
Pasar Modal Syariah di perguruan tinggi.
"Dengan adanya modul tersebut. diharapkan dapat mewujudkan link and match antara
materi pengajaran di perguruan tinggi dengan kebutuhan sumber daya manusia di industri
Pasar Modal Syariah,"
Adapun perkembangan produk pasar modal syariah yang terdiri dari saham syariah, sukuk
korporasi, reksa dana Syariah, dan sukuk negara mengalami pertumbuhan yang positif dalam
5 tahun terakhir. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari jumlah produk nilai kapitalisasi, nilai
outstanding maupun nilai aktiva bersih (NAB).
Pada akhir tahun 2019, total NAB Reksa dana syariah mengalami peningkatan menjadi
Rp53.74 triliun atau sebesar 55.80% dibandingkan tahun lalu. Nilai sukuk korporasi
outstanding mencapai Rp29,83 triliun meningkat sebesar 40,05%.
Di akhir tahun 2019 peningkatan jumlah dan nilai produk pasar modal syariah yang cukup
signifikan dapat terlihat pada jumlah sukuk korporasi dan Nilai Aktiva Bersih reksa dana
syariah. Sukuk korporasi outstanding pada tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar
44.44% dibandingkan tahun 2018.
Nilai Aktiva Bersih reksa dana syariah mengalami peningkatan paling tinggi yaitu sebesar
55.80% dibandingkan peningkatan nilai outstanding sukuk korporasi dan sukuk negara.
Dari sisi market share, kapitalisasi pasar indeks saham syariah Indonesia (ISSI) di akhir tahun
2019 sebesar 51.55% jika dibandingkan kapitalisasi pasar indeks harga saham gabungan
(IHSG). Hal ini dikarenakan jumlah saham syariah yang termasuk dalam Daftar Efek Syariah
yang terus meningkat sehingga jumlah konstituen ISSI juga mengalami peningkatan.
Pasar modal syariah Indonesia terus mengalami pertumbuhan hingga tahun 2020, hal ini
seiring dengan masyarakat Indonesia yang semakin memahami investasi berbasis syariah dan
meningkatnya jumlah saham syariah. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno
Djajadi mengatakan, jumlah saham syariah per 27 Oktober 2020 mengalami peningkatan
90,3% menjadi 451 saham dibandingkan dengan perolehan tahun 2011 sebesar 237 saham
atau tumbuh 63,6% dari total saham.
Sementara itu, data Anggota Bursa (AB) yang menyediakan layanan syariah online trading
system menunjukan bahwa dalam lima tahun terakhir jumlah investor syariah tumbuh
1.500% dari 4.908 investor investor pada 2015 menjadi 80.152 investor pada September 2020
dengan tingkat keaktifan mencapai 25,2%.
“Pertumbuhan pasar modal syariah tersebut menunjukan bahwa investasi syariah telah
populer di masyarakat Indonesia. Kami yakin ke depannya pasar modal Indonesia semakin
maju”. Pada kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) Hoesen mengatakan, pasar modal syariah Indonesia merupakan pertama di
dunia yang memiliki produk investasi lengkap dengan filantropi Islam, antara lain zakat
saham, wakaf saham, dan wakaf tunai yang dikaitkan dengan Cash Wakaf Link Sukuk (CWLS).
“Data per september 2020 menunjukan, jumlah wakif atau orang yang berwakaf saham telah
mencapai
132 wakif dengan nilai wakaf lebih dari Rp 230 juta dan dilakukan melalui lima AB,”. Menurut
Hoesen, sukuk wakaf saat ini baru diterbitkan oleh pemerintah, namun dimasa mendatang,
sukuk wakaf diharapkan dapat diterbitkan oleh pengelola aset wakaf (nazir) yang memenuhi
syarat atau pihak korporasi yang bekerja sama dengan nazir. Sebagai informasi, jumlah
outstanding efek syariah di pasar modal saat ini adalah 467 saham syariah, 163 sukuk
korporasi, 284 reksadana syariah, serta 65 sukuk mudarabah. Selain itu, pada September
2020, jumlah investor pasar modal juga mengalami peningkatan mencapai 3,13 juta single
investor identification (SID) atau tumbuh sebesar 26,27% secara year to date (ytd). Adapun
sampai dengan 6 November 2020, jumlah penghimpunan dana melalui pasar modal tercatat
mencapai Rp 97,74 triliun dari 144 penawaran umum, yakni 44 penawaran di antaranya
merupakan emiten baru. “Diperkirakan hingga akhir tahun 2020 ini jumlah penawaran umum
dan jumlah investor masih akan terus bertumbuh,”.
C. Instrumen pasar modal syariah di Indonesia
Dalam suatu transaksi di pasar biasanya terdapat barang atau jasa yang diperjualbelikan.
Demikian juga pada pasar modal, barang yang diperjualbelikan dinamakan dengan instrumen
pasar modal. Instrumen pasar modal yang diperdagangkan berbentuk surat-surat berharga
yang dapat diperjualbelikan kembali oleh pemiliknya, baik instrumen pasar modal bersifat
kepemilikan atau hutang. Instrumen pasar modal yang bersifat kepemilikan berbentuk saham
dan yang bersifat hutang bentuknya adalah obligasi (Kasmir, 2004: 194-195).
Intrumen pasar modal syariah berbeda dengan instrumen pasar modal konvensional.
Sejumlah instrumen syariah di pasar modal sudah diperkenalkan kepada masyarakat. Saham
yang memenuhi kriteria syariah adalah saham yang dikeluarkan perusahaan yang bergerak di
bidang usaha yang sesuai dengan syariah. Instrumen-instrumen pasar modal yang
diperjualbelikan di pasar modal konvensional adalah surat-surat berharga (securities) seperti
saham, obligasi (Kasmir, 2004: 195-198) dan instrumen turunannya (derivatif) seperti opsi,
waran, dan reksa dana (Sholahuddin, 2006: 163).
Sedangkan instrumen yang diperdangankan pada pasar modal syariah adalah saham, obligasi
syariah dan reksa dana syariah (Sholahuddin, 2006: 163). Instrumen-instrumen pasar modal
di atas akan dijelaskan di bawah ini:

a. Saham (stock)
Saham adalah surat berharga yang bersifat kepemilikan terhadap suatu perusahaan.
Maksudnya, si pemilik saham merupakan pemilik perusahaan. Semakin banyak saham yang
ia miliki, maka semakin besar pula kekuasaan dan wewenangnya pada perusahaan tersebut.
Keuntungan yang diperoleh dari saham adalah deviden. Pembagian deviden ini ditentukan
dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Yang dimaksud dengan saham dalam pasar
modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak ada bedannya. Hanya saja, saham yang
diperdagangkan pada pasar modal syariah harus datang dari emiten yang memenuhi
kriteriakriteria syariah.
b. Obligasi syariah
Di pasar modal modal, obligasi merupakan instrumen hutang bagi perusahaan yang hendak
memperoleh modal. Keuntungan dari membeli obligasi diwujudkan dalam bentuk kupon.
Perbedaan obligasi dengan saham adalah bahwa pembeli obligasi tidak mempunyai hak
terhadap manajemen dan kekayaan perusahaan.
Pihak perusahaan yang mengeluarakan obligasi hanya mengakui mempunyai hutang kepada
si pemegang obligasi sebesar obligasi dimilikinya. Dengan demikian, obligasi termasuk dalam
kategori modal asing atau hutang jangka panjang. Hutang tersebut akan dibayarkan pada
waktu yang telah ditentukan sebelumnya.
Modal yang diperdagangkan dalam pasar modal merupakan modal yang bila diukur dari segi
waktu merupakan modal jangka panjang. Maka dari itu, bagi suatu emiten sangat
menguntungkannya karena masa pengembaliannya sangat panjang, baik modal yang bersifat
kepemilikan ataupun hutang. Modal yang bersifat kepemilikan masa pengembaliannya relatif
lebih panjang dari pada modal yang bersifat hutang. Modal jenis pertama jangka waktu
pengembaliannya sampai perusahaan yang bersangkutan tutup (Kasmir, 2004: 194).
Pemilik modal jenis ini dapat menjualnya kepada pihak lain jika ia membutuhkan dana atau
sudah tidak menginginkan lagi sebagai pemegang saham. Sedangkan modal yang bersifat
hutang, jangka waktunya lebih cepat atau terbatas dalam waktu tertentu. Pemilik saham ini
juga dapat menjualnya kembali kepada pihak lain jika ia membutuhkan dana atau sudah tidak
menginginkan lagi sebagai pemegang saham (Kasmir, 2004: 194).
Obligasi di pasar modal syariah berbeda dengan obligasi di pasar modal konvensional. Obligasi
di pasar modal konvensioanal merupakan suatu jenis produk keuangan yang tidak dibenarkan
oleh Islam karena menggunakan sistem bunga. Menurut Muhammad al-Amin yang
dikemukakan oleh Sholahuddin, bahwa instrumen obligasi syariah dapat diterbitkan
menggunakan prinsip mudharabah, musyarakah, ijarah, istishna’, salam, dan murabahah.
Dengan menggunakan prinsip-prinsip ini, obligasi syariah menjadi tergantung kepada prinsip
mana yang digunakan emiten (Sholahuddin, 2006: 163).
Dalam konsep mudharabah pada obligasi syariah, emiten menerbitkan surat berharga jangka
panjang untuk ditawarkan kepada para investor. Emiten berkewajiban membayar
pendapatan berupa bagi hasil atau margin fee serta pokok hutang obligasi kepada para
pemegang obligasi tersebut pada saat jatuh tempo. Dalm hal ini, emiten berfungsi sebagai
mudharib dan invester sebagai shahibul mal. Sementara itu, emiten yang menerbitkan
obligasi syariah harus memenuhi persyaratan seperti persyaratan emiten yang masuk dalam
kriteria indeks Islam (Sholahuddin, 2006: 164).
c. Reksa dana syariah
Reksa dana syariah merupakan sarana investasi campuran yang menggabungkan saham dan
obligasi syariah dalam satu produk yang dikelola oleh manajer investasi. Manajer investasi
menawarkan reksa dana syariah kepada investor yang berminat. Dana investor tersebut
kemudian dikelola oleh manjer investasi untuk ditanamkan dalam saham atau obligasi syariah
yang dinilai menguntungkan (Sholahuddin, 2006: 164).

D. Perbedaan pasar modal syariah dan konvensional


Berikut dibawah ini dijelaskan mengenai perbedaan pasar modal syariah dengan
konvensional secara spesifik melalui tabel:
Tabel perbedaan Pasar Modal Konvensional
dan Pasar Modal Syari’ah.

No Pasar Modal Syariah Pasar Modal Konvensional


1 Indeks Syari’ah Indeks konvensional
1. Indeks dikeluarkan oleh pasar modal
syariah. 1. Indek dikeluarkan oleh pasar modal
2. Jika indeks Islam dikeluarkan oleh konvensional.
suatu institusi yang bernaung dalam pasar 2. Indeks konvensional memasukkan
modal konvensional maka perhitungan semua saham yang terdaftar dalam bursa
indeks tersebut berdasarkan kepada saham.
saham-saham yang memenuhi kriteria- 3. Seluruh saham yang tercatat dalam
kriteria syariah. bursa mengabaikan aspek halal-haram.
3. Seluruh saham yang tercatat dalam
bursa sesuai halal.
2 Instrumen yang diperdagangkan dalam Pasar Instrumen yang diperdagangkan dalam Pasar
Modal Syariah. a. Saham. Modal Konvensional.
b. Obligasi Syariah a. Saham
c. Reksa Dana Syrariah. b. Obligasi.
c. Reksa Dana.
d. Opsi.
e. Right
f. Waran

3 Mekanisme Transaksi Pasar Modal Syari’ah. Mekanisme Transaksi Pasar Modal


1. Tidak mengandung transaksi Ribawi. konvensional
2. Tidak transaksi yang meragukan 1. Menggunakan konsep bunga yang
(gharar), spekulatif, dan judi. mengandung riba.
3. Saham perusahaan tidak bergerak 2. Mengandung transaksi yang tidak
dalam pada bidang yang diharamkan. jelas, spekulatif, manipulatif, dan judi.
(alkohol, judi. Rokok, dll) 3. Saham perusahaan bergerak dalam
4. Transaksi penjualan dan pembelian semua bidang baik haram maupun halal.
saham tidak boleh dilakukan secara 4. Transaksi penjualan dan pembelian
langsung untuk menghindari manipusi dilakukan secara langsung dengan
harga. menggunakan jasa broker sehingga
memungkinkan para spekulan untuk
mempermainkan harga.

4 Saham (surat-surat berharga) Saham (surat-surat berharga)


a. Saham yang diperdagangkan datang a. Saham yang diperdagangkan datang
dari emiten yang memenuhi ktriteria- dari semua emiten tanpa mengindahkan
kriteria syariah. halalharam.
b. Tidak ada transaksi yang berbasis b. Mengandung transaksi yang berbunga.
bunga. c. Mengandung transaksi yang
c. Tidak ada transaksi yang meragukan. spekulatif.
d. Saham harus dari perusahaan yang d. Semua perusahaan baik aktivitas
halal aktivitas bisnisnya. bisnisnya halal atau haram.
e. Tidak ada transaksi yang tidak sesuai e. Mengandung transaksi yang
dengan etika dan tidak bermoral seperti manipulatif.
manipulasi pasar, insider trading dan lain- f. Instrumen transaksi dengan
lain. menggunakan prisip bunga.
f. Instrumen transaksi dengan
mengunakan prisipmudharabah,
musyarakah, ijarah, istisna’, dan salam.

5 Obligasi syari’ah. Obligasi konvensional


1. Berdasarkan akad mudharabahdengan 1. Berdasarkan prisip bunga.
memperhatikan fatwa DSN-MUI No. 2. Emiten bertindak sebagai
7/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan debitur (yang berhutang).
mudharabah. 3. Pemegang obligasi sebagai
2. Emiten bertindak kerditur (yang berpiutang).
sebagaimudharib (pengelola modal). 4. Emiten obligasi dibebaskan
3. Pemegang obligasi sebagaishahibul kegiatan usahanya, sehingga tidak ada
mal (pemodal). batasan halal-haram.
4. Emiten obligasi tidak boleh melakukan 5. Nisbah mengikuti
kegiantan yang bertentang prinsip perkembangan suku bunga.
syariah.
5. Nisbah harus disebutkan dalam akad.

6 Reksa Dana syariah Reksa Dana Konvensional


1. Berdasarkan akad 1. Berdasarkan prisip kontrak
wakalahantara manajer investasi dan investasi kolektif dengan
pemodal, serta akadmudharabah antara memeperhatikan Pasal 18 sampai
manajer investasi dan pengguna dengan Pasal 29 Bab IV UU No. 8 Tahun
investasi dengan memeperhatiakn 1995 tentang Pasar Modal.
fatwa DSN-MUI No. 20/ DSN-MUI/ IX/ 2. Investasi dilakukan pada
2000 tentang Reksa Dana Syariah. instrumen konvensional.
2. Investasi dilakukan pada 3. Jenis usaha emiten tidak harus
instrumen keuangan yang sesuai dengan sesuai syariah.
syariah. 4. Pembagian keuntungan antara
3. Jenis usaha emiten harus sesuai pemodal dan manager investasi
dengan syariah. berdasarkan perkembangan suku
4. Pembagian keuntungan antara bunga.
pemodal (diwakili oleh manajer 5. Manajer investasi juga
investasi) dan pengguna investasi menanggung resiko karena berdasarkan
berdasarkan proporsi yang ditentukan prinsip kolektivitas.
dalam akad.
5. Manajer investasi tidak
menanggung resiko kerugian selama
tidak lalai. Artinya yang menanggung
kerugian tetap pemodal.
E. Strategi pengembangan pasar modal syariah
Dalam rangka mengembangkan eksistensi pasar modal yang didasari prinsip syariah dan
dilandasi akan keyakinan potensi berkembangnya pasar modal syariah yang akan menjadi
salah satu pilar penunjang industri pasar modal Indonesia, Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) telah menyusun Master Plan Pasar Modal Indonesia. Di
dalamnya terdapat dua strategi utama pengembangan pasar modal berbasis syariah, pertama
penyusunankerangka hukum yang dapat memfasilitasi pengembangan pasar modal berbasis
syariah dan mendorong pengembangan; kedua mendorong pengembangan serta penciptaan
produk-produk pasar modal berbasis syariah. Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Danareksa
Invesment Management (DIM) pada tahun 2000 telah meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII)
yang terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan prinsip syariah.
Selanjutnya dua strategi utama tersebut dijabarkan Bapepam-LK dalam implementasi strategi
yaitu:
1. Mengatur penerapan prinsip syariah.
2. Menyusun standar akuntansi.
3. Melakukan sosialisasi penerapan prinsip syariah di pasar modal dalam rangka
peningkatan peningkatan pengetahuan dan pemahaman pelaku pasar.
4. Mengembangkan produk pasar modal berbasis syariah yang telah ada.
5. Menciptakan produk pasar modal berbasis syariah yang baru.
6. Melakukan kerja sama pengkajian pengembangan produk pasar modal
berbasis syariah antara regulator, DSN-MUI, dan pelaku pasar.
Jika dilihat dari aspek regulasinya, pasar modal syariah masih akan terus mengalami
perkembangan. Demikian pula dengan instrumen-instrumen yang ditawarkan oleh pasar
modal syariah yang masih akan mengalami perkembangan. Dengan dilakukan tindakan
strategi tersebut maka adanya implementasi dari berbagai keputusan strategis yang telah
ditetapkan yang memiliki tujuan untuk menciptakan keunggulan kompetitif bagi lembaga
yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA

Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah, (Jakarta, Sinar Grafika, 2011), h. 52-54

Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah, h. 52-54

Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah, h. 55

Fauzan dan Dedi Suhendro. “Peran Pasar Modal Syariah Dalam Mendorong Laju Pertumbuhan
Ekonomi di Indonesia”. Prenada Media Group

Haroen, Nasrun. 2000. Perdagangan Saham di Bursa Efek Tinjauan Hukum Islam. Jakarta:
Yayasan Kalimah.

Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. 2006. Diterbitkan oleh Majelis Ulama Indonesia
dan Bank Indonesia.

https://idxchannel.okezone.com/read/2020/09/09/278/2274922/bagaimana-kondisi-
pasarmodal-syariah-indonesia?page=2#

https://investor.id/market-and-corporate/2020-pasar-modal-syariah-indonesia-terus-
tumbuh

Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution. 2007. Investasi pada pasar Modal Syariah. Jakarta:
Kencana Prenada Group

M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, cet. 7 (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2007), h. 207

M. Irsan Nasarudin, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia, h. 205

Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, Cet. 2, (Jakarta,
Media Grafika, 2008), h.117-119

Sholahuddin. 2006. Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, Surakarta: Muhammadiyah


University Press.

Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah. Jakarta: Kencana

Sudarsono, Heri. 2007. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,
Yogyakarta: Ekonosia

Tavinayati dan Yulia Qomariah, Hukum Pasar Modal di Indonesia, cet. 2 (Jakarta: Sinar Grafika,
2013), h.21-23

Anda mungkin juga menyukai