OLEH
RODIANA KURNIASIH
2011040147
F. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan,
jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi
tentang sistem vaskuler.
2. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam batang
otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang
menggunakan CT Scan
3. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosi.
4. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor
5. Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal pada
daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi
lobus temporal pada waktu kejang (Doenges, 2000).
G. Penatalaksanaan
Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan ke arah kematian, salah satu
akibat peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor.
Pasien dengan kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati dengan
segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah.
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak
kemungkinan tanpa meningkatkan penurunan neurologik (paralisis, kebutaan)
atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi).
1. Pendekatan pembedahan (craniotomy)
Dilakukan untuk mengobati pasien meningioma, astrositoma kistik pada
serebelum, kista koloid pada ventrikel ke-3, tumor kongenital seperti demoid
dan beberapa granuloma. Untuk pasien dengan glioma maligna,
pengangkatan tumor secara menyeluruh dan pengobatan tidak mungkin,
tetapi dapat melakukan tindakan yang mencakup pengurangan TIK,
mengangkat jaringan nefrotik dan mengangkat bagian besar dari tumor yang
secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau menjadi resisten
terhadap radiasi atau kemoterapi.
2. Pendekatan kemoterapy
Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak,
juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap transplantasi
sumsum tulang autologi intravens digunakan pada beberapa pasien yang
akanmenerima kemoterapi atau terapi radiasi karena keadaan ini penting
sekali untuk menolong pasien terhadap adanya keracunan sumsum tulang
sebagai akibat dosis tinggi radiasi.
Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu saja. Hal ini bisa
digunakan pada klien :
a. Segera setelah pembedahan/tumor reduction kombinasi dengan terapi
radiasi
b. Setelah tumor recurance
c. Setelah lengkap tindakan radiasi
3. Pendekatan stereotaktik
Stereotaktik merupakan elektroda dan kanula dimasukkan hingga titik
tertentu di dalam otak dengan tujuan melakukan pengamatan fisiologis atau
untuk menghancurkan jaringan pada penyakit seperti paralisis agitans,
multiple sklerosis & epilepsy. Pemeriksaan untuk mengetahui lokasi tumor
dengan sinar X, CT, sedangkan untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi
tumor sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya
dilakukan pemeriksaan Radiosotop (III) dengan cara ditempelkan langsung
ke dalam tumor.
H. Fokus Pengkajian
1. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
1) Chin lift / jaw trust
2) Suction / hisap
3) Guedel airway
4) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, dan sianosis pada tahap lanjut.
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur
GCS.Adapun cara yang cukup jelas dan cepat adalah dengan metode
AVFUAwake : A, Respon bicara :V, Respon nyeri : P, Tidak ada respon :
U.
e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua
cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang
belakang, maka imobilisasi inline harus dikerjakan.
2. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal masuk rumha sakit dan askes.
b. Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian
tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal.
d. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga
(otitis media, mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis, abses
paru, empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).
e. Aktivitas / istirahat
Gejala : malaise
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis
Tanda : TD : meningkat
Nadi : Menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh
pada vasomotor).
2) Eliminasi
Gejala : Tidak ada, dan Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
3) Nutrisi
Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)
Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa
kering.
4) Hygiene
Gejala : -) , dan Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan,
perawatan diri (pada periode akut).
5) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan
penglihatan. Tanda : Penurunan status mental dan kesadaran.
Kehilangan memori, sulit dalam keputusan, afasia, mata : pupil
unisokor (peningkatan TIK), nistagmus, kejang umum lokal.
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan,
leher / pungung kaku.
Tanda : Tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
7) Pernapasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan
mental (letargi sampai koma) dan gelisah
8) Keamanan
Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis,
telinga tengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit,
fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah oleh SOL
2. Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan pola napas b.d kerusakan
neurovaskuler, kerusakan kognitif
3. Nyeri (akut/kronis) b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf oleh SOL,
peningkatan TIK
4. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atau
integrasi (trauma atau defisit neurologis)
5. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan
TIK, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, (anoreksia, iritasi,
penyimpangan rasa mual)
J. Rencana Tindakan
No Diagnosa NOC NIC
1 Gangguan Pasien akan dipertahankan a. Tentukan penyebab penurunan
perfusi tingkat kesadaran, perbaiakan perfusi jaringan
jaringan kognitif, fungsi b. Pantau status neurologis secara
serebral b.d motorik/sensorik, TTV stabil, teratur dan bandingkan dengan
penghentian tidak ada tanda peningkatan TIK nilai standar ( GCS )
aliran darah (Tekanan Intra Kranial) c. Pantau TTV
oleh SOL d. Kaji perubahan penglihatan dan
keadan pupil
e. Kaji adanya reflek ( menelan,
batuk, babinski )
f. Pantau pemasukan dan
pengeluaran cairan
g. Auskultasi suara napas,
perhatikan adananya
hipoventilasi, dan suara
tambahan yang abnormal
h. Pantau analisa gas darah
i. Berikan obat sesuai indikasi :
deuretik, steroid, antikonvulsan
j. Berikan oksigenasi
2 Resiko pasien dapat, dipertahanakan a. Kaji dan catat perubahan
tinggi pola nafas efektif, bebas frekuensi, irama, dan kedalaman
terhadap sianosis, dengan GDA dalam pernapasan
ketidakefekt batas normal b. Angkat kepala tempat tidur
ifan pola sesuai atuiran / posisi
napas b.d miringsesuai indikasi
kerusakan c. Anjurkan utuk bernapas dalam,
neurovaskul jika pasien sadar
er, d. Lakukan penghisapan lendir
kerusakan dengan hati hati jangan lebih
kognitif dari 10 – 15 detik, catat karakter
warna, kekentalan dan
kekeruhan secret
e. Pantau pengguanaan obat
obatan depresan seperti sedative
f. Berikan O2 sesuai indikasi
g. Lakaukan fisioterapi dada jika
ada indikasi
3 Nyeri pasien melaporkan nyeri a. Kaji keluhan nyeri, tingkat,
(akut/kronis berkurang, menunjukan perilaku skala, durasi, dan frekuensi
) b.d agen untuk mengurangi kekambuhan nyeri yang dirasakan klien
pencedera atau nyeri b. Observasi keadaan nyeri
fisik, nonverbal (Misal : ekspresi
kompresi wajah, gelisah,menangis,
saraf oleh menarik diri, diaforesis,
SOL, perubaan frekuensi jantung,
peningkatan pernapasan dan tekanan darah.
TIK c. Anjurkan untuk istirahat dan
ciptakan lingkungan yang
tenang
d. Berikan kompres panas lembab
pada kepala, leher, lengan sesuai
kebutuhan
e. Lakukan pemijatan pada daerah
kepala / leher / lengan jika
pasien dapat toleransi terhadap
sentuhan
f. Sarankan pasien untuk
menggunakan persyaratan
positif “saya sembuh“ atau “
saya suka hidup ini “
g. Berikan analgetik / narkotik
sesuai indikasi
h. Berikan antiemetiksesuai
indikasi
4 Perubahan pasien dapat dipertahanakan a. Kaji secar teratur perubahan
persepsi tingkat kesadaran dan fuingsi orientasi, kemampuan bicara,
sensori b.d persepsinya, mengakui afektif, sensoris dan proses piker
perubahan perubahan dalam kemampuan b. Kaji kesadaran sensoris seperti
resepsi dan adanya keterlibatan residu, respon sentuan , panas / dingin,
sensoris, mendemonstrasikan perubahan benda tajam atau tumpul,
transmisi gaya hidup keadaran terhadap gerakan dan
dan atau letak tubuh, perhatkian adanya
integrasi masalah penglihatan
(trauma c. Observasi repon perilaku
atau defisit d. Hilangkan suara bising /
neurologis) stimulus ang berlebihan
e. Berikan stimulus yang
berlebihan seperti verbal,
penghidu, taktil, pendengaran,
hindari isolasi secara fisik dan
psikologis
f. Pemberian obat supositoria gna
mempermudah proses BAB
g. konsultasi dengan ahli
fisioterapi / okupasi