Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

SOL (Space Occupying Lesion)

OLEH
RODIANA KURNIASIH
2011040147

PROGRAM PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
A. Definisi
SOL (Space Occupying Lesion) merupakan generalisasi masalah mengenai
adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Terdapat
beberapa penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio
serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumor pada intracranial (Smeltzer &
Bare, 2013).
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas
yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.Tumor otak merupakan salah satu
tumor susunan saraf pusat, baik ganas maupun tidak. Tumor ganas disusunan
saraf pusat adalah semua proses neoplastik yang terdapat dalam intracranial atau
dalam kanalis spinalis, yang mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses
ganas spesifik seperti yang berasal dari sel-selsaraf di meaningen otak, termasuk
juga tumor yang berasal dari sel penunjang (Neuroglia), sel epitel pembuluh
darah dan selaput otak. (Fransisca, 2008).
Kranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang terfiksasi maka
lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas
pertama kali dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium.
Akhirnya vena mengalami kompresi, dangan gangguan sirkulasi darah otak dan
cairan serebrospinal mulai timbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti
venosa menimbulkan peningkatan produksi dan penurunan absorpsi cairan
serebrospinal dan meningkatkan volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas
B. Etiologi
Gejala terjadinya spesifik sesuai dengan gangguan daerah otak yang terkena.
Menyebutkan tanda-tanda yang ditunjukkan lokal, seperti pada ketidaknormalan
sensori dan motorik. Perubahan pengelihatan dan kejang karena fungsi dari
bagian-bagian berbeda-beda dan otak. Lokasi tumor dapat ditentukan pada
bagiannya dengan mengidentifikasi fungsi yang dipengaruhi oleh adanya tumor.
1. Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional
dan tingkah laku dan disintegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi
ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan
bahasa cabul.
2. Tumor cerebellum (atur sikap badan / aktifitas otak dan keseimbangan)
Mengatakan pusing, ataksia (kehilangan keseimbangan / berjalan yang
sempoyongan dengan kencenderungan jatuh, otot tidak terkoordinasi dan
nigtatius (gerakan mata berirama tidak sengaja) biasanya menunjukkan gerak
horizontal.
3. Tumor korteks motorik
Menimbulkan manifestasi gerakan seperti epilepsy, kejang jarksonian
dimana kejang terletak pada satu sisi.
4. Tumor lobus frontal
Sering menyebabkan gangguan kepribadian, perubahan status emosional
dan tingkah laku dan distulegrasi perilaku mental. Pasien sering menjadi
ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri dan menggunakan
bahasa cabul.
5. Tumor intra cranial
Dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi, gangguan fungsi
bicara dan gangguan gaya berjalan, terutama pada pasien lansia. Tipe tumor
yang paling sering adalah meningioma, glioblastana (tumor otak yang sangat
maligna) dan metastase serebral dari bagian luar.
6. Tumor sudut cerebelopointin
Biasanya diawali pada jaring saraf akustik dan memberi rangkaian gejala
yang timbul dengan semua karakteristik gejala pada tumor otak.
Gejala pertama :
a. Tinitus dan kelihatan vertigo, segera ikuti perkembangan saraf-saraf yanga
mengarah terjadinya tuli (gangguan fungsi saraf cranial ke VIII /
vestibulochorlearis / oktavus)
b. Kesemutan dan rasa gatal-gatal pada wajah dan lidah (berhubungan dengan
cranial ke V/trigemirus)
c. Terjadi kelemahan atau paralisis (keterbatasan saraf cranial ke VII /
fecialis)
d. Pembesaran tumor menekan serebelum, mungkin ada abnormalitas pada
fungsi motorik (aktivitas otot, sikap badan dan keseimbangan)
C. Tanda dan Gejala
1. Tanda dan gejala peningkatan TIK :
a. Sakit kepala
b. Muntah
c. Papiledema
2. Gejala terlokalisasi ( spesifik sesuai dengan dareh otak yang terkena ) :
a. Tumor korteks motorik ; gerakan seperti kejang kejang yang terletak pada
satu sisi tubuh ( kejang jacksonian )
b. Tumor lobus oksipital ; hemianopsia homonimus kontralateral (hilang
penglihatan pada setengah lapang pandang, pada sisi yang berlawanan
dengan tumor) dan halusinasi penglihatan.
c. Tumor serebelum ; pusing, ataksia, gaya berjalan sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh kesisi yang lesi, otot otot tidak terkoordinasi dan
nistagmus ( gerakan mata berirama dan tidak disengaja )
d. Tumor lobus frontal ; gangguan kepribadia, perubahan status emosional
dan tingkah laku, disintegrasi perilaku mental, pasien sering menjadi
ekstrim yang tidak teratur dan kurang merawat diri
e. Tumor sudut serebelopontin ; tinitus dan kelihatan vertigo, tuli (gangguan
saraf kedelapan), kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah (saraf
kelima), kelemahan atau paralisis (saraf kranial keketujuh), abnormalitas
fungsi motorik.
f. Tumor intrakranial bisa menimbulkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan bicara dan gangguan gaya berjalan terutam pada lansia.
( Brunner& Sudarth, 2003)
D. Patofisiologi

Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis, gejala-gejala terjadi


berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan. Gejala
neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh 2 faktor
gangguan fokal, disebabkan oleh tumor dan tekanan intrakranial. Gangguan fokal
terjadi apabila penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi/ invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentunya disfungsi yang
paling besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertambah menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan avebrovaskuler primer. Sedangkan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan
kompresi invasi dan perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor
membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga
memperberat gangguan neurologis fokal.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor : bertambahnya masa
dalam tengkorak, terbentuknya edema sekitar tumor dan perubahan sirkulasi
cerebrospinal. Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya masa, karena
tumor akan mengambil ruang yang relatif dari ruang tengkorak yang kaku. Tumor
ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak. Mekanisme belum seluruhnya
dipahami, namun diduga disebabkan selisih osmotik yang menyebabkan
perdarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan kerusakan sawar darah
otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume intrakranial. Obstruksi sirkulasi
cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruang subaralinoid menimbulkan
hidrochepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa, bila terjadi secara cepat akibat
salah satu penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi
memerlukan waktu berhari-hari/berbulan-bulan untuk menjadi efektif dan oleh
karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat. Mekanisme kompensasi ini
antara lain bekerja menurunkan volume darah intrakranial, volume cairan
serebrospinal, kandungan cairan intrasel dan mengurangi sel-sel parenkim.
Kenaikan tekanan yang tidak diobati mengakibatkan herniasi inkus serebral.
Herniasi timbul bila girus medialis lobus temporal bergeser ke inferior melalui
insisura tentorial oleh masa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mensensefalon menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf ketiga.
Pada herniasi serebelum, tonsil sebelum bergeser ke bawah melalui foramen
magnum oleh suatu masa posterior kompresi medulla oblongata dan henti nafas
terjadi dengan cepat, intrakranial yang cepat adalah bradikardi progresif,
hipertensi sistemik (pelebaran tekanan nadi dan gangguan pernafasan).
E. Pathway

F. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran, kepadatan,
jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta memberi informasi
tentang sistem vaskuler.
2. MRI : Membantu dalam mendeteksijejas yang kecil dan tumor didalam batang
otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam gambaran yang
menggunakan CT Scan
3. Biopsi stereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam dan
untuk memberi dasar pengobatan seta informasi prognosi.
4. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor
5. Elektroensefalografi (EEG) : Mendeteksi gelombang otak abnormal pada
daerah yang ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi
lobus temporal pada waktu kejang (Doenges, 2000).
G. Penatalaksanaan
Tumor otak yang tidak terobati menunjukkan ke arah kematian, salah satu
akibat peningkatan TIK atau dari kerusakan otak yang disebabkan oleh tumor.
Pasien dengan kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati dengan
segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah.
Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak
kemungkinan tanpa meningkatkan penurunan neurologik (paralisis, kebutaan)
atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi).
1. Pendekatan pembedahan (craniotomy)
Dilakukan untuk mengobati pasien meningioma, astrositoma kistik pada
serebelum, kista koloid pada ventrikel ke-3, tumor kongenital seperti demoid
dan beberapa granuloma. Untuk pasien dengan glioma maligna,
pengangkatan tumor secara menyeluruh dan pengobatan tidak mungkin,
tetapi dapat melakukan tindakan yang mencakup pengurangan TIK,
mengangkat jaringan nefrotik dan mengangkat bagian besar dari tumor yang
secara teori meninggalkan sedikit sel yang tertinggal atau menjadi resisten
terhadap radiasi atau kemoterapi.
2. Pendekatan kemoterapy
Terapi radiasi merupakan dasar pada pengobatan beberapa tumor otak,
juga menurunkan timbulnya kembali tumor yang tidak lengkap transplantasi
sumsum tulang autologi intravens digunakan pada beberapa pasien yang
akanmenerima kemoterapi atau terapi radiasi karena keadaan ini penting
sekali untuk menolong pasien terhadap adanya keracunan sumsum tulang
sebagai akibat dosis tinggi radiasi.
Kemoterapi digunakan pada jenis tumor otak tertentu saja. Hal ini bisa
digunakan pada klien :
a. Segera setelah pembedahan/tumor reduction kombinasi dengan terapi
radiasi
b. Setelah tumor recurance
c. Setelah lengkap tindakan radiasi

3. Pendekatan stereotaktik
Stereotaktik merupakan elektroda dan kanula dimasukkan hingga titik
tertentu di dalam otak dengan tujuan melakukan pengamatan fisiologis atau
untuk menghancurkan jaringan pada penyakit seperti paralisis agitans,
multiple sklerosis & epilepsy. Pemeriksaan untuk mengetahui lokasi tumor
dengan sinar X, CT, sedangkan untuk menghasilkan dosis tinggi pada radiasi
tumor sambil meminimalkan pengaruh pada jaringan otak di sekitarnya
dilakukan pemeriksaan Radiosotop (III) dengan cara ditempelkan langsung
ke dalam tumor.
H. Fokus Pengkajian
1. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan
sekret akibat kelemahan reflek batuk. Jika ada obstruksi maka lakukan :
1) Chin lift / jaw trust
2) Suction / hisap
3) Guedel airway
4) Intubasi trakhea dengan leher ditahan (imobilisasi) pada posisi netral.
b. Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya
pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar
ronchi /aspirasi, whezing, sonor, stidor/ ngorok, ekspansi dinding dada.
c. Circulation
TD dapat normal atau meningkat, hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan
membran mukosa pucat, dingin, dan sianosis pada tahap lanjut.
d. Disability
Menilai kesadaran dengan cepat,apakah sadar, hanya respon terhadap
nyeri atau atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur
GCS.Adapun cara yang cukup jelas dan cepat adalah dengan metode
AVFUAwake : A, Respon bicara :V, Respon nyeri : P, Tidak ada respon :
U.

e. Eksposure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua
cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cedera leher atau tulang
belakang, maka imobilisasi inline harus dikerjakan.
2. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal masuk rumha sakit dan askes.
b. Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian
tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal.
d. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga
(otitis media, mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis, abses
paru, empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).
e. Aktivitas / istirahat
Gejala : malaise
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis
Tanda : TD : meningkat
Nadi : Menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh
pada vasomotor).
2) Eliminasi
Gejala : Tidak ada, dan Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
3) Nutrisi
Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)
Tanda : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa
kering.
4) Hygiene
Gejala : -) , dan Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan,
perawatan diri (pada periode akut).
5) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan
penglihatan. Tanda : Penurunan status mental dan kesadaran.
Kehilangan memori, sulit dalam keputusan, afasia, mata : pupil
unisokor (peningkatan TIK), nistagmus, kejang umum lokal.
6) Nyeri / kenyamanan
Gejala : Sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan,
leher / pungung kaku.
Tanda : Tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
7) Pernapasan
Gejala : Adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : Peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan
mental (letargi sampai koma) dan gelisah
8) Keamanan
Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis,
telinga tengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen ataukulit,
fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan serebral b.d penghentian aliran darah oleh SOL
2. Resiko tinggi terhadap ketidakefektifan pola napas b.d kerusakan
neurovaskuler, kerusakan kognitif
3. Nyeri (akut/kronis) b.d agen pencedera fisik, kompresi saraf oleh SOL,
peningkatan TIK
4. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan resepsi sensoris, transmisi dan atau
integrasi (trauma atau defisit neurologis)
5. Ketidakseimbangan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d peningkatan
TIK, konsekuensi kemoterapi, radiasi, pembedahan, (anoreksia, iritasi,
penyimpangan rasa mual)
J. Rencana Tindakan
No Diagnosa NOC NIC
1 Gangguan Pasien akan dipertahankan a. Tentukan penyebab penurunan
perfusi tingkat kesadaran, perbaiakan perfusi jaringan
jaringan kognitif, fungsi b. Pantau status neurologis secara
serebral b.d motorik/sensorik, TTV stabil, teratur dan bandingkan dengan
penghentian tidak ada tanda peningkatan TIK nilai standar ( GCS )
aliran darah (Tekanan Intra Kranial) c. Pantau TTV
oleh SOL d. Kaji perubahan penglihatan dan
keadan pupil
e. Kaji adanya reflek ( menelan,
batuk, babinski )
f. Pantau pemasukan dan
pengeluaran cairan
g. Auskultasi suara napas,
perhatikan adananya
hipoventilasi, dan suara
tambahan yang abnormal
h. Pantau analisa gas darah
i. Berikan obat sesuai indikasi :
deuretik, steroid, antikonvulsan
j. Berikan oksigenasi
2 Resiko pasien dapat, dipertahanakan a. Kaji dan catat perubahan
tinggi pola nafas efektif, bebas frekuensi, irama, dan kedalaman
terhadap sianosis, dengan GDA dalam pernapasan
ketidakefekt batas normal b. Angkat kepala tempat tidur
ifan pola sesuai atuiran / posisi
napas b.d miringsesuai indikasi
kerusakan c. Anjurkan utuk bernapas dalam,
neurovaskul jika pasien sadar
er, d. Lakukan penghisapan lendir
kerusakan dengan hati hati jangan lebih
kognitif dari 10 – 15 detik, catat karakter
warna, kekentalan dan
kekeruhan secret
e. Pantau pengguanaan obat
obatan depresan seperti sedative
f. Berikan O2 sesuai indikasi
g. Lakaukan fisioterapi dada jika
ada indikasi
3 Nyeri pasien melaporkan nyeri a. Kaji keluhan nyeri, tingkat,
(akut/kronis berkurang, menunjukan perilaku skala, durasi, dan frekuensi
) b.d agen untuk mengurangi kekambuhan nyeri yang dirasakan klien
pencedera atau nyeri b. Observasi keadaan nyeri
fisik, nonverbal (Misal : ekspresi
kompresi wajah, gelisah,menangis,
saraf oleh menarik diri, diaforesis,
SOL, perubaan frekuensi jantung,
peningkatan pernapasan dan tekanan darah.
TIK c. Anjurkan untuk istirahat dan
ciptakan lingkungan yang
tenang
d. Berikan kompres panas lembab
pada kepala, leher, lengan sesuai
kebutuhan
e. Lakukan pemijatan pada daerah
kepala / leher / lengan jika
pasien dapat toleransi terhadap
sentuhan
f. Sarankan pasien untuk
menggunakan persyaratan
positif “saya sembuh“ atau “
saya suka hidup ini “
g. Berikan analgetik / narkotik
sesuai indikasi
h. Berikan antiemetiksesuai
indikasi
4 Perubahan pasien dapat dipertahanakan a. Kaji secar teratur perubahan
persepsi tingkat kesadaran dan fuingsi orientasi, kemampuan bicara,
sensori b.d persepsinya, mengakui afektif, sensoris dan proses piker
perubahan perubahan dalam kemampuan b. Kaji kesadaran sensoris seperti
resepsi dan adanya keterlibatan residu, respon sentuan , panas / dingin,
sensoris, mendemonstrasikan perubahan benda tajam atau tumpul,
transmisi gaya hidup keadaran terhadap gerakan dan
dan atau letak tubuh, perhatkian adanya
integrasi masalah penglihatan
(trauma c. Observasi repon perilaku
atau defisit d. Hilangkan suara bising /
neurologis) stimulus ang berlebihan
e. Berikan stimulus yang
berlebihan seperti verbal,
penghidu, taktil, pendengaran,
hindari isolasi secara fisik dan
psikologis
f. Pemberian obat supositoria gna
mempermudah proses BAB
g. konsultasi dengan ahli
fisioterapi / okupasi

5 Ketidaksei Pasien dapat mendemonstrasikan a. Pantau masukan makanan setiap


mbangan berat badan stabil, hari
kebutuhan mengungkapkan pemasukan b. Ukur BB setiap hari sesuai
nutrisi adekuat, berpartisipasi dalam indikasi
kurang dari intervensi spesifik untuk c. Dorong pasien untuk makandiit
kebutuhan merangsang nafsu makan tinggi kalori kaya nutrien sesui
b.d program
peningkatan d. Kontrol faktor lingkungan
TIK, ( bau, bising ) hindari makanan
konsekuensi terlalu manis, berlemak dan
kemoterapi, pedas. Ciptakan suasana makan
radiasi, yang menyenangkan
pembedaha e. Identifikasi pasien yang
n, mengalami mual / muntah
(anoreksia, f. Pemberian anti emetik dengan
iritasi, jadwal reguiler
penyimpang g. Vitamin A, D, E dan B6
an rasa h. Rujuk kepada ahli diit
mual) i. Pasang / pertahankan slang
NGT untuk pemberian makanan
enteral
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, F. (2008).Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Brunner & Suddarth (2003).Keperawatan Medical-Bedah Vol 2.Penerbit : Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges M.E, Moorhouse M.F & Geissler A.C (2009). Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasin
Perawatan Pasien. Edisi 3.Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
McPhee, S. J., & Ganong, W. F. (2012).Patofisiologi penyakit pengantar menuju
kedokteran klinis. Jakarta: EGC. Smeltzer, S. C., & Bare, B. G.(2013).
Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2.
Alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih,
Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012), Patofisiologi Konsep Klinis Proses _ Proses
Penyakit, Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Wilkinson, J.M. & Ahern R.N (2012). Buku Saku Diagnosa Keperawtan (Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC). Edisi Ke-9 Penerbit : Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai