Anda di halaman 1dari 6

BAB II

KAJIAN TEORETIS

A. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Limbah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu aktivitas
manusia atau proses alami yang belum mempunyai nilai ekonomi, tetapi justru
memiliki dampak negatif terhadap lingkungan apabila tidak dikelola dengan baik.
Salah satu aktifitas atau kegiatan manusia yang menghasilkan limbah dan belum
termanfaatkan secara ekonomis adalah kegiatan pertanian. Pengolahan kelapa
sawit menjadi minyak sawit menghasilkan beberapa jenis limbah padat dan
limbah cair(Jaka Darma dkk, 2014).
Limbah yang keluar dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berbentuk padatan,
gas, dan cair. Limbah yang keluar dari PKS sebenarnya belum bisa dikatakan
100% sebagai limbah, lebih tepat dikatakan produk samping atau side product.
Limbah padat yang keluar dari PKS meliputi tandan kosong (tankos) dengan
persentase sekitar 23% terhadap Tandan Buah Segar (TBS), abu boiler (sekitar
0.5% terhadap TBS), serat (sekitar 13.5% terhadap TBS) dan cangkang (sekitar
5.5% terhadap TBS). Limbah padat yang keluar dari PKS umumnya tidak
memerlukan penanganan yang rumit. Limbah padat dapat digunakan lagi sebagai
bahan bakar, pupuk, pakan ternak, dan juga bisa dijual untuk menghasilkan
pendapatan tambahan.
Serat, cangkang dan tankos bisa digunakan sebagai bahan bakar. Abu boiler
dapat diaplikasikan langsung sebagai sumber pupuk kalium, tankos sebagai pupuk
dengan cara menjadikan mulsa dan pengomposan. Ampas inti digunakan sebagai
pakan ternak. 
Limbah yang menjadi perhatian di PKS adalah limbah cair atau yang lebih dikenal
dengan POME (Palm Oil Mill Effluent). POME ialah air buangan yang dihasilkan
oleh pabrik kelapa sawit utamanya berasal kondensat rebusan, air hidrosiklon, dan
sludge separator. Setiap ton TBS yang diolah akan terbentuk sekitar 0,6 hingga 1

7
8

m3 POME. POME kaya akan karbon organik dengan nilai COD lebih 40 g/L dan
kandungan nitrogen sekitar 0,2 dan 0,5 g/L sebagai nitrogen ammonia dan total
nitrogen. Sumber POME berasal dari unit pengolahan yang berbeda, terdiri dari:
1. 60% dari total POME berasal dari stasiun klarifikasi
2. 36% dari total POME berasal dari stasiun rebusan
3. 4 % dari total POME berasal stasiun inti.
Teknologi pengelolaan POME umumnya dengan menggunakan teknologi
kolam terbuka yang terdiri dari kolam anaerobik, fakultatif dan aerobik dengan
total waktu retensi sekitar 90-120 hari. Teknologi kolam terbuka ini memerlukan
lahan yang luas (5-7 ha), biaya pemeliharaan yang cukup besar dan menghasilkan
emisi gas metana ke udara bebas. Dibawah ini gambar 2.1 merupakan limbah cair
pabrik kelapa sawit di Kecamatan Lirik

Gambar 2.1. Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit di Kecamatan Lirik


(Data primer penelitian, 2018)

B. Bakteri Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit

Bakteri adalah sel prokariot dan mengandung struktur yang membatasi


membran didalam sitoplasma. Berdasarkan bentuknya dibagi menjadi tiga bentuk
yaitu bulat (coccus), batang (basil), dan spiral. Bakteri berdiameter sekitar 0,5
sampai 1,0 µm dan panjangnya 1,5 sampai 2,5 µm. Berdasarkan pergerakannya
(motilitas) dibedakan menjadi motil (bergerak) dan immotil (tidak bergerak).
9

Beberapa bakteri dapat tumbuh pada suhu 0 0 C dan ada yang mampu tumbuh
dengan baik pada sumber air panas yang suhunya 900 C (Pelczar dan Chan, 2007).
Karakteristik koloni (bentuk, ukuran, warna, dll) yang diistilahkan sebagai
“koloni morfologi”. Morfologi koloni adalah cara para ilmuwan dapat
mengidentifikasi bakteri. Pengamatan makroskopis pada medium dalam cawan
petri meliputi pengamatan bentuk koloni, warna, elevasi dan tepian koloni.
Bentuk koloni dibagi menjadi circular (sekeliling tepi koloni rata), irregular
(sekeliling tepi koloni berlekuk), rhizoid (pertumbuhan menyebar seperti akar).
Tepian koloni meliputi entire (rata), lobate (berlekuk), undulate (bergelombang),
serrate (bergerigi), dan filamentous (tepi melebar seperti benang). Elevasi
merupakan derajat kenaikan pertumbuhan koloni di atas permukaan agar yang
dikelompokan menjadi flat, raised, convex dan umbonate (Cappucino dan
Sherman, 2012). Pengamatan mikroskopis dapat dilihat dari bentuk sel bakteri,
bakteri dibedakan atas tiga bentuk yaitu bulat (coccus), batang (bacillus), dan
spiral (sprillum). Pada Gambar 2.2 tampak dengan jelas bentuk koloni bakteri
berdasarkan ukuran, bentuk, elevasi dan margin.

Gambar 2.2. Bentuk morfologi koloni bakteri (James G. Cappucino and Natalie
Sherman, 1987)
10

Limbah cair pabrik kelapa sawit sebagian besar mengandung lipid (lemak).
Sifat dari lemak secara umum tidak larut dalam air, sehingga limbah yang
mengandung lemak mempunyai dampak yang cukup besar bagi ekosistem
perairan. Lapisan lipid pada permukaan perairan dapat menghalangi masuknya
cahaya matahari dalam badan air sehingga proses fotosintesis terhambat dan kadar
oksigen menjadi rendah dan menyebabkan organisme aerobik mati (Tresna, 1991)
Berdasarkan hasil penelitian Fandry (2006) terdapat 8 jenis bakteri lipolitik
yang diisolasi dari limbah cair kelapa sawit yaitu Aeromonas hydrohilia,
Enterobacter aerogenes, Klebsiella peneumonia, Morasella sp, Proteus vulgaris,
Bacillus lichenformis,Bacillus sp, dan Staphylococcus epidermidis. Beberapa
penelitian juga dilakukan oleh Bala., dkk(2014) tentang identifikasi bakteri
pendegradasi limbah cair kelapa sawit terdapat jenis bakteri Bacillus cereus
memiliki kemampuan biodegradasi dan dapat mengurangi polutan dari limbah
cair kelapa sawit. Bakteri ini mampu memproduksi enzim ekstraseluler sehingga
menurunkan kadar minyak dan lemak pada limbah.

Pengolahan limbah cair pabrik kelapa sawit salah satunya menggunakan


metode biologi yaitu pemanfaatan agen biologis seperti mikroorganisme untuk
menguraikan material yang terkandung dalam air limbah. Metode biologi atau
biodegradasi oleh mikroorganisme merupakan salah satu cara yang tepat, efektif
dan hampir tidak memiliki efek samping terhadap lingkungan karena tidak
menghasilkan racun dan blooming karena mikroba ini akan mati seiring dengan
habisnya minyak.

C. Potensi Penelitian sebagai Rancangan Lembar Kerja Peserta Didik


(LKPD)

Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan salah satu sarana untuk
membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan
terbentuk interaksi yang efektif antara peserta didik dengan pendidik, sehingga
dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dalam peningkatan prestasi belajar.
Keuntungan penggunaan LKPD adalah memudahkan pendidik dalam
11

melaksanakan pembelajaran, bagi peserta didik akan belajar mandiri dan belajar
memahami serta menjalankan suatu tugas tertulis (Abdul Majid, 2008).
Agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik perlu adanya
suatu perangkat pembelajaran yang mendukung terciptanya suasana pembelajaran
yang kondusif. Perangkat pembelajaran tersebut adalah yang sesuai dengan
kurikulum 2013. Kondisi ini menuntut guru harus kreatif dalam menentukan
model, metode dan media yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Salah
satu media yang sering digunakan adalah lembar kerja siswa atau sering disebut
dengan LKS. Pada kurikulum 2013 LKS diganti dengan nama lembar kegiatan
peserta didik atau disingkat dengan LKPD. Herda (2014) menyatakan media
adalah alat untuk menyampaikan atau menghantarkan pesan-pesan pembelajaran.
Maka dari itu, media merupakan alat, bahan, metode atau teknik yang digunakan
untuk meningkatkan intensitas interaktif yang komunikatif dan edukatif antara
pendidik dan peserta didik yang berlangsung secara berdayaguna dan tepat guna.
LKPD bukanlah perangkat yang baru bagi para pendidik dalam proses
pembelajaran.
LKPD yang banyak beredar di sekolah-sekolah hanya berisi ringkasan
materi dan berisi latihan-latihan soal yang disusun dan dirancang oleh beberapa
penerbit saja. LKPD ini tidak melatih peserta didik dalam proses pendekatan
ilmiah karena hanya berisi kumpulan soal-soal yang harus dijawab dan tidak
menemukan konsep dari materi. Hal ini juga akan membebani para pendidik
untuk mengoreksi hasil dari pekerjaan peserta didik. LKPD yang baik seharusnya
dapat dibuat oleh para pendidik. Lestari Majid (2013) menyarakankan agar LKPD
sebaiknya dirancang oleh guru yang disesuaikan dengan pokok bahasan dan
tujuan pembelajarannya.
Adapun fungsi LKPD menurut Andi Prastowo (2015) adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih
mengaktifkan peserta didik.
2. Sebagai bahan ajar yang mempermudah peserta didik untuk memahami materi
yang diberikan.
12

3. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih
4. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada peserta didik.
Berikut ini merupakan struktur LKPD menurut Suyanto (2011) secara umum
yaitu:
1. Judul kegiatan:Tema, Sub Tema, Kelas, dan Semester, berisi topik kegiatan
sesui dengan KD dan identitas kelas. Untuk LKPD dengan pendekatan inkuiri
maka judul dapat berupa rumusan masalah.
2. Tujuan: tujuan belajar sesuai dengan KD.
3. Alat dan bahan:jika kegiatan belajar memerlukan alat dan bahan, maka
dituliskan alat dan bahan yang diperlukan.
4. Prosedur Kerja:berisi petunjuk kerja untuk peserta didik yang berfungsi
mempermudah peserta didik melakukan kegiatan belajar.
5. Tabel Data: berisi tabel di mana peserta didik dapat mencatat hasil pengamatan
atau pengukuran. Untuk kegiatan yang tidak memerlukan data bisa diganti
dengan tabel/kotak kosong yang dapat digunakan peserta didik untuk menulis,
menggambar atau berhitung.
6. Bahan diskusi:berisi pertanyaan-pertanyaan yang menuntun peserta didik
melakukan analisis data dan melakukan konseptualisasi.
7. Desain perangkat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang baik sangat
dibutuhkan agar tercapainya proses pembelajaran yang mendorong peserta
didik lebih berperan aktif. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan,
LKPD bisa dijadikan sebagai panduan peserta didik di dalam melakukan
kegiatan belajar, seperti melakukan percobaan. LKPD berisi alat dan bahan
serta prosedur kerja

Anda mungkin juga menyukai