Anda di halaman 1dari 8

PREVALENSI KARIES GIGI PADA ANAK USIA 5 HINGGA 6 TAHUN

DI MYANMAR

Yoshinki Nomura1, Khin Maung2, Eint Min Kay Khine2, Khin Myo Sint2, May Phyo
Lin2, Min Khaing Win Myint2, Thu Aung2, Kaoru Sogabe1, Ryoko Otsuka1, Ayako
Okada3, Erika Kakuta4, Wit Yee Wint5, Masahide Uraguchi1, Ryo Hasegawa6, dan
Nobuhiro Hanada1

1
Department of Translational Research, Tsurumi University School of Dental Medicine, 2-1-3
Tsurumi, Tsurumi-ku, Yokohama 230-8501, Japan
2
Oral Health Division, Department of Medical Services, Ministry of Health and Sports, Myanmar
3
Department of Operative Dentistry, Tsurumi University School of Dental Medicine, 2-1-3
Tsurumi, Tsurumi-ku, Yokohama 230-8501, Japan
4
Department of Oral Bacteriology, Tsurumi University School of Dental Medicine, 2-1-3 Tsurumi,
Tsurumi-ku, Yokohama 230-8501, Japan
5
Department of Pediatric Dentistry, Tokyo Medical and Dental University, 1-5-45 Yushima,
Bankyo-ku, Tokyo 113-8510, Japan
6
INGO Association of Dental Volunteers of Japan, 1-2693 Nishiminatomachi-dori, Cyou-ku,
Niigata 951-8026, Japan

1. Pendahuluan
Prevalensi karies gigi cenderung menurun di era global ini. Namun, di
negara berkembang prevalensi karies gigi masih berada pada tingkat tinggi. Di
Myanmar, pada tahun 2018 perkembangan ekonomi yang dicapai lebih dari 7%
karena berkurangnya kendala dibidang ekonomi, IMF memprediksi
kecenderungan penurunan prevalensi karies ini akan terus berlanjut ke masa yang
akan datang. Namun, terdapat perbedaan standar hidup yang sangat besar pada
saat ini. Bahkan, di pinggiran ibukota Myanmar, infrastruktur yang berkaitan
dengan pertanian, pasokan air, dan saluran pembuangan limbah saat ini masih
belum dipromosikan. Beberapa orang tidak memiliki kebiasaan menyikat gigi,
serta pasta gigi yang mengandung flouride masih belum banyak digunakan.
Meskipun program pencegahan karies diadakan pada negara maju, di sebagian
besar wilayah Myanmar program ini belum diselenggarakan. Oleh karena itu,
pengumpulan data kesehatan rongga mulut sangat penting untuk menetapkan
kebijakan nasional agar dapat meningkatkan kebersihan rongga mulut.
Biasanya terdapat data nasional yang tersedia, terutama di negara maju;
namun sampai saat ini, tidak ada data kesehatan gigi dan mulut yang tersedia di
Myanmar. Pada penelitian ini, peneliti mengidentifikasi status karies gigi anak
sekolah yang terletak di daerah pinggiran kota Naypyidaw, ibukota Myanmar,
dengan rentang usia lima hingga enam tahun dan dianalisis secara tingkat
individual dan tingkat gigi. Selain itu, juga dinilai gigi mana yang cenderung lebih
banyak terkena karies dan kemudian dianalisis menggunakan analisis multilevel.

2. Metode
2.1. Desain Penelitian. Digunakan jenis penelitian survey cross-sectional, untuk
mengidentifikasi prevalensi karies pada anak di Myanmar.

2.2. Lokasi Penelitian. Dua sekolah pada daerah pinggiran kota Naypyidaw,
ibukota Myanmar, peneliti memilih sekolah secara acak.

2.3. Partisipan. Seluruh siswa kelas satu dan dua di kedua sekolah yang dipilih
berpartisipasi pada penelitian ini. Siswa tersebut berusia lima hingga enam tahun.

2.4. Pemeriksaan Rongga Mulut. Pemeriksaan rongga mulut dilakukan oleh dua
orang dokter gigi yang bekerja di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Nasional dan
dikalibrasi sesuai dengan standar WHO. Kedua dokter gigi tersebut telah dilatih
untuk melakukan penilaian berdasarkan standar WHO di Niigata University yang
merupakan salah satu pusat kolaborasi WHO. Status karies gigi dicatat sesuai
dengan standar WHO. Karies gigi pada gigi decidui dicatat sesuai kriteria:
kesehatan gigi, karies, tambalan, dan kehilangan gigi yang disebabkan oleh karies
atau lepas dengan sendirinya karena gigi permanen akan erupsi. Gigi permanen
dicatat berdasarkan: kesehatan gigi, karies, tambalan, atau tidak erupsinya gigi.
Tidak terdapat gigi yang ditambal pada observasi ini.
2.5. Metode Statistik. Analisis statistik dilakukan berdasarkan tingkat subjek dan
tingkat gigi. Distribusi status karies gigi disimpulkan berdasarkan tingkat subjek
dan tingkat gigi. Untuk analisis tingkat gigi, item respons theory (IRT)
diaplikasikan untuk menghitung item discriminations dan item difficulties pada
setiap gigi. Parameter ini mengindikasikan adanya perkembangan dan insidensi
karies gigi. Analisis IRT dilakukan menggunakan software R dengan irtoys
package berdasarkan formula:

Pada setiap gigi yang terdapat pada subjek, maka ditetapkan peringkat
antara subjek dan gigi. Analisis multilevel dilakukan untuk mengukur sensitivitas
karies gigi berdasarkan jenis gigi. Jenis kelamin dan usia digunakan sebagai
parameter level subjek, dan jenis gigi digunakan sebagai parameter level gigi.
Model statistik ditetapkan berdasarkan spesifikasi model menggunakan IBM
SPSS Statistics Ver 24.0 (IBM, Tokyo, Japan).
Struktur data: subjek, gigi
Probabilitas distribusi: binomal
Link function: probit
Efek yang diperbaiki (respon., efek acak atau kesalahan pada ketentuan)
dilambangkan dengan huruf Yunani (alfabet) dan disajikan dalam model
selanjutnya.

2.6. Model. Indeks subjek, gigi, dan permukaan gigi dilakukan berdasarkan:

2.7. Persetujuan Etik. Lembar persetujuan telah didapatkan oleh setiap anak
sebelum dilakukan pemeriksaan rongga mulut, penelitian ini disetujui oleh
Komite Kode Etik Tsurumi University School of Dental Medicine (Nomor
persetujuan: 1624).
3. Hasil
Distribusi karies gigi pada gigi decidui (def) ditunjukkan pada gambar 1.
Pada 187 subjek yang diteliti pada penelitian ini, 152 subjek (81,3%) memiliki
setidaknya satu gigi dengan karies dan 35 subjek (18,7%) tidak memiliki karies
gigi. Mean dan standar deviasi adalah 4,26 ± 3,76, median adalah 25 hingga 75,
dan percentil adalah 4 (1-7). Meskipun mode def (karies gigi) adalah 0, namun
distribuasi data tidak miring seperti distribusi Poisson. Ketika dibandingkan
dengan jenis kelamin dan usia, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada uji
Mann-Withney (P = 0,670 dan 0,949).
Distribusi level gigi dari def ditunjukkan pada tabel 1 dan 2. Prevalensi
karies pada gigi decidui bervariasi. Karena banyaknya gigi permanen yang belum
erupsi, hampir tidak ada karies gigi yang diamati. Prevalensi karies gigi lebih
tinggi pada gigi molar, maksila E, mandibula D, dan E. Prevalensi gigi anterior
maksila (A dan B) sekitar 50%. Meskipun prevalensi karies gigi anterior maksila
tinggi, tetapi prevalensi karies pada anterior mandibula berada pada tingkat
rendah, hal ini dikonfirmasi dengan item respons theory (IRT) yang ditunjukkan
pada tabel 3, hasil kurva respon item diilustrasikan dengan grafik pada gambar 2.
Pada kasus ini, item discrimination (aj) menunjukkan respon item berupa kurva
yang miring, dan item difficultly (bj) menunjukkan kurva yang naik. Sumbu
horizontal menunjukkan total skor karies gigi dengan standar def; 99% def
ditransformasikan dari -4 hingga 4. Sumbu vertikal menunjukkan persentase
subjek dengan karies gigi untuk setiap gigi. Ketika ability (total skor karies gigi)
sudah ditetapkan, prevalensi karies gigi dapat diperkirakan, kurva pada bagian kiri
mengindikasikan gigi sangat rentan terhadap karies, kurva pada bagian kanan
mengindikasikan gigi lebih sulit terkena karies. Regio yang paling sensitif dengan
karies gigi adalah maksila D, dan selanjutnya mandibula D, dan E. Sensitivitas
maksila D dan B pada karies gigi berada pada level yang hampir sama, dan lebih
sensitif dibandingkan dengan maksila A. Mandibula A dan B lebih toleran
terhadap karies. Selain itu, kecenderungan ini dikonfirmasi oleh multilevel
modelling yang termasuk usia dan jenis kelamin. Gigi anterior mandibula lebih
toleran terhadap karies secara signifikan dibandingkan dengan gigi anterior
maksila (tabel 4).

Gambar 1. Distribusi dmf pada 187 anak Myanmar berusia 5 dan 6 tahun. Meskipun mode ialah
0, 152 subjek (81,3%) setidaknya memiliki satu gigi dengan kaires, mean ± Sd dan median 25
hingga 75 dan 4,26 ± 3,76 dengan percentil 4 (1-7).

Tabel 1. Tabel distribusi karies gigi pada gigi decidui

Nomor yang ditebalkan menunjukkan jenis gigi berdasarkan standar kode WHO. Kebanyakan gigi
yang tidak dirawat ditemukan pada observasi. Banyak gigi permanen yang berlum erupsi.

Tabel 3. Sensitivitas karies gigi pada gigi decidui berdasarkan alaisis IRT
Gambar 2. Kurva item respon terhadap sensitivitas karies gigi pada gigi decidui. Sumbu
horizontal menunjukkan total skor karies gigi dengan standarisasi sebagai def; 99% def
ditransformasikan ke -4 hingga 4. Sumbu vertikal menunjukkan persentase subjek dengan kries
gigi pada setiap gigi. Dengan kemampuan (total skor karies gigi) yang ditetapkan, prevalensi
karies gigi dapat diperkirakan, kurva pada bagian kiri menunjukkan gigi yang rentan terhadap
karies, kurva bagian kanan menunjukkan gigi yang toleran terhadap karies.

4. Diskusi
Status karies gigi permanen pada anak usia 12 tahun telah
didokumentasikan pada data World Health Organization (WHO). Namun, masih
sedikit informasi yang tersedia tentang karies pada gigi decidui. Populasi
Myanmar pada tahun 2018 lebih dari 56 juta jiwa; namun, hanya terdapat
beberapa laporan yang tersedia tentang status karies gigi pada gigi decidui.
Pada penelitian ini, diketahui tingginya angka karies gigi pada anak
(dibawah 5 tahun) di Myanmar. Tingginya persentase gigi yang karies dan
rendahnya persentase gigi yang ditambal menunjukkan adanya keterlambatan atau
hambatan dalam penerimaan promosi dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
Myanmar, dan ini juga mungkin disebabkan oleh kurangnya tenaga profesional
dokter gigi dan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan
mulut, dan tidak terdapat sistem kebersihan rongga mulut di Myanmar. Selain itu,
kesulitan finansial dan hambatan geografis dapat menghambat masyarakat untuk
dapat mencapai pelayanan kesehatan di beberapa daerah terpencil.
Pemerintah telah memulai “Program Sekolah Sehat” dan Divisi Sekolah
Sehat dari Departemen Kesehatan untuk bertanggung jawab terhadap rencana dan
implementasi program sekolah sehat. Saat ini, Unit Kesehatan Rongga Mulut di
Departemen Kesehatan Myanmar telah memperkenalkan beberapa aktivitas
promosi kesehatan gigi dan mulut untuk menurunkan angka penyakit dan
mempromosikan kesehatan gigi dan mulut. Pada anak sekolah,”Program
Pencegahan Early Childhood Caries” telah diterapkan. Program ini termasuk
mengkoreksi aktivitas menyikat gigi pada anak berusia dibawah 5 tahun dan
memberikan edukasi gigi dan mulut kepada pengasuh. Namun, karena
keterbatasan sumber daya dokter gigi, program ini hanya dilaksanakan pada
beberapa daerah. Selain itu,”Feasible Effective and Affordable Flouride Program”
juga telah diterapkan dimasyarakat untuk kesehatan rongga mulut yang lebih baik.
Namun, ketersediaan air bersih masih sangat minim. Kebanyakan masyarakat
masih menggunakan air yang tidak bersih pada beberapa daerah pinggiran. Pada
beberapa daerah pedesaan, banyak masyarakat yang tidak memiliki uang tunai,
sehingga tidak mampu untuk membeli pasta gigi, dan masih banyak hambatan
untuk mempromosikan kesehatan rongga mulut di Myanmar.
Pada penelitian ini, dari 187 subjek yang diperiksa, 152 subjek (81,3%)
setidaknya memiliki satu gigi dengan karies, dan 35 subjek (18,7%) tidak
memiliki karies. Mean dan standar deviasi adalah 4,26 ± 3,76, dan median 25
hingga 75 dengan percentil 4 (1-7), angka-angka ini merupakan peringkat
tertinggi di Asia tenggara.
Hasil pada penelitian ini menunjukkan karies gigi pada anak masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Myanmar dan
membutuhkan perhatian pemerintah dan pihak-pihak terkait. Di Myanmar,
kebiasaan menyikat gigi dan penggunaan pasta gigi mengandung flouride jarang
diterapkan. Program sekolah termasuk edukasi kesehatan rongga mulut, instruksi
menyikat gigi, dan penggunaan obat kumur dengan flouride tidak diterapkan.
Terdapat beberapa program pencegahan karies gigi. Namun, program ini tidak
diterapkan.
Analisis regresi konvensional menggunakan variabel dependen pada
variabel objektif dan variabel independen pada variabel eksplanator. Variabel
dependen dan independen merupakan jenis variabel yang berbeda, dmf dan DMF
sebagai variabel objektif ialah jumlah gigi yang karies, missing, dan telah
ditambal sebagai variabel eksplanator tidak diurutkan. Items respons theory (IRT)
awalnya digunakan untuk psikometriks yang bertujuan untuk kemungkinan
penilaian. IRT ini banyak digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi item
pada uji, kuisioner, dan instrumen lainnya untuk menilai subjek pada kemampuan,
sikap, atau sifat lainnya. Saat ini, seluruh uji edukasional mayor, seperti
Scholastic Aptitude Test (SAT) dan Graduate Record Examination (GRE), telah
dikembangkan menggunakan teori IRT.
Dalam beberapa tahun terakhir, model berbasis IRT juga semakin populer
dalam bidang kesehatan, penelititan kualitas hidup, dan penelitian klinis. Namun,
laporan penggunaan IRT pada kesehatan rongga mulut masih terbatas. Salah satu
properti IRT adalah kemampuan yang dapat membangun rumus skor total sebagai
variabel objektif berdasarkan item untuk skor total sebagai variabel eksplanator,
sebelumnya IRT juga diterapkan dalam dmf atau DMF sebagai variabel objektif
dan status karies gigi sebagai variabel eksplanator. Selain itu, dengan
menggunakan IRT karakteristik penting item dapat dikalkulasikan. Item
discrimination (aj) menunjukkan seberapa baik suatu item dapat membedakan
antara subjek dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Item discrimination
terlihat pada karakteristik kemiringan kurva yang curam. Item difficultly (bi)
terlihat pada posisi karakter kurva di sepanjang sumbu x. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa gigi anterior lebih toleran terhadap karies gigi dan gigi molar
lebih sensitif terhadap karies. Pada penelitian ini, peneliti mengkonfirmasi adanya
kecenderungan ini dengan menerapkan IRT. Selain itu, setiap gigi pada setiap
individu berbeda, sehingga tidak sama secara statistik. Dengan menerapkan
modelling multilevel, kecenderungan sensitivitas atau toleransi pada level gigi
dapat diamati. Kesimpulan dari penelitian ini adalah, prevalensi karies gigi pada
anak Myanmar masih berada pada level tinggi. Dengan menerapkan items respons
theory (IRT) dan modelling multilevel, analisis level gigi dapat diimplementasikan
untuk mengkonfirmasi kecenderungan sensitivitas atau kecenderungan toleransi
karies pada level gigi.

Anda mungkin juga menyukai