Anda di halaman 1dari 16

APLIKASI WIRAUSAHA DI BIDANG KESEHATAN DAN KEPERAWATAN

Disusun Oleh:
KELOMPOK 9

1. Charita Salsabella
2. Mia Pebriani
3. Ni Nyoman Cyntia Damayanti
4. Rahma Novitasari.BS

Dosen Pengampuh : Hj. Maliha Amin BSC., SKM., M.Kes.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALEMBANG


PRODI DIV KEPERAWATAN PALEMBANG
TAHUN AJAR 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT karena atas Rahmat, Nikmat, dan Hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar dan tanpa halangan.
Makalah ini penulis susun dengan judul Aplikasi Wirausaha Di Bidang Kesehatan
Dan Keperawata yang dikemas dalam tulisan yang singkat dan mudah-mudahan bisa
bermanfaat.
Namun, demikian makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan untuk kedepannya dalam
pembuatan makalah yang jauh lebih baik lagi dari ini. Demikian kata demi kata yang
bisa penulis sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dan pendengar.

Palembang, September 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KEWIRAUSAHAN.............................................................. 4
2.2 APLIKASI WIRAUSAHA DIBIDANG KESEHATAN DAN KEPERAWATAN . . 6

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan
inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju
sukses. Sesuatu yang baru dan berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang
menjadi sumber keuanggulan untuk dijadikan peluang. Jadi, kewirausahaan
merupakan suatu kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses
pengelolaan sumber daya dengan cara- cara baru dan berbeda (Hanggara, 2016).
Di Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah
atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan
seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan
normal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan
menjadi berkembang (Hanggara, 2016).
Nursepreneur adalah perawat pengusaha yang bekerja secara mandiri dalam
memberikanpelayanan keperawatan meliputi perawatan langsung, pendidikan,
penelitian, administratife atau konsultasi dalam menciptakan bisnis/ usahanya.
Perawat tersebut sebagai pemilik modal, penggagas ide, pemilik saham,
atau owner yang mampu menggaji karyawannya, meskipun dalam pelaksanaan
teknisnya banyak melibatkan profesi lain sebagai pelaksana. Ketika seorang perawat
mengambil suatu langkah di tengah orang-orang lain saling berlomba memperebutkan
kesempatan kerja yang semakin sempit, seorang nursepreneur justru berpikir untuk
menciptakan suatu usaha yang dapat menghasilkan secara ekonomi dan menciptakan
lapangan kerja bagi sesamanya.
Kewirausaan di bidang kesehatan sudah teridentifikasi banyak diterapkan
oleh profesi-profesi kesehatan di Indonesia. Dalam arti bahwa seorang profesi
kesehatan tidak harus tergantung pada penyediaan unit pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah sebagai tempat berkerjannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kewirausahaan


2. Bagaimana aplikasi wirausaha di bidang kesehatan dan keperawatan

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN


Kata Entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata
kewiraswastaan akhir-akhir ini diterjemahkan dengan kata kewirausahaan.
Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang artinya
memulai atau melaksanakan. Wiraswasta/wirausaha berasal dari kata: wira:
utama, gagah berani, luhur; swa: sendiri; sta: berdiri; usaha: kegiatan produktif
(Kementrian Pendidikan Nasional, 2010).
Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008) mendifinisikan kewirausahaan adalah
proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya
yang diperlukan, menanggung risiko keuangan, fisik, serta risiko sosial yang
mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, sertra kepuasan dan
kebebasan pribadi. Wirausaha usaha merupakan pengambilan risiko untuk
menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk
menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha
yang dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi
tantangan- tantangan persaingan (Nasrullah, 2006). Kata kunci dari
kewirausahaan adalah: pengambilan resiko; menjalankan usaha sendiri;
memanfaatkan peluang-peluang; menciptakan usaha baru; pendekatan yang
inovatif dan mandiri (misal; tidak bergatung pada bantuan pemerintah)
(Kementrian Pendidikan Nasional, 2010).
Seorang Entrepreneur adalah pembuka cakrawala baru atau membentuk
pelayanan jasa/ produk dalam market baru. Dalam ranah kehidupan sehari-hari
dan dalam bahasa yang sederhana Entrepreneur dapat dikenali dengan contoh
seorang yang mengubah sesuatu yang tidak berguna, sampah, rongsokan menjadi
sesuatu yang berharga atau mendatangkan manfaat. Dalam hal ini seseorang itu
mempunyai kemampuan berpikir yang kreatif dengan daya kreasi dan membuat
sesuatu yang baru dengan cakap melihat suatu peluang serta berani mengambil
risiko atas tindakannya. Ketika seorang perawat mengambil suatu langkah di
tengah orang-orang lain saling berlomba memperebutkan kesempatan kerja yang
sangat sempit, ia justru berpikir melakukan suatu usaha yang dapat menghasilkan

4
secara ekonomi dan memberi peluang kerja bagi sesamanya, ia dapat dikatakan
sebagai seorang Entrepreneur (Iyus & Mardhiyah, 2010).
Seorang Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan, mencari, dan memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang
diinginkan sesuai dengan yang diidealkan. Perbedaan seorang wiraswastawan
dengan seorang Entrepreneur adalah Entrepreneur cenderung bermain dengan
resiko dan tantangan. Artinya. Entrepreneur lebih bermain dengan cara
memanfaatkan peluang-peluang tersebut. Sedangkan wiraswastawan lebih
cenderung kepada seseorang yang memanfaatkan modal yang dimilikinya untuk
membuka suatu usaha tertentu. Seorang Entrepreneur bisa jadi merupakan
wiraswastawan, namun wiraswastawan belum tentu Entrepreneur. Wirausahawan
mungkin adalah seorang manajer yang mengelola suatu perusahaan yang bukan
miliknya. Namun Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki sebuah usaha
sendiri (Iyus & Mardhiyah, 2010).
Beberapa pakar mengatakan secara umum, jiwa dan kepribadian seseorang
itu paling tidak dipengaruhi oleh dua hal, yaitu bakat dan lingkungan. Mengingat
besarnya proporsi kedua faktor yang cukup membingungkan yaitu 50%: 50%,
maka hal ini perlu dikaji lebih lanjut. Apalagi dikaitkan dengan dimasukkannya
pendidikan Entrepreneur di dalam kurikulum perguruan tinggi sekarang. Para
ahli merasa masih ada satu hal yang diperlukan bagi seseorang untuk menjadi
Entrepreneur yang sukses, yaitu motivasi dan disiplin diri. Motivasi dan disiplin
diri mendapatkan proporsi yang besar untuk membentuk seseorang menjadi
Entrepreneur sejati, selain faktor bakat dan faktor lingkungan. Artinya, belum
tentu seseorang yang memiliki bakat Entrepreneur dapat menjadi seorang
wirausahawan sejati. Seseorang yang telah banyak mengikuti kursus-kursus,
pelatihan-pelatihan maupun kuliah yang membahas mengenai cara mengelola
suatu bisnis atau apapun, tetap memerlukan motivasi dan disiplin diri dalam
menjalankan usahanya. Motivasi dan disiplin diri merupakan faktor penting,
selain faktor bakat dan lingkungan, dalam membentuk seseorang menjadi
wirausahawan sejati (Iyus & Mardhiyah, 2010).
Faktor lingkungan ternyata paling penting yang masih dapat dibagi kedalam
dua hal, yaitu pengalaman dan pendidikan. Keduanya sama-sama memberikan
kontribusi yang besar dalam pembentukan jiwa Entrepreneur. Dengan memiliki
banyak pengalaman dan mengikuti banyak pelatihan maupun kursus yang

5
sifatnya pendidikan, maka seseorang barulah lengkap dapat menuju jalur
kesuksesan untuk menjadi seorang wirausahawan sejati (Iyus & Mardhiyah,
2010).

2.2 APLIKASI WIRAUSAHA DI BIDANG KESEHATAN DAN


KEPERAWATAN
1. Wirausaha pembukaan klinik kesehatan atau rumah bersalin
Pemerintah Indonesia sudah memberikan kesempatan untuk investasi
dalam kesehatan termasuk pendirian klinik kesehatan atau rumah sakit. Izin
pendirian kearah pembangunan industri kesehatan sudah dituangkan dalam
peraturan menteri kesehatan republik kesehatan nomor 26 tahun 2018 tentang
pelayanan perizinan berusaha terintegrasi secara elektronik sektor kesehatan
(kementrian kesehatan RI,2018c). dengan ditetapkanya peraturan kesehatan
tersebut, maka masyarakat mempunyai kesempatan yang luas untuk membuka
usaha klinik kesehatan. Tentunya syarat-syarat pendiriannya sesuai yaitu mulai
dari sumber daya manusiannya, sarana prasarana dan keuangannya. Untuk
wirausaha klinik kesehatan ini jelas akan membutuhkan modal yang besar. Bisnis
ini akan bisa diterapkan dengan car berkolaborasi dengan beberapa investor.
2. Wirausaha pembukaan klinik bersalin
Di beberapa wilayah Indonesia masih banyak yang belum terjangkau
untuk pelayanan persalinan yaitu khususnya di daerag terisolir. Memang program
penempatan bitan PTT sudah dilakukan dan beberapa tempat terisolirpun juga
sudah ada. Namun demikian, ratio antara bidan dan ibu hamil masih terlalu besar.
Sehingga masih banyak ibu bersalin dengan dukun. Oleh karna itu, peluang untuk
membantu program kesehatan ibu dan anak cukup tinggi yaitu dengan membuka
klinik bersalin. Sekali lagi syarat-syarat yang perlu ada di klinik bersalin juga
harus dipenuhi. Investasi besar ini perlu kolaborasi dengan beberap investor
karena selain tenaga medis persalinan, perawat bidan, staf administrasi, sarana
parasarana dan keuangan juga harus dipenuhi. Prinsip keamanan pasien harus
dijaga dengan mutu pelayanan.
3. Wirausaha pembukaan klinik kesehatan gigi
Tidak semua dokter gigi dan perawat gigi mempunyai tempat di unit pelayanan
kesehatan yang sudah diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta saat ini.

6
Seperti dilaporkan di dalam hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2018 bahwa
prevalensi permasalahan gigi dan mulut di Indonesia sebanyak 57,6%
(kementrian kesehatan RI, 2018a). sementara jumlsh tenaga medis yang terekrut
menjadi tenaga kesehatan hanya sebanyak 10,2%. Sehingga ratio antara tenaga
kesahatan medis gigi dan penderita gangguan gigi dan mulut antara 1:6. Itu
berarti bahwa kemandirian dari lulusan dari dokter dan perawat gigi untuk
menyelenggarakan praktek seperti klinik kesehatan gigi sangat dibutuhkan.
4. Wirausaha pembukaan klinik kesehatan mata
Peluang untuk penyelenggaraan klinik kesahatan mata di Indonesia masih sangat
besar di Indonesia. Prevalensi penyakit gangguan penglihatan dan kebutaan masih
tinggi di Indonesia. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar di Indonesia tahum
2013 prevalensi kebutaan dan low visio yaitu pada usia diatas 55 tahun (pusat
data dan informasi kementrian kesehatan R.I,2014). Pada kelompok usia 55-64
tahun angka prevalensi kebutaan dan low vision sebesar 1,1% dan 3,0%. Untuk
kelompok 65-74 tahun, prevalensi kebutaan dan low vision sebesar 3,5 dan 7,6%.
Prevalensi yang tertinggi untuk kebutaan dan low vision yaitu pada kelompok
usia 75 tahun keatas yaitu 8,4% dan 11,9%. Ini berarti bahwa kebutuhan
pelayanan kesehatan mata bagi kelompok lansia masih sangat tinggi di Indonesia,
apalagi di daerah perdesaan.
5. Wirausaha pembukaan klinik terapi pijat
Saat ini Indonesia mengalami double burden untuk penanganaan penyakit yaitu
penyakit infeksi dan juga penyakit non infeksi seperti penyakit-penyakit kronis.
Stress merupakan salah satu factor pemiju terjadinya penyakit kronis tersebut.
Yaitu seperti hipertensi, jantung coroner dan penyakit gangguan mental.
Ketegangan-ketengangan syarat dan ototo ini juga diakibatkan oleh kesibukan
yang luar biasa masyarakat kita saat ini perlu tempat untuk melakukan
perenggangan syarat dan otot. Cara yang paling jitu yaitu memijat. Wirausaha
klinik terapi pijat ini juga amat menjanjikan sebagai peluang kerja bagi profesi
kesehatan.
6. Wirausaha penyediaan jasa pelayanan kesehatan kulit
Saat ini performance kulit sangat diidamkan oleh wanita, seperti seorang artis dan
tokoh tokoh wanita. Pembukaan layanan kesehatan kulit dan kosmetik biasanya
sering dibutuhkan. Namun demikian, penderita-penderita kulit karena infeksi
dermatitis juga masih membutuhkan jasa pelayan kesehatan kulit.

7
7. Home care
1) Definisi
Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care
adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif
yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka
yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan
akibat dari penyakit. Selain itu, home care merupakan pelayanan yang
dikelola oleh suatu unit atau sarana ataupun institusi baik aspek
administrasi maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai
kategori tenaga professional dibantu tenaga non professional dibidang
kesehatan maupun non kesehatan.
2) Tujuan
Tujuan dari home care terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum dari home care adalah untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian, dan
meminimalkan akibat dari penyakit untuk mencapai kemampuan individu
secara optimal selama mungkin yang dilakukan secara komprehensif dan
berkesinambungan. Sedangkan, tujuan khusus dari home care adalah
sebagai berikut:

1. Terpenuhi kebutuhan dasar (bio-psiko-sosial-spiritual) secara mandiri.


2. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan kesehatan dirumah
3) Prinsip
Prinsip dari home care adalah sebagai berikut:
a. Pengelolaan home care dilaksanaka oleh perawat/ tim
b. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar mengambil
keputusan dalam praktik.
c. Mengumpulan data secara sistematis, akurat dan
komrehensif.
d. Menggunakan data hasil pengkajian dalam menetakan diagnosa
keperawatan.

8
e. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa
keperawatan.
f. Memberi pelayanan prepentif, kuratif, promotif dan rehabilitaif.
g. Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi
keperawatan
h. Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui
manajemen kasus.
i. Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.
j. Mengembankan kemampuan professional
k. Berpartisipasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care
l. Menggunakan kode etik keperawatan daam melaksanakan praktik
keperawatan.
4) Ruang lingkup
Ruang lingkup atau bidang pelayanan dalam home care meliputi:

1. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan


2. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
3. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
4. Pelayanan informasi dan rujukan
5. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
6. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
7. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial

8. Konsultan keperawatan
1) Definisi
Konsultan adalah seorang tenaga profesional yang menyediakan jasa nasihat
ahli dalam bidang keahliannya. Perbedaan antara seorang konsultan dengan
ahli biasa adalah konsultan bukan merupakan karyawan di perusahaan,
melainkan seseorang yang menjalankan usahanya sendiri serta berurusan
dengan berbagai klien dalam satu waktu. Tidak hanya menyediakan jasa,
konsultan juga bisa memberikan layanan konsultasi atau konseling secara
langsung pada klien.
Konseling adalah proses membantu pasien untuk menyadari dan mengatasi
tekanan psikologis atau masalah sosial, untuk membangun hubungan

9
interpersonal yang baik, dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang
dimana didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual. (Mubarak
dan Nur Chayatin, 2009). Konseling dapat membantu dan memotivasi klien
untuk lebih bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi
masalahnya. Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan
penerimaan diri, proses belajar dari berperilaku tidak adaptif menjadi adaptif,
dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya yang
tidak hanya “know about” tetapi juga belajar “how to” sesuai dengan kualitas
dan kuantitas.
2) Ruang lingkup konseling
Blacher (2005) mengemukakan 5 asumsi dasar yang secara umum dapat
membedakan konseling dengan psikoterapi yaitu:

1. Dalam konseling, klien tidak dianggap sebagai orang yang sakit mental,
tetapi dipandang sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk
memilih tujuan, membuat keputusan dan secara umum menerima
tanggung jawab dari tingkah laku dan perkembangannya dikemudian
hari
2. Konseling berfokus pada saat ini dan masa depan, tidak berfokus
pengalaman masa lalunya.
3. Klien adalah klien, bukan pasien. Dan konselor bukan figur yang
memiliki otoritas tetapi secara esensial sebagai guru dan partner klien
sebagaimana mereka bergerak secara mutual dalam mendefinisikan
tujuan.
4. Konselor secara moral, tidak netral. Tetapi memiliki nilai, perasan yang
standar untuk dirinya. Konselor tidak seharusnya menjauhkan nilai,
perasaan dan standar itu dari klien, dan dia tidak mencoba
menyembunyikannya pada klien
5. Konselor memfokuskan pada perubahan tingkah laku dan bukan hanya
membuat klien menjadi sadar.
3) Kriteria konselor/konsultan
1. Dapat mendefinisikan perannya secara jelas

2. Menawarkan layanan yang unik

10
3. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus

4. Memiliki kode etik yang jelas

5. Memilikim hak untuk menawarkan layanan kepada masyarakat sesuai


dengan deskripsi profesinya.
6. Memiliki kemampuan untuk memonitor praktik profesinya
9. Terapi komplementer

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang


dilakukan sebagai pendukung pengobatan medis konvensional atau sebagai
pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional.
Terapi komplementer pada dasarnya bertujuan untuk memperbaiki fungsi
dari sistem-sistem tubuh, terutama “Sistem Kekebalan dan Pertahanan Tubuh”,
agar tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri yang sedang sakit, karena tubuh
sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan dirinya sendir
dengan asupan nutrisi yang baik dan lengkap serta perawatan yang tepat.
Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer
adalah pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang
bersangkutan. Jadi untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan
komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional
yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina
misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.
Di Indonesia ada 3 jenis teknik pengobatan komplementer yang telah
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan untuk dapat diintegrasikan ke dalam
pelayanan konvensional, yaitu sebagai berikut :
1. Akupunktur medik yang dilakukan oleh dokter umum berdasarkan
kompetensinya.
Metode yang berasal dari Cina ini diperkirakan sangat bermanfaat dalam
mengatasi berbagai kondisi kesehatan tertentu dan juga sebagai analgesi
(pereda nyeri). Cara kerjanya adalah dengan mengaktivasi berbagai molekul
signal yang berperan sebagai komunikasi antar sel. Salah satu pelepasan
molekul tersebut adalah pelepasan endorphin yang banyak berperan pada
sistem tubuh.

11
2. Terapi hiperbarik
Terapi hiperbarik merupakan suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan
ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar
daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan
oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau
makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan
udara.
3. Terapi herbal medik,
Terapi herbal medik yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik
berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa
fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik
pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun
efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih
lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

12
BAB III
PENUTUP

3.3 KESIMPULAN

Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang


dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Sesuatu
yang baru dan berbeda adalah nilai tambah barang dan jasa yang menjadi sumber
keuanggulan untuk dijadikan peluang. Kata kunci dari kewirausahaan adalah:
pengambilan resiko; menjalankan usaha sendiri; memanfaatkan peluang-peluang;
menciptakan usaha baru; pendekatan yang inovatif dan mandiri (misal; tidak bergatung
pada bantuan pemerintah).
          Keperawatan merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan. Layanan ini berbentuk layanan bio-psiko-sosio-
spiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan
masyarakat. Enam tipe atau orientasi kepribadian pada manusia antara lain: tipe
realistik, tipe intelektual, tipe sosial, tipe konvesional, tipe usaha dan tipe artistik.
            Nursepreneur (perawat pengusaha) adalah seorang perawat, biasanya dengan
gelar sarjana, yang dapat mengelola klinik atau bisnis terkait, melakukan penelitian,
menyediakan pendidikan atau melayani sebagai penasihat atau konsultan untuk
lembaga, lembaga politik atau bisnis. Secara konseptual nursepreneur memiliki ciri
sebagai berikut pengerahan diri, pengasuhan diri, orientasi pada tindakan, energi tingkat
tinggi dan toleransi atas ketidakmenentuan. Lima langkah perawat menjadi
nursepreneur (perawat pengusaha), antara lain pengkajian, diagnosa, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Budiono. 2016. Konsep dasar Keperawatan. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.


Hanggara, M.W. 2016. Kewirausahaan. Waringin Timur: Akademi Keperawatan.

Hastuti, Puji. Dkk. 2020. Kewirausahaan dan UMKM. Yayasan kita menulis

Hisrich, R.D., Peters, M.P & Sheperd, D.A. 2008. Entrepreneurship. Mc Graw Hill
International Edition.

Iyus, Y & Mardhiyah, A. 2010. Spririt and Sofrkill of Nursing Entrepreneur. Bandung:
Rafika Aditama.

Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Konsep Dasar Kewirausahaan. Kementrian


Pendidikan Nasional.

Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktek Keperawatan


Profesional. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Ricky. 2012. Perawat Pengusaha (Nurse Preneurs).


http://rotikanricky.blogspot.com/2012/12/perawat-pengusaha-nursepreneurs. Diakses
tanggal 10 Sseptember 2020 pukul 15.15.

Yusuf, N. 2006. Wirausaha dan Usaha Kecil. Jakarta: Modul PTKPNF Depdiknas.

https://nursepreneur.blogspot.com/2017/02/konsep-dan-wawasan-nursepreneurship. Diakses
tanggal 10 september 2019 15.00.

14

Anda mungkin juga menyukai