Kelompok 9
Kelompok 9
Disusun Oleh:
KELOMPOK 9
1. Charita Salsabella
2. Mia Pebriani
3. Ni Nyoman Cyntia Damayanti
4. Rahma Novitasari.BS
Puji syukur pada Allah SWT karena atas Rahmat, Nikmat, dan Hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan lancar dan tanpa halangan.
Makalah ini penulis susun dengan judul Aplikasi Wirausaha Di Bidang Kesehatan
Dan Keperawata yang dikemas dalam tulisan yang singkat dan mudah-mudahan bisa
bermanfaat.
Namun, demikian makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu
kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan untuk kedepannya dalam
pembuatan makalah yang jauh lebih baik lagi dari ini. Demikian kata demi kata yang
bisa penulis sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dan pendengar.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KEWIRAUSAHAN.............................................................. 4
2.2 APLIKASI WIRAUSAHA DIBIDANG KESEHATAN DAN KEPERAWATAN . . 6
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
secara ekonomi dan memberi peluang kerja bagi sesamanya, ia dapat dikatakan
sebagai seorang Entrepreneur (Iyus & Mardhiyah, 2010).
Seorang Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk
menciptakan, mencari, dan memanfaatkan peluang dalam menuju apa yang
diinginkan sesuai dengan yang diidealkan. Perbedaan seorang wiraswastawan
dengan seorang Entrepreneur adalah Entrepreneur cenderung bermain dengan
resiko dan tantangan. Artinya. Entrepreneur lebih bermain dengan cara
memanfaatkan peluang-peluang tersebut. Sedangkan wiraswastawan lebih
cenderung kepada seseorang yang memanfaatkan modal yang dimilikinya untuk
membuka suatu usaha tertentu. Seorang Entrepreneur bisa jadi merupakan
wiraswastawan, namun wiraswastawan belum tentu Entrepreneur. Wirausahawan
mungkin adalah seorang manajer yang mengelola suatu perusahaan yang bukan
miliknya. Namun Entrepreneur adalah seseorang yang memiliki sebuah usaha
sendiri (Iyus & Mardhiyah, 2010).
Beberapa pakar mengatakan secara umum, jiwa dan kepribadian seseorang
itu paling tidak dipengaruhi oleh dua hal, yaitu bakat dan lingkungan. Mengingat
besarnya proporsi kedua faktor yang cukup membingungkan yaitu 50%: 50%,
maka hal ini perlu dikaji lebih lanjut. Apalagi dikaitkan dengan dimasukkannya
pendidikan Entrepreneur di dalam kurikulum perguruan tinggi sekarang. Para
ahli merasa masih ada satu hal yang diperlukan bagi seseorang untuk menjadi
Entrepreneur yang sukses, yaitu motivasi dan disiplin diri. Motivasi dan disiplin
diri mendapatkan proporsi yang besar untuk membentuk seseorang menjadi
Entrepreneur sejati, selain faktor bakat dan faktor lingkungan. Artinya, belum
tentu seseorang yang memiliki bakat Entrepreneur dapat menjadi seorang
wirausahawan sejati. Seseorang yang telah banyak mengikuti kursus-kursus,
pelatihan-pelatihan maupun kuliah yang membahas mengenai cara mengelola
suatu bisnis atau apapun, tetap memerlukan motivasi dan disiplin diri dalam
menjalankan usahanya. Motivasi dan disiplin diri merupakan faktor penting,
selain faktor bakat dan lingkungan, dalam membentuk seseorang menjadi
wirausahawan sejati (Iyus & Mardhiyah, 2010).
Faktor lingkungan ternyata paling penting yang masih dapat dibagi kedalam
dua hal, yaitu pengalaman dan pendidikan. Keduanya sama-sama memberikan
kontribusi yang besar dalam pembentukan jiwa Entrepreneur. Dengan memiliki
banyak pengalaman dan mengikuti banyak pelatihan maupun kursus yang
5
sifatnya pendidikan, maka seseorang barulah lengkap dapat menuju jalur
kesuksesan untuk menjadi seorang wirausahawan sejati (Iyus & Mardhiyah,
2010).
6
Seperti dilaporkan di dalam hasil riset kesehatan dasar pada tahun 2018 bahwa
prevalensi permasalahan gigi dan mulut di Indonesia sebanyak 57,6%
(kementrian kesehatan RI, 2018a). sementara jumlsh tenaga medis yang terekrut
menjadi tenaga kesehatan hanya sebanyak 10,2%. Sehingga ratio antara tenaga
kesahatan medis gigi dan penderita gangguan gigi dan mulut antara 1:6. Itu
berarti bahwa kemandirian dari lulusan dari dokter dan perawat gigi untuk
menyelenggarakan praktek seperti klinik kesehatan gigi sangat dibutuhkan.
4. Wirausaha pembukaan klinik kesehatan mata
Peluang untuk penyelenggaraan klinik kesahatan mata di Indonesia masih sangat
besar di Indonesia. Prevalensi penyakit gangguan penglihatan dan kebutaan masih
tinggi di Indonesia. Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar di Indonesia tahum
2013 prevalensi kebutaan dan low visio yaitu pada usia diatas 55 tahun (pusat
data dan informasi kementrian kesehatan R.I,2014). Pada kelompok usia 55-64
tahun angka prevalensi kebutaan dan low vision sebesar 1,1% dan 3,0%. Untuk
kelompok 65-74 tahun, prevalensi kebutaan dan low vision sebesar 3,5 dan 7,6%.
Prevalensi yang tertinggi untuk kebutaan dan low vision yaitu pada kelompok
usia 75 tahun keatas yaitu 8,4% dan 11,9%. Ini berarti bahwa kebutuhan
pelayanan kesehatan mata bagi kelompok lansia masih sangat tinggi di Indonesia,
apalagi di daerah perdesaan.
5. Wirausaha pembukaan klinik terapi pijat
Saat ini Indonesia mengalami double burden untuk penanganaan penyakit yaitu
penyakit infeksi dan juga penyakit non infeksi seperti penyakit-penyakit kronis.
Stress merupakan salah satu factor pemiju terjadinya penyakit kronis tersebut.
Yaitu seperti hipertensi, jantung coroner dan penyakit gangguan mental.
Ketegangan-ketengangan syarat dan ototo ini juga diakibatkan oleh kesibukan
yang luar biasa masyarakat kita saat ini perlu tempat untuk melakukan
perenggangan syarat dan otot. Cara yang paling jitu yaitu memijat. Wirausaha
klinik terapi pijat ini juga amat menjanjikan sebagai peluang kerja bagi profesi
kesehatan.
6. Wirausaha penyediaan jasa pelayanan kesehatan kulit
Saat ini performance kulit sangat diidamkan oleh wanita, seperti seorang artis dan
tokoh tokoh wanita. Pembukaan layanan kesehatan kulit dan kosmetik biasanya
sering dibutuhkan. Namun demikian, penderita-penderita kulit karena infeksi
dermatitis juga masih membutuhkan jasa pelayan kesehatan kulit.
7
7. Home care
1) Definisi
Menurut Departemen Kesehatan (2002) menyebutkan bahwa home care
adalah pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif
yang diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka
yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan
akibat dari penyakit. Selain itu, home care merupakan pelayanan yang
dikelola oleh suatu unit atau sarana ataupun institusi baik aspek
administrasi maupun aspek pelayanan dengan mengkoordinir berbagai
kategori tenaga professional dibantu tenaga non professional dibidang
kesehatan maupun non kesehatan.
2) Tujuan
Tujuan dari home care terbagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum dari home care adalah untuk meningkatkan,
mempertahankan atau memaksimalkan tingkat kemandirian, dan
meminimalkan akibat dari penyakit untuk mencapai kemampuan individu
secara optimal selama mungkin yang dilakukan secara komprehensif dan
berkesinambungan. Sedangkan, tujuan khusus dari home care adalah
sebagai berikut:
8
e. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa
keperawatan.
f. Memberi pelayanan prepentif, kuratif, promotif dan rehabilitaif.
g. Mengevaluasi respon pasien dan keluarganya dalam intervensi
keperawatan
h. Bertanggung jawab terhadap pelayanan yang bermutu melalui
manajemen kasus.
i. Memelihara dan menjamin hubungan baik diantara anggota tim.
j. Mengembankan kemampuan professional
k. Berpartisipasi pada kegiatan riset untuk pengembangan home care
l. Menggunakan kode etik keperawatan daam melaksanakan praktik
keperawatan.
4) Ruang lingkup
Ruang lingkup atau bidang pelayanan dalam home care meliputi:
8. Konsultan keperawatan
1) Definisi
Konsultan adalah seorang tenaga profesional yang menyediakan jasa nasihat
ahli dalam bidang keahliannya. Perbedaan antara seorang konsultan dengan
ahli biasa adalah konsultan bukan merupakan karyawan di perusahaan,
melainkan seseorang yang menjalankan usahanya sendiri serta berurusan
dengan berbagai klien dalam satu waktu. Tidak hanya menyediakan jasa,
konsultan juga bisa memberikan layanan konsultasi atau konseling secara
langsung pada klien.
Konseling adalah proses membantu pasien untuk menyadari dan mengatasi
tekanan psikologis atau masalah sosial, untuk membangun hubungan
9
interpersonal yang baik, dan untuk meningkatkan perkembangan seseorang
dimana didalamnya diberikan dukungan emosional dan intelektual. (Mubarak
dan Nur Chayatin, 2009). Konseling dapat membantu dan memotivasi klien
untuk lebih bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri dalam mengatasi
masalahnya. Konseling diselenggarakan untuk mencapai pemahaman dan
penerimaan diri, proses belajar dari berperilaku tidak adaptif menjadi adaptif,
dan belajar melakukan pemahaman yang lebih luas tentang dirinya yang
tidak hanya “know about” tetapi juga belajar “how to” sesuai dengan kualitas
dan kuantitas.
2) Ruang lingkup konseling
Blacher (2005) mengemukakan 5 asumsi dasar yang secara umum dapat
membedakan konseling dengan psikoterapi yaitu:
1. Dalam konseling, klien tidak dianggap sebagai orang yang sakit mental,
tetapi dipandang sebagai orang yang memiliki kemampuan untuk
memilih tujuan, membuat keputusan dan secara umum menerima
tanggung jawab dari tingkah laku dan perkembangannya dikemudian
hari
2. Konseling berfokus pada saat ini dan masa depan, tidak berfokus
pengalaman masa lalunya.
3. Klien adalah klien, bukan pasien. Dan konselor bukan figur yang
memiliki otoritas tetapi secara esensial sebagai guru dan partner klien
sebagaimana mereka bergerak secara mutual dalam mendefinisikan
tujuan.
4. Konselor secara moral, tidak netral. Tetapi memiliki nilai, perasan yang
standar untuk dirinya. Konselor tidak seharusnya menjauhkan nilai,
perasaan dan standar itu dari klien, dan dia tidak mencoba
menyembunyikannya pada klien
5. Konselor memfokuskan pada perubahan tingkah laku dan bukan hanya
membuat klien menjadi sadar.
3) Kriteria konselor/konsultan
1. Dapat mendefinisikan perannya secara jelas
10
3. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus
11
2. Terapi hiperbarik
Terapi hiperbarik merupakan suatu metode terapi dimana pasien dimasukkan
ke dalam sebuah ruangan yang memiliki tekanan udara 2 – 3 kali lebih besar
daripada tekanan udara atmosfer normal (1 atmosfer), lalu diberi pernapasan
oksigen murni (100%). Selama terapi, pasien boleh membaca, minum, atau
makan untuk menghindari trauma pada telinga akibat tingginya tekanan
udara.
3. Terapi herbal medik,
Terapi herbal medik yaitu terapi dengan menggunakan obat bahan alam, baik
berupa herbal terstandar dalam kegiatan pelayanan penelitian maupun berupa
fitofarmaka. Herbal terstandar yaitu herbal yang telah melalui uji preklinik
pada cell line atau hewan coba, baik terhadap keamanan maupun
efektivitasnya. Terapi dengan menggunakan herbal ini akan diatur lebih
lanjut oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
12
BAB III
PENUTUP
3.3 KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Hastuti, Puji. Dkk. 2020. Kewirausahaan dan UMKM. Yayasan kita menulis
Hisrich, R.D., Peters, M.P & Sheperd, D.A. 2008. Entrepreneurship. Mc Graw Hill
International Edition.
Iyus, Y & Mardhiyah, A. 2010. Spririt and Sofrkill of Nursing Entrepreneur. Bandung:
Rafika Aditama.
Yusuf, N. 2006. Wirausaha dan Usaha Kecil. Jakarta: Modul PTKPNF Depdiknas.
https://nursepreneur.blogspot.com/2017/02/konsep-dan-wawasan-nursepreneurship. Diakses
tanggal 10 september 2019 15.00.
14