Pembahasan Saponifikasi FIX
Pembahasan Saponifikasi FIX
Pembahasan
Percobaan ini berjudul Kinetika Reaksi Saponifikasi Etil Asetat.
Percobaan ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa reaksi penyabunan etil asetat
oleh ion hidroksida adalah reaksi orde dua, dan menentukan konstanta kecepatan
reaksi pada reaksi tersebut. Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah
kaca arloji, labu ukur, Erlenmeyer, buret, statif dan klem, corong, beaker glass,
stopwatch, pipet gondok dan pipet tetes, botol semprot, dan thermometer. Bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah etil asetat, NaOH, HCL, Indikator
fenilftalein, aquades, dan asam oksalat.
Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang
berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali
yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun
merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang.
(Partana, 2008)
Saponifikasi Hidrolisis suatu ester dalam basa atau penyabunan
(saponifikasi) merupakan suatu reaksi tak reversibel. Karena tak reversibel
penyabunan seringkali menghasilkan asam karboksilat dan alkohol dengan
rendemen yang lebih baik daripada hidrolisis asam. Asam karboksilat yang
diperoleh dari hidrolisis suatu lamak atau minyak disebut asam lemak. Karena
hidrolisis berlangsung pada suasana basa, hasil penyabunan ialah garam
karboksilat. Asam bebas akan diperoleh bila larutan itu diasamkan. Kata
saponifikasi berasal dari kata “sabun” (Fessenden,1984;127,128).
Percobaan kinetika reaksi saponifikasi etil asetat ini dilakukan untuk
membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat adalah reaksi orde dua. Orde
dari suatu reaksi menggambarkan bentuk matematika dimana hasil perubahan
dapat ditunjukkan. Orde reaksi hanya dapat dihitung secara eksperimen dan hanya
dapat diramalkan jika suatu mekanisme reaksi diketahui seluruh orde reaksi yang
dapat ditentukan sebagai jumlah dari eksponen untuk masing-masing reaktan,
sedangkan hanya eksponen untuk masing-masing reaktan dikenal sebagai orde
reaksi untuk komponen itu. Orde reaksi adalah jumlah pangkat faktor konsentrasi
dalam hukum laju bentuk diferensial. Pada umumnya orde reaksi terhadap suatu
zat tertentu tidak sama dengan koefisien dalam persamaan stoikiometri reaksi
(Ahmad, 2001).
Variabel terikat pada praktikum ini adalah laju reaksi penyabunan etil
asetat, sedangkan variabel bebas pada praktikum ini adalah knsentrasi reaktan
(konsentrasi etil asetat dan konsentrasi NaOH). Untuk temperatur, tekanan, dan
prosedur percobaan merupakan variabel kontrol.
Untuk membuktikan reaksi penyabunan etil asetat adalah reaksi orde dua
dapat dilakukan dengan menyediakan larutan etil asetat sebanyak 250ml dengan
konsentrasi 0,02N dan larutan NaOH sebanyak 200ml dengan konsentrasi 0,02N
dan diletakkan pada labu erlenmyer. Sementara itu masing-masing dari 7 buah
labu lainnya yang telah disiapkan dipipet 20 ml larutan HCL dengan konsentrasi
0,02 N. kemudian melakukan pencampuran kedua larutan NaOH dan etil asetat
dengan menjalankan stopwatch pada saat larutan keduanya tercampur. Kemudian
melakukan titrasi dengan dipipet 10ml campuran ke dalam labu berisi HCL yang
sudah ditetesi indicator pp pada menit ke 3. Dan seterusnya dilakukan titrasi
dengan memvariasi waktu memulai titrasi, yaitu pada menit ke 8, 15, 25, 40, dan
65. Titrasi dilakukan dengan larutan NaOH 0,02 N hingga terbentuk warna merah
muda yang tak hilang karena sebelumnya ditetesi dengan indikator pp.
Penentuan laju reaksi etil asetat dapat dilakukan dengan metode titrasi atau
konduktometri. Namun pada praktikum kali ini metode yang digunakan adalah
titrimetri atau metode titrasi. Penyabunan etil asetat terjadi antara etil asetat dan
NaOH dalam waktu tertentu dan dalam keadaan yang termostat. Keadaan
termostat ini harus dilakukan karena temperatur merupakan salah satu hal yang
mempengaruhi laju reaksi. Jika suhu dinaikkan maka laju reaksi akan semakin
cepat, karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel
pereaksi, akibatnya tumbukan antar partikel akan bertambah besar, dan
sebaliknya.
Kemudian campuran etil asetat dan NaOH yang telah termostat
ditambahkan HCl, tujuannya adalah untuk mengetahui banyaknya NaOH yang
tersisa dalam proses saponifikasi tersebut serta memberikan suasana asam. Karena
hasil awal dari reaksi saponifikasi adalah karboksilat. Sehingga penambahan HCl
ini mengubah karboksilat menjadi asam karboksilat. Reaksinya dapat dilihat
sebagai berikut:
CH3COOC2H5 + OH‾ → CH3COO‾ + C2H5 OH + NaOH sisa reaksi
H. Kesimpulan
Reaksi penyabunan etil asetet oleh ion hidroksida adalah reaksi orde dua yang
dapat dibuktikan dengan kurva dengan linearitas paling tinggi dan penurunan
secara konstan harga konstanta kecepatan dari to ke tn. Konstanta kecepatan
reaksi saponifikasi etil asetat rata-rata sebesar 0,1306 mol-1 L s-1.
I. Jawaban Pertanyaan
1. Kenyataan apakah yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat ini
adalah reaksi orde dua?
Kenyataan yang membuktikan bahwa reaksi penyabunan etil asetat ini
adalah reaksi orde dua dapat dilihat dari harga k1 (konstanta kecepatan) yang
secara konstan menurun (dikarenakan berbanding terbalik dengan waktu) dan
kurva orde dua yang paling linear dibanding dengan kurva orde satu dan orde
tiga.
2. Apakah perbedaan antara orde reaksi dengan kemolekulan reaksi?
- Orde reaksi adalah jumlah pangkat dari faktor konsentrasi dalam hukum
laju bentuk diferensial.
- Kemolekulan reaksi adalah jumlah spesi tahap penentu laju reaksi yang
merupakan suatu konsep teoritis yang dapat digunakan jika sudah
diketahui mekanisme reaksinya.