Anda di halaman 1dari 6

Nama : ATINA NABILA

NIM / Kelas : 18.12.2611 / R2


Prodi-Jurusan / Semester : S1. AKUNTANSI / V
Matkul : AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Tugas : 1 (RINGKASAN)

1. Perbedaan antara Akuntansi Sektor Publik dan Akuntansi Keuangan


Akuntansi sektor publik adalah akuntansi yang digunakan oleh sebuah lembaga atau
badan yang melakukan aktivitas untuk menghasilkan jasa berupa layanan publik untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat (publik). Sedangkan Akuntansi Keuangan adalah
akuntansi yang digunakan oleh badan usaha komersil yang bertujuan untuk mencari laba
maksimal.
Berikut adalah beberapa perbedaan antara akuntansi sektor publik dengan akuntansi
keungan yang diringkas dalam sebuah tabel.
No Aspek Pembeda Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan
.
1 Tujuan Organisasi Nonprofit motif Profit motif
2 Sumber Pendanaan Pajak, Retribusi, Utang, Pembiayaan internal: Modal
Obligasi Pemerintah, Laba sendiri, laba ditahan,
BUMN/ BUMD, penjualan aktiva.
Penjualan aset Negara, Pembiayaan Eksternal:
dsb; Sumbangan, Hibah. Utang Bank, Obligasi,
penerbitan saham
3 Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban Pertanggungjawaban
kepada publik/ masyarakat kepada pemegang saham
dan parlemen (DPR/ dan kreditor
DPRD)
4 Struktur Organisasi Birokratis, kaku, dan Fleksibel: datar, piramid,
hirarkis lintas fungsional, dsb
5 Karakteristik Anggaran Terbuka untuk publik Tertutup untuk publik
6 Sistem akuntansi Basis Kas Basis Akrual

Sedangkan perbedaan antara akuntansi sektor publik dan akuntansi keuangan dalam
laporan keuangannya dapat dilihat dalam tabel berikut:
No. Aspek Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan
Pembeda
1. Perbedaan  Tidak ada perhitungan laba  Terdapat perhitungan laba rugi
Tujuan rugi, yang ada surplus atau  Dimungkinkan adanya revaluasi
defisit aset
 Tidak ada revaluasi aset  Adanya penyusutan aset tetap
 Tidak ada penyusutan aset  Perbandingan antara pendapatan
tetap dan beban
 Perbandingan anggaran
terhadap realisasi dari
pendapatan dan belanja
2. Masalah  Pendapatan tidak bersifat  Pendapatan tahun berjalan dpt
Pendapatan resolusing artinya tidak dapat disimpan untuk digunakan pada
diputar lagi untuk belanja tahun yang akan datang
tahun yang akan datang  Pendapatan diperoleh dari pihak
 Sebagian pendapatan lain yg sukarela membeli
diperoleh dari pemaksaan barang/jasa
(contoh pajak)  Penerimaan pinjaman dijadikan
 Penerimaan pinjaman kewajiban
dijadikan pendapatan
3. Masalah Menggunakan istilah expenditure Menggunakan istilah expense
Beban (belanja), dimana didalamnya (beban/biaya) dimana cakupannya
termasuk: lebih sempit daripada expenditure
 Expense (beban/biaya)
 Pembayaran angsuran
 Pelunasan utang
 Pembelian aset tetap
4. Masalah  Terdapat akuntansi anggaran  Tidak terdapat akuntansi
Penganggaran (budgetory accounting) anggaran (budgetory accounting)
 Terdapat rekening-rekening  Tidak terdapat rekening-
anggaran rekening anggaran
 Perbandingan antara nggaran  Perbandingan antara nggaran dan
dan realisasinya dilakukan realisasinya dilakukan diluar
secara intrakompatable (dalam pembukuan
pembukuan)
5. Masalah Tidak terdapat tanda kepemilikan, Terdapat tanda kepemilikan, yang
Kepemilikan yang bertindak sebagai pemegang diwujudkan dlam modal saham,
kebijakan adalah rakyat selaku pemegang saham mayoritas dapat
pemegang kedaulatan tertinggi bertindak selaku pemegang
kebijakan perusahaan
6. Masalah Basis Basis kas untuk pengakuan Basis akrual baik untuk pengakuan
Akuntansi pendapatan dan beban, basis pendapatan, beban, aset, kewajiban
akrual untuk pengakuan aset, dan ekuitas (modal)
kewajiban dan ekuitas
7. Masalah Paralel antara single Double entry
Sistem Entry entry dan double entry:
yang  Single entry untuk pencatatan
Digunakan pembukuan pada bendahara
 Double entry untuk
pencatatan dengan
komputerisasi pada Sistem
Akuntansi Pemerintahan

2. Bidang / Sektor yang Menggunakan Akuntansi Sektor Publik


 Drebin et al. (1981) mengidentifikasikan sepuluh kelompok pengguna akuntansi sektor
publik berikut:
a. Pembayar pajak,
b. Pemberi bantuan (grantors),
c. Investor,
d. Pengguna jasa,
e. Karyawan,
f. Pemasok,
g. Dewan legislatif,
h. Manajemen,
i. Pemilih (voters),
j. Badan pengawas (oversight bodies).
Pengklasifikasian tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa enam pengguna pertama
(pembayar pajak, pemberi bantuan, investor, pengguna jasa, karyawan, dan pemasok)
merupakan penyedia sumber daya organisasi, baik sumber daya finansial, tenaga kerja,
maupun material. Dewan legislatif dan manajemen merupakan pihak yang membuat
keputusan alokasi sumber daya, dan aktivitas tersebut diawasi oleh badan pengawas dan
pemilih.
 Borgonovi dan Anessi-Pessina (1997) mengklasifikasikan pengguna akuntansi sektor
publik sebagai berikut:
a. Masyarakat pengguna jasa publik,
b. Masyarakat pembayar pajak,
c. Perusahaan dan organisasi sosial ekonomi yang menggunakan pelayanan publik
sebagai input atas aktivitas organisasi,
d. Bank dan masyarakat sebagai kreditor pemerintah,
e. Badan-badan internasional,
f. Investor asing dan analisis negara (country analyst),
g. Generasi mendatang,
h. Lembaga negara,
i. Kelompok politik,
j. Manajer publik,
k. Pegawai pemerintah.
 Pengguna akuntansi sektor publik menurut Halim dan Kusufi (2012) adalah DPR/DPRD,
BPK, Investor, kreditur, donator, analis ekonomi dan akademisi, rakyat, LSM,
pemerintah pusat (pemda), dan pemerintah daerah lainnya. 
 Sementara, GASB mengidentifikasikan pengguna akuntansi sektor publik menjadi tiga
kelompok besar, yaitu:
a. Masyarakat yang kepadanya pemerintah bertanggung jawab,
b. Legislatif dan badan pengawas yang secara langsung mewakili rakyat,
c. Investor dan kreditor yang memberikan pinjaman dan/atau berpartisipasi dalam
proses pemberian pinjaman.

3. Pengertian Akuntansi Pemerintahan


Akuntansi Pemerintahan merupakan suatu aktivitas pemberian jasa untuk
menyediakan informasi keuangan pemerintah berdasarkan proses pencatatan, pengikhtisaran,
pengklasifikasian, suatu transaksi keuangan pemerintah serta penafsiran atas suatu informasi
keuangan.
Sedangkan menurut Abdul Halim (2002:143), akuntansi pemerintahan adalah jasa
pembuatan informasi mengenai keuangan negara dalam bentuk data-data kuantitatif yang
bisa dijadikan arah kebijakan ekonomi negara.
4. Struktur APBD
Terkait dengan struktur APBD, PP Nomor 12 Tahun 2019 menyelaraskan dengan UU Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah. Struktur APBD yang diatur dalam PP 12 Tahun 2019 sebagai berikut:

APBD

PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH PEMBIAYAAN DAERAH


Pendapatan Asli Daerah belanja operasi, dirinci atas jenis: Penerimaan pembiayaan bersumber dari:
pajak daerah; 1) belanja pegawai; SiLPA (Sisa lebih perhitungan anggaran TA
retribusi daerah; 2) belanja barang dan jasa; sebelumnya);
hasil pengelolaan kekayaan daerah yang 3) belanja bunga; pencairan Dana Cadangan;
dipisahkan; dan 4) belanja subsidi; hasil penjualan kekayaan daerah yang
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 5) belanja hibah; dan dipisahkan;
6) belanja bantuan sosial. penerimaan Pinjaman Daerah;
Belanja modal penerimaan kembali Pemberian Pinjaman
Pendapatan Transfer
Belanja Tidak Terduga Daerah; dan/atau
transfer Pemerintah Pusat
Belanja transfer, dirinci atas jenis: penerimaan Pembiayaan lainnya sesuai dengan
(a) dana perimbangan:
1) belanja bagi hasil; dan ketentuan peraturan perundangundangan.
(1) Dana Transfer Umum:
(a)) Dana Bagi Hasil 2) belanja bantuan keuangan
(b)) Dana Alokasi Umum
(2) Dana Transfer Khusus: Pengeluaran Pembiayaan dapat digunakan
(a)) Dana Alokasi Khusus Fisik untuk Pembiayaan:
(b)) Dana Alokasi Khusus Non Fisik. pembayaran cicilan pokok Utang yang jatuh
(b) dana insentif daerah; tempo;
(c) dana otonomi khusus; penyertaan modal daerah;
(d) dana keistimewaan; dan pembentukan Dana Cadangan;
(e) dana desa. Pemberian Pinjaman Daerah; dan/atau
transfer antar-daerah: Pengeluaran Pembiayaan lainnya sesuai dengan
(a) pendapatan bagi hasil; dan ketentuan peraturan perundangundangan.
(b) bantuan keuangan.

lain-lain Pendapatan Daerah yang sah:


1) hibah;
2) dana darurat; dan/atau
3) lain-lain pendapatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

Anda mungkin juga menyukai