Tugas Kelompok 5
Tugas Kelompok 5
DOSEN PENGAMPU :
Dr. SULISTIYANI, MM
Oleh:
SEMARANG
2020
PELANGGARAN ETIKA BISNIS BIDANG KEUANGAN
PADA KASUS BANK CENTURY
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus bailout Bank Century menjadi salah satu berita yang paling banyak
menyita perhatian masyarakat Indonesia beberapa tahun lalu, perkembangan
kasus bailout Bank Century kian hari kian memanas. Kasus yang berawal dari
keputusan Bank Indonesia (BI) untuk memberikan dana penyertaan modal
sementara (PMS) sebesar Rp. 6,7 triliun kepada Bank Century. Kasus Bank
Century ini dimulai pada sekitar bulan Oktober tahun 2008 lalu. Diawali dengan
jatuh temponya sekitar US$ 56 juta surat-surat berharga milik Bank Century dan
akhirnya gagal bayar. Bank Century pun menderita kesulitan likuiditas. Akhir
Oktober 2008 itu, CAR atau rasio kecukupan modal Bank Century minus 3,53%.
Kesulitan likuiditas tersebut berlanjut pada gagalnya kliring atau tidak dapat
membayar dana permintaan nasabah oleh Bank Century yang diakibatkan oleh
kegagalan menyediakan dana (prefund) sehingga terjadi rush.
BI lalu mengadakan rapat konsultasi dengan Menteri Keuangan
(Menkeu), Sri Mulyani yang sedang berada di Amerika Serikat melalui
teleconference. Pada 20 November 2008, BI mengirimkan surat kepada Menkeu,
yang berisikan pemberitahuan penetapan Bank Century sebagai bank gagal
berdampak sistemik dan memerlukan penanganan lebih lanjut. BI kemudian
mengusulkan dilakukannya langkah penyelamatan oleh Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS). Malam harinya, Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK)
yang terdiri dari BI, Menkeu, dan LPS mengadakan pertemuan membahas
permasalahan Bank Century. Dalam rapat tersebut, BI mengumumkan CAR
Bank Century mengalami minus hingga 3,52 persen. Maka diputuskanlah untuk
menaikkan CAR menjadi 8 persen dengan menambah kebutuhan modal sebesar
Rp. 632 miliar. Dari rapat itu juga akhirnya Bank Century diserahkan kepada
LPS. Setelahnya, keluar keputusan untuk mencekal Robert Tantular, seorang
pemegang saham Bank Century serta ketujuh pengurus lainnya, yaitu Sualiaman
AB (Komisaris Utama), Poerwanto Kamajadi (Komisaris), Rusli Prakarta
(Komisaris), Hermanus Hasan Muslim (Direktur Utama), Lila K Gondokusumo
(Direktur Pemasaran), dan Edward M Situmorang (DirekturKepatuhan).
Pada 23 November 2008, LPS memutuskan untuk memberikan dana
talangan sejumlah Rp. 2,7 Triliun untuk meningkatkan CAR menjadi 10%. LPS
kemudian juga memberikan dana sebesar Rp. 2,2 T untuk memenuhi tingkat
kesehatan Bank Century pada awal Desember. Awal Desember itulah, ribuan
investor Antaboga mulai mengajukan tuntutan terhadap penggelapan dana
investasi senilai Rp. 1,38 T yang ditengarai mengalir kepada Robert Tantular. Di
akhir tahun 2008, Bank Century dilaporkan mengalami kerugian sebesar Rp. 7,8
T selama tahun 2008. Februari 2009, LPS kembali memberikan bantuan dana
sebesar Rp. 1,5 T. Akhirnya pada Mei 2009 Bank Century keluar dari
pengawasan khusus BI. Pada bulan Juli 2009.
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) mulai
menggugat biaya penyelamatan Bank Century yang dianggap terlalu besar.
Namun pada bulan yang sama, LPS masih memberikan suntikan dana Rp. 630
Miliar. Agustus 2009, DPR memanggil Menkeu, BI, dan LPS untuk meminta
penjelasan perihal pembengkakan suntikan modal hingga Rp. 6,7 T, padahal
pemerintah hanya meminta persetujuan sebesar Rp. 1,3 T saja. Dalam pertemuan
dengan DPR itu pula, Menkeu menegaskan dampak sistemik yang akan terjadi
pada perbankan Indonesia jika Bank Century ditutup. Beberapa waktu kemudian,
Bank Century memang telah berganti nama menjadi Bank Mutiara.
B. Perumusan Masalah
Sejauh mana Etika Bisnis Bidang Keuangan diterapkan dan menjadi landasan
dalam pengambilan keputusan Dieksi Bank Century ?
BAB II. PEMBAHASAN
A. Landasan Teori
1. Pengertian Etika Bisnis
2. Pengertian Bisnis
Bisnis dengan segala macam bentuknya terjadi dalam kehidupan kita
setiap hari. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2009), bisnis
diartikan sebagai usaha dagang, usaha komersial di dunia perdagangan, dan
bidang-bidang usaha lainnya. Skinner (1992) mendefinisikan bisnis sebagai
pertukaran barang, jasa, atau uang yang saling menguntungkan atau memberi
manfaat.. Menurut Anoraga dan Soegiastuti (1996), bisnis memiliki makna
dasar The buying and selling of goods and services. Straub dan Attner (1994),
bisnis adalah suatu organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan
penjualan barang-barang dan jasa-jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk
memperoleh profit. Barang yang dimaksud adalah suatu produk yang secara
fisik memiliki wujud (dapat dilihat dengan indra), sedangkan jasa adalah
aktivitas-aktivitas yang memberi manfaat kepada konsumen atau pelaku bisnis
(Yusanto dan Widjayakusuma, 2002).
Bisnis adalah suatu aktivitas yang mengarahkan pada peningkatan nilai
tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan atau pengolahan barang
(produksi). Dalam terminologi bahasan ini, pembiayaan merupakan
pendanaan, baik aktif maupun pasif, yang dilakukan oleh lembaga
pembiayaan kepada nasabah.Sedangkan bisnis merupakan aktivitas berupa
jasa, perdagangan den industri guna memaksimalkan nilai keuntungan.
Menurut Griffin dan Ebert (2008: 4) bisnis adalah organisasi yang
menyediakan barang atau jasa untuk dijual dengan maksud agar mendapatkan
laba.
Menurut Sukirno (2010: 20) bisnis adalah kegiatan untuk memperoleh
keuntungan.semua orang atau individu maupun kelompok melakukan kegiatan
bisnis pastinya untuk mencari keuntungan agar kebutuhan hidup nya
terpenuhi. Tidak ada orang yang melakukan bisnis untuk mencari kerugian.
Menurut Madura (2010 : 2) bisnis adalah suatu badan yang diciptakan untuk
menghasilkan produk barang dan jasa kepada pelangggan. Setiap bisnis
mengadakan transaksi dengan orang-orang. Orang-orang itu menanggung
akibat karena bisnis tersebut, mereka. Kerja sama lintas fungsional di dalam
bisnis adalah dengan menekankan kebutuhan para manajer dari area
fungsional yang berbeda untuk memaksimalkan laba dalam mencapai tujuan
bersama. Dari pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bisnis adalah
keseluruhan rangkaian kegiatan menjalankan investasi terhadap sumber daya
yang ada yang dapat dilakukan baik secara individu maupun secara kelompok,
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan meningkatkan taraf hidup dengan
menciptakan barang atau jasa guna mendapatkan laba / keuntungan yang
sebesar-besarnya.
B. Kasus
A. Kesimpulan
1. Dari sisi manager Bank Century menghadapi dilema dalam etika dan bisnis.
Hal tersebut dikarenakan manager memberikan keputusan pemegang saham
Bank Century kepada Robert Tantular, padahal keputusan tersebut
merugikan nasabah Bank Century. Tetapi disisi lain, manager memiliki
dilema dimana pemegang saham mengancam atau menekan karyawan dan
manager untuk menjual reksadana fiktif tersebut kepada nasabah. Manajer
Bank Century harus memilih dua pilihan antara mengikuti perintah
pemegang saham atau tidak mengikuti perintah tersebut tetapi dengan
kemungkinan dia berserta karyawan yang lain terkena PHK. Dan pada
akhirnya manager tersebut memilih untuk mengikuti perintah pemegang
saham dikarenakan manager beranggapan dengan memilih option tersebut
maka perusahaan akan tetap sustain serta melindungi karyawan lain agar
tidak terkena PHK dan sanksi lainnya. Walaupun sebenarnya tindakan
manager bertentangan dengan hukum dan etika bisnis
2. Dari sisi pemegang saham yaitu Robert Tantular, terdapat beberapa
pelanggaran etika bisnis, yaitu memaksa manajer dan karyawan Bank
Century untuk menjual produk reksadana dari Antaboga dengan cara
mengancam akan mem-PHK atau tidak memberi promosi dan kenaikan gaji
kepada karyawan dan manajer yang tidak mau menjual reksadana tersebut
kepada nasabah. Pelanggaran yang terakhir adalah, pemegang saham
mengalihkan dana nasabah ke rekening pribadi. Sehingga dapat dikatakan
pemegang saham hanya mementingkan kepentingan pribadi dibanding
kepentingan perusahaan, karyawan, dan nasabahnya (konsumen).
3. Dalam kasus Bank Century ini nasabah menjadi pihak yang sangat
dirugikan. Dimana Bank Century sudah merugikan para nasabahnya kurang
lebih sebesar 2,3 trilyun. Hal ini menyebabkan Bank Century kehilangan
kepercayaan dari nasabah. Selain itu karena dana nasabah telah
disalahgunakan maka menyebabkan nasabah menjadi tidak sustain, dalam
artian ada nasabah tidak dapat melanjutkan usahanya, bahkan ada nasabah
yang bunuh diri dikarenakan hal ini.
4. Dikarenakan kasus ini kinerja BI dan BAPPEPAM sebagai pengawas
tertinggi dari bank-bank nasional menjadi diragukan, karena BI dan
BAPPEPAM tidak tegas dan lalai dalam memproses kasus yang menimpa
Bank Century. Dimana sebenarnya BI dan BAPPEPAM telah mengetahui
keberadaan reksadana fiktif ini sejak tahun 2005. Untuk Bank-bank nasional
lainnya pengaruh kasus Bank Century mengakibatkan hampir terjadinya efek
domino dikarenakan masyarakat menjadi kurang percaya dan takut bila
bank-bank nasional lainnya memiliki “penyakit” yang sama dengan Bank
Century dikarenakan krisis global, dengan kata lain merusak nama baik bank
secara umum.
B. Saran
1. Sebaiknya manager lebih mengutamakan kepentingan konsumen yaitu
nasabah Bank Century. Karena salah satu kewajiban perusahaan adalah
memberikan jaminan produk yang aman.
2. Untuk pemegang saham sebaiknya pemegang saham mendaftarkan terlebih
dahulu produk reksadana ke BAPPEPAM untuk mendapat izin penjualan
reksadana secara sah. Kemudian, seharusnya pemegang saham
memberlakukan dana nasabah sesuai dengan fungsinya (reliability), yaitu
tidak menyalah gunakan dana yang sudah dipercayakan nasabah untuk
kepentingan pribadi.
3. Untuk nasabah sebaiknya dalam memilih investasi atau reksadana nasabah
diharapkan untuk lebih berhati-hati dan kritis terhadap produk yang akan
dibelinya. Jika produk tersebut adalah berupa investasi atau reksadana,
nasabah dapat memeriksa kevalidan produk tersebut dengan menghubungi
pihak BAPPEPAM.
4. Untuk BI dan BAPPEPAM sebaiknya harus lebih tegas dalam menangani
dan mengawasi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh bank-bank
yang diawasinya. Selain itu sebaiknya mereka lebih sigap dan tidak saling
melempar tanggung jawab satu sama lain. Dan saran untuk Bank Nasional
lainnya, sebaiknya bank-bank tersebut harus lebih memperhatikan
kepentingan konsumen atau nasabah agar tidak terjadi kasus yang sama.