Anda di halaman 1dari 121

Muhammad Fadlun, S.Pd.

KETIKA SUAMI
ISTRI HIDUP
BERMASALAH
Bagaimana Mengatasinya?
Muhammad Fadlun, S.Pd.I

Ketika Suami
Istri Hidup
Bermasalah
Bagaimana Mengatasinya?

22
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan sekalian alam. Shalawat


dan salam semoga senantiasa tercurah pada penutup para Nabi
dan Rasul, Muhammad Saw.

Pernikahan layaknya kehidupan, memiliki dinamika


dan romantika. Kadang suami istri mendapati rumah tangganya
berjalan mulus, kerikil yang ada dapat dilewati bersama, dan
keduanya merasa bahagia dalam kebersamaan mereka. Di saat
yang lain berselisih disertai dengan kemarahan, kekesalan atau
bahkan menimbulkan “ perang dingin “ di antara keduanya.
Atau di saat lain lagi merasa-merasa bosan dan jenuh dalam
menjalani rutinitas kehidupan berumah tangga. Semua ini
adalah menusiawi dan wajar, selama tidak membuat hati
keduanya saling jauh. Rasulullah Muhammad saw, seorang
manusia pilhan yang menjadi Nabi dan Rasul untuk seluruh
umat mansia dan memiliki kesempurnaan akhlak, tidak luput
dari mengalami romantika dan dinamika dalam rumah
tangganya. Suatu ketika beliau pernah berlombah lari dengan
istrinya dalam suasana ceria dan bahagia. Di saat lain beliau
pernah menghadapi kecemburuan istrinya, bahkan pernah
pula guser, sedih dan kecewa karena permintaan beberapa
istrinya dalam masalah nafkah yang menyebabkan beliau
sampai berkata, “ Aku tidak akan mendatangi mereka selama
satu bulan.” ( HR. Bukhari dan Muslim )
21
Oleh karenanya, jika kita berpikir bahwa pernikahan
kita akan berjalan mulus, selalu diliputi kebahagiaan, tidak
akan ada perselisihan, tidak akan ada kekesalan dan
kemarahan, maka sesungguhnya kita telah menjadi korban dari
angan-angan yang tidak realistis. Dinamika dan romantika
adalah ketetapan Allah swt atau sunatullah dalam pernikahan,
tidak seorang pun dapat mengubahnya. Karena itu terimalah
dinamika dan romantika ( termasuk perselisihan ) itu menjadi
bagian dari rumah tangga kita yang akan penuh dengan warna.
Dari sini kita dapat mengerti bahwa rumah tangga yang
bahagia dan harmonis itu bukanlah tanpa ada romantika
perselisihan, tetapi yang dapat menyikapi dan menjadikan
perselisihan yang ada sebagai bunga-bunga yang memberi
warna dalam pernikahan.

Membina rumah tangga menuju sebuah keluarga yang


sakinah, mawaddah, warahmah, jelas tak semudah yang
dibayangkan. Membangun sebuah keluarga sakinah adalah
suatu proses. Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang
diam tanpa masalah, namun lebih kepada adanya keterampilan
untuk mengelola konflik yang terjadi di dalamnya.

Secara garis besar, terdapat tiga jenis manajemen


konflik dalam rumah tangga, yaitu mencegah terjadinya
konflik, menghadapi tatkala konflik terlanjur berlangsung, dan
apa yang harus dilakukan setelah konflik reda. Akan tetapi,
yang cukup penting pula untuk kita pahami adalah bagaimana
cara untuk meminimalkan terjadinya konflik di dalam rumah

22
tangga. Di sinilah, setidaknya ada tiga hal penting yang patut
dicermati.

1. Siap dengan Hal yang tidak kita Duga.


Tentunya hidup ini akan menjadi sangat mudah
apabila semua yang terjadi sesuai dengan harapan kita, sebab
pada dasarnya, kita selalu siap untuk mendapatkan apa yang
kita inginkan. Namun bagaimana pun juga, setiap orang itu
berbeda-beda dan memang tidak semua orang harus sama “
gelombangnya “ dengan kita. Maka yang harus kita lakukan
adalah mempersiapkan diri agar potensi konflik akibat
perbedaan ini tidak muncul dan merusak.
Dalam rumah tangga, bisa jadi pasangan kita ternyata
tidak seideal yang kita impikan. Oleh karena itu, kita harus
siap menerima apabila ternyata dia tidak secantik yang
dibayangkan, atau tidak segesit yang kita harapkan. Di sinilah
kita harus sangat berlapang dada andaikata apa yang kita
idamkan ternyata tidak ada pada diri pasangan kita. Juga
sebaliknya, apabila yang luar biasa kita benci ternyata malah
terdapat dalam diri pasangan kita, tentunya kita pun harus
memiliki kesabaran yang lebih. Itulah, sedikit cara bagi kita
agar senantiasa siap dengan hal yang tak terduga.
2. Memperbanyak Pesan Diri.
Tindak lanjut dan kesiapan kita menghadapi pebedaan
yang ada adalah dengan memperbanyak pesan diri. Sebab,
ketika pasangan kita semakin mengetahui tabiat dan kebiasaan
kita, maka dia akan lebih siap untuk menghadapi kita.
Misalnya, apabila seorang istri kita terbiasa katakanlah
21
mendengur ketika tidur, maka agar suami siap menghadapi
kebiasaan itu, sang istri dapat mengatakan, “ Pak, orang bilang
kalau saya tidur suka mendengkur. Jadi, Bapak siap-siap saja,
karena sebelumnya saya sendiri juga tidak berniat
mendengkur,”
Lalu sebagai suami, misalnya kita menyatakan
keinginan kita, “ Saya kalau jam tiga suka bangun untuk shalat
tahajud. Jadi, tolong bangunlah saya, sebab saya suka
menyesal kalau tidak tahajud, dan kalau sedang tahajud, saya
tidak ingin ada suara yang mengganggu.”
Melalui pesan diri seperti itu, diharapkan tidak terjadi
riak-riak masalah yang diakibatkan tidak memahami tabiat dari
pasangan kita masing-masing. Sebab, sangat mungkin
seseorang membuat kesalahan akibat dia tidak tahu niai kita
yang dampaknya akan banyak muncul ketersinggungan-
ketersinggungan, maka, di sinilah perlunya kita belajar
memberitahukan apa yang kita inginkan. Inilah esensi dari
pesan diri.
Pesan diri juga penting dalam menyiapkan pasangan
kita guna menerima keberadaan orang lain yang teramat dekat
dengan kita.
Tentunya, dengan saling terbuka seperti itu masalah
akan menjadi lebih mudah dijernihkan dibandingkan bila
masing-masing saling menutup diri. Sebab, dengan saling
tertutup hanya akan membuat potensi masalah menjadi lebih
besar, di mana masing-masing akan menjadi dongkol, marah,
atau benci terhadap tingkah polah pasangannya yang tidak ia
sepakati. Padahal kalau saja semua itu didiskusikan terlebih

22
dahulu, bisa jadi masalahnya menjadi sangat mudah
diselesaikan, dan potensi konflik pun menjadi sedikit.
3. Tegakkan Peraturan
Dalam menjalani bahtera rumah tangga juga
diperlukan adanya aturan-aturan yang disepakati bersama.
Karena kalau tak tahu aturan, bagaimana bisa hidup selaras dan
saling memahami hak dan kewajibannya? Jadi, adanya
peraturan-peraturan tertentu dalam keluarga merupakan hal
penting yang juga harus dibicarakan bersama pasangan kita.
Misalnya, istri kita jarang mematikan kran air setelah
menggunakannya. Hal itu bisa membuat suami sakit hati. Di
sisi lain, boleh jadi istri kita malah tidak merasa bersalah sama
sekali. Sebab, dia mungkin berasal dari yang terbiasa
menggunakan pancuran yang airnya terus mengalir tanpa perlu
ditutup. Begitu pula pada anak-anak, kita harus
mensosialisasikan peraturan apa pun yang diberlakukan dalam
keluarga.
Peraturan yang dibuat tentu saja tidak perlu bersifat
kaku. Buat saja apa yang bisa dilaksanakan oleh semua
anggota keluarga. Makin orang tahu pelaturan, maka peluang
untuk berbuat kesalahan yang bisa merugikan anggota
keluarga lainnya akan semakin sedkit. Yang jelas, peraturan
apa pun yang dibuat harus benar-benar mencerminkan
keinginan bersama yang dihiasi dengan akhlakul karimah.
Nah, selamat berusaha meminimalkan konflik dalam keluarga.
Semoga, ikhtiar kita menjadi jalan pertolongan Allah swt
dalam membentuk keluarga sakinah.
21
Kepada pembaca yang budiman, kami persembahkan
buku ini teriring doa dan harapan semoga Anda memperoleh
kehidupan rumah tangga yang bahagia. Semoga Allah swt
menuntun dan membimbing kita menuju jalan yang benar.

Penulis,

Muhammad Fadlun, S.Pd.I

22
DAFTAR ISI

Bab I : Keluarga Muslim

12

Bab II : Pedoman Suami Istri

23

Bab III : Solusi Mengatasi Masalah Pasangan Suami Istri

54

1. Saling Percaya
...........................................................................
...........................................................................
54

2. Tidak Membicarakan Masalah Perceraian


...........................................................................
...........................................................................
55

3. Lawan Kecenderungan Ke Arah Kepasrahan


...........................................................................
...........................................................................
57

4. Mendiskusikan Segala Sesuatu Secara


Periodik
21
...........................................................................
...........................................................................
60

5. Berfikir Positif Terhadap Pasangan


...........................................................................
...........................................................................
61

6. Bersikap Seimbang Dalam Berhubungan


...........................................................................
...........................................................................
61

7. Jangan Jadikan Harta Sebagai Perusak


...........................................................................
...........................................................................
62

8. Hiasi Diri Dengan Senyuman


...........................................................................
...........................................................................
63

9. Saling Jujur Dan Berterus Terang


...........................................................................
...........................................................................
63

10. Tidak Ikut Campur Masalah Pribadi


...........................................................................
...........................................................................
64

22
11. Langkah Menyelesaikan Konflik Rumah
Tangga
...........................................................................
...........................................................................
64

12. Asia Untuk Kehidupan Rumah Tangga Yang


Bahagia
...........................................................................
...........................................................................
66

13. Langkah Membangun Dialog Amat Suami


Istri
...........................................................................
...........................................................................
68

14. Mengembalikan Kehidupan Rumah Tangga


Yang Romantis
...........................................................................
...........................................................................
68

15. Tidak Tergesa-Gesa (Tenang)


...........................................................................
...........................................................................
69

16. Tidak Menceritakan Kepada Orang Lain


21
...........................................................................
...........................................................................
71

17. Berkata Dan Beradab Yang Baik Dalam


Memberi Dan Mengambil
...........................................................................
...........................................................................
72

18. Tidak Termakan Omongan Orang


...........................................................................
...........................................................................
73

19. Melibatkan Pihak Ketiga Apabila Terpaksa


...........................................................................
...........................................................................
74

20. Mengenali Kepribadian Pihak Lain


...........................................................................
...........................................................................
75

21. Melakukan Sentuhan Khusus


...........................................................................
...........................................................................
75

22. Mengelola Kekurangan Diri Sendiri

22
...........................................................................
...........................................................................
76

23. Diam
...........................................................................
...........................................................................
77

24. Berkomitmen Menjaga Keutuhan Keluarga


...........................................................................
...........................................................................
77

25. Memberikan Hadiah


...........................................................................
...........................................................................
78

26. Memandang Ke Puncak Masalah Dengan


Proporsional
...........................................................................
...........................................................................
78

27. Banyak Beristighfar


...........................................................................
...........................................................................
79

28. Dengarkan pasangan anda


21
...........................................................................
...........................................................................
79

29. Sensitif Terhadap Ekspektasi Pasangan


...........................................................................
...........................................................................
79

30. Menegaskan Makna Kebersamaan


...........................................................................
...........................................................................
80

31. Saling Menghormati


...........................................................................
...........................................................................
81

32. Syarat Kebahagiaan Rumah Tangga


...........................................................................
...........................................................................
81

Bab IV : Istri Dambaan Suami

83

Bab V : Contoh Teladan Istri Rasulullah SAW

104

22
BAB I

Keluarga Muslim

1. Bekal Rumah Tangga

Lelaki dan wanita yang ingin berumah tangga


hendaknya membekali dirinya dengan pengetahuan-
pengetahuan yang berkenaan dengan rumah tangga.
21
Calon istri hendaknya belajar masak-memasak agar
dapat menyediakan makanan pagi, siang, dan malam dengan
komposisi gizi yang sempurna agar suami dan anak-anaknya
tumbuh sehat dan kuat.

Wanita yang sebelum menikah membekali dirinya


dengan pengetahuan tentang masak-memasak, merapikan
ruangan, dan keterampilan lainnya, berarti ia telah mulai
melangkah ke arah kebaikan dunia akhirat.

Dengan segala keterampilan yang di miliki itu ia


dapat membantu meringankan beban ekonomi rumah
tangganya.

Dia juga harus membekali dirinya dengan


pengetahuan tentang siklus haid, proses kehamilan,
melahirkan, dan cara merawat anak.

Lelaki juga harus memiliki pengetahuan tentang


rumah tangga, bagaimana ia harus memikul beban ekonomi
rumah tangga, apa yang harus dilakukannya untuk menjadikan
anak dan istrinya menjadi hamba-hamba yang hanya mengabdi
kepada Allah SWT. Alangkah baiknya lelaki memiliki mata
pencaharian terlebih dahulu sebelum menikah sehingga setelah
menikah nanti tidak lagi membebani orang tua menimbulkan
belas kasihan orang.

2. Tujuan Perkawinan

Allah SWT berfirman :

22
      
    
       
 
Artinya : “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ruum : 21)

Perkawinan adalah cara yang paling aman untuk


menyalurkan kasih sayang, memperbanyak keturunan serta
kelangsungan generasi dan terjaminnya silsilah, oleh karena itu
islam selalu menganjurkan menikah dengan berbagai cara dan
bentuknya, asal tidak mengimpang dari syariat yang telah
digariskannya.

Mengingat begitu pentingnya perkawinan sehingga


Rasulullah SAW bersabda :

“barangsiapa menikah, maka ia telah melaksanakan


setengah dari agamanya, maka hendaklah ia menyempurnakan
setengahnya”.

Rasulullah SAW juga bersabda : “nikahlah kalian


agar jumlah kalian menjadi banyak. Sesungguhnya aku sangat
gembira melihat jumlahmu yang banyak menghadapi umat pai
di hari kiamat nanti”. (HR. Muslim)
21
Islam menganjurkan kepada para pemeluknya agar
menikah, karena perkawinan merupakan jalan paling efektif
untuk menjaga kehormatan diri, menjauhkan diri dari
perbuatan zina dan dosa-dosa lain juga sebagai satu-satunya
jalan untuk mendapatkan keturunan yang shaleh-shalehah.

Perkawinan juga bertujuan agar kaum wanita dapat


dilindungi dengan cara yang hak, sah, dan tanpa mengurangi
hak-haknya sebagai wanita, yang mana Allah SWT sendiri
menempatkan wanita pada posisi yang sangat mulia.

Rasulullah SAW bersabda : “aku peringatkan kamu


agar berlaku baik kepada istri-istri kamu. Kamu mengambil dia
adalah sebagai amanat dari Allah dan telah menjadi halal
kehormatannya bagi kamu dengan kalimat Allah”. (HR.
Bukhari dan Muslim)

Apabila sebelum menikah, si wanita adalah tanggung


jawab orang tuanya, maka sejak ijab kabul, tanggung jawab
tersebut beralih dari orang tua kepada suaminya dan sejak saat
itu suami berhak atas si wanita tersebut dan wajib melindungi
serta mendidiknya agar selamat di dunia akhirat.

3. Membentuk Keluarga

Menurut islam, pernikahan adalah suatu hal yang


sangat penting dan utama, karena melalui ikatan inilah seorang
lelaki dan erang wanita membentuk sebuah keluarga yang
dengannya mereka dapat menemukan kebahagiaan,

22
ketenangan, serta cinta dan kasih sayang. Sebagaimana firman
Allah SWT :

      


    
       
 
Artinya : “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ruum : 21)

Melalui ikatan perkawinan, manusia dapat saling


mengasihi, menjalin hubungan kekeluargaan dan meneruskan
keturunan. Karena kehidupan perkawinan merupakan langkah
awal bagi kesinambungan generasi selanjutnya.

Rasulullah SAW sendiri memerintahkan kepada para


pemuda yang sudah sanggup menikah agar segera menikah.
Sebagaimana sabda beliau :

“wahai para pemuda, siapa yang sanggup (mampu)


untuk menunaikan pernikahan, maka hendaklah ia nikah,
karena nikah itu dapat menundukkan pandangan dan
membersihkan kemaluan dari yang haram dan siapa yang
belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa (menjaga diri dari
21
zina), karena puasa itu adalah pencegahannya”. (HR. Bukhari
Muslim)

Juga firman Allah SWT :

    


     
        
     
      
     
       
      
     
       
    
Artinya : “dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian di
antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari
hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba
sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan karunia-Nya. dan Allah Maha
Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui. dan orang-

22
orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga
kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka
dengan karunia-Nya. dan budak-budak yang kamu miliki
yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat
Perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada
kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka
sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya
kepadamu dan janganlah kamu paksa budak-budak
wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka
sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari
keuntungan duniawi. dan Barangsiapa yang memaksa
mereka, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah
mereka dipaksa itu”. (QS. An-Nuur : 32-33)

Keluarga sakinah mawaddah warahmah adalah


sekelompok orang yang terdiri dari suami istri dan anak-
anaknya yang tenang, damai, serta saling mencintai dan
menyayangi. Dan untuk mencapai keluarga sakinah mawaddah
warahmah bukanlah suatu hal yang mudah, namun sangat sulit
dan benar-benar harus di cari untuk mencapai tujuan ke sana,
karena jalan menuju ke sana banyak duri dan batu sandung
yang harus di hilangkan terlebih dahulu.

4. Pembinaan Keluarga
21
Lembaga keluarga merupakan bentuk perserikatan
paling kecil namun paling menentukan dalam masyarakat yang
biasa di sebut juga dengan rumah tangga.

Rumah tangga islam adalah rumah tangga yang


laksana surga bagi setiap penghuninya, tempat istirahat
melepas lelah, tempat beranda gurau, tempat diliputi rasa
bahagia, aman, dan tenteram. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW :

“rumah tanggaku adalah surgaku”.

Perumpamaan hidup berkeluarga dalam suatu rumah


tangga ibarat seekor burung yang sedang terbang, melaju
dengan kedua sayapnya ke suatu tempat yang di tuju.

Kedua sayap itu simbol bagi suami dan istri yang


saling membantu, melengkapi, dan tengah berpacu mengarungi
samudra kehidupan.

Bagaikan burung yang tidak dapat terbang alu salah


satu sayapnya tidak berfungsi, begitu pula halnya dengan
kehidupan suami istri, tidak akan pernah di temui
keharmonisan, hidup rukun seiring sejalan, apabila antara
suami istri tidak saling memahami kewajiban dan pribadi
masing-masing. Apapun yang dilakukan, mereka harus tetap
mempunyai kesatuan langkah dalam merelisasikan cita-cita
hidup dan bahu-membahu dalam mengemban amanat, demi
meraih nilai tinggi, yaitu ridha illahi Rabbi.

22
Kehidupan rumah tangga memang tidak selamanya
selalu tenteram dan damai, kadang-kadang terjadi juga
perselisihan pendapat antara suami dan istri.

Apabila suami berbuat salah dan di tegur istrinya,


hendaklah si suami meminta maaf dan berjanji untuk tidak
mengulanginya lagi. Jangan lupa, bertaubatlah kepada Allah
SWT. Demikian pula sebaliknya, sehingga kasih sayang antara
suami istri semakin besar.

5. Pernikahan Dalam Islam

Dalam islam pernikahan merupakan suatu aqad


(perjanjian) yang di berkahi antara seorang lelaki dan seorang
wanita, yang dengannya di halalkan untuk melakukan
hubungan yang sebelumnya di haramkan.

Dengan pernikahan, keduanya mulai mengarungi


bahtera rumah tangga yang di warnai rasa cinta, penuh kasih
sayang, saling pengertian, penuh toleransi, dan masing-masing
saling memberikan ketenangan bagi yang lainnya, sehingga
dalam mengarungi bahtera rumah tangga keduanya mendapat
ketenangan, ketentraman, dan kenikmatan hidup. Sebagaimana
firman Allah SWT :

      


    
       
 
21
Artinya : “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ruum : 21)

     


     
      
     
     
      
        
     
       
  
Artinya : “Hai Nabi, Sesungguhnya Kami telah
menghalalkan bagimu istri-istrimu yang telah kamu berikan
mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang
Termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang
dikaruniakan Allah untukmu, dan (demikian pula) anak-
anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu, anak-anak
perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak
perempuan dari saudara laki-laki ibumu dan anak-anak
perempuan dari saudara perempuan ibumu yang turut hijrah
bersama kamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan
dirinya kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya,

22
sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang
mukmin. Sesungguhnya Kami telah mengetahui apa yang
Kami wajibkan kepada mereka tentang istri-istri mereka dan
hamba sahaya yang mereka miliki supaya tidak menjadi
kesempitan bagimu. dan adalah Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Ahzab : 50)

BAB II

Pedoman Suami Istri

1. Fungsi Suami

Allah SWT berfirman :

      


     
    
      
    
     
        
21
Artinya : “kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian
mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang
taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).
wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka
mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha besar”. (QS. An-Nisaa’ : 34)

Laki-laki adalah pemimpin atas perempuan, karena


laki-laki itu di lebihkan Allah dari pada perempuan.

Wanita / istri secara alamiah adalah makhluk yang


lebih lemah. Oleh karena itu ia tidak di haramkan untuk
berjuang mencari nafkah, akan tetapi laki-laki / suamilah yang
harus menafkahinya.

Apabila rumah ibarat kerajaan, maka suami adalah


rajanya dan istri adalah perdana menterinya. Hal ini
menunjukkan bahwa suami itu mempunyai kelebihan dari pada
istri.

Dilihat dari kenyataan ; suami itu lebih kuat fisiknya


di banding istri. Allah SWT itu telah membentuk laki-laki

22
dengan tubuh yang kuat, otot-otot yang kuat, yang dapat di
pakai untuk melindungi keluarganya.

Tubuh laki-laki itu menggambarkan kekuatan dengan


jiwa yang rasional, jauh dari sifat emosional dan mudah
tersinggung, sebagaimana yang terdapat pada sifat kaum
wanita. Ketika menghadapi kesulitan, laki-laki lebih dahulu
menggunakan pikiran (rasio), sehingga segala persoalan dapat
di lihat dengan tenang. Sebaliknya, wanita di ciptakan dengan
tubuh serta halus, cantik dan dengan jiwa yang penuh perasaan
kasih sayang, karena itulah dia dapat mengurus suami dan
anak-anaknya dengan baik. Dia juga akan lebih cepat merasa
gelisah jika ada sesuatu yang berkecamuk di dalam dada
suaminya, ia berusaha untuk meredakan kegelisahan suami
dengan memberikan pelayanan yang baik, memberikan
senyum yang manis, yang dapat menyenangkan hantu suami.
Karena kelemahan alamiah wanita inilah maka laki-laki
bertanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan
wanita. Keadilan dan rasa kasih sayang Allah SWT yang
demikian besar, menggariskan agar punggung wanita jangan
sampai di patahkan oleh beban yang di letakkan di atasnya.

Islam menggariskan bahwa fungsi suami adalah :

1. Pemimpin dan pembimbing istri

      


     
    
      
21
    
     
        
Artinya : “kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum
wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian
mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan
karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari
harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang
taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).
wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka
mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha besar”. (QS. An-Nisaa’ : 34)

2. Pendidik dan pembina

Suami wajib menjaga istri dan anaknya dalam


masalah agama. Sebagaimana firman Allah SWT :

    


    
       
    
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan

22
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-
Tahrim : 6)

3. Pemberi nafkah keluarga

Allah SWT berfirman :

    


        
    
         
      
       
      
     
     
      
   
Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya
selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi
Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.
seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. apabila
21
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada
dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan
oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah : 233)

Rasulullah SAW bersabda : “dan berbaktilah kamu


kepada Allah melalui istrimu. Sesungguhnya kamu telah
mengambil mereka sebagai amanat Allah, dan telah menjadi
halal kehormatannya bagi kamu dengan kalimat Allah. Dan
hendaklah kamu memberi makan dan pakaian menurut yang
ma’ruf”. (HR. Muslim)

4. Pelindung dan pendamping istri

Allah SWT berfirman :

      


      
      
     
     
   
Artinya : “tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu
bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah
kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati)
mereka. dan jika mereka (istri-istri yang sudah ditalaq) itu

22
sedang hamil, Maka berikanlah kepada mereka nafkahnya
hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan
(anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah kepada mereka
upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala
sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan
Maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu)
untuknya”. (QS. Ath-Thalaq : 6)

5. Menggauli istri secara ma’ruf (dengan baik)

Allah SWT berfirman :

      


     
     
    
     
      

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi
kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah
kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil
kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji
yang nyata dan bergaullah dengan mereka secara patut.
kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.
(QS. An-Nisaa’ : 19)
21
6. Tidak menyakiti hati / perasaan istri

Rasulullah SAW bersabda : “berilah ia makan apabila


kamu makan dan berilah ia pakaian apabila engkau berpakaian.
Jangan engkau pukul wajahnya, jangan engkau menjelek-
jelekkan dia, dan jangan engkau menjauhinya melainkan di
dalam rumah”. (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

7. Tidak membuka rahasia istri

Rasulullah SAW bersabda : “sesungguhnya sejahat-


jahat manusia di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang
suami yang suka membuka rahasia istrinya, dan si istri
membuka rahasia suaminya, kemudian menyebarkan rahasia
keduanya”. (HR. Muslim dan Ahmad)

2. Fungsi Istri

Di dalam hadits di sebutkan : “seorang perempuan


(istri) adalah penggembala di dalam rumah suaminya, dan dia
bertanggung jawab atas penggembalaannya itu”.

Di antara fungsi seorang istri di dalam rumah tangga


adalah :

1. Pendamping suami yang setia

22
istri yang shalehah akan tetap berada di samping
suaminya dalam setiap situasi dan kondisi menemaninya dalam
suka dan duka, menentramkan hati suami yang sedang gundah
gulana terhadap suaminya, ia ikhlas menjadi sahabat, kekasih
dan ibu sehingga si suami semakin hari semakin bertambah
cinta kepadanya.

Sungguh bahagia suami yang mempunyai istri yang


shalehah, karena ia akan mengantarkan suaminya yang akan
mencari nafkah dengan senyum dan menyambutnya juga
dengan senyum. Dia menerima apa yang di berikan suami
kepadanya. Sehingga pantaslah surga baginya.

Rasulullah SAW bersabda : “tiap-tiap istri yang mati


dan di ridhai oleh suaminya, maka ia akan masuk surga”. (HR.
Tirmidzi dan Ibnu Majjah)

2. Pemelihara anak-anaknya

Istri yang shalehah tidak akan menyia-nyiakan atau


menghianati amanat Allah SWT yang telah di berikan kepada
mereka (yaitu anak-anak) karena kelak Allah SWT akan
meminta pertanggung jawaban mereka di hari kiamat. Dalam
hal ini istri lebih berat tanggung jawabnya. Ia wajib mendidik
anak-anaknya agar menjadi anak yang shaleh-shalehah dengan
cara :

a. Menjaga makanannya
21
Islam mengajarkan agar tidak memasukkan segala
sesuatu yang telah di haramkan-Nya ke dalam perut karena hal
itu dapat membuatnya menjadi penghuni neraka. Oleh
karenanya seorang ibu harus mencegah agar jangan sampai diri
dan keluarganya memakan makanan yang haram. Karena
makanan yang haram menyebabkan :

- Kotoran jiwa, sehingga hati selalu tidak senang

- Hati sulit menerima hidayat dan kebenaran

- Hati menjadi kotor, iri dan dengki

Rasulullah SAW bersabda : “setiap daging yang


tumbuh dari makanan yang haram, maka neraka lebih berhak
baginya”.

b. Memelihara sampai dewasa

Ibu yang shalehah tentu akan menyusui sendiri


anaknya selama dua tahun penuh. Sebagaimana firman Allah
SWT :

    


        
    
         
      
       
      
     

22
     
      
   
Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya
selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi
Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.
seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada
dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan
oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah : 233)

3. Pendidik anak-anaknya

Setiap anak yang lahir di bekali dengan sebuah


pretensi, (kekuatan pendorong alamiah) yang dapat di arahkan
ke arah yang baik atau buruk.

Rasulullah SAW bersabda : “tidak ada seseorang yang


lahir, melainkan fitrahnya, maka kedua orang tuanya yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi, sebagaimana
halnya binatang di lahirkan dengan sempurna”.
21
Umumnya anak paling dekat dengan ibunya, seorang
bayi banyak mendapat pelajaran dari ibunya, semula tingkah
laku, perbuatan dan ucapan ibunya ia rekam lewat inderanya
yang belum sempurna. Semua itu berperan terhadap anaknya
menuju kedewasaan.

Rasulullah SAW bersabda : “Allah akan memberikan


rahmat kepada orang buta yang mendorong dan membantu
anaknya dalam melakukan hal-hal yang baik”.

Rasulullah SAW juga bersabda : “anak adalah lukisan


dumi (kupu-kupu surga)”.

Oleh karena itu, seorang istri yang shalehah tidak


boleh merermehkan fungsinya sebagai pendidikan anak-
anaknya. Adapun hal-hal yang perlu di lakukan adalah :

a. Menanamkan ajaran tauhid

Menanamkan ajaran tauhid kepada anak sejak kecil


adalah merupakan kewajiban yang paling utama bagi orang
tua. Tauhid dalam bentuknya yang murni merupakan akidah
keyakinan yang kuat dalam jiwa yang akan menjadi asas
kehidupan. Sebagaimana nasihat Luqman kepada anaknya
yang di abadikan dalam firman Allah SWT :

       


       
Artinya : “dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai

22
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah,
Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman : 13)

b. Mengajarkan kepada anak agar selalu mensyukuri


nikmat Allah SWT

Sebagaimana firman-Nya :

       


       
    
Artinya : “dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat
kepada Luqman, Yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan
Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka
Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
Barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Luqman : 12)

c. Mendidik anak agar berbakti kepada kedua orang tua

Allah SWT berfirman :

    


       
    
Artinya : “dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah
mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah-
21
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman : 14)

d. Mengajarkan tentang perintah dan larangan Allah

Rasulullah SAW bersabda : “perintahkan kepada


anak-anakmu untuk melakukan shalat pada usia tujuh tahun,
dan pukullah mereka (bila melalaikannya) pada usia sepuluh
tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka (laki-laki dan
wanita)”. (HR. Tirmidzi)

e. Menanamkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW,


keluarga beliau, dan Al-Qur’an

Rasulullah SAW bersabda : “tanamkan kepada anak-


anakmu tentang tiga hal, yaitu mencintai Nabimu, mencintai
keluarga Nabi, dan mencintai Al-Qur’an (senang mempelajari
dan mengamalkan kandungannya)”. (HR. Dailami)

f. Mengajarkan kepada anak tentang kabar gembira dan


ancaman Allah apabila melaksanakan perintah atau
meninggalkan larangan-Nya

Allah SWT berfirman :

       


        
        

22
Artinya : “(Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya
jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah
akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya
Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui”. (QS. Luqman :
16)

g. Mengajarkan kepada anak agar selalu berbuat baik


kepada semua makhluk-Nya, tidak boleh bersikap
sombong dan meremehkan orang lain

Allah SWT berfirman :

        


         
        
  
Artinya : “dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan
diri. dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan
lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai”. (QS. Luqman : 18-19)

h. Mendidik anak agar menjadi pemberani, tidak kenal


putus asa, disiplin, sabar, tabah dan tawakkal

3. Mendapatkan Keturunan Yang Shaleh


21
Tidak ada satu keluarga pun di dunia ini yang tidak
menghendaki keturunan. Keinginan untuk mempunyai
keturunan adalah suatu sifat alami dan fitrah manusia, karena
hanya dengan cara itulah di peroleh kesinambungan generasi.

Allah SWT berfirman :

      


      
      
       
 
Artinya : “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-Mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri,
dan dari padanya Allah menciptakan istrinya ; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu”. (QS. An-Nisaa’ : 1)

Allah SWT menghendaki laki-laki muslim dan wanita


Muslimah agar membentuk keluarga yang akan menghasilkan
keturunan-keturunan muslim yang akan membentuk
masyarakat islam penuh kedamaian.

22
Rasulullah SAW bersabda : “kawinlah,
berketurunanlah, dan berkembang biaklah kamu, maka
sesungguhnya aku akan bangga dengan banyaknya jumlah
kamu terhadap umat lain di hari kiamat nanti”.

Dan untuk mendapatkan keturunan yang baik, maka


sejak proses kehamilan, melahirkan, menyusui, dan
membesarkan anak-anak, semuanya harus berdasarkan
tuntunan syara’.

Dalam hal ini islam membagi melalui beberapa tahap,


yaitu :

1. Masa kehamilan

Pada masa kehamilan, islam memerintahkan kepada


ibu hamil untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT
dengan memperbanyak amal shaleh.

Selama kehamilan, seorang ibu harus menjaga


makanannya, jangan sampai memakan makanan yang haram,
yang akan berpengaruh kepada jiwa anak yang di kandungnya.
Juga harus memperhatikan dan memelihara kesehatan sebaik-
baiknya, sehingga tik terserang penyakit yang dapat
mengakibatkan efek samping bagi kesehatan janin.

Suami (calon ayah)pun di tuntut untuk lebih


memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan istri, jangan
menyakiti jiwa dan raganya, juga harus lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
21
Ibu yang sedang hamil sama seperti orang yang
sedang berjihad di jalan Allah SWT.

Selama kehamilan, hendaknya kedua orang buta


selalu berdo’a agar di anugerahi oleh Allah SWT anak yang
shaleh. Sebagaimana do’a :

         


       
Artinya : “di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya
seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau
seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha
Pendengar doa”. (QS. Ali Imran : 38)

2. Melahirkan

Islam menganjurkan agar di bacakan kalimat azan di


telinga kanan bayi yang baru di lahirkan, dan iqamah di telinga
kirinya. Tujuannya adalah agar sejak dini bayi sudah
mendengarkan kebesaran asma Allah. Lalu memolesi bibir
atau langit-langit mulut bayi yang baru lahir dengan madu atau
sesuatu yang manis.

Orang tua yang baik, tentu akan memberikan nama


yang baik yang dapat mempengaruhi pikiran dan memperkuat
watak yang ada pada nama tersebut.

3. Menyusui

Allah SWT berfirman :

22
    
        
    
         
      
       
      
     
     
      
   
Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya
selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi
Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.
seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan waris pun berkewajiban demikian. apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada
dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan
oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Baqarah : 233)

4. Membesarkan anak-anaknya dengan baik


21
Anak-anak merupakan tunas yang masih hijau dan
lembut, yang mudah di bengkokkan ke segala arah. Apabila
dari kecil kepadanya belum di tanamkan ajaran agama, maka
kelak sulit untuk dapat menyelamatkannya dari pengaruh-
pengaruh jahat.

4. Ciri Suami Ideal

Beberapa ciri dan sifat yang melekat pada suami ideal


adalah :

1. Jujur dan lugas sejak awal

2. Mempergauli istrinya dengan baik

Allah SWT berfirman :

      


     
     
    
     
      


22
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi
kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah
kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil
kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji
yang nyata[279]. dan bergaullah dengan mereka secara
patut. kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.
(QS. An-Nisaa’ : 19)

Rasulullah SAW bersabda : “sebaik-baik kalian


adalah sebaik-baik kalian terhadap keluarganya, dan aku
adalah sebaik-baik kalian terhadap keluarganya. Tidak ada
yang memuliakan wanita kecuali orang mulia, dan tidak ada
yang merendahkannya kecuali orang terkutuk”. (HR. Ibnu
Asakir)

3. Romantis terhadap istri

4. Tidak cemburu buta

Rasulullah SAW bersabda : “sesungguhnya di antara


jenis cemburu ada cemburu yang di benci oleh Allah Azza wa
jalla yaitu kecemburuan suami pada istrinya tanpa di dasari
hal-hal yang mencurigakan”. (HR. Abu Dawud, An-Nasa’i,
dan Ibnu Majjah)

5. Berbicara santun dengan istrinya


21
6. Memberi nafkah pada keluarganya secara berimbang

Allah SWT berfirman :

        


        
        
 
Artinya : “hendaklah orang yang mampu memberi nafkah
menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan
rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang
diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban
kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah
berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan
kelapangan sesudah kesempitan”. (QS. Ath-Thalaq : 7)

7. Selalu berpenampilan baik dan sedap di pandang di depan


istrinya

Rasulullah SAW bersabda : “cucilah baju kalian,


cukurlah beberapa rambu kalian, bersiwaklah, berhiaslah, dan
bebersihlah. Sesungguhnya Bani Israil tidak melakukan hal
tersebut, sehingga istri-istri mereka berselingkuh”. (HR. Ath-
Thabrani)

8. Menjaga rahasia kehidupan rumah tangga

22
Rasulullah SAW bersabda : “seburuk-buruk posisi
manusia di hari kiamat adalah laki-laki yang menyenggamai
istrinya dan si istri menyenggamainya, lalu ia membocorkan
rahasianya”. (HR. Muslim)

Apabila seorang laki-laki di perbolehkan memilih


calon istri yang akan dinikahinya, maka wanita pun ada hak
untuk memilih seorang laki-laki yang akan menjadi suaminya,
sedangkan fungsi wali adalah memberikan pandangan bagi
anak wanitanya dan menyelidiki akhlak dan agama seorang
laki-laki yang akan menjadi menantunya itu.

Dalam hal memiliki pasangan hidup, sesungguhnya


tidak ada bedanya antara laki-laki dan wanita, dengan kata lain
wanita juga bebas menolak dan menerima calon suaminya, dan
seorang wali tidak di benarkan memaksa si anak wanita untuk
kawin dengan lelaki yang tidak disukainya. Baik wanita itu
telah menjanda atau masih gadis.

Rasulullah SAW bersabda : “pernikahan itu ibarat


perbudakan, maka hendaklah kalian waspada kepada siapa
putrimu engkau berikan”.

Wanita shalehah yang tidak ingin menderita kerugian


di dunia dan akhirat, tentu tidak akan memilih suami yang
tidak seiman dengannya dan dia juga tentu akan mencari
pasangan hidup yang shaleh.

Allah SWT berfirman :


21
  
   
    
       
Artinya : “wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki
yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita
yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu
bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang
menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia
(surga)”. (QS. An-Nuur : 26)

5. Ciri Istri Ideal

Di antara beberapa sifat dan ciri istri yang ideal adalah


:

1. Selalu membuat suaminya nyaman dan betah di dekatnya

2. Selalu menjaga kebersihan diri dan rumah

3. Patuh dan tunduk pada suaminya dalam hal-hal di luar


maksiat

4. Mendidik anak-anaknya sendiri dengan nilai-nilai


kesalehan serta tidak menyerahkannya pada pembantu

5. Bersifat Qana’ah dan ridha menerima rizki dari suaminya

22
6. Piawai menangani urusan rumah dan pandai mengelola
uang

7. Memperlakukan keluarga suami dengan baik

8. Menghormati perasaan suami

9. Pandai berterima kasih pada suami

10. Tidak menyebarluaskan rahasia suami

11. Lebih mementingkan keridhaan suaminya di atas


keridhaan dirinya sendiri

Istri adalah tempat berteduh bagi suami dan sebagai


teman hidup, pengatur rumah tangga, sebagai ibu anak-anak,
tempat menyampaikan isi hati, maka suatu keharusan bagi
kaum lelaki apabila hendak menikah hendaklah memilih istri
yang baik, karena istri yang baik akan menghasilkan kebaikan
dalam keluarga, kebahagiaan, dan ketentraman hidup.

Rasulullah SAW bersabda : “hendaklah engkau


memilih istri yang baik agama dan budi pekertinya karena
kalau tidak demikian niscaya engkau celaka”. (HR. Ahmad
dengan sanad sahih, Al-Bazzar dan Ibnu Hibban)

Istri yang beragama dan berbudi luhur dapat


menyenangkan hati, mengamankan dirinya Ana harta benda
suaminya dan dapat mendidik anak-anaknya dengan budi
pekerti yang baik, selain itu, istri yang beriman dapat
21
mengerjakan anak-anaknya untuk mengingat Allah, untuk
mencintai islam.

Rasulullah SAW bersabda : “wanita itu di kawin


karena empat sebab, karena hartanya, karena keturunannya,
karena kecantikannya, dan karena agamanya. Pilihlah wanita
yang beragama tentu engkau akan selamat”. (HR. Bukhari
Muslim)

Dari Abdullah bin Amr ra. Rasulullah SAW


bersabda : “janganlah mengawini wanita karena kecantikannya
saja karena kecantikannya saja karena barangkali
kacantikannya akan membinasakannya dan janganlah
mengawini wanita karena kekayaannya barangkali
kekayaannya akan menyelewengkannya, akan tetapi kawinilah
wanita karena agamanya dan budak hitam wanita yang cacat
telinganya tetapi baik agamanya lebih utama (dari pada cantik
tapi buruk agamanya)”. (HR. Ibnu Majjah)

Dari Anas ra. Rasulullah SAW bersabda :


“barangsiapa mengawini wanita karena kedudukannya, maka
Allah hanya menambahi dengan kehinaan, dan barangsiapa
mengawininya karena hartanya, maka Allah hanya
menambahinya dengan kemiskinan, dan barangsiapa
mengawininya karena keturunannya, maka Allah hanya
menambahinya dengan kerendahan, sedang barangsiapa yang
mengawini wanita karena ingin menjaga pandangannya (dari
pandangan yang terlarang dan ingin menjaga kehormatannya
(dari perbuatan zina) serta membina hubungan kekeluargaan,

22
niscaya Allah memberkahi dirinya dan istrinya”. (HR. Imam
Thabrani)

Wanita yang baik bagi seorang laki-laki adalah wanita


yang menyenangkan apabila di pandang. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW :

“sebaik-baik wanita adalah yang apabila kamu


memandangnya kamu akan senang, apabila kamu perintah, ia
patuh kepadamu, apabila kamu beri bagian, ia Ana
menerimanya, apabila kamu pergi, ia akan menjaga dirinya dan
menjaga hartamu”. (HR. Nasa’i dan lain-lain)

Dari Abu Umamah ra. Rasulullah SAW bersabda :


“tidak ada manfaat bagi orang mukmin sesudah takwa kepada
Allah lebih baik dari pada istri yang shalehah, bila
menyuruhnya tidak membantah, bila melihat kepadanya hati
pun senang, bila memberi sesuatu untuknya tidaklah
ditolaknya, bila suami bepergian ia pun menjaga baik-baik
dirinya dan harta suaminya”. (HR. Ibnu Majjah)

Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas ra. Rasulullah


SAW bersabda : “di antara kebahagiaan anak cucu Adam ada
tiga macam, dan penderitaan anak cucu Adam ada tiga macam.
Yang membahagiakan anak cucu Adam adalah wanita
shalehah, tempat tinggal yang baik, dan kendaraan yang baik.
Sedangkan kejelekan bagi anak cucu Adam adalah wanita yang
jahat, tempat tinggal yang jelek, dan kendaraan yang jelek”.
(HR. Imam Ahmad)
21
BAB III

Solusi Mengatasi Masalah Pasangan Suami Istri

22
1. Saling Percaya

Dalam beberapa kondisi, ada kesenjangan tingkat


kepercayaan diri di antara pasangan suami istri. Kesalahan
yang sering di lakukan sebagian besar suami adalah bersikap
tinggi hati dan angkuh di depan istrinya dengan segala
kelebihan yang dimilikinya dan kekurangan yang ada pada
istrinya. Kondisi ini menurunkan tingkat kepercayaan dari sang
istri, bahkan akan menimbulkan efek balik yang membuatnya
membenci segala perilaku suami.

Kepercayaan merupakan modal dasar bagi


perkawinan yang sukses, dan hubungan yang sehat tidak
memberi ruang bagi penipuan maupun kecurangan, akan tetapi
ia di bangun di atas landasan kepercayaan masing-masing
pasangan terhadap pasangannya dan keyakinan kuat bahwa
pasangan hidup akan memberikan sekongan dan dukungan
dalam segala kondisi, terutama pada masa-masa sulit.

Semua pasangan suami istri yang bahagia juga


menegaskan bahwa kepercayaan pada pihak lain merupakan
dasar nomor satu yang menjadi pondasi kebahagiaan rumah
tangga.

Jangan biarkan cemburu menghancurkan cinta.


Perasaan curiga yang tidak logis terhadap suami merupakan
penyebab umum terjadinya perceraian di antara pasangan. Ke
21
tidak percayaan dan cemburu akan menciptakan kegelisahan-
kegelisahan yang semakin menumpuk.

Cemburu mampu menghancurkan hubungan rumah


tangga siapa pun jika jalannya tidak di halangi. Sebab cemburu
yang berkembang menjadi curiga menyembunyikan mosi ke
tidak percayaan di belakangnya terhadap pasangan.

2. Tidak Membicarakan Masalah Perceraian

Banyak pasangan suami istri yang mengalami


kegagalan dalam rumah tangga. Dan berakhir pada perceraian
gara-gara salah orang pasangan sering menyebut-nyebut
masalah perceraian.

Diriwayatkan dari Tsauban ra. Rasulullah SAW


bersabda : “siapa pun istri yang meminta cerai kepada
suaminya tanpa ada alasan yang di benarkan, maka haram
baginya mencium bauk surga”. (HR. At-Turmudzi)

Islam sangat menganjurkan agar kita berusaha


semaksimal mungkin memelihara tegaknya hubungan suami
istri dalam menjalin rumah tangga.

Allah SWT berfirman :

      


      

22
        
      
  
Artinya : “dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz
atau sikap tidak acuh dari suaminya, Maka tidak mengapa
bagi keduanya Mengadakan perdamaian yang sebenar-
benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)
walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan jika
kamu bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara
dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan”. (QS. An-Nisaa’ : 128)

Namun apabila perpecahan semakin menjadi-jadi, dan


tidak ada alternatif yang bisa di tempuh, maka janganlah
tergesa-gesa mengambil keputusan untuk bercerai. Hendaknya
masing-masing meminta bantuan orang lain untuk
mendamaikan. Sebagaimana firman Allah SWT :

     


      
       
  
Artinya : “dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan
antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari
keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud
Mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik
21
kepada suami-istri itu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. An-Nisaa’ : 35)

Dan apabila dengan cara itu masih belum dapat


memecahkan permasalahan, berulah tidak ada cara lain kecuali
perceraian. Namun tidak semua permasalahan dalam rumah
tangga harus di akhiri dengan perceraian. Karena kita harus
ingat betul bahwa perceraian itu memang di halalkan oleh
Allah, namun sangat di benci oleh Allah SWT.

3. Lawan Kecenderungan Ke Arah Kepasrahan

Biduk perkawinan segenting apa pun sebenarnya bisa


dia selamatkan jika kedua pasangan bertekad kuat maju ke
depan melalui segala rintangan.

Adalah Anugrah dari Allah SWT bahwa di saat


masalah menghadang, kita bergegas untuk taat beribadah
kepada-Nya.

Ketaatan ibadah yang paling agung tingkatannya


adalah tawakkal kepada Allah SWT dengan menyerahkan
sepenuhnya kepada-Nya.

Allah SWT berfirman :

         


      
      
        
 

22
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
(QS. Ali Imran : 159)

Di dalam tawakkal terdapat keteguhan jiwa,


keberanian hati, ketenangan dan ketentraman, Allah SWT
sangat mencintai orang-orang yang bertawakkal dengan
mencukupi segala kebutuhannya. Sebagaimana firman-Nya :

        


         
     
Artinya : “dan memberinya rizki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)Nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah
Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (QS. Ath-
Thalaq : 3)

Ketahuilah bahwa usaha yang dilakukan manusia


untuk memecahkan suatu masalah hanya merupakan sebab dan
21
alat. Dan yang mengatur alam semesta ini adalah Allah SWT.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“dan ketahuilah bahwa seandainya seluruh umat ini


bersatu untuk memberimu manfaat dengan sesuatu maka
mereka tidak akan bisa memberimu manfaat kecuali dengan
sesuatu yang telah Allah tetapkan untukmu, dan seandainya
mereka bersatu untuk memberimu madharat dengan sesuatu
maka mereka tidak akan bisa memberimu madharat kecuali
dengan sesuatu yang telah Allah tetapkan atasmu. Pena-pena
telah di angkat dan lembaran-lembaran telah kering”. (HR. At-
Tirmidzi)

4. Mendiskusikan Segala Sesuatu Secara Periodik

Setiap pasangan suami istri hendaknya mendiskusikan


kebutuhan mereka secara periodik, sebab kebutuhan-kebutuhan
rumah tangga selalu berubah melalui kesinambungan
hubungan.

Salah besar apabila berasumsi bahwa kebutuhan


pasangan hidup tetap begitu saja tanpa ada perubahan sejak
hari pertama pernikahan. Oleh karena itu diskusikan solusi-
solusi pemecahan yang mampu mempertahankan
keseimbangan biduk rumah tangga.

Setiap pasangan pasti menghadapi konflik dalam


mengarungi bahtera rumah tangga, namun jika kedua belah
pihak selalu mengalihkan setiap konflik menjadi perang

22
terbuka, maka kemungkinan besar masih perkawinan mereka
akan berujung pada perceraian.

Kenyataan membuktikan bahwa konflik rumah tangga


biasanya meruncing di tengah ketiadaan komunikasi yang baik
di antara suami istri, dan akan menghilang bersama dengan
terbangunnya komunikasi dan diskusi yang tenang di mana
kedua belah pihak saling melontarkan pendapat dan
mengungkapkan sudut pandangnya secara lugas, jujur, dan
detail.

5. Berpikir Positif Terhadap Pasangan

Berpikirlah positif terhadap pasangan anda dan


buanglah prasangka-prasangka buruk tentangnya.

Kita mungkin serpih salah paham dengan sesuatu


yang dikatakan pasangan kita, namun jika kita yakin bahwa
pasangan kita juga mencintai kita seperti kita mencintainya,
maka bahtera rumah tangga akan terus berlayar menjauhi
karang ke salah fahaman.

6. Bersikap Seimbang Dalam Berhubungan

Pergaulan dan interaksi merupakan salah satu masalah


krusial dan sensitif dalam hubungan suami istri, dan
permasalahan dalam konteks ini sering menghancurkan biduk
pasangan rumah tangga.

Untuk menghindari problem interaksi dengan


pasangan, kedua belah pihak mula-mula harus menjadikan
21
pasangannya sebagai sosok yang di kasihi. Hal ini di antaranya
bisa di ungkapkan dengan penggunaan kata-kata yang lembut
dan berkomunikasi dengannya. Masing-masing pihak dalam
hal ini harus mengambil inisiatif untuk menunjukkan rasa
cintanya pada pasangannya.

7. Jangan Jadikan Harta Sebagai Perusak

Banyak pasangan yang bertengkar gara-gara ribut


masalah keuangan. Kaum istri di satu pihak banyak yang
mengeluh bahwa suami mereka bekerja mencari uang hanya
untuk memenuhi kebutuhan diri pribadinya sendiri. Sebaliknya
kaum suami mengeluh bahwa istri mereka tidak mau melayani
mereka ketika kondisi keuangan mereka sedang memburuk.

Untuk mengatasi konflik keuangan yang bisa


menghancurkan rumah tangga ini di perlukan kebersamaan
pasangan suami istri dalam menangani urusan keuangan
keluarga.

Perbedaan sudut pandang dalam masalah-masalah


yang berkaitan dengan keuangan dan nafkah bisa
menyebabkan banyak masalah oleh karena itu perlu di lakukan
penyusunan anggaran belanja dan juga menetapkan kebutuhan-
kebutuhan yang mendesak dan anggaran belanja pribadi.

Jarang sekali rumah tangga yang sepi dari konflik


masalah keuangan. Oleh karena itu, pasangan suami istri harus

22
memahami makna terselubung di balik nominal uang agar
hubungan mereka tidak memburuk dan melemah hingga
ambang kehancuran.

Uang adalah simbol kekuatan, kekuasaan, cinta,


keamanan, penghormatan diri, dan pemenuhan hasrat. Ketika
kebutuhan suami istri terdapat perbedaan, maka konflik pun
akan semakin memanas dan meruncing, dan uang dalam hal ini
menjadi sarana untuk mengekspresikan kemarahan. Oleh
karena itu, jangan jadikan harta sebagai perusak.

8. Hiasi Diri Dengan Senyuman

Selalu hiasi diri dengan senyum penyambutan wajah


berseri-seri banyak menghilangkan perasaan negatif yang akan
menimbulkan masalah dalam rumah tangga.

Di antara sifat yang menjadikan wanita Muslimah


semakin cantik dan mempesona di pandang suaminya adalah
ceria, riang, gembira, dan ramah tamah, yang harus mewarnai
dalam kehidupan suaminya, sehingga keluarganya senantiasa
hidup dalam kebahagiaan.

9. Saling Jujur Dan Berterus Terang

Pasangan yang tidak saling berterus terang sejak awal


akan apa yang mereka rasakan pada akhirnya kelak akan
menjadi manusia-manusia yang terasing dari pasangannya.

Para istri perlu bicara dengan suami mereka tanpa


merajuk marah, meledak tangsi, maupun letupan emosi yang
21
menyala-nyala. Sementara para suami perlu menghadapi
perasaan mereka dan berbagai perasaan dengan istri mereka.
Mereka perlu mendengar problematika pasangan suami mereka
dan memberitahu sang istri bahwa mereka sangat perhatian
terhadap mereka.

Jangan pernah berdusta pada suami dan


membangkang perintahnya kecuali dalam hal-hal yang
mengandung unsur maksiat kepada Allah. Ingatlah bahwa
berterus terang mengakui merupakan satu keutamaan
tersendiri.

10. Tidak Ikut Campur Masalah Pribadi Pasangan

Jangan ikut campur urusan pribadi masing-masing


pasangan kecuali jika ia memintanya.

Para istri biasanya memiliki kecenderungan untuk


menghancurkan kehidupan rumah tangga mereka dengan ikut
campur tangan ke dalam urusan pribadi suami mereka, padahal
kebanyakan para suami ingin menjadi penentu tunggal dalam
menangani utusan kehidupan pribadi merek. Mereka juga ingin
agar istri mereka percaya sepenuhnya kepada mereka.

11. Langkah Menyelesaikan Konflik Rumah Tangga

Menurut pakar dan konsultan, ada enam belas langkah


penuh sihir untuk menyelesaikan dan mencegah konflik rumah
tangga. Di antaranya :

22
1. Jangan selalu tempatkan hak di depan mata, apalagi
membesar-besarkan hak tersebut

2. Menundukkan pandangan dari kesalahan yang tidak di


sengaja

3. Jangan tergesa-gesa menyelesaikan masalah pada saat


marah

4. Rela melepaskan beberapa hak demi penyelesaian masalah

5. Meredam konflik dan membungkusnya rapat-rapat agar


tidak tersebar ke mana-mana

6. Menyadari bahwa tidak ada bencana yang turun karena


faktor dosa, dan salah satu bentuknya adalah perselisihan
dengan pasangan

7. Melakukan autokritik dan mengoreksi diri, serta


menyadari kekurangan diri dalam menjalankan kewajiban
terhadap Tuhannya

8. Pada permulaan percakapan sebaiknya masing-masing


menyebutkan titik kesamaan, lalu melontarkan hal-hal
yang positif

9. Sabar menghadapi tabiat wanita yang sudah mendarah


daging dalam dirinya

10. Beradaptasi dengan segala situasi dan kondisi

11. Ridha menerima apapun yang di berikan oleh Allah SWT


21
12. Mengakui kesalahan dengan inisiatif sendiri

13. Menentukan locus perselisihan dan memfokuskan diri


padanya tanpa berusaha keluar dari padanya dengan
menyinggung-nyinggung kesalahan atau pelanggaran-
pelanggaran sebelumnya

14. Memahami permasalahan dari segi apakah ia sebuah


khilaf atau salah paham saja, sebab pengungkapan maksud
keinginan masing-masing dan pengutaraan hal-hal yang
menjengkelkannya secara jelas dan langsung akan
membantu menghilangkan ke salah fahaman

15. Masing-masing pihak hendaknya membicarakan masalah


sesuai tingkat pemahamannya tanpa memaksakan
pemahamannya sebagai kebenaran yang tidak bisa di
salahkan

16. Menyadari dan meyakini bahwa kekayaan bukanlah


penyebab kebahagiaan dan kesuksesan namun
kebahagiaan dan kesuksesan adalah hidup tenang dan
bebas dari kegelisahan dan jauh dari ambisi

12. Wasiat Untuk Kehidupan Rumah Tangga Yang


Bahagia

Di antara wasiatnya adalah :

1. Kepercayaan yang terbangun berdua harus berlangsung


dua arah, oleh karena itu jagalah kemurnian cinta anda
berdua. Jangan merusak dengan api cemburu dan keraguan

22
2. Saling menjadi poros kehidupan masing-masing pasangan

3. Jadikanlah anak-anak sebagai sumber kemampuan dalam


menapaki kehidupan rumah tangga berdua

4. Tanggung jawab hidup perlu dihadapi dengan nalar yang


berkesadaran serta visi yang jelas

5. Jagalah kemurnian dan kesucian hubungan seksual, sebab


ia adalah gabungan perasaan alamiah yang bersifat
otomatis dan fungsi-fungsi biologis yang tunduk banyak
faktor yang sebagian besar bersifat kejiwaan (psikologis)

6. Jauh-jauhlah dengan kata cerai

7. Visi ekonomi berdua dalam menyongsong hidup haruslah


padu, jelas, lugas, dan terhormat

8. Buatlah kehidupan anda berdua menjadi indah, di penuhi


senyum dan riang keceriaan

9. Kehidupan suami istri adalah dinamika penyucian jiwa


dan badan. Apabila badan ternoda kotoran, maka jiwa pun
ikut kotor, dan tidak ada sesuatu yang matang kecuali
setelah perjalanan waktu

10. Letakkanlah pendamping hidup anda pada posisi tertinggi.


Masing-masing memiliki peran dalam hidup, maka jangan
berebut tanggung jawab dengan pasangan, namun jangan
pula menuntut salah satu pasangan untuk memikul
tanggung jawabnya
21
13. Langkah Membangun Dialog Antara Suami Istri

Untuk membangun dialog antara suami istri. Ada


beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan, di antaranya :

1. Diam menjimak, bukan sekedar mendengarkan

2. Bersemangat dan unjuk kebahagiaan dalam memaparkan


perasaan ketika melontarkan suatu topik akan mengurangi
sengitnya perdebatan

3. Ungkapan rasa terima asing pada pasangan

4. Gunakan ungkapan-ungkapan permintaan yang konstruktif


selama dialog berlangsung

5. Alo kasihan waktu khusus untuk duduk bersengkerama


bersama dengan kesepakatan masing-masing menghormati
waktu tersebut, menjaganya, dan menciptakan iklim yang
kondusif untuk dialog

14. Tips Mengembalikan Kehidupan Rumah Tangga Yang


Romantis

Manusia memiliki karakter untuk berbuat salah dan


lupa. Oleh karenanya banyak problem rumah tangga yang
tumbuh hanya karena keangkuhan pasangan suami istri, atau
lebih spesifiknya lagi, keengganan suami untuk meminta maaf
pada istrinya dengan anggapan bahwa hal itu akan

22
merendahkan kehormatan dirinya sebagai laki-laki. Padahal
permintaan maaf adalah merupakan sebuah kehancuran siapa
yang bersalah harus minta maaf tanpa harus berusaha untuk
meminta maaf kepada istrinya.

Meminta maaf bukanlah aib, namun orang yang


berani meminta maaf justru memiliki kepribadian yang
sempurna, mengetahui batas-batas diri dan memiliki
kepedulian terhadap orang lain.

Dalam mengembangkan dan mengembalikan


kehidupan rumah tangga yang romantis, ada beberapa tipsnya
di antaranya :

1. Kenanglah bersama pasangan momen-momen lucu yang


terjadi di antara kalian Bermuda

2. Turutlah bersamanya untuk selalu mendampinginya

3. Selalu minta maaf setiap melakukan kesalahan

4. Pada momen-momen tertentu, berilah hadiah, karena


dengan hadiah itu, pasangan akan merasa kita adalah
orang yang romantis

15. Tidak Tergesa-Gesa (Tenang)

Apabila terjadi masalah di antara pasangan suami


istri, maka seharusnya dalam memecahkan masalah harus
memikirkannya secara teman dan tidak tergesa-gesa dalam
mengambil keputusan.
21
Rasulullah SAW berkata kepada Aisyah ra. :
“hendaknya kamu berlemah lembut dan jangan berlaku kasar
dan keji, karena sesungguhnya tidaklah lemah lembut itu ada
dalam sesuatu kecuali ia menghiasinya dan tidaklah ia di cabut
dan sesuatu kecuali memburukkannya”. (HR. Muslim)

Emosi dan amarah tidak akan dapat memecahkan


masalah oleh karenanya tidak ada salahnya mengambil
keputusan pada saat jiwa tenang dan setelah meredahnya badai
amarah.

Keputusan yang di ambil adalah keputusan yang


seharusnya menuju ke arah keberhasilan, keadilan, dan
menjadi kebaikan semua orang. Dan hendaknya sebelum
memutuskannya harus di pikirkan terlebih dahulu dampak
positif dan negatifnya. Agar dalam mengambil keputusan
tersebut tidak ragu-ragu karena sudah melalui beberapa
pertimbangan terlebih dahulu. Setelah itu bulatkan tekad serta
serahkan semua keputusan yang di ambil kepada Allah SWT
semata, niscaya akan mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.
Sebagaimana firman-Nya :

         


      
      
        
 
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu

22
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu maafkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
(QS. Ali Imran : 159)

16. Tidak Menceritakan Kepada Orang Lain

ketika dalam hubungan rumah tangga terdapat


masalah di antara pasangan suami istri, maka hendaknya
masalah itu tidak sampai masuk ke telinga orang lain, cukup
keduanya merahasiakannya agar masalah tidak makin melebar
ke mana-mana. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“termasuk dari kebajikan : merahasiakan musibah,


penyakit dan sedekah”.

Shaqiq Al-Balkhi berkata, “barangsiapa mengeluhkan


musibahnya kepada selain Allah, maka selamanya ia tidak
akan mendapati di hatinya kelezatan dalam ketaatan kepada
Allah”.

Rasulullah SAW juga bersabda : “termasuk dari sikap


mengagungkan Allah dan mengetahui hak-Nya, kamu tidak
mengeluhkan penyakitmu dan tidak menceritakan
musibahmu”.
21
Apabila seoran istri yang punya masalah dengan
suaminya, lalu ia menceritakannya kepada keluarganya dengan
mencela keburukan suaminya sehingga keluarganya membenci
suaminya. Maka ketika itulah hubungan terputus dan
keregangan terjadi walaupun masalahnya sudah selesai, karena
dampak dari ucapan itu akan mempengaruhi masa depan
hubungannya dengan suami. Oleh karena itu, hendaklah orang
merahasiakan masalahnya dan tidak sedikit pun
menampakkannya.

17. Berkata Dan Beradab Yang Baik Dalam Memberi Dan


Mengambil

Permasalahan-permasalahan pada umumnya apabila


bisa di atasi dengan baik maka akan menjadi ringan dan
mereda.

Masing-masing pihak memandang secara objektif di


sertai menampakkan kebaikan-kebaikan dan mengacuhkan
kekurangan-kekurangan. Karena pernikahan merupakan
hubungan jangka panjang yang harus di jaga dan tidak boleh di
rusak dengan perilaku buruk atau pun kata-kata yang
menyakitkan.

18. Tidak Termakan Omongan Orang

Pasangan suami istri harus mengetahui bahwasanya


gangguan manusia, khususnya yang berupa perkataan-
perkataan buruk dan tuduhan palsu, tidak banyak memberinya
madharat, bahakan itu membahayakan diri mereka sendiri.

22
Rasulullah SAW bersabda : “jagalah lisanmu,
tetapilah rumahmu, dan tangisilah dosamu”. (HR. At-Tirmidzi)

Jangan pernah dengarkan nasihat siapa pun soal pola


hubungan anda dengan suami anda, sebab apabila misalnya
suami teman anda memperlakukannya dengan cara tertentu,
maka hal ini tidak berarti bahwa cara tersebut juga cocok untuk
suami anda mengingat setiap orang memiliki tabiat dan
gayanya sendiri-sendiri.

Oleh karena itu, ketika masalah menimpa anda, maka


bersabarlah dan jangan hiraukan orang lain serta jadilah
pemaaf. Sebagaimana firman Allah SWT :

    


     
   
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-
orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan”. (QS. Ali Imran : 134)

     


 
Artinya : “jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang
mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada
orang-orang yang bodoh”. (QS. Al-A’raf : 199)
21
19. Melibatkan Pihak Ke Tiga Apabila Terpaksa

Dalam menyelesaikan beberapa permasalahan perlu


melibatkan pihak ke tiga karena terpaksa dan hanya itu
solusinya.

Misalnya,suaminya tidak shalat di masjid, di antara


solusi yang di sarankan untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan melibatkan imam masjid, yaitu dengan imam masjid
mengunjunginya dan memantau shalatnya.

Misalnya pula, dalam hal pendidikan anak, maka


harus melibatkan beberapa guru.

Namun perlu di perhatikan bahwa pihak yang di


libatkan dalam penyelesaian masalah hanya di beri tahu pokok
permasalahannya saja. Bahkan hanya memberitahukan sisi-sisi
positifnya saja agar perbincangan tidak merembet kepada hal-
hal yang lainnya.

20. Mengenali Kepribadian Pihak Lain

Mengenali kepribadian pihak lain sangat penting


untuk mengambil keputusan yang tepat, karena orang itu
berbeda-beda. Ada yang emosional, ada yang pengasih, ada
yang mudah menyesal dan cepat kembali kepada
kesadarannya, ada yang menjadi takut apabila di takut-takuti
dengan Allah SWT, dan lain sebagainya.

Dan dengan mengenali kepribadian pihak lain itulah


dapat menjadi sebuah solusi menyelesaikan permasalahan.

22
21. Melakukan Sentuhan Khusus

Untuk mengatasi masalah pasangan suami istri, ada


beberapa sentuhan khusus yang harus di lakukan di antaranya :

1. Suami istri haus menyatu secara total, menghilangkan


segala sekat penghalang, dan merencanakan masa depan
bersama

2. Membuka pintu dialog yang bermanfaat dan diskusi yang


tenang, saling mengemukakan pendapat, dan
menyelesaikan masalah bersama-sama dengan akal sehat.

3. Masing-masing pihak mengungkapkan cintanya pada


pasangannya tanpa ragu dan malu.

4. Masing-masing harus menjelaskan derita yang


dirasakannya dan kesedihan yang menyelubunginya
kepada pasangannya, sementara pasangannya harus turut
merasakan kesedihan dan berbagi rasa dengan
penderitaannya.

5. Masing-masing harus berusaha memuji pasangannya atas


setiap pekerjaan yang dilakukannya dan menganggap hal
tersebut sebagai prestasi

22. Mengelola Kekurangan Diri Sendiri

Sebelum dan pada masa awal-awal pernikahan, setiap


laki-laki dan perempuan berusaha menyembunyikan aib
kekurangan dari masing-masing dan menonjolkan sifat-sifat
21
baik mereka. Namun setelah beberapa lama kemudian mereka
lupa akan konsekuensi-konsekuensi hal tersebut, sehingga
permasalahan pun timbul.

Oleh karena itu, para pakar sosiologi mengatakan


bahwa istri yang sukses adalah istri yang paling bersemangat
menutupi kekurangan dirinya justru setelah menikah. Sebab
setelah menikah, kondisi berubah. Masing-masing fokus pada
kepribadian dan kemuliaan dirinya serta cara pasangannya
dalam berinteraksi dengan dirinya.

Para istri harus mencari dan mendiagnosa sendiri aib-


aib kekurangan dirinya sebelum terungkap oleh suaminya. Hal
itu di maksudkan agar ia bisa mengatur strategi lanjutan
bagaimana cara mengelola aib kekurangan menjadi positif dan
berusaha mengendalikannya agar tidak terperosok ke dalam
masalah.

Banyak kekurangan pada diri wanita yang harus di


ubahnya demi menjaga keutuhan dan stabilitas kehidupan
rumah tangganya.

23. Diam

Diam memberi energi yang kuat untuk berpikir secara


mendalam mengenai segala yang terjadi dan berkonsentrasi
pada pokok permasalahan dengan penuh rasionalitas.

Diam adalah solusi paling tepat dalam menghadapi


permasalahan-permasalahan rumah tangga yang ramah.

22
Oleh karena itu diamlah ! karena diam adalah seni dan
keterampilan, maka berusahalah untuk diam, niscaya anda
tidak akan pernah gagal dalam mewujudkan apa yang anda
inginkan pada waktu dan situasi apapun.

24. Berkomitmen Menjadi Keutuhan Keluarga

Masing-masing pihak harus berkomitmen menjaga


keutuhan keluarga dan rumah, serta memperjuangkan hal
tersebut hingga titik dara penghabisan, apalagi jika ada anak-
anak. Hal itu bisa di wujudkan dengan kesediaan untuk
berkorban dan mengalah dari kedua belah pihak, dan tidak
menganggap sikap mengalah sebagai sesuatu yang
merendahkan diri. Perasaan seperti ini sama sekali tidak boleh
ada dalam diri kedua pasangan.

25. Memberikan Hadiah

Sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang


pasangannya, masing-masing pasangan suami istri seyogyanya
memberikah hadiah simbolis kepada pasangannya dari waktu
ke waktu, meskipun misalnya hanya berupa sekuntum bunga
mawar, sembari berusaha mengingat momen-momen penting
bagi mereka, misalnya tanggal pernikahan, dan sejenisnya.

Wanita mana pun akan bahagia apabila mendapatkan


hadiah dari orang yang dicintainya. Kemarahan pun akan
mereda apabila suami datang membawakan hadiah untuknya.
Karena bagaimana pun hadiah adalah ungkapan cinta dan kasih
sayang.
21
26. Memandang Ke Puncak Masalah Dengan Proporsional

Permasalahan-permasalahan berbeda-beda, hati juga


tidak sama dalam kekuatan, kesabaran dan keteguhannya.
Maka agar penggambaran masalah menjadi jelas, hendaknya
orang melihat kepada kesudahan musibah dan madharat paling
besar yang mungkin di dapatnya dari musibah itu.

Apabila seorang istri di ceraikan, maka mungkin


Allah SWT akan memberinya suami yang lebih baik dari yang
menceraikan.

Oleh karena itu, setiap permasalahan harus di pandang


secara proporsional agar kehancuran tidak terjadi.

27. Banyak Beristighfar

Rasulullah SAW bersabda : “barangsiapa banyak


beristighfar niscaya Allah SWT menjadikan untuknya
kelapangan dari setiap kesedihan dan jalan keluar dari setiap
kesempitan, dan dai memberinya rizki dari arah yang tiada di
sangka-sangka”. (HR. Abu Dawud)

Kembali kepada Allah SWT serta memohon


pertolongan dan taufik dari-Nya merupakan di antara solusi
untuk mengatasi masalah. Sehingga terpecahkannya
permasalahan-permasalahan.

28. Dengarkan Pasangan Anda !

22
Banyak sekali pasangan suami istri yang mengalami
kegagalan pada tiap tahunnya, bahkan tak terhitung jumlahnya,
gara-gara si istri merasa bahwa suami mereka tidak mau
mendengarkan mereka ketika mereka tengah membicarakan
keluhan-keluhan yang mereka rasakan dalam menjalani
kehidupan rumah tangga.

Padahal tekun mendengarkan pasangan hidup anda


merupakan isyarat tang menunjukkan betapa perhatiannya
anda terhadapnya.

29. Sensitif Terhadap Ekspektasi Pasangan

Ada beberapa perbedaan mendasar antara apa yang


menjadi ekspektasi kaum istri dengan kaum suami.

Misalnya, kaum istri ingin suami mereka menyatakan


kepada mereka bahwa mereka adalah wanita satu-satunya yang
ada di hatinya. Mereka juga mengharapkan sentuhan dan
belaian-belaian ringan penuh cinta.

Sedangkan kaum suami cenderung berkeyakinan


bahwa selama mereka telah menjalankan tugas sebagai kepala
rumah tangga, maka berarti mereka telah menjalankan hal-hal
yang menjamin kebaikan rumah tangga mereka.

Oleh karena itu, kemampuan mengkomunikasikan


segala permasalahan akan membantu suami istri dalam
mengenal satu sama lain dan hidup nyaman dalam rumah
tangga yang bahagia.
21
30. Menegaskan Makna Kebersamaan

Pada sebagian besar pasangan suami istri kadang


terjadi konflik kuat antara suami istri dalam berbagai medan
permasalahan. Si istri biasanya akan menjerit atau mekanis. Ia
juga menolak tegas pendapat suami sehingga pada akhirnya ia
pun bisa memaksakan pendapatnya.

Pada umumnya, stimulus yang mendorong seseorang


untuk memaksakan pendapatnya sendiri adalah perasaan
interior. Oleh karena itu perlu penegasan unsur kepercayaan
terhadap diri sendiri dan terhadap pihak lain. Sehingga konflik
bisa berubah menjadi peluang kerja sama dan pernyataan
kedua belah pihak dalam pengambilan satu keputusan demi
kepentingan keduanya dan kepentingan keluarga secara luas.
Kedua belah pihak harus lebih fleksibel dan siap mengaduh
kesepahaman, kerja sama, dan melakukan perubahan-
perubahan yang di perlukan.

31. Saling Menghormati

Sikap saling menghormati antara pasangan suami istri


merupakan syarat utama bagi kebahagiaan rumah tangga.

Sikap saling menghormati antar suami istri


merupakan unsur osensial dalam cinta yang dapat melindungi
bahtera rumah tangga dari segala problematika yang
menghadangnya. Sebab penghormatan akan memperkokoh
cinta suami istri di atas landasan yang berkesinambungan.

22
32. Syarat Kebahagiaan Rumah Tangga

Bagaimana pun juga kehidupan rumah tangga


merupakan pengalaman baru yang memiliki syarat, tuntutan
kebutuhan, dan prinsip-prinsip.

Konflik rumah tangga menjadi keharusan untuk


mencapai kebahagiaan rumah tangga karena konflik
merupakan jalan untuk mengevaluasi karakter hubungan suami
istri dan kebahagiaan rumah tangga bisa terwujud apabila
memenuhi syarat :

1. Memandang perkawinan pertama-tama sebagai nilai


keagamaan sebelum menjadi nilai sosial

2. Qana’ah menerima kenyataan bahwa perkawinan


menyebabkan pembatasan beberapa yang dahulunya di
nikmati seseorang sebelum menikah

3. Qana’ah menerima perkawinan dari segi timingnya dan


tidak memakan salah satu pihak untuk melakukannya

4. Qana’ah menerima kenyataan bahwa kehidupan rumah


tangga sangat erat dengan tanggung jawab dan konflik
perselisihan

5. Mempersiapkan diri untuk beralih dari peran sebagai


seorang bujang atau gadis menjadi seorang suami atau istri

6. Qana’ah menerima kenyataan bahwa tidak ada pasangan


yang persis sesuai buram pasangannya
21
7. Penyiapan wawasan sebelum menikah

8. Keputusan akhir mengenai waktu pernikahan dan


pasangan hidup di serahkan sepenuhnya pada yang
menjalankan kemahligai rumah tangga

BAB IV

Menjadi Istri Dambaan Suami

1. Berbakti Terhadap Suami

Ketaatan istri kepada suaminya terletak setelah


ketaatannya kepada Allah SWT bahkan ketaatan kepada Allah
SWT dapat di ukur dari beberapa jauh dia dapat menyelesaikan
kewajibannya terhadap suaminya. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW :

“sesungguhnya seorang istri belum di katakan


menunaikan kewajibannya terhadap Allah sehingga

22
menunaikan kewajibannya terhadap suaminya seluruh dan
andaikata (suaminya) memerlukannya, dan dia di atas
kendaraan tidak boleh menolaknya”.

Istri hendaknya tidak bermalas-malasan dalam


mengurus dan menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah
tangga, karena istri yang penuh keikhlasan dalam
melaksanakan tugasnya sebagai istri, dan beriman kepada
Allah SWT, maka akan memperoleh surga. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW :

“jika seorang istri itu telah menunaikan shalat lima


waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, dan menjaga
kemaluannya dari pada (mengerjakan) perbuatan haram dan
taat kepada suaminya, maka akan di persilahkan, “masuklah ke
surga dari pintu mana saja yang kamu mau”. (HR. Ahmad dan
Thabrani)

Dalam hadits lain di terangkan : “setiap istri yang


mati di ridhai oleh suaminya, maka ia akan masuk surga”.

Dalam kitab Durratun Nasihin terdapat sebuah


riwayat yang di katakan oleh Imam Hasan Al-Basri tentang
wanita shalihin, beliau menceritakan : “sesungguhnya telah
terjadi di zaman Rasulullah SAW seorang suami telah pergi
berperang meninggalkan istrinya. Dia berpesan kepada
21
istrinya, “janganlah kamu meninggalkan rumah sehingga aku
kembali kepadamu.“ sepeninggal suaminya, ayah sang istri
sakit. Maka istri tersebut mengutus seseorang kepada
Rasulullah SAW untuk meminta izin menjenguk ayahnya.
Rasulullah SAW menjawab, “taatilah suamimu, jangan
keluar.” Akhirnya orang buta istri itu meninggal dunia.
Kemudian istri mengutus lagi seseorang kepada Rasulullah
SAW untuk memita izin melayat ayahnya. Kemudian
Rasulullah SAW menjawab, “taatilah suamimu.” Setelah itu
Rasulullah SAW mengutus seseorang kepada istri tersebut
untuk memberi kabar bahwa Allah SWT mengampuni dosa
orang tuanya (ayahnya) di sebabkan ketaatannya kepada
suaminya”.

Di antara bentuk ketaatan dan bakti seorang istri


kepada suaminya adalah tidak berpuasa melainkan pada bulan
Ramadhan kecuali jika ada izin dari suaminya, tidak
memberikan izin seorang pun untuk masuk ke dalam rumahnya
melainkan atas izin suaminya, tidak bersedekah dengan uang
hasil jerih payah suaminya melainkan atas izin suaminya.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“tidak di perbolehkan bagi seorang istri untuk


berpuasa sedang pada saat itu suaminya ada di sisinya kecuali
atas suaminya, dan tidak mengizinkan seseorang masuk ke
dalam rumahnya tanpa perintah suaminya, dan infak yang di
keluarkan tanpa perintah suaminya, maka sebagian dari infak
itu kembali kepada suaminya”.

22
Suatu kemuliaan yang paling besar bagi orang wanita
untuk menemani, memberikan perhatian dan mengurus suami
baik di waktu pagi maupun di waktu sore, dalam keadaan suka
maupun duka, serta bersikap lemah lembut dan penuh kasih
sayang sehingga suaminya senantiasa merasa tentenam,
tenang, dan aman. Bahkan dia akan memberikan suritanla dan
dalam menghormati suami, memuji kebaikan-kebaikannya,
menyebutkan sifat-sifatnya, serta memuji kebajikan-kebajikan-
Nya.

2. Berusaha Memperoleh Kasih Sayang Dan Ridho


Suami

Istri yang benar-benar sadar akan ajaran agamanya


akan senantiasa berusaha untuk memperoleh kasih sayang
suaminya dan sekaligus menjaga agar suaminya selalu bahagia
dan terus menerus memberikan keridhaan kepadanya, hidup
dalam ketentraman dan kebahagiaan.

Dalam suatu riwayat di ceritakan bahwa Ummu


Sulaim binti Milhan, istri Abu Thalhah Al-Anshari. Dia telah
di kejutkan dengan meninggalnya putra kesayangannya, pada
saat itu Abu Thalhah sedang bepergian jauh. Dia mempunyai
sikap yang sangat langkah, kiranya tidak di sebutkan dalam
sahih muslim, niscaya sikap Ummu Sulaim itu akan menjadi
sebuah dongeng belaka.
21
Anas bin Malik ra. Putra Ummu Sulaim menceritakan
kisah ibunya :

“ketika seorang putra hasil pernikahan Abu Thalhah


dan Ummu Sulaim binti Milhan meninggal dunia, sang ibu
berkata kepada keluarganya, “jangan engkau beri tahukan
kepada Abu Thalhah tentang kematian putranya ini, biar aku
sendiri yang akan memberitahukannya”.

Selanjutnya Anas berkata, “ketika Abu Thalhah


datang, dia segera menyambut dan menyediakan makan malam
baginya, maka Abu Thalhah pun menyantapnya. Setelah itu
Ummu Sulaim berdandan cantik yang tidak di lakukan
sebelumnya dan Abu Thalhah pun mengajaknya tidur. Setelah
Ummu Sulaim melihat Abu Thalhah merasa puas atas
pelayanannya itu, lalu dai berkata, “wahai Abu Thalhah,
bagaimana pendapatmu apabila satu kaum meminjamkan suatu
barang kepada sebuah keluarga, lalu mereka meminta barang
pinjaman tersebut, apakah keluarga itu berhak menolaknya ? ”.

Abu Thalhah menjawab, “tidak ! ”.

Lalu Ummu Sulaim berkata kepada Abu Thalhah,


“begitulah putramu telah meninggal di ambil oleh pemiliknya”.

Mendengar ucapan Ummu Sulaim itu, Abu Thalhah


pun menjadi marah serata berkata, : “engkau berikan kepadaku
pelayanan tang memuaskan lalu engkau beritakan tentang
kematian putraku ? ”.

22
Selanjutnya Abu Thalhah segera mendatangi
Rasulullah SAW dan memberitahukan tentang hal tersebut.
Dan Rasulullah SAW bersabda : “semoga Allah SWT
memberkahi kalian berdua pada malam yang telah kalian lalui
kemarin”.

Lalu Anas melanjutkan ceritanya, “kemudian Ummu


Sulaim pun hamil”.

Rasulullah SAW pernah mengadakan perjalanan


sedang Ummu Sulaim ikut bersamanya, dan apabila Rasulullah
SAW pulang ke Madinah dari suatu perjalanan tidak pernah
malam hari, setelah mendekati Madinah, Ummu Sulaim
merasa sakit perut. Lalu Abu Thalhah mengutusnya,
sedangkan Rasulullah SAW melanjutkan perjalanannya
kembali ke Madinah.

Anas bin Malik melanjutkan ceritanya, “kemudian


Abu Thalhah berkata, “wahai Tuhan-ku, sesungguhnya engkau
mengetahui bahwa aku sangat bangga bisa pergi dan pulang
bersama Rasul-Mu ke Madinah, dan aku berpisah dengan
beliau seperti yang engkau lihat”.

Kemudian Ummu Sulaim berkata, “wahai Thalhah,


sekarang aku sudah tidak merasa sakit lagi, mari kita pergi
melanjutkan perjalanan”.

Ketika telah sampai di Madinah, Ummu Sulaim


kembali sakit perut, hingga akhirnya melahirkan seorang bayi
laki-laki.
21
Lalu ibuku berkata kepadaku, “wahai Anas, tidak
boleh seorang pun mengasuhnya sehingga engkau
menyerahkan dia kepada Rasulullah SAW”.

Ketika pagi hari telah tiba, aku membewanya


menghadap Rasulullah, yang saat itu beliau gedang membawa
alat pemberi tanda.

Selanjutnya Anas bercerita, “ketika melihatmku,


beliau berkata, “apakah Ummu Sulaim telah melahirkan ? ”.

Aku menjawab, “benar ! ”.

Kemudian beliau meletakkan alat pemberi tanda


tersebut. Setelah itu aku membawa ke hadapan beliau dan aku
meletakkan di pangkuan beliau, lalu Rasulullah SAW
mengambil kurma Madinah, lalu melembutkannya dengan
mulutnya, kemudian memasukkannya ke dalam mulut bayi itu,
dan bayai itu pun menikmati kurma itu dengan lidahnya. Lalu
Rasulullah SAW bersabda : “lihatlah kecintaan orang Anshar
kepada kurma.” Kemudian beliau mengusap wajahnya dan
memberi nama Abdullah kepada bayi itu.

Itulah sosok Ummu Sulaim, kerena kesabaran dan


kepatuhannya kepada suaminya. Allah SWT telah mengetahui
kebenaran dan kesungguhan imannya, sehingga datang berita
gembira melalui lisan. Rasulullah SAW bahwa dia akan masuk
surga. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

22
“aku telah masuk ke dalam surga, lalu aku mendengar
suara manusia. lalu aku bertanya, “siapa itu ? .” mereka
menjawab, “ini adalah Gumarsha’ binti Mulhan, ibu Anas bin
Malik”.

Sikap ke hati-hatian yang baik dari orang istri dan


kecerdasannya dalam bertindak itu tidak mudah di lakukan dan
tidak di ketahui kecuali oleh istri-istri shalihah dambaan suami
yang senantiasa memberikan cinta kasih, kepatuhan,
kesabaran, kejernihan hati serta pengabdiannya dengan
ketulusan dan keikhlasan.

3. Memikat Hati Suami

Istri dambaan suami akan senantiasa memperhatikan


penampilannya di hadapan suaminya karena Rasulullah SAW
bersabda :

“di antara kebahagiaan anak Adam itu ada tiga,


demikian juga dengan kesengsaraannya, juga ada tiga di antara
kebahagiaan anak Adam itu adalah : wanita shalihah, tempat
tinggal yang baik dan kendaraan yang baik. sedangkan ketiga
kesengsaraannya adalah : wanita yang buruk (tidak shaliah),
tempat tinggal yang buruk dan kendaraan yang buruk”.

Dari Abdullah bin Amru bin Al-Ash ra. Rasulullah


SAW bersabda : “dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik
perhiasan adalah wanita shalihah”.
21
Pergaulan yang baik oleh seoran istri kepada
suaminya serta kepandaiannya dalam memikat hati suaminya
merupakan bagian yang dapat memperkuat tiang keluarga
karena hal itu akan menjadikan suaminya terjaga dan bersih
dari penyelewengan.

4. Selalu Menciptakan Suasana Harmonis

Istri dambaan suami senantiasa berusaha menciptakan


suasana yang penuh keharmonisan yaitu ketenangan,
kesenangan, dan kebahagiaan di dalam rumah tangganya.
Karena Allah SWT telah berfirman :

      


    
       
 
Artinya : “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ruum : 21)

Istri merupakan penyejuk, penghibur, pemberi


ketenangan dan ketentraman bagi suami di dalam rumah
tangga yang sangat di cintai.

5. Istri Shalihah

22
Rasulullah SAW bersabda : “dunia adalah perhiasan,
dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah”.

Hadits tersebut menjelaskan bahwa secara Ummu,


wanita sesungguhnya sama dengan perkasa. Apabila perhiasan
dapat membuat mata manusia menjadi terlena, maka demikian
halnya dengan wanita bahkan, wanita memiliki daya kekuatan
yang lebih besar dari pada perhiasan.

Sebagai sebuah perhiasan, wanita sesungguhnya dapat


menimbulkan dua nampak bagi lelaki di antara dampaknya :

1. Wanita tak ubahnya sebagai sebuah perhiasan yang hanya


mampu memancarkan keindahan yang bisa membuat
lelaki terlena

2. Wanita bukan hanya sebagai sebuah perhiasan yang indah


bila di pandang, namun terasa damai jika berada di
dekatnya. Wanita seperti ini bukan hanya cantik dari sisi
dzahir, namun juga cantik dari sisi batinnya.

Istri shalihah adalah buah permata yang akan


memancarkan kebahagiaan dalam ramah tangga. Sebagaimana
sabda Rasulullah SAW :

“di antara tanda-tanda kebahagiaan seseorang ada tiga


; (mempunyai) istri yang shalihah, tempat tinggal yang baik,
serta kendaraan yang baik. Dan di antara tanda kesengsaraan
seseorang adalah (mempunyai istri yang jahat, tempat tinggal
yang buruk dan kendaraan yang buruk pula)”.
21
Rasulullah SAW bersabda : “tidak ada sesuatu yang
lebih bermanfaat dan lebih baik bagi seorang mukmin setelah
nikmat keimanan kecuali (mempunya) istri yang shalihah,
yaitu (seorang istri) yang bal suaminya memerintah kepadanya
ia taat, bila suami memandangnya ia selalu terlihat
menyenangkan, bila sang suami melakukan sumpah atasnya, ia
selalu memberlakukan sumpah itu dengan baik, dan bila suami
meninggalkannya, ia pun akan menjaga kesucian dirinya dan
harta suaminya”.

Seorang istri bisa di sebut sebagai sosok istri shalihah


manakala ia memiliki tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap
suaminya selama suami tidak memerintahkan untuk melakukan
maksiat kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW bersabda : “seandainya aku di


perintahkan agar seseorang bersujud kepada orang lain, maka
pastilah aku memerintahkan seorang istri untuk bersujud
kepada suaminya”.

Seorang istri bisa disebut sebagai istri shalihah


apabila ia juga selalu bisa menyenangkan suaminya. Dalam hal
ini istri harus tahu apa yang menjadi kesenangan suaminya.
Dan untuk bisa membahagiakan hati suami, seorang istri harus
mengetahui dengan betul karakter suaminya sendiri.

Seorang istri juga bisa di katakan shalihah apabila ia


dapat memegang janji dan sumpah kepada suaminya. Dalam
hal ini istri di tuntun setia terhadap janjinya untuk mau sehidup

22
semati bersama sang suami, walaupun dalam keadaan sak
maupun dalam keadaan duka.

Istri yang setia tak akan mudah terombang-ambing


oleh keadaan, ia juga tak akan mudah terbujuk rayu oleh lelaki
lain yang memiliki beberapa kelebihan dari pada suaminya.
Karena istri shalihah adalah istri yang bisa menjaga
kehormatan dirinya.

Bagaimana pun juga istri shalihah akan membawa


suasana surga dalam rumah tangga di mata suaminya, ia Ian
menjadi permata hati bahkan seperti seorang dewi yang
sanggup memberikan kedamaian lewat belaian kasih
sayangnya.

6. Setia Terhadap Suami

Istri yang setia tak akan mudah terombang-ambing


oleh ke adaan, ia juga tak akan mudah terbujuk ratu oleh lelaki
lain yang memiliki beberapa kelebihan dari pada suaminya,
karena istri shalihah adalah istri yang bisa menjaga kehormatan
dirinya.

Rasulullah SAW pernah menyebutkan dalam sebuah


hadits bahwa ada empat kriteria seorang wanita yang berstatus
sebagai istri shalihah yang kelak di janin akan masuk surga,
salah satunya adalah wanita yang di tinggal suaminya mati
sementara ia punya tanggungan untuk jerawat anak-anaknya
yang masih kecil dan ia tak mau menikah lagi sebab khawatir
21
kalau ia menikah lagi, anak-anaknya akan menjadi terlantar.
Penggalan hadits itu adalah :

“..... wanita yang di tinggal mati suaminya (sementara


itu) ia punya anak-anak yang masih kecil, dia mengendalikan
diri untuk kepentingan anak-anaknya, mendidik mereka dan
memperlakukan baik terhadap mereka dan ia tidak menikah
lagi sebab takut anak-anaknya akan terlantar”. (Al-Hadits)

Tidak semua wanita memiliki kesetiaan yang benar-


benar tulus terhadap suaminya karena kesetiaan itu butuh
banyak pengorbanan, baik secara materi maupun imateri.

Saat suami masih hidup mungkin kesetiaan itu bisa


terwujud dan dapat di lakukan dengan relatif mudah. Namun
kesetiaan itu akan benar-benar teruji manakala sang suami
sudah meninggal dunia. Apalagi sang suami meninggalkan
beberapa anak yang masih kecil.

Allah SWT menilai bahwa seorang istri yang setia


terhadap suaminya yang sudah meninggal dengan tidak
menikah lagi dan tetap mengasuh anak-anak sendirian adalah
sebagai sebuah perjuangan berat yang layak mendapatkan
pahala yang besar.

Kesetiaan seorang istri terhadap suaminya yang sudah


meninggal dani dan upayanya memperjuangkan nasib anak-
anak ternyata akan memperoleh balasan yang begitu mulia, tak
hanya surga yang di peroleh, namun lebih dari itu, kesetiaan
akan menemukan kebahagiaannya karena istri-istri yang setia

22
kelak di akhirat akan di kembalikan kepada suaminya masing-
masing.

Dari Salman binti Jabir, bahwasanya suaminya mati


syahid, maka ia mendatangi Abdullah bin Mas’ud dan berkata :
“aku adalah seorang wanita yang di tinggal mati syahid oleh
suami. Telah datang beberapa lelaki kepadaku untuk melamar,
namun semuanya aku tolak untuk menikah dengan mereka
sampai aku bertemu dengan suamiku, maka apakah kamu
punya harapan untuk berkumpul kembali kelak. Apakah aku
akan menjadi salah satu istrinya ? .” Abdullah bin Mas’ud
menjawab, “ya ! ”.

Kesetiaan sesungguhnya tak bisa di ukur dengan akal,


sebab kesetiaan termasuk dalam wilayah cinta yang tak bis di
ukur dengan rasional. Atas dasar inilah maka kesetiaan tak bisa
di salahkan secara ilmiah karena kesetiaan adalah buah ari
cinta dan kesetiaan adalah buah realitasi dari kesungguhan
dalam menepati janji.

Bagaimana pun kesetiaan adalah sebuah sikap yang


mulia. Kesetiaan adalah sebuah ketulusan untuk menjalankan
sebuah amatan. Dan Allah SWT menghargainya sebagai
sebuah perjuangan yang layak mendapatkan surga-Nya.

7. Dapat Menjaga Kesucian Diri

Islam memandang bahwa status istri adalah sebuah


status mulia yang wajib di jaga kesuciannya. Baik yang
bersifat dzahir, maupun yang batin.
21
Dalam segi dzahir, istri di tuntun supaya seluruh apa
yang ada dalam tubuhnya jangan sampai di lihat apalagi di
jamah oleh seseorang selain suaminya sendiri. Sebagaimana
firman Allah SWT :

    


      
     
      
     
    
     
     
     
      
      
       
     

Artinya : “Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.
dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah
suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara

22
perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-
budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan
janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui
perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung”. (QS. An-Nuur : 31)

Istri yang bisa menjaga kehormatannya adalah mereka


yang bisa menjaga jarak dengan lelaki lain selagi dia sudah
berstatus sebagai istri seseorang. Dalam kaitannya dengan hal
ini, islam sendiri memberikan aturan bagaimana seharusnya
seorang istri menerima tamu di rumahnya saat suami tak
berada di rumah termasuk juga istri yang bisa menjaga
kesucian dirinya, ia tidak keluar rumah saat suaminya pergi
apabila suaminya memang tidak mengizinkan.

8. Selalu Menyenangkan Hati Suami

Rasulullah SAW bersabda : “sukakah kamu aku


ceritakan bakal istrimu di surga ? .” para sahabat menjawab,
“tentulah saja kami suka.” Maka Rasulullah SAW bersabda,
“ia itu setiap istri yang kasih sayang dan banyak anak, dan
21
apabila ia di ganggu oleh suaminya lalu ia menyerahkan
dirinya dan berkata, “inilah tanganku terserah kepadamu, saya
tidak akan dapat tidur hingga engkau rela kepadaku”. (HR.
Thabrani)

Peranan seorang istri dalam mendampingi suami


sungguh tak bisa di anggap enteng. Surga akan tercipta dalam
rumah tangga apabila orang istri mampu menempatkan
posisinya benar-benar sebagai istri dari suaminya sekaligus
sebagai ibu bagi anak-anaknya.

Rasulullah SAW bersabda : “sebaik-baik wanita


adalah wanita yang apabila kamu pandang ia menyenangkan”.

Untuk menyenangkan hati suami sebenarnya yang


paling tahu adalah istri itu sendiri. Dalam posisi ini istri du
tuntut mengetahui apa yang menjadikan kesukaan suami, mulai
dari kesukaan suami mengenai penampilan dirinya, mengenai
tingkah lakunya, sampai pada kegemaran makanannya.

Rasulullah SAW bersabda : “apabila seorang wanita


selalu mengikuti kehendak suaminya atau ia berhias diri
dengan harapan agar suaminya senang terhadapnya, maka
Allah akan menulis baginya beberapa kebaikan dan akan
melebur sepuluh kejelekannya serta derajatnya akan di
angkat”.

22
Bagaimana pun berdandan adalah merupakan suatu
keharusan bagi seorang istri agar suaminya senang. Nabi SAW
sendiri pernah menyatakan bahwa sebaik-baik wanita adalah
yang suka berdandan dengan menggunakan wewangian dan
selalu berpenampilan rapi. Sebagaimana sabda beliau :

“sebaik-baik wanita adalah wanita yang selalu


menggunakan wangi-wangian dan bersih”.

Selain penampilan, seorang istri juga harus selalu


menampakkan aura wajah yang menyenangkan di hadapan
suaminya. Di antara manfaat yang akan di peroleh oleh
seorang istri yang nampak selalu ceria di hadapan suami
adalah :

1. Bisa di pastikan seorang suami akan lebih menyukai dan


mencintai istri

2. Membahagiakan hati suami

Selain dengan menampilkan wajah yang ceria dengan


senyuman, hal yang bisa di lakukan istri untuk menyenangkan
hati suami adalah dengan menciptakan suasana hati yang
romantis. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :

“sesungguhnya apabila seorang suami menatap


istrinya dan istrinya membalas pandangan (dengan penuh cinta
21
kasih), maka Allah akan menatap mereka dengan pandangan
kasih mesra, dan jika seorang suami membelai tangan istrinya,
maka dosa mereka akan jatuh berguguran di sela-sela jaring
tangan mereka”. (HR. Maisyarah)

9. Memenuhi Hak-Hak Suami

Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah SAW bersabda :


“tidak halal bagi seorang istri berpuasa, sementara suaminya
ada (di rumah) kecuali dengan izinnya. Tidak boleh pula
mengizinkan dalam rumah suaminya kecuali dengan izinnya.
Dan tidak boleh membelanjakan dari nafkah tanpa perintahnya.
Sesungguhnya separuhnya akan sampai kepadanya”. (HR.
Bukhari)

Larangan puasa bagi istri, dalam hadits tersebut


seperti di jelaskan oleh para ulama’ berat haram. Sebab suami
berhak untuk bercengkerama dan bersenang-senang dengan
istrinya setiap hari dan hak suami wajib di penuhi, tidak boleh
di tolak dengan sesuatu yang sunat.

Ada yang berpendapat bahwa puasa sunat bolehdi


lakukan tanpa seizin suami. Namun ketika suami mengajaknya
bersenang-senang (menggaulinya) maka istri harus
memenuhinya.

Sementara menurut Imam An-Nawawi, puasanya itu


tidak mendapatkan pahala. Bahkan haram hukumnya.

22
Sedangkan menurut Allamah Al-Imrani, jika berpuasa
tanpa seizin suaminya, puasanya itu sah dan istri tidak berdosa,
sedangkan perkara di terima atau tidak, semua itu urusan Allah
SWT.

Al-Allamah Al-Mubarakfuri mengutip dari pengarang


At-Targhib bahwa termasuk di antara hak suami adalah
mencegah istrinya mengerjakan puasa sunah kecuali dengan
ijinnya. Namun apabila istri bersikeras mengerjakan-Nya,
maka puasanya itu tidak mendapatkan apa-apa kecuali hanya
lapar dan dahaga.

10. Berkepribadian Teguh

Istri dambaan suami senantiasa berlaku bijak dalam


setiap memutuskan suatu masalah dan juga tidak mudah
termakan oleh isu orang lain yang belum tahu tentang
kebenarannya. Di mana dia harus memiliki kepribadian teguh
dan bijaksana serta di dasari oleh iman dan taqwa yang kuat
karena sifat itu merupakan hasil pemahamannya terhadap
ajaran agama dan kesadarannya akan tegasnya dalam
menjalani hidup ini. Namun, kuatnya kepribadiannya tidak
boleh menjadikannya tidak taat kepada suaminya, tetapi
kuatnya kepribadian tersebut, yang terdapat pada dirinya
hendaknya senantiasa menjadikan tetap seimbang dan bijak
dalam bertutur kata dan bekerja sama dengannya, bahkan pada
saat-saat terjadi kemarahan dalam kehidupan rumah tangga,
istri harus dapat mengendalikan diri dan mengatur tutur
katanya, karena kata-kata yang buruk kepada suami akan
21
melukai perasaan suaminya. Demikianlah kepribadian yang
teguh, kuat, dan seimbang.

Oleh karena itu, setiap istri di tuntut untuk senantiasa


berkepribadian teguh dan bijaksana.

BAB V

Contoh Teladan Istri Rasulullah SAW

1. Khadijah Binti Khuwailid

22
Khadijah adalah seorang wanita bangsawan di
zamannya. Ia sering di sebut sebagai “Ath-Thahirah” yang
berarti “wanita suci.” Karena ia adalah erang wanita yang
bermartabat, akhlaknya luhur, budi pekertinya tinggi, cerdas,
kaya, sekaligus terhormat. Rasulullah SAW sendiri pernah
memuji Khadijah dan menyamakan keluruhan akhlaknya
dengan Maryam bin Imran. Sebagaimana sabda beliau :

“sebaik-baik wanita (pada zaman)-Nya adalah


Maryam putri Imran dan sebaik-baik wanita (dari umat)-Nya
adalah Khadijah”.

Dilihat dari perjalanan hidupnya, Khadijah pernah


menikah du kali. Pertama, ia menikah dengan Abu Halal ibu
Zararah At-Tamimi. Dari pernikahan ini Khadijah di karuniai
dua orang anak yaitu Halal dan Hindun. Setelah suaminya
yang pertama ini meninggal, Khadijah menikah lagi dengan
seorang pria bernama Utaiq. Hadijah menjalani rumah tangga
dengan suaminya yang kedua ini selama beberapa tahun yang
akhirnya harus berpisah karena tidak menemukan kecocokan.

Selama menjanda, Khadijah lebih menyibukkan diri


sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai usahawan. Ia
begitu tekun mengurus dan mendidik anak-anak dan selalu giat
menjalankan usahanya sebagai usahawan. Walau pun saat itu
banyak pembesar Quraisy yang berusaha mendekatinya dan
melamarnya, namun wanita ini lebih memilih untuk
membesarkan anak-anaknya. Sampai akhirnya Allah SWT
mempertemukannya dengan Rasulullah SAW.
21
Sebelum Rasulullah SAW menjadi suami Khadijah,
beliau adalah salah satu karyawan Khadijah. Namun bagi
Khadijah, kejujuran dan keindahan akhlak lebih mahal
harganya dari pada kedudukan dan kekayaan. Karena alasan
inilah Khadijah lebih memilih Rasulullah SAW untuk di
jadikan sebagai pendamping hidup. Ia sadar bahwa Rasulullah
SAW yang kelak bisa membimbingnya dan mengatur rumah
tangga dengan cara yang baik yang kelak memberikan
kebahagiaan yang sejati.

Dalam banyak riwayat di sebutkan bahwa Khadijah


adalah seorang wanita yang paling di cintai oleh Muhammad
SAW. Hal ini wajar sebab selain Khadijah merupakan istri
pertama, ia juga banyak mengalami penderitaan hidup bersama
beliau. Ia adalah sosok seorang istri yang shalihah, setia, dan
mampu memahami apa yang menjadi kebutuhan suami. Ia juga
penuh pengertian dan selalu ikhlas dalam memberikan
pelayanan.

Di sebutkan dalam sejarah, ketika Allah SWT


memerintahkan Rasulullah SAW untuk mengasingkan diri ke
gua hira’ untuk berkhalwat, Khadijah menerima kenyataan
bahwa untuk beberapa saat lamanya dia di tinggal du rumah
sendirian. Sama sekali ia tidak berfikir dan curiga bahwa
pengasingan Rasulullah SAW adalah untuk menjauhkan diri
darinya, mengingat usia Khadijah yang sudah lanjut sedangkan
Rasulullah SAW masih seorang pemuda.

22
Di sebutkan juga bahwa ketika Rasulullah SAW
sering berkhalwat di gua hira’, Khadijah selalu mengawasi
beliau dari kejauhan, bahkan sampai mengirim seorang utusan
untuk menjaga dan mengawasi beliau dari belakang agar
pengasingan diri sang suami terhindar dari marabahaya. Tidak
hanya itu, Khadijah pun selalu menyakinkan hati suaminya dan
terus memberikan dukungan serta mengatakan bahwa
Muhammad SAW tidak perlu takut karena kebenaran pasti
akan mengalahkan kejahatan.

Semenjak Rasulullah SAW menerima wahyu,


Khadijah selalu mendampingi suaminya dalam berdakwah.
Khadijah banyak mengalami dan merasakan masa-masa sulit
dalam mendampingi perjuangan suaminya. Namun ia harus
tetap bersabar mendampingi suaminya yang sekaligus juga
seorang Nabi Allah.

Posisi Khadijah yang kala itu sebagai bangsawan


terpandang tentu sedikit banyak membantu perjuangan Nabi
SAW. Banyak sekali tawaran dan negoisasi yang di lakukan
orang kafir terhadap Khadijah supaya ia mau membujuk
suaminya agar berhenti berdakwah. namun semua tawaran itu
ia olah karena baginya iman lebih mahal dari pada tawaran
harta yang di berikan oleh kaum kafir tersebut.

Tercatat bahwa kurang lebih selama dua puluh lima


tahun Khadijah turut berjihad bersama Nabi. Ia menyertai Nabi
21
dan ikut berjuang bersama beliau sejak 15 tahun sebelum belai
di angkat menjadi Nabi dan Rasul, dan selama 10 tahun setelah
beliau di angkat menjadi Nabi dan Rasul.

Kesetiaan Khadijah begitu nampak tulus saat ia


menemani perjalanan Nabi dalam menjalankan tugas-tugas
kenabiannya. Dan tak hanya itu, ia pun sadar bahwa ketiak ia
menetapkan diri sebagai seorang istri seorang Muhammad, ia
harus manggung segala resik, sebab ia sadar bahwa suaminya
adalah seorang Nabi.

2. Aisyah Binti Abu Bakar

Aisyah adalah istri Rasulullah SAW yang paling


cantik. Dalam banyak riwayat di sebutkan bahwa
kecantikannya mempunyai daya tarik yang luar biasa.
Mengenai kecantikannya, Rasulullah SAW sendiri
mengaguminya hingga beliau memanggilnya dengan sebutan
“Humairah” yang artinya kemerah-merahan.

Kecantikan Aisyah adalah kecantikan alami yang


bertatahkan budi pekerti yang luhur di hiasi dengan kedalaman
ilmu agama.

Aisyah adalah sosok istri yang pandai menghibur hati


suami dan menjaga kesucian dirinya dalam rumah tangga serta
berotak brilian. Ia pun di kenal sebagai ahli ibadah, murah hati,
gemar bersedekah dan rela hidup miskin harta dan setia
mendampingi perjuangan Nabi SAW hingga akhir hayatnya.

22
Aisyah adalah sosok istri terbaik dalam hal kemuliaan
jiwanya. Ia adalah istri yang setia, sangat menyayangi suami,
taat kepada perintahnya dan berusaha mendampingi suami
dalam keadaan apapun.

Aisyah pandai menjaga kemuliaan jiwanya sehingga


ia sanggup menyikapi dumi hanya sebagai kehidupan yang
sementara. Dengan kesederhanaan, ia menghabiskan hari-
harinya dengan ibadah kepada Allah SWT.

Aisyah adalah istri yang memperoleh bimbingan


langsung dari Rasulullah SAW tantang ilmu pengetahuan
agama. Oleh karenanya ia menjaga nara sumber dalam bidang
hadits, sunah dan fiqih.

Aisyah juga seorang wanita yang senantiasa menjaga


kesucian sekaligus menjaga harkat dan martabatnya sebagai
seorang istri Rasulullah SAW.

Di antara kelebihan Aisyah yang lainnya adalah


penyayang terhadap suami.

3. Saudah Binti Zama’ah

Saudah adalah sosok istri penyayang, baik terhadap


suami maupun terhadap anak-anak, meskipun bukan anak
kandungnya.

Saudah juga seorang istri yang punya rasa syukur


tinggi sehingga ia bisa menempatkan posisinya sebagi istri
Rasulullah SAW. Perasaan inilah yang menyebabkan ia rela
21
memberikan hari-hari gilirannya untuk di berikan kepada istri-
istri Rasulullah SAW yang lain.

Kemuliaan hati Saudah juga bisa di lihat ketika


Rasulullah SAW menikah lagi dengan Shafiyyah binti Huyyay
bin Akhtab. Mengetahui bahwa suaminya akan menikah lagi
dengan wanita tersebut, Saudah sama sekali tidak menaruh
rasa cemburu. Bahkan ketika Rasulullah SAW hijrah ke
Madinah tanpa membawa keluarga, Saudah inilah yang masih
selalu merawat kedua anak beliau dengan baik.

Di sebutkan bahwa pengabdian Saudah begitu tulus


baginya, tidak ada kenikmatan dan kebahagiaan yang bisa
mengalahkan rasa senangnya melihat Rasulullah SAW
bahagia. Ia sama sekali tidak mempunyai rasa cemburu kepada
siapa pun, termasuk kepada Aisyah. Sejarah telah mencatat
betapa bijaknya Saudah ketika berhubungan dengan Aisyah.
Banyak sekali urusan-urusan Aisyah yang di selesaikan oleh
Saudah dengan penuh keikhlasan dan kesadaran.

Saudah adalah tipe wanita yang lembut dan penyabar


sekaligus humoris. Saudah sepenuhnya menyadari bahwa ia
tidak harus berharap dapat sejajar dengan posisi Khadijah di
hati Rasulullah SAW. Ia cukup puas dapat membantu anak dan
istri Rasulullah SAW. Ia pun begitu puas apabila dapat
membuat suaminya bisa tersenyum di tengah-tengah
perjuangannya.

22
Di samping Saudah di kenal sebagai sosok istri yang
paling mengerti, ia juga di kenal sebagai pejuang wanita yang
berani.

Tercatat dalam sejarah bahwa Saudah pernah


mengikuti peran bersama Rasulullah SAW. Yakni dalam
perang Khaibar.

4. Ummu Salamah

Keteladanan yang di berikan oleh Ummu Salamah


adalah sebuah contoh bagaimana seorang istri yang berperan
bukan hanya di depan dan di tempat tidur, melainkan juga bisa
memposisikan dirinya sebagai teman hidup suami yang bisa
memberikan bantuan non material berupa pemikiran-pemikiran
cemerlangnya.

Ummu Salamah adalah sosok istri yang memiliki


pikiran cerdas. Namun begitu, ia tidak terlihat tinggi hati. Ia
nampak sebagai seorang wanita yang lugu dan setia terhadap
suaminya.

Ummu Salamah juga di kenal sebagai seorang istri


yang sangat memperhatikan keluarga dan anak-anaknya.

Mutahalib bin Abdullah bin Hathab berkata, “saat


perkawinannya dengan Rasulullah, di saat malam pertama,
Ummu Salamah masih menyempatkan diri menumbuk tepung
untuk makanan anak-anaknya”.
21
5. Hafsah Binti Umar

Hafsah adalah putri Umar bin Khathab, seorang


sahabat kenamaan Rasulullah SAW. Hafsah adalah seorang
gadis yang di anugerahi oleh Allah SWT dengan wajah cantik
serta memiliki sifat-sifat yang terpuji. Ia pun seorang wanita
pemberani dalam ikut serta memperjuangkan agama Allah
SWT.

Sosok Habsah adalah sebuah teladan dari istri-istri


yang sangat sayang terhadap suami, walaupun terkadang
perasaan sayang tersebut terkesan berlebihan hingga
menumbuhkan rasa cemburu. Namun, walaupun Hafsah adalah
sosok istri pencemburu, ia adalah wanita yang mulia.
Keagungan akhlaknya sangat tinggi hingga tidak salah apabila
Rasulullah SAW mempersuntingnya sebagai istri untuk di
jadikan teladan bagi istri-istri lain sesudahnya.

6. Zaenab Binti Jahsyi

Zaenab binti Jahsyi adalah sosok seorang istri


shalehah, berbudi pekerti baik, selalu taat kepada Allah SWT
dan Rasul-Nya, istiqomah, dan memiliki iman yang tebal.

Aisyah ra. Berkata : “belum pernah kulihat seorang


wanita pun yang lebih baik dalam beragama dari pada Zaenab
binti Jahsyi, takwa kepada Allah, jujur apabila berkata,
menyambung silaturrahim, lebih banyak bersedekah dan lebih
banyak mengorbankan dirinya dalam rangka bekerja
dengannya, bersedekah dan bertaqarrub kepada Allah”.

22
Zaenab juga di kenal sebagai wanita yang riak banyak
bicara dan tidak suka mendengarkan kabar-kabar yang kurang
baik yang belum tentu benar keberadaannya.

Zaenab juga merupakan sosok wanita yang ulet dan


kreatif. Dengan tangannya ia bisa membuat berbagai macam
kerajinan, menyamak, menjahit, dan bersedekah kepada orang-
orang miskin. Oleh karena itu, pada saat Aisyah ra. Mendengar
berita kematian Zainab binti Jahsyi, Aisyah ra. Berkata :

“kini telah pergi seorang wanita yang terpuji, banyak


beribadah dan banyak membagi-bagi harta kepada anak yatim
dan para janda”.

7. Shafiyyah Binti Huyyay

Shafiyyah binti Huyyay adalah seorang wanita cerdik,


bangsawan, cantik, dan taat beragama. Sebelum masuk islam,
ia dinikahi Salam bin Abil Huqaiq. Setelah suami pertamanya
ini meninggal, ia lalu dinikahi oleh Kinanah bin Abil Huqaiq.

Dalam penaklukan Khaibar oleh tentara islam,


Kinanah terbunuh. Shafyyah pun ikut tertawan bersama
wanita-wanita lainnya. Ia di giring oleh Bilal dan di bawa
menghadap Nabi melewati bangkai-bangkai orang Yahudi
yang terbunuh dalam peperangan Khaibar tersebut, namun ia
nampak tegar.
21
Ketika di hadapkan kepada Nabi, Shafiyyah baru
terlihat sedih. Ia nampak dengan wajah yang lusuh dan pakaian
yang kotor dan sobek-sobek.

Selanjutnya Nabi menyuruh Shafiyyah mengikuti


beliau. Lalu Nabi melemparkan sorbannya kepada Shafiyyah.
Hal ini di lakukan Nabi sebagai pertanda bahwa beliau akan
mengistimewakannya dengan menikahinya.

Sebelum menikah Shafiyyah, Rasulullah SAW


mencari suasana yang tepat dan tenang dan Khaibar. Beliau
menunggu hingga rasa khawatir dalam diri Shafiyyah telah
hilang.

Rasulullah SAW kemudian berangkat ke suatu


persinggahan sejauh 6 mil dari Khaibar, dan di tempat inilah
Rasulullah SAW berniat ingin melangsungkan pernikahannya
dengan Shafiyyah. Namun Shafiyyah menyarankan agar
pernikahannya di tunda dahulu.

Kemudian Rasulullah SAW meneruskan perjalanan


bersama pasukannya ke Madinah. Sesampai di kota Shaba
(tempat yang sudah jauh dari Khaibar) Rasulullah SAW turun
untuk istirahat kali ini beliau yakin bahwa Shafiyyah binti
Huyyay sudah bersedia untuk di nikahi. Dan ternyata
keyakinan Rasulullah SAW memang benar Shafiyyah telah
bersedia menikah dengan Rasulullah SAW di tempat tersebut.

22
Ketika rombongan sudah sampai di kota Madinah,
Nabi tidak langsung mengumpulkan Shafiyyah dengan istri-
istri beliau yang lain, namun beliau mendiamkannya di sebuah
rumah milik sahabatnya Haritsah binti Nu’aim tetapi
bagaimana pun juga pernikahan Nabi dengan Shafiyyah sudah
menyebar ke mana-mana hingga kemudian Shafiyyah di
pindahkan oleh Nabi kerumah kenabian, berkumpul dengan
para istri beliau yang lain.

Sebagai istri baru, apalagi mempunyai wajah yang


sangat mengagumkan, tentu keberadaan shafiyyah
menimbulkan rasa cemburu bagi istri-istri Nabi yang lain.
Khususnya Hafsah dan Aisyah.

Di hadapan Shafiyyah, Hafsah dan Aisyah selalu


membanggakan diri dengan mengatakan bahwa merek adalah
wanita-wanita pilihan Quraisy. Tidak hanya itu, mereka berdua
sepertinya belum sepenuhnya bisa menerima kehadiran
Shafiyyah di tengah-tengah mereka bahkan Hafsah pernah
mengatakan bahwa Shafiyyah sesungguhnya adalah wanita
yahudi mendengar perkataan itu, Shafiyyah langsung menangis
ia hanya mampu untuk bersabar.

Ketika Rasulullah SAW mengetahui bahwa Shafiyyah


menangis, beliau pun bertanya tentang tangisannya itu, lalu
Shafiyyah menjelaskannya. Kemudian Rasulullah SAW
bersabda : “sesungguhnya kamu bukan keturunan orang
Yahudi”.
21
Rasulullah SAW menyatakan bahwa Shafiyyah binti
Huyyah lebih utama dari pada mereka karena ia adalah
keturunan Nabi Harun.

Seperti itulah pribadi Shafiyyah, ia lebih memilih


bersabar dan bertahan dari pada harus mempermasalahkan
permasalahan yang biasa terjadi di antara istri-istri yang di
madu. Ia tetap saja bergaul dan menjalin hubungan dengan
istri-istri Nabi yang lain dengan baik.

8. Juwairiyah Binti Al-Harits

Juwairiyah adalah wanita terhormat di kalangan


sukunya, apalagi Meliana penampilan fisiknya yang sangat
cantik, anggun, dan menawan.

Di sebutkan di saat islam menang atas golongan


orang-orang kafir saat perang Muraisi, Juwairiyah termasuk
salah satu tawanan wanita. Menurut catatan sejarah,
Juwairiyah tertawan pada usia 20 tahun di tangan Tsabiq bin
Qais. Ia mencoba mengirim surat kepada Tsabiq bin Qais.
Selain itu ia juga menghadap Nabi untuk meminta pertolongan
agar beliau membebaskannya. Dan akhirnya Nabi pun
mengabulkan permintaannya, beliau membebaskannya.

Juwairiyah adalah seorang wanita yang amat cantik.


Karena kecantikannya itu siapa pun yang memandangnya pasti
terpesona dengan kecantikannya.

22
Dalam sebuah riwayat Aisyah mengisahkan
kecantikan Juwairiyah :

“dia benar-benar seorang wanita yang cantik dan


manis. Tidaklah ada seorang laki-laki melihatnya, kecuali ia
akan terpesona dengannya. Karena itu di saat ia meminta
pertolongan Rasulullah SAW untuk menuliskan surat
rekomendasi untuk pembebasan dirinya, tiba-tiba aku lihat ia
di pintu kamarku, aku benci padanya (cemburu). Sebab aku
tahu bahwasanya Rasulullah SAW akan melihat apa yang aku
lihat”.

Di kisahkan bahwa setelah Nabi membebaskan


Juwairiyah, beliau pun mempunyai niat untuk mengawininya
dengan tujuan ingin menarik simpati Kabilah wanita tersebut.
Karena Juwairiyah adalah anak kepala Kabilah, yang itu
artinya apabila Nabi sampai mengawininya, maka sedikit
banyak akan timbul simpati dari keluarga Juwairiyah.
Akhirnya Nabi menikah dengan Juwairiyah pada bulan
Sya’ban tahun ke 6 Hijriyah. Dengan pernikahan tersebut
berarti Rasulullah SAW telah menjadikan seluruh tawan
sebagai kerabatnya. Karena kenyataan ini, akhirnya para
sahabat pun membebaskan 100 keluarga Bani Musthaliq.

Di kisahkan bahwa kabar pernikahan Rasulullah SAW


dengan Juwairiyah belum sampai ke telinga keluarga
Juwairiyah.
21
Suatu hari, ayah Juwairiyah mengunjungi Juwairiyah
di rumah Rasulullah SAW. Dalam kesempatan itu lelaki ini
bertemu langsung dengan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW
pun mengatakan bahwa anaknya sekarang tidak lagi sebagai
seorang tawanan namun sudah menjadi istri seorang Rasul.
Ayah Juwairiyah pun menerimanya, akhirnya Rasulullah SAW
memperbolehkannya untuk menemui Juwairiyah.

Ketika menemui Juwairiyah, Juwairiyah menceritakan


tentang diri Rasulullah SAW dan ajaran yang di anutnya.
Juwariyah mengatakan bahwa ia tidak mau lagi kembali ke
agamanya dahulu karena ia sekarah sudah menjadi seorang
Muslimah.

Mendengar penjelasan dari putrinya, sekaligus


melihat dengan mata kepalanya sendiri betapa wibawanya
Rasulullah, maka ayah Juwairiyah pun mau masuk islam
bersama dua anaknya dan beberapa anggota kelompok
kabilahnya yang lain.

Ketika Juwairiyah mendampingi Rasulullah SAW


dalam bahtera rumah tangga, ia menunjukkan sikapnya sebagai
seorang istri yang setia, taat terhadap suami, taat beribadah,
sekaligus bisa menciptakan suasana surga di dalam rumah.

9. Maimunah Binti Al-Harits

22
Di sebutkan bahwa Maimunah adalah sosok istri yang
setia, taat pada suami, dan tanggung jawab perkawinan dengan
sebaik-baiknya.

Sebagai seorang istri Nabi, Maimunah terlihat sebagai


seorang istri yang sangat taat dalam menjalankan syari’at
Allah. Pekerjaannya sebagai seorang ibu rumah tangga, tidak
mengalahkannya untuk tidak tekun mendekatkan diri kepada
Allah SWT. Hari-harinya banyak di gunakan untuk berbakti
kepada suami sekaligus mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Maimunah juga di kenal sebagai seorang istri yang


sangat cinta terhadap suami. Ia begitu setia dan lalu menjaga
kesucian cintanya.

Setelah Nabi meninggal dunia, Maimunah masih di


beri kesempatan oleh Allah SWT untuk hidup sampai ia
berumur sekitar 50 tahun. Selama itu, ia mengisi kehidupannya
dengan kebajikan dan taqwa, menunaikan ajaran agama
dengan taat dan senantiasa beribadah kepada Allah SWT.

Dikisahkan bahwa sebelum meninggal dunia,


Maimunah berpesan agar ketika ia wafat nanti, ia di makamkan
di tempat ia melangsungkan pernikahan bersama Nabi. Hal ini
menunjukkan betapa setianya Maimunah terhadap suaminya.

10. Mariah Al-Qibtiyah


21
Mariah Al-Qibtiyah adalah seorang putri dari seorang
ayah berkebangsaan Qibty dan seorang ibu berkebangsaan
Romawi yang beragama Masehi. Di desa Nabin, Mesir. Ia di
lahirkan dan melewati masa anak-kanaknya sebelum ia pindah
bersama adiknya yang bernama Surin ke istana Maqangis, di
Mesir.

Di sebutkan bahwa suatu saat Nabi mengirimkan


untusan ke Maqauqis untuk meterukan ajaran islam lewat
sebuah surat. Maqauqis kemudian membalas surat yang di
kirimkan Nabiitu, sekaligus mengirimkan dua putri bangsa
Qibty, yakni Mariah dan Shiria di sertai dengan seribu Mitsqal
emas, 20 pasang pakaian dari tenun Mesir, keledai lengkap
dengan pelananya, hindar putih berbelang-belang hitam,
manisan lebah dan Bahha, kayu cendana, mingak kasturi dan
wewangian. Maqangis meminta maaf kepada Hathib karena ia
tidak mau mengikuti dakwah Nabi karena ia tahu bahwa
bangsa Qibty sangat kuat memegang ajarannya.

Perjalanan pun akhirnya telah sampai. Dalam catatan


sejarah di sebutkan bahwa waktu itu pada tahun ke-7 Hijriyah,
di mana saat itu Nabi baru saja kembali dai Hudaibiyah setelah
mengadakan perjanjian dengan kaum Quraisy. Dan ketika
melihat kedatangan mereka, Nabi langsung menyambutnya.
Sejarah menyebutkan bahwa setelah kedatangan itu, Nabi
kemudian mempersunting Mariah sebagai istrinya.

Waktu berlalu dengan cepat, tidak terasa Mariah


sudah setahun berada di Madinah sebagaimana erang istri

22
lainnya, Mariah berharap bisa memberikan keturunan kepada
Rasulullah SAW. Nun ia sadar bahwa dari sekian banyak istri
Rasul itu tidak ada yang bisa memberikan keturunan kepada
beliau. Dan hanya Khadijah-lah dari sekian istri Nabi yang bisa
memberikan keturunan. Kenyataan itulah yang terkadang
membuat hati Mariah menjadi pesimis bahwa dirinya tidak
akan bisa memberikan keturunan.

Selama dua tahun Mariah mendampingi kehidupan


seorang Nabi, hingga suatu saat ia merasakan gejala-gejala
seperti tanda awal ke hamilan. Sejak pertama merasakan hal
itu, ia selalu menepis angan-angannya dengan menetapkan hati
bahwa gejala itu hanyalah gejala biasa yang bukan merupakan
gejala kehamilan. Ia menyembunyikan perasaannya tersebut
selama dua bulan. Hanya kepada Shirin ia mengatakannya.
Dan Shirin pun membenarkannya akhirnya Mariah berani
menceritakan perihal tersebut kepada Rasulullah SAW.

Mengetahui istrinya hamil, Rasulullah SAW nampak


bahagia beliau sendiri sebelumnya telah menyangka bahwa
istrinya itu hamil, sebab di lihat dari kesehariannya istrinya
tersebut sering mengalami demam, badannya agak panas dan
nampak gelisah, dan tidak mau makan. Rasulullah SAW
mengenal gejala-gejala ini sebab hal yang serupa dulu pernah
terjadi pada Khadijah pada setiap permulaan kehamilannya.

Berita tentang kehamilan Mariah cepat tersebar di


seluruh kota Madinah yang akhirnya waktu yang di nanti-nanti
itu pun datang. Tanda-tanda kelahiran putranya mulai nampak.
21
Ia merasakan kesakitan di perutnya. Tidak lama kemudian bayi
pun lahir dengan selamat. Salma (orang yang membantu
kelahiran Mariah) memberi kabar gembira tersebut kepada
Rasulullah SAW.

Dalam sejarah di sebutkan bahwa putra Rasulullah


SAW itu lahir pada malam hari tepatnya di bulai Dzulhijjah
tahun 8 Hijriyah bernama Abdullah.

Dalam salah satu riwayat di sebutkan setelah


kelahiran putranya, Rasulullah SAW kemudian bersedekah
kepada fakir miskin Madinah, seharga perak yang jumlahnya
seberat rambut Ibrahim.

Di sebutkan juga bahwa banyak dari para ibu Anshar


yang berebut untuk menyusui Ibrahim. Rasulullah SAW pun
memilih salah adu dari mereka.

Bagi Mariah, tidak ada kebahagiaan yang


dirasakannya saat itu kecuali kebahagiaannya sebagai seorang
istri yang bisa memberikan keturunan kepada suami. Namun
sayang, kebahagiaan Mariah tidak berlangsung lama. Putranya,
Ibrahim tiba-tiba jatuh sakit. Berbagai cara pengobatan pun di
usahakan. Namun penyakit Ibrahim tidak juga kunjung
sembuh, malah makin hari makin parah.

Mendengar putranya sakit, Rasulullah SAW


menjenguknya. Beliau sangat gelisah melihat kondisi putranya
yang lemas dan hanya berbaring disiksa sakit. Lalu beliau
memangku Ibrahim beliau tahu bahwa tanda-tanda kematian

22
Ibrahim sudah dekat. Beliau pun berkata, “sungguh ya
Ibrahim, kami tidak dapat berbuat apa-apa untuk
melindungimu dari kekuasaan Allah SWT”.

Air mata Nabi SAW berlinang melihat putra satu-


satunya itu meregang nyawa menghadapi sakaratul maut.
Kemudian beliau mendengar satu tarikan nafas terakhir
putranya yang dirinya dengan tangisan ibunya. Akhirnya
Ibrahim meninggal dunia. Tangisan Maria kontan menjadi
jeritan yang menyayat hati. Rasulullah SAW pun hanya bisa
menghelai nafas dan tidak terasa deraian air mata pun
membasahi pipi beliau. Sesaat kemudian beliau mencium
tubuh putranya seraya berkata :

“air mata mengalir, di hari sedih, namun kami tidak


mencetus kata-kata kecuali yang di ridhai oleh Allah SWT.
Sungguh kami betul-betul sedih dengan kepergianmu ya
Ibrahim ! sungguh, kita semua adalah kepunyaan Allah SWT
dan kita akan kembali kepada-Nya ! ”.

Rasulullah SAW pun berkata kepada Mariah,


“sungguh ! ada yang menyusukannya di surga”.

Tidak lama kemauan Al-Fadl Ibnu Abbas, adik


sepupu Rasulullah SAW. Memandikan jenazah Ibrahim. Lalu
Ibrahim di makamkan di baqi’.

11. Ramlah Bin Abu Sufyan


21
Ramlah mempunyai keimanan yang teguh. Ia tetap
memilih beriman kepada Allah SWT walaupun harus
mendapat tantangan yang keras dari ayahnya.

Di sebutkan bahwa Ramlah adalah seorang wanita


cantik yang banyak dikagumi oleh pemuda-pemuda Quraisy,
salah satunya adalah Ubaidillah bin Jahsyi yang pada akhirnya
Ramlah mau menerima lamarannya di karenakan Ubaidillah
bin Jahsyi bersedia masuk islam.

Di awal kehidupan rumah tangga mereka nampak


bahagia. Keteguhan iman Ubaidillah yang baru masuk islam
masih terlihat kuat menghadapi berbagai cobaan yang mulai
muncul.

Ketika kaum musyrikin semakin menindas kaum


Muslimin. Ramlah dan suaminya ikut hijrah ke Habasyah
untuk mempertahankan agamanya.

Kebahagiaan mereka kini semakin sempurna dengan


kehadiran soerng anak perempuan yang di beri nama Habibah.
Namun, kebahagiaan itu tak mampu bertahan lama. Ubadillah
kembali murtad. karena tidak tahan terhadap ancaman orang-
orang kafir.

Penderitaan Ramlah semakin bertambah ketika


melihat kenyataan bahwa suaminya telah kembali kafir,
kebrutalan Ubaidillah berlangsung hingga akhirnya meninggal
dunia.

22
Setelah kematian suaminya, Ramlah hidup menjanda
namun ia tidak putus asa. Ia menganggap bahwa semua itu
adalah ujian dari Allah SWT. Ia yakin bahwa ada hikmah di
balik musibah. Allah SWT pasti akan membantunya.

Keyakinan Ramlah akan pertolongan Allah telah


nyata. Suatu saat ia bermimpi ada seseorang yang memanggil-
manggil dirinya. Dengan mimpi itu ia yakin bahwa kelak ada
seorang lelaki mulai akan melamarnya. Dan ternyata
keyakinan impiannya itu benar. Rasulullah SAW lah yang
datang melamarnya.

Ramlah sangat terkejut dan senang mendengar kabar


ini. Pada saat itu usia Ramlah sudah mencapai 40 tahun. Nabi
SAW menikahi Ramlah tepatnya pada tahun 6 atau 7 hijriyah.
Dengan mahar 400 dinar.

Ramlah tetap menjadi agamanya sebagai prioritas


utamanya, ia lebih mementingkan akidahnya dari pada anggota
keluarganya. Ia menyerukan bahwa Nabi SAW adalah utusan
Allah.

Di sebutkan dalam sejarah bahwa setelah Rasulullah


SAW wafat, Ramlah tidak pernah keluar rumah kecuali untuk
melakukan shalat dan ibadah haji.
21

Anda mungkin juga menyukai