1
Berdasarkan penilaian serum albumin
DISCUSSION
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa seluruh responden memperoleh HD
yang adekuat yaitu sebanyak 33 orang (100%).
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam menentukan dosis HD yaitu time of
dialysis, interdialitic time, quick of blood,
dialisat flow, klirens dialiser, transmembran
pressure, ultrafiltration rate (Program
Pelatihan Teknik Dialisis, 2004 dalam
Nurchayati, 2011).
Based on the results of the study, all
respondents obtained adequate HD, which is 33
people (100%). Several factors need to be
considered in determining the dose of HD, such
as the time of dialysis, interdialytic time, quick
of blood, dialisat flow, clirens dialiser,
transmembrane pressure, ultrafiltration rate
(Dialysis Engineering Training Program, 2004
in Nurchayati, 2011).
Berdasarkan penilaian kadar Hb
didapatkan bahwa sebanyak 9 orang (27,3%)
mengalami anemia sedangkan yang tidak
mengalami anemia lebih banyak yaitu sebanyak
24 orang (72,7%). Kadar Hb dapat menurun
pada pasien yang menjalani HD dikarenakan
oleh faktor kehilangan darah lebih banyak
seperti seringnya pengambilan sampel darah
atau berkurangnya darah karena proses HD
(Yendriwati, 2008).
Based on the Hb level assessment, found
that 9 people (27.3%) had anemia, while 24
people (72.7%) had no anemia. Hb levels can
decrease in patients who undergo HD due to
more blood loss factors such as frequent blood
sampling or reduced blood due to the HD
process (Yendriwati, 2008).
didapatkan bahwa sebanyak 8 orang (24,2%)
menderita hipoalbuminemia sedangkan
responden yang tidak mengalami
hipoalbuminemia sebanyak 25 orang (75,8%).
Nilai albumin yang rendah pada pasien HD
selain dipengaruhi oleh asupan protein harian
yang rendah, juga bisa disebabkan karena
adanya inflamasi (Nugrahani, 2007).
Based on the albumin serum assessment,
found that 8 people (24.2%) suffered from
hypoalbuminemia, while 25 respondents
(75.8%) did not experience hypoalbuminemia.
The low albumin level in HD patient is
influenced by low daily protein intake and also
inflammation (Nugrahani, 2007).
Berdasarkan penilaian serum kreatinin
didapatkan bahwa sebanyak 16 orang (48,5%)
memiliki serum kreatinin dalam kategori
rendah-normal sedangkan yang dalam kategori
tinggi sebanyak 17 orang (51,5%). Konsentrasi
serum kreatinin digunakan sebagai penanda
status nutrisi yang mencerminkan penyimpanan
protein somatik (Pifer et al, 2002).
Based on the creatinine serum assesment,
found that 16 people (48.5%) had creatinine
serum in normal low category, while 17 people
(51.5%) had creatinine serum in high category.
Creatinin serum concentration is used as a
nutritional status marker that reflects somatic
protein storage (Pifer et al., 2002).
Berdasarkan penilaian IMT didapatkan
jumlah responden dalam kategori underweight-
normal sebanyak 18 orang (54,5%) sedangkan
yang overweight-obes sebanyak 15 orang
(45,5%). Pasien yang menjalani HD sangat
rentan terhadap kejadian malnutrisi. Kejadian
malnutrisi akan meningkatkan angka morbiditas
dan mortalitas. Status nutrisi yang baik dengan
IMT yang tinggi dapat meningkatkan harapan
hidup (Chazot et al, 2009).

Based on BMI assesment, the number of
respondents in the underweight category was 18
people (54.5%), while 15 people were
overweight-obese (45.5%). Patients undergoing
HD are particularly prone to malnutrition. The
incidence of malnutrition will increase
morbidity and mortality. A good nutritional
status with high BMI can increase life
expectancy (Chazot et al., 2009).
Berdasarkan penilaian serum kalsium
didapatkan responden yang mengalami
hipokalsemia sebanyak 7 orang (21,2%)
sedangkan yang normal-hiperkalsemia lebih
banyak yaitu sebanyak 26 orang (78,8%).
Based on the calcium serum assessment,
7 respondents (21.2%) experienced
hypocalcemia while 26 people (78.8%) had
normal-hypercalcemia.
Berdasarkan penilaian serum fosfat
didapatkan sebanyak 32 orang (97%) memiliki
serum fosfat dalam kategori hipofosfatemia-
normal sedangkan yang kategori
hiperfosfatemia hanya 1 orang (3%). Block
(2004) menemukan bahwa lebih dari 60%
pasien HD di Amerika Serikat mempunyai
kadar fosfat yang tidak sesuai dengan nilai
rekomendasi.
Based on the phosphate serum
assessment, found that 32 people (97%) had
serum phosphate in the hypophosphatemia-
normal category, while only 1 person (3%) had
the hyperphosphatemia category. Block (2004)
found that more than 60% of HD patients in the
United States had phosphate levels that did not
match recommended level.
Berdasarkan penilaian usia memulai HD
didapatkan sebanyak 8 orang (24,2%) memulai
HD pada usia muda dan lebih banyak pada usia
tua yaitu 25 orang (75,8%). Muzasti (2011)
menyatakan bahwa prognosa paling baik yaitu
pada pasien yang memulai HD pada usia muda
(<45 tahun).
2
Based on the assessment of the age at
starting HD, found that 8 people (24.2%)
started HD at young age and more at elderly,
which is 25 people (75.8%). Muzasti (2011)
said that the best prognosis is in patients who
started HD at a young age (<45 years).
Berdasarkan penilaian durasi HD
didapatkan responden yang menjalani HD
sebanyak 2 kali seminggu sebanyak 25 orang
(75,8%) sedangkan yang 3 kali seminggu
sebanyak 8 orang (24,2%) Mortalitas terendah
pada pasien HD yaitu pasien yang menjalani
durasi HD yang lama dengan waktu selama 4,5-
4,9 jam setiap sesinya (Muzasti, 2011).
Based on the assessment of HD's
duration, found that respondents who
underwent HD twice a week were 25 people
(75.8%), while those who were 3 times a week
were 8 people (24.2%). The lowest mortality in
HD patients is patients who undergo a long
duration of HD with a time of 4.5-4.9 hours per
session (Muzasti, 2011).
Berdasarkan penilaian penyebab HD
didapatkan responden yang menderita DM
sebanyak 11 orang (33,3%), hipertensi
sebanyak 13 orang (39,4%) dan non DM dan
non Hipertensi sebanyak 9 orang (27,3%).
Menurut data dari IRR (2011) mengatakan
bahwa penyebab terbanyak pasien PGK yang
menjalani HD baru di Indonesia adalah
penyakit ginjal hipertensi sedangkan data
epidemiologi dunia menempatkan nefropati
diabetika sebagai penyebab terbanyak.
Based on the assessment of the causes of
HD, 11 respondents (33.3%) had diabetes, 13
hypertension (39.4%), and 9 non-DM and non-
hypertensive respondents (27.3%). According
to data from IRR (2011), it is stated that the
most common cause of CKD patients
undergoing HD in Indonesia is hypertensive
kidney disease, while world epidemiological

data places diabetic nephropathy as the most
common cause.
Berdasarkan penilaian CaXP didapatkan
responden dalam kategori normal sebanyak 31
orang (93,9%) sedangkan kategori abnormal
hanya 2 orang (6,1%).
Based on the CaXP assessment, found
that respondents in the normal category were 31
people (93.9%), while the abnormal category
was only 2 people (6.1%).
Tidak ada hubungan antara adekuasi
dialisis dengan lama harapan hidup pada pasien
HD reguler. Hasil analisis dalam penelitian ini
juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Ayoub (2014) yang mendapatkan hasil
bahwa adekuasi dialisis tidak berhubungan
secara signifikan dengan lama harapan hidup
pasien HD.
There is no correlation between dialysis
adequacy and life expectancy in regular HD
patients. The analysis results in this study were
also supported by research conducted by Ayoub
(2014), which found that dialysis adequacy was
not significantly related to the life expectancy
of HD patients.
Tidak terdapat hubungan antara kadar Hb
dengan lama harapan hidup pada pasien HD
reguler dengan nilai p-0,0763. Sama halnya
dengan penelitian yang dilakukan oleh Latifah
dkk (2012) yang mengatakan bahwa tidak ada
hubungan kadar Hb antara kelompok pasien
HD yang meninggal dengan kelompok pasien
yang masih hidup.
There was no correlation between Hb
levels and life expectancy in regular HD
patients with a p-value of 0.0763. That’s kind
of similar with a research conducted by Latifah
DKK (2012), which states that there is no
correlation between Hb levels on the HD
patient group who died and the group of still
alive patients.
3
Ada hubungan antara serum albumin
dengan lama harapan hidup pasien HD dengan
nilai p=0,023. Hasil penelitian yang sama
mengatakan bahwa ada hubungan antara serum
albumin dengan lama harapan hidup pasien HD
karena serum albumin juga digunakan sebagai
indikator status gizi pasien HD (Sculman, 2006
dalam Nugrahani, 2007).
There is a correlation between albumin
serum and the life expectancy of HD patients
with a value of p = 0.023. The results of the
same study said that there was a correlation
between albumin serum and the life expectancy
of HD patients because albumin serum was also
used as an indicator of the nutritional status of
HD patients (Sculman, 2006 in Nugrahani,
2007).
Meskipun lama harapan hidup pada
pasien yang kreatininnya rendah lebih singkat
daripada pasien yang kreatininnya tinggi tetapi
statistik menunjukkan tidak ada hubungan
antara serum kreatinin dengan lama harapan
hidup pasien HD, dengan nilai p=0,816. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani
(2007) menyatakan resiko morbiditas dan
mortalitas akan meningkat jika didapatkan
serum kreatinin yang rendah.
Although the life expectancy in patients
with low creatinine was shorter than in patients
with high creatinine, statistics showed that there
was no correlation between creatinine serum
and the life expectancy of HD patients, with a
value of p = 0.816. In a study conducted by
Nugrahani (2007), the risk of morbidity and
mortality will increase if low serum creatinine
is obtained.
Terdapat hubungan antara IMT dengan
lama harapan hidup pasien HD dengan nilai
p=0,040. Penelitian lain yang mendukung
dilakukan oleh Johansen et al (2004)
menyatakan bahwa peningkatan pada nilai IMT
berhubungan dengan peningkatan survival rate.

There is a correlation between BMI and
the life expectancy of HD patients with a value
of p = 0.040. Another supportive study
conducted by Johansen et al (2004) stated that
an increase in BMI level is associated with an
increase in survival rate.
Meskipun lama harapan hidup pada
pasien yang nilai kalsiumnya rendah lebih
singkat daripada pasien yang kalsiumnya tinggi
tetapi statistik menunjukkan tidak ada
hubungan antara serum serum kalsium dengan
lama harapan hidup pasien HD, dengan nilai
p=0,077, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak ada hubungan antara serum kalsium
dengan lama harapan hidup pada pasien HD.
Penelitian lain yang mendukung dengan hasil
sama yaitu tidak terdapat hubungan antara
serum kalsium dengan lama harapan hidup
pasien HD (Spiegel et al, 2008). Beberapa
penelitian melaporkan bahwa peningkatan
mortalitas berhubungan dengan peningkatan
kadar kalsium yang disebabkan karena
peningkatan resiko penyakit kardiovaskular
(Kovesdy, 2010; Slinin, 2005 dalam Yusop et
al, 2013).
Although the life expectancy of patients
with low calcium levels is shorter than in
patients with high calcium, statistics showed
that there is no correlation between calcium
serum and HD patient life expectancy, with a
value of p = 0.077, so it can be concluded that
there is no correlation between calcium serum
and life expectancy in HD patients. Another
study that supports the same results is that there
is no correlation between calcium serum and
the life expectancy of HD patients (Spiegel et
al, 2008). Several studies have reported that
increased mortality is associated with increased
calcium levels due to an increased risk of
cardiovascular disease (Kovesdy, 2010; Slinin,
2005 in Yusop et al, 2013).
4
Ada hubungan antara serum fosfat dengan
lama harapan hidup pasien HD (p=0,014). Hasil
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Qunibi et al (2004) yang menyatakan bahwa
ada hubungan antara serum fosfat dengan lama
harapan hidup. Peningkatan kadar fosfat >6,5
mg/dL berhubungan kuat dengan peningkatan
resiko kematian akibat penyakit jantung pada
pasien HD. Penelitian oleh Johansen et al
(2007) menyatakan bahwa pasien dengan kadar
fosfat yang rendah maupun tinggi berhubungan
dengan penurunan kesehatan fisik, namun
sengan kesehatan mental tidak didapati
hubungan.
There was a correlation between
phosphate serum and the life expectancy of HD
patients (p = 0.014). These results are
consistent with research conducted by Qunibi et
al (2004) which states that there is a correlation
between phosphate serum and life expectancy.
Increased levels of phosphate> 6.5 mg / dL are
strongly associated with an increased risk of
death from heart disease in HD patients.
Research by Johansen et al (2007) states that
patients with low or high phosphate levels are
associated with decreased physical health, but
with mental health, there is no association.
Tidak ada hubungan antara usia memulai
HD dengan lama harapan hidup pasien HD,
dengan nilai nilai p=0,788. Meskipun nilai p
dalam penelitian ini tidak signifikan, namun
didapatkan hasil usia memulai HD yang muda
memiliki harapan hidup lebih panjang daripada
usia memulai HD yang tua, hal ini sesuai
dengan penelitian Muzasti (2011) yang
mendapatkan bahwa harapan hidup pasien yang
memulai HD <45 tahun memiliki harapan
hidup yang lebih panjang dengan nilai p=0,011.
There was no correlation between the age
at starting HD and the life expectancy of HD
patients, with a value of p = 0.788. Although
the p-value in this study was not significant, it

was found that the age at starting HD at young
people had a longer life expectancy than the age
at starting HD with older age, this is kind of
similar with the study by Muzasti (2011) which
found that the life expectancy of patients who
started HD <45 years have a longer life
expectancy with p-value = 0.011.
Meskipun lama harapan hidup pada
pasien yang menjalani HD dengan durasi 2 kali
seminggu lebih singkat daripada pasien yang
menjalani HD dengan durasi 3 kali seminggu
tetapi statistik menunjukkan tidak ada
hubungan antara serum kreatinin dengan lama
harapan hidup pasien HD, dengan nilai
p=0,882. Sebuah penelitian mendapatkan nilai
p=0,413 bahwa tidak ada hubungan antara dosis
HD (frekuensi HD dan durasi HD) dengan lama
harapan hidup (Suarsedewi, 2012).
Although the life expectancy of patients
who underwent HD with duration of 2 times a
week was shorter than in patients who received
HD with a duration of 3 times a week, statistics
showed that there was no correlation between
creatinine serum and the life expectancy of HD
patients, with a value of p = 0.882. A study
found p value = 0.413 that there was no
correlation between HD dose (HD frequency
and HD duration) and life expectancy
(Suarsedewi, 2012).
Tidak terdapat hubungan antara penyakit
penyebab HD dengan lama harapan hidup
pasien HD dengan nilai p=0,161. Meskipun
dalam penelitian ini didapatkan nilai p tidak
signifikan, namun didapatkan hasil bahwa
harapan hidup pasien dengan DM lebih singkat
daripada pasien non DM. Hasil yang sama
didapatkan pada penelitian Ekantari (2012)
dengan nilai p=0,046 yang menyatakan bahwa
pasien yang menderita PGK dan juga menderita
DM tipe II memiliki resiko kematian sebesar
2,852 kali lebih tinggi dibanding pasien non
DM.
5
There is no correlation between diseases
that cause HD and the life expectancy of HD
patients with a value of p = 0.161. Although the
p-value was not significant in this study, the
results showed that the life expectancy of
patients with DM was shorter than those of
non-DM patients. The same results were
obtained in Ekantari's (2012) study with p-
value = 0.046, which stated that patients who
suffered from CKD and have type II diabetes
have a risk of 2.852 times higher than non-DM
patients.
Meskipun lama harapan hidup pada
pasien dengan nilai CaXP yang abnormal lebih
singkat daripada pasien CaXP normal tetapi
statistik menunjukkan tidak ada hubungan
antara CaXP dengan lama harapan hidup pasien
HD, dengan nilai p=0,370, sehingga
disimpulkan tidak terdapat hubungan antara
kadar CaXP dengan lama harapan hidup pasien
HD. Hasil yang sama pada penelitian Spiegel et
al (2008) bahwa tidak ada hubungan antara
CaXP dengan lama harapan hidup pasien HD.
Berbeda pada penelitian lain yang menyatakan
bahwa peningkatan kadar CaXP berhubungan
kuat dengan peningkatan resiko kematian
akibat penyakit jantung pada pasien HD.
Menurut hasil peneltian dikatakan bahwa
peningkatan CaXP berhubungan dengan
kalsifikasi kardiovaskular (Qunibi et al, 2004).
Although the life expectancy in patients
with abnormal CaXP levels is shorter, but the
statistics showed there’s no correlation between
CaXP and HD patients' life expectancy, with a
value of p = 0.370. Hence, there is no
correlation between CaXP levels and the life
expectancy of HD patients. The same results in
the study of Spiegel et al. (2008) showed no
relationship between CaXP and the long life
expectancy of HD patients. Other studies stated
that increased CaXP levels were strongly
associated with the risk of death from heart

disease in HD patients. According to the results
of the study, it is said that the increase in CaXP
is associated with cardiovascular calcification
(Qunibi et al., 2004).
Pada penelitian didapatkan bahwa
variabel yang paling mempunyai pengaruh pada
lama harapan hidup pasien HD reguler yaitu
IMT (HR=8,443 95% CI 0,96-74,23 ; p=0,05) ,
serum albumin (HR=5,694 95% CI 1,20-26,97 ;
p=0,02) dan serum fosfat (HR=1,68 95% CI
0,001-0,85 ; p=0,04).
In this study, it was found that the
variables that had the most influence on life
expectancy of regular HD patients were BMI
(HR = 8.443 95% CI 0.96-74.23; p = 0.05),
albumin serum (HR = 5.694 95% CI 1 , 20-
26.97; p = 0.02) and phosphate serum (HR =
1.68 95% CI 0.001-0.85; p = 0.04).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian faktor-
faktor yang mempengaruhi harapan hidup
pasien HD reguler di Klinik Spesialis Ginjal
dan Hipertensi Medan diperoleh kesimpulan: (i)
Angka harapan hidup (survival rate) 2 tahun
pasien HD reguler adalah 72,7% dengan lama
harapan hidup rata-rata 27,57 bulan. (ii)
Meskipun terdapat perbedaan, tetapi secara
statistik adekuasi dialisis, kadar Hb, serum
kreatinin, serum kalsium, usia memulai HD,
durasi HD, penyebab HD, kadar CaXP tidak
terdapat hubungan yang signifikan dengan lama
harapan hidup pasien HD reguler. (iii) Dengan
analisis multivariat didapatkan faktor-faktor
yang dapat meningkatkan mortalitas pasien HD
reguler yaitu IMT, serum albumin dan serum
fosfat.
CONCLUSION
Based on the results of the research
factors that affect the life expectancy of regular
HD patients at the Specialist Kidney and
6
Hypertension Clinic in Medan, concluded that:
(i) The 2-year survival rate for regular HD
patients is 72.7% with an average life
expectancy 27.57 months. (ii) Although there
are differences, the statistics of dialysis
adequacy, Hb level, serum creatinine, serum
calcium, age at starting HD, duration of HD,
causes of HD, CaXP levels, have no significant
correlation with the life expectancy of regular
HD patients. (iii) With multivariate analysis,
factors that can increase mortality in regular
HD patients are found: BMI, albumin serum,
and phosphate serum.
Penutup
Saya ingin berterima kasih kepada
Pemimpin Klinik Ginjal dan Hipertensi Rasyida
dan seluruh staff untuk membantu penelitian
ini.
Closing
I would like to thank to Rasyida
Medan's Specialist Kidney and Hypertension
Clinic leader and the all the staff for making
this study possible.
Referensi
Ayoub, A., Nelson, K., Wood, P., Hijjazi, K.H.,
2014. The Relationship Between
Laboratory Values and Quality of Life
of Dialysis Patients in The United
Arab Emirates. Renal Society of
Australia Journal 10 (1): 12-20.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2013.Riset Kesehatan
Dasar. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Available from
http://www.depkes.go.id/resources/do
wnload/general/Hasil%20Riskesdas
 7

%202013.pdf. [Accesed 17 April Patients Beginning Dialysis. Am.

2015] J.Clin.Nutr. 80: 324-332.
Block, G.A. et al, 2004. Mineral Metabolism, Latifah, I., Suswardany, D.L., Kusumawati, Y.,
Mortality, and Morbidity in 2012. Hubungan Antara Kadar
Maintenance Hemodialysis. J. Am. Hemoglobin, Kadar Albumin, Kadar
Soc. Nephrol. 15:2208-2218. Kreatinin dan Status Pembayaran
Chazot, C. et al, 2009. Is There Any Survival dengan Kematian Pasien Gagal Ginjal
Advantage of Obesity in Southern Kronik di RSUD Dr. Moewardi
European Haenodialysis Patients?. Surakarta. Jurnal Kesehatan, ISSN
Nephrol Dial Transplant 24: 2871- 1979-7621 Vol.5 No.1: 83-92.
2876. Muzasti, R.A.,2011. Hubungan Phase Angle
Ekantari, F., 2012. Hubungan Antara Lama pada Bioelectrical Impedance
Hemodialisis dan Faktor Analysis dengan Berbagai
Komorbiditas dengan Kematian Karakteristik dan Lama Harapan
Pasien Gagal Ginjal Kronik. Jurnal Hidup Pasien
Publikasi. Universitas Muhammadiyah Hemodialisis.Universitas Sumatera
Surakarta. Skripsi. Utara. Tesis.
Fresenius Medical Care, 2013. End Stage Renal National Kidney Foundation, 2015.Dialysis.
Disease in 2013 A Global Perspective. Available from:
Available from :http://www.vision- https://www.kidney.org/atoz/content/di
fmc.com/files/ESRD_Patients_in_201 alysisinfo. [Accesed 24 April 2015].
3.pdf. [Accesed 17 April 2015] Nugrahani, A., 2007. Hubungan Asupan
Hamid, A.J.,Azmi, M.T., 2009. Predictor of Protein terhadap Kadar Urea,
Survival Among and Stage Renal Nitrogen, dan Albumin Darah Pasien
Failure Patients Undergoing Dialysis Penyakit Ginjal Kronik yang
Treatment in Pahang From 2000 to Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr.
2004. Jurnal of Comunity Health Sardjito Yogyakarta. Universitas
2009:Vol 15 No 1. Gajah Mada. Skripsi.
Himmelfarb, J., Ikizler, T.A., 2010. Nurcahyati, S., 2011.Analisis Faktor-Faktor
Hemodialysis. N Engl J Med 363; 19. yang Berhubungan dengan Kualitas
Indonesian Renal Registry, 2011.4th Report Of Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik
Indonesian Renal Registry. yang menjalani Hemodialisis di
Indonesia.Perkumpulan Nefrologi Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap
Indonesia. Available from: dan Rumah Sakit Umum Daerah
http://www.pernefri- Banyumas.Universitas Indonesia.Tesis.
inasn.org/Laporan/4th%20Annual Pifer, T.B. et al, 2002. Mortality Risk in
%20Report%20Of%20IRR Hemodialysis Patients and Changes in
%202011.pdf . [Accesed 17 April Nutritional Indicators: DOPPS.
2015] Kidney International 62: 2238-2245.
Johansen, K.L., Young, B., Kaysen, G.A., Qunibi, W.Y., 2004. Consequences of
Chertow, G.M., 2004. Association of Hyperphosphatemia in Patients with
Body Size With Outcomes Among
 8

End Stage Renal Disease (ESRD).Kid.

Intl. 66 (90): 8-12.
Rahardjo, P., Susalit, E., Suhardjono, 2009.
Hemodialisis. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Dalam: Sudoyo A.W.
dkk. Jilid II. Edisi 5. Jakarta: 1050-
1052.
Shdaifat, E.A., and Manaf, M.R.A., 2012.
Quality of Life of Caregivers and
Patients Undergoing Haemodialysis at
Ministry of Health,Jordan.IntJ
ApplSci and Tech. 2(3):75-85.
Spiegel, B.M.R., Melmed, G., Robbins, S.,
Esrailian, E., 2008. Biomarkers and
Health-Related Quality of Life in End-
Stage Renal Disease: A Systematic
Review. Clin. J. Am. Soc. Nephrol. 3:
1759-1768.
Suarsedewi, D.W., 2012. Hubungan dosis
Hemodialisis dalam Perspektif
Keperawatan Terhadap Adekuasi
pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis.
Universitas Indonesia. Tesis.
United States Renal Data System, 2012.
USRDS Annual Data Report. USRDS:
Atlas ESRDS.
Yendriwati, 2008.Status Besi pada Penderita
Gagal Ginjal Kronis dalam
Menentukan Diagnosa Anemia
Defisiensi Besi. Universitas Sumatera
Utara. Tesis.
Young, E.W. et al, 2005.Predictors and
Consequences of Altered Mineral
Metabolism: The Dialysis Outcomes
and Practice Patterns Study. Kidney
International 67: 1179-1187
Yusop, N.B.M., Mun, C.Y., Shariff, Z.M.,
Huat, C.B., 2013. Factor Associated
with Quality of Life Among
Hemodialysis Patient in Malaysia.
Plos One 8 (12).