Anda di halaman 1dari 23

Kajian Arsitektural Taman yang Mengakomodasi Aksesibilitas Difabel

(Fika Masruroh, Lily Mauliani, Anisa)

KAJIAN ARSITEKTURAL TAMAN YANG MENGAKOMODASI AKSESIBILITAS DIFABEL


STUDI KASUS TAMAN TRIBECA CENTRAL PARK MALL,
TAMAN MENTENG DAN TAMAN AYODIA
1 2 3
Fika Masruroh , Lily Mauliani , Anisa
lilysidi@ymail.com, sasa909691@yahoo.com

ABSTRAK. Selama ini difabel masih dinomorduakan dalam hal pemenuhan kebutuhan aksesibilitas
baik di dalam bangunan maupun di luar bangunan. Banyak fasilitas umum yang hanya sedikit
menyediakan akses dan fasilitas sesuai dengan kemampuan khusus mereka. Bahkan ruang terbuka
hijau berupa taman kotapun masih belum ramah terhadap keberadaan para difabel. Padahal taman
kota menurut Undang-Undang Penataan Ruang no. 24 tahun 1992 merupakan tempat yang cukup
penting yaitu sebagai tempat bermain aktif untuk anak-anak dan dewasa, tempat bersantai pasif untuk
orang dewasa, dan bahkan sebagai areal konservasi lingkungan hijau. Penelitian ini bertujuan
menganalisa bagaimana implementasi 7 Prinsip Universal Design dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum nomor 30/PRT/M/2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan
gedung dan lingkungan pada Taman Tribeca, Taman Menteng dan Taman Ayodia.

Kata kunci : Aksesibilitas Difabel, Taman Ayodia, Taman Menteng, Taman Tribeca.

ABSTRACT. For decades, disabled people always become a second priority in providing the need of
accessibility either within buildings or outside buildings (open spaces and public spaces). There are
many public facilities which are only few of them providing special access and facilities for disabled
people (difable). Even, parks and green open spaces within city mostly are not user friendly for difable,
though city parks as an important place to do activities such as sport and playing, passive place for
relaxation, and as a conservation area for green environment, should provide facilities which are user
friendly for children and adult (UU Penataan Ruang No. 24 tahun 1992).This research is aimed to
analyse how to implement the seven principle of universal design and regulation from Menteri
Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 about technical guidelines of facilities and accessibilities for
buildings and environment at Taman Tribeca, Taman Menteng and Taman Ayodia.

Keywords: accessibilty for difable, Taman Ayodia, Taman Menteng, Taman Tribeca.

1
Alumni Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta
2
Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta
3
Dosen Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta
145
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 2 Juli 2015:145-167

PENDAHULUAN dinyatakan bahwa, sebagaimana warga


masyarakat lainnya, penyandang cacat berhak
Sebagai manusia normal kita semua ingin mempunyai kesamaan kedudukan, hak dan
menjalani hidup dan berkegiatan sehari-hari kewajiban dalam berperan dan berintegrasi
dengan mudah dan lancar. Bukan hanya kita secara total sesuai dengan kemampuannya
yang memiliki anggota tubuh yang lengkap dalam segala aspek kehidupan dan
yang ingin berkegiatan dengan mudah dan penghidupannya (Anonim, 2004:37).
lancar, saudara-saudara kita yang memiliki
keterbatasan fisik pun menginginkan hal yang Aksesibilitas difabel yang dijanjikan pemerintah
sama. Lancarnya kegiatan sehari-hari saudara- dalam UU No 4 th 1997 pada prakteknya tetap
saudara kita yang memiliki keterbatasan fisik saja belum mempermudah akses pergerakan
tentu perlu ditunjang dengan tersedianya mereka. Beberapa sarana umum yang
aksesibilitas yang mengakomodasi dibangun dengan mempertimbangkan difabel
kemampuan mereka. bahkan pada pelaksanaannya masih saja
menyulitkan mereka. Ruang terbuka hijaupun
Selama ini saudara-saudara kita yang bahkan masih belum ramah terhadap
berkemampuan khusus atau difabel masih keberadaan para difabel.
dianggap sebagai warga kelas dua yang
kemampuan khususnya masih belum Menurut Undang-Undang Penataan Ruang no.
diakomodasi. Dalam hal aksesibilitas, 24 tahun 1992 yang dimaksud dengan ruang
ketersediaan sarana dan prasarana ramah terbuka (open spaces) adalah ruang yang
difabel saat ini masih sangat terbatas di berfungsi sebagai wadah (container) untuk
Indonesia pada umumnya dan Jakarta kehidupan manusia, baik secara individu
khususnya. maupun berkelompok, serta wadah makhluk
lainnya untuk hidup dan berkembang secara
Padahal banyak difabel yang memiliki berkelanjutan. Selain itu ruang terbuka hijau
kemampuan yang setara bahkan lebih dari juga merupakan suatu wadah yang
manusia normal. Namun mereka semua harus menampung aktivitas manusia dalam suatu
menyerah hanya beraktifitas di dalam rumah, lingkungan yang tidak mempunyai penutup
tidak leluasa beraktifitas seperti manusia dalam bentuk fisik yang berfungsi antara lain
normal karena keadaan di sekeliling mereka sebagai tempat bermain aktif untuk anak-anak
yang hanya sedikit menyediakan akses dan dan dewasa, tempat bersantai pasif untuk
fasilitas sesuai dengan kemampuan khusus orang dewasa, dan sebagai areal konservasi
mereka. lingkungan hijau. Bentuk ruang terbuka
berdasarkan fungsinya sebagai ruang terbuka
Hak aksesibilitas bagi difabel sebenarnya hijau yaitu dalam bentuk taman, lapangan
sudah diatur dalam berbagai peraturan mulai atletik dan taman bermain.
dari peraturan di pemerintah pusat berupa
undang-undang, peraturan pemerintah, hingga Melihat pengertian serta fungsi taman yang
peraturan menteri pekerjaan umum maupun penting maka keberadaan taman di kota-kota
peraturan daerah. Namun belum ada peraturan besar mutlak diperlukan. Namun jangankan
yang secara khusus memuat pedoman tentang taman ramah difabel, taman umum untuk
aksesibilitas di ruang terbuka. Ada satu manusia normalpun jarang ditemui di Jakarta.
peraturan menteri pekerjaan umum yakni yang Keberadaan taman ramah difabel di Jakarta
disusun tahun 2006 yang memuat pedoman yang sedikit jumlahnya bahkan bisa dikatakan
teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan hampir tidak ada menjadi keprihatinan
gedung dan lingkungan namun pedoman ini tersendiri mengingat Jakarta merupakan
belum membahas secara terperinci fasilitas ibukota negara Republik Indonesia yang mau
aksesibilitas di ruang terbuka. Dalam peraturan tidak mau akan dibandingkan dengan kota-kota
ini terdapat beberapa peraturan fasilitas besar di mancanegara.
aksesibilitas di dalam bangunan yang dapat
diterapkan di ruang terbuka seperti ramp, jalur Berdasarkan penelusuran data primer dan data
pemandu, parkir dan sebagainya sekunder, penulis menilai ada beberapa taman
di Jakarta yang sudah cukup mengakomodasi
Sebagaimana yang tercantum dalam Undang- aksesibilitas difabel diantaranya Taman
Undang Nomor 4 Tahun 1997, pasal 1 (ayat 1) Tribeca, Taman Menteng dan Taman Ayodia.
dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun Ke tiga taman tersebut dipandang sudah
1998, khususnya pasal 1 (ayat 1) dengan tegas memiliki fasilitas yang aksesibel bagi difabel
146
Kajian Arsitektural Taman yang Mengakomodasi Aksesibilitas Difabel
(Fika Masruroh, Lily Mauliani, Anisa)

walaupun akses tersebut masih tergolong cocok untuk menggantikan istilah penyandang
standar yaitu berupa fasilitas ramp. cacat yang bernilai negatif.

Rumusan masalah untuk penelitian ini adalah Difabel bukan hanya merupakan penyandang
bagaimana implementasi 7 Prinsip Universal cacat sejak lahir melainkan juga korban
Design dan Peraturan Menteri Pekerjaan bencana alam atau perang yang mendapatkan
Umum nomor 30/PRT/M/2006 tentang kecacatan dalam perjalanan hidupnya maupun
pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada para penderita penyakit yang mengalami
bangunan gedung dan lingkungan pada Taman gangguan melakukan aktivitas secara
Tribeca, Taman Menteng dan Taman Ayodia. selayaknya baik gangguan fisik maupun
mental.
DIFABEL DAN DISABLE
Beberapa jenis gangguan yang menyebabkan
Menurut Undang-undang Republik Indonesia tergolongnya seseorang menjadi difabel adalah
no 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat, sebagai berikut : (1) Tuna netra (buta);
penyandang cacat adalah setiap orang yang (2) Tuna daksa (cacat tubuh); (3) Tuna rungu
mempunyai kelainan fisik dan/atau mental, (tuli); (4) Tuna wicara (bisu) dan (5) Tuna
yang dapat mengganggu atau merupakan grahita (cacat mental)
rintangan dan hambatan baginya untuk
melakukan secara selayaknya. PRINSIP UNIVERSAL DESIGN

Menurut Dra. Hj. Kurniasih Mufidayati, MSi Prinsip Desain Universal dikembangkan pada
Anggota DPRD DKI Jakarta konotasi arti kata tahun 1997 oleh sebuah kelompok kerja yang
penyandang cacat yang kurang baik terdiri dari arsitek, desainer produk, insinyur
menimbulkan pemikiran untuk memperhalus dan peneliti desain lingkungan, yang dipimpin
istilah penyandang cacat sehingga muncul oleh Ronald Mace dari North Carolina State
istilah disabel atau disabilitas yang berasal dari University. Tujuan dari prinsip ini adalah untuk
kata dalam bahasa Inggris disability people memandu desain lingkungan, produk dan
yang memiliki arti orang yang tidak komunikasi. Menurut Center for Universal
berkemampuan untuk melakukan suatu Design di NCSU, prinsip universal design dapat
kegiatan. Lalu muncul pula istilah difabel yang diterapkan untuk mengevaluasi desain yang
merupakan peng-Indonesia-an kata diffable ada, membimbing proses desain dan mendidik
yang merupakan singkatan dari differently- desainer dan konsumen tentang karakteristik
abled yang berarti perbedaan kemampuan. produk yang lebih bermanfaat dan lingkungan.
Prinsip- prinsip utama universal desain, yaitu :
Menurut Bahrul Fuad, koordinator CONFIDENT
(Center on Difabel Community Development 1. Dapat digunakan oleh setiap orang
and Empowerment) Surabaya, istilah difabel (Equitable Use)
pertama kali muncul tahun 1996, yang tercipta Definisi : desainnya berguna dan dapat
hasil dari obrolan santai dua orang aktivis dipasarkan kepada orang-orang dengan
gerakan sosial Mansour Fakih (INSIST Jogja) beragam kemampuan. Pedoman :
dan Setya Adi Purwanta (Dria Manunggal- a. Menyediakan sarana yang sama
Jogja) dan mulai tahun 1998 berkembang. digunakan untuk semua pengguna, identik
Kemudian kata difabel disebarluaskan dan bila memungkinkan, atau paling tidak
diakui oleh para aktivis gerakan difabel pada setara.
tahun 1998. Saat itu para aktivis gerakan b. Desain tidak boleh mengedepankan
difabel melakukan Sarasehan Nasional untuk maksud untuk mengisolasi atau
menggagas Format Baru Gerakan Difabel di menstigmasi sekelompok pengguna
Hotel Sargede Jogjakarta tahun 1998. manapun atau memebrikan hak istimewa
kepada sebuah grup
Umumnya masyarakat lebih familiar dengan c. Ketentuan untuk privasi, keamanan, dan
istilah penyandang cacat yang lebih keselamatan harus tersedia bagi semua
menekankan kata “cacat” yang berarti ketidak pengguna.
sempurnaan baik fisik maupun mental yang d. Membuat desain menarik bagi semua
cenderung bernilai negatif padahal ada pengguna.
ungkapan manusia tidak ada yang sempurna
sehingga penulis menilai istilah difabel lebih 2. Fleksibilitas dalam Penggunaan
(Flexibility in Use)

147
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 2 Juli 2015:145-167

Definisi : desain mengakomodasi semua jenis Definisi : meminimalisasi bahaya dan


pengguna dan berbagai kemampuan individu. konsekuensi yang merugikan dari tindakan
Pedoman : disengaja atau tidak disengaja. Pedoman :
a. Desain harus memperbolehkan setiap a. Pengaturan elemen untuk meminimalkan
orang untuk menggunakannya lebih dari bahaya dan kesalahan mulai dari elemen
satu ketentuan yang paling sering digunakan, yang paling
b. Desain harus mengakomodasi baik mudah diakses, unsur berbahaya
pengguna tangan kanan maupun kidal. dihilangkan, terisolasi, atau terlindung.
c. Desain juga harus mempunyai fleksibilitas b. Menyediakan tanda peringatan bahaya
untuk digunakan meskipun pengguna yang aman.
memakai cara yang tidak konvensional c. Menyediakan tanda yang aman apabila
atau tidak terduga. ada fitur yang gagal.
d. Mencegah hilangnya kewaspadaan dalam
3. Desain yang sederhana dan Mudah setiap tindakan secara sadar.
Digunakan (Simple and Intuitive Use)
Definisi : penggunaan desain mudah 6. Upaya Fisik Rendah (Low Physical
dimengerti, ditinjau dari segi pengalaman dan Effort)
kemampuan pengguna. Pedoman : Definisi : desain dapat digunakan secara
a. Desain dibuat mudah dimengerti efisien dan nyaman dan dengan minimalisasi
b. Desain disesuaikan dengan kemampuan resiko kecelakaan. Pedoman :
dasar pengguna dan intuisi dasar semua a. Desain dapat digunakan dalam posisi
kemampuan pengguna. tubuh normal.
c. Mengakomodasi berbagai jenis huruf b. Desain digunakan dengan cara yang biasa
khusus dan kemampuan berbahasa. c. Desain dapat digunakan dengan mudah
d. Perletakkan informasi penting ditempat- dan dalam sekali gerakan tanpa perlu
tempat strategis berulang-ulang.
e. Mengadakan evaluasi setelah
dilakukannya proses desain. 7. Ukuran dan Ruang untuk Pendekatan
dan Penggunaan (Size and Space for
4. Informasi yang memadai (Perceptible Approach and Use)
Information) Definisi : Penggunaan ukuran ruang dalam
Definisi : produk desain dilengkapi informasi desain yaitu dengan melakukan pendekatan
pendukung yang penting untuk pengguna melalui postur, ukuran dan pergerakan
dimana informasi yang diberikan disesuaikan pengguna. Pedoman :
dengan kemampuan pengguna. Pedoman : a. Memberikan bentuk dan batas yang tegas
a. Penggunaan jenis marka yang berbeda serta jelas di setiap desain
(gambar, tulisan, tekstur) untuk b. Membuat semua komponen yang nyaman
menunjukan informasi penting secara jelas. untuk setiap pengguna duduk atau berdiri.
b. Memberikan perbedaan yang cukup c. Mengakomodasi variasi ukuran tangan dan
kontras antara informasi penting dengan ukuran grip.
sekitarnya. d. Memperhatikan kebutuhan minimum
c. Memastikan agar informasi penting mudah standar ruang.
dimengerti, mudah terbaca dan
memberikan petunjuk atau arah dengan
jelas mudah sesuai dengan kemampuan PERSYARATAN TEKNIS FASILITAS DAN
pengguna yang berbeda-beda AKSESIBILITAS
d. Membedakan elemen dalam cara-cara
yang dapat digambarkan (yaitu, Jalur Pedestrian
membuatnya mudah). Esensi : Jalur yang digunakan untuk berjalan
e. Menyediakan berbagai teknik atau alat dan kaki atau berkursi roda bagi difabel secara
bentuk informasi penting agar mudah mandiri yang dirancang berdasarkan
digunakan dan dimengerti oleh pengguna kebutuhan orang untuk bergerak aman,
dengan keterbatasan sensorik. mudah, nyaman dan tanpa hambatan.
Persyaratan :
5. Toleransi Kesalahan (Tolerance for 1. Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan
Error) cuaca, bertekstur halus tetapi tidak licin.
Hindari sambungan atau gundukan pada

148
Kajian Arsitektural Taman yang Mengakomodasi Aksesibilitas Difabel
(Fika Masruroh, Lily Mauliani, Anisa)

permukaan, kalaupun terpaksa ada, warna antara ubin pemandu dengan ubin
tingginya harus tidak lebih dari 1,25 cm. lainnya, maka pada ubin pemandu dapat
2. Kemiringan maksimum 2° dan pada setiap diberi warna kuning atau jingga.
jarak 900 cm diharuskan terdapat bagian
yang datar minimal 120 cm. Ramp
3. Area istirahat digunakan untuk membantu Esensi : Ramp adalah jalur sirkulasi yang
pengguna jalan difabel dengan memiliki bidang dengan kemiringan tertentu,
menyediakan tempat duduk santai di sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat
bagian tepi. menggunakan tangga. Persyaratan:
4. Pencahayaan berkisar antara 50 -150 lux 1. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan
tergantung pada intensitas pemakaian, tidak boleh melebihi 7°, perhitungan
tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan. kemiringan tersebut tidak termasuk awalan
5. Drainase dibuat tegak lurus dengan arah atau akhiran ramp (curb ramps/landing)
jalur dengan kedalaman maksimal 1,5 m, Sedangkan kemiringan suatu ramp yang
mudah dibersihkan dan perletakan lubang ada di luar bangunan maksimum 6°.
dijauhkan dari tepi jalur pedestrian. 2. Panjang mendatar dari satu ramp (dengan
6. Lebar minimum jalur pedestrian adalah 120 kemiringan 7°) tidak boleh lebih dari 900
cm untuk jalur searah dan 160 cm untuk cm. Panjang ramp dengan kemiringan
dua arah. Jalur pedestrian harus bebas yang lebih rendah dapat lebih panjang.
dari pohon, tiang rambu-rambu, lubang 3. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm
drainase/gorong-gorong dan benda-benda tanpa tepi pengaman, dan 120 cm dengan
lainnya yang menghalangi. tepi pengaman. Untuk ramp yang juga
7. Tepi pengaman dibuat setinggi maksimal digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan
10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pelayanan angkutan barang harus
pedestrian. dipertimbangkan secara seksama
lebarnya, sedemikian sehingga bisa
Jalur Pemandu dipakai untuk kedua fungsi tersebut, atau
Esensi : Jalur yang memandu penyandang dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi
cacat untuk berjalan dengan memanfaatkan sendiri-sendiri.
tekstur ubin pengarah dan ubin peringatan. 4. Muka datar (bordes) pada awalan atau
Persyaratan : akhiran dari suatu ramp harus bebas dan
1. Tekstur ubin pengarah bermotif garis-garis datar sehingga memungkinkan sekurang-
menunjukkan arah perjalanan. kurangnya untuk memutar kursi roda
2. Tekstur ubin peringatan (bulat) memberi dengan ukuran minimum 160 cm.
peringatan terhadap adanya perubahan 5. Permukaan datar awalan atau akhiran
situasi di sekitarnya/warning. suatu ramp harus memiliki tekstur sehingga
3. Daerah-daerah yang harus menggunakan tidak licin baik diwaktu hujan maupun saat
ubin tekstur pemandu (guiding blocks): cuaca cerah.
a. Di depan jalur lalu-lintas kendaraan. 6. Lebar tepi pengaman ramp/kanstin/low
b. Di depan pintu masuk/keluar dari dan curb 10 cm, dirancang untuk menghalangi
ke tangga atau fasilitas persilangan roda kursi roda agar tidak terperosok atau
dengan perbedaan ketinggian lantai. keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan
c. Di pintu masuk/keluar pada terminal langsung dengan lalu-lintas jalan umum
transportasi umum atau area atau persimpangan harus dibuat
penumpang. sedemikian rupa agar tidak mengganggu
d. Pada pedestrian yang jalan umum.
menghubungkan antara jalan dan 7. Ramp harus diterangi dengan
bangunan. pencahayaan yang cukup sehingga
e. Pada pemandu arah dari fasilitas membantu penggunaan ramp saat malam
umum ke stasiun transportasi umum hari. Pencahayaan disediakan pada
terdekat. bagian-bagian ramp yang memiliki
4. Pemasangan ubin tekstur untuk jalur ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya
pemandu pada pedestrian yang telah ada dan bagian-bagian yang membahayakan.
perlu memperhatikan tekstur dari ubin 8. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan
eksisting, sedemikian sehingga tidak rambatan (handrail) yang dijamin
terjadi kebingungan dalam membedakan kekuatannya dengan ketinggian yang
tekstur ubin pengarah dan tekstur ubin sesuai. Pegangan rambat harus mudah
peringatan. Untuk memberikan perbedaan dipegang dengan ketinggian 65 – 80 cm.

149
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 2 Juli 2015:145-167

Tangga 1. Toilet atau kamar kecil umum yang


Esensi : Fasilitas bagi pergerakan vertikal yang aksesibel harus dilengkapi dengan
dirancang dengan mempertimbangkan ukuran tampilan rambu/simbol dengan sistem
dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan cetak timbul “penyandang cacat” pada
lebar yang memadai. Persyaratan : bagian luarnya.
1. Harus memiliki dimensi pijakan dan 2. Toilet atau kamar kecil umum harus
tanjakan yang berukuran seragam. memiliki ruang gerak yang cukup untuk
2. Harus memiliki kemiringan tangga kurang masuk dan keluar tunadaksa pengguna
dari 60°. kursi roda.
3. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang 3. Ketinggian tempat duduk kloset harus
yang dapat membahayakan pengguna sesuai dengan ketinggian tunadaksa
tangga. pengguna kursi roda sekitar (45-50 cm).
4. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat 4. Toilet atau kamar kecil umum harus
(handrail) minimum pada salah satu sisi dilengkapi dengan pegangan rambat
tangga. (handrail) yang memiliki posisi dan
5. Pegangan rambat harus mudah dipegang ketinggian disesuaikan dengan tunadaksa
dengan ketinggian 65 – 80 cm dari lantai, pengguna kursi roda dan penyandang
bebas dari elemen konstruksi yang cacat yang lain. Pegangan disarankan
mengganggu, dan bagian ujungnya harus memiliki bentuk siku-siku mengarah ke
bulat atau dibelokkan dengan baik ke arah atas untuk membantu pergerakan
lantai, dinding atau tiang. tunadaksa pengguna kursi roda.
6. Pegangan rambat harus ditambah 5. Letak kertas tissu, air, kran air atau
panjangnya pada bagian ujungnya (puncak pancuran (shower) dan perlengkapan
dan bagian bawah) dengan 30 cm. perlengkapan seperti tempat sabun dan
7. Untuk tangga yang terletak di luar pengering tangan harus dipasang
bangunan, harus dirancang sehingga tidak sedemikian hingga mudah digunakan oleh
ada air hujan yang menggenang pada orang yang memiliki keterbatasan fisik dan
lantainya. bisa dijangkau tunadaksa pengguna kursi
roda.
Pintu 6. Semua kran sebaiknya dengan
Esensi : Pintu adalah bagian dari suatu tapak, menggunakan sistem pengungkit dipasang
bangunan atau ruang yang merupakan tempat pada wastafel, dll.
untuk masuk dan keluar dan pada umumnya 7. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak
dilengkapi dengan penutup (daun pintu). licin.
Persyaratan : 8. Pintu harus mudah dibuka dan ditutup
1. Pintu pagar ke tapak harus mudah dibuka untuk memudahkan tunadaksa pengguna
dan ditutup oleh difabel. kursi roda.
2. Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar
bukaan minimal 90 cm, dan pintu-pintu Area Parkir
yang kurang penting memiliki lebar bukaan Esensi : Area parkir adalah tempat parkir
minimal 80 cm. kendaraan yang dikendarai oleh penyandang
3. Di daerah sekitar pintu masuk sedapat cacat, sehingga diperlukan tempat yang lebih
mungkin dihindari adanya ramp atau luas untuk naik turun kursi roda, daripada
perbedaan ketinggian lantai. tempat parkir yang biasa. Sedangkan daerah
4. Hindari penggunan bahan lantai yang licin untuk menaik-turunkan penumpang
di sekitar pintu. (Passenger Loading Zones) adalah tempat
5. Plat tendang yang diletakkan di bagian bagi semua penumpang, termasuk
bawah pintu diperlukan bagi tunadaksa penyandang cacat, untuk naik atau turun dari
pengguna kursi roda dan tongkat kendaraan. Persyaratan :
tunanetra. 1. Tempat parkir penyandang cacat terletak
pada rute terdekat menuju
Toilet bangunan/fasilitas yang dituju, dengan
Esensi : Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk jarak maksimum 60 meter.
semua orang (tanpa terkecuali penyandang 2. Area parkir harus cukup mempunyai ruang
cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bebas di sekitarnya sehingga pengguna
bangunan atau fasilitas umum lainnya. berkursi roda dapat dengan mudah masuk
Persyaratan : dan keluar dari kendaraannya.

150
Kajian Arsitektural Taman yang Mengakomodasi Aksesibilitas Difabel
(Fika Masruroh, Lily Mauliani, Anisa)

3. Area parkir khusus penyandang cacat METODOLOGI PENELITIAN


ditandai dengan simbol tanda parkir
penyandang cacat yang berlaku. Metode penelitian yang dipakai dalam
4. Pada lot parkir penyandang cacat penelitian ini adalah penelitian yang bersifat
disediakan ramp jalur pedestrian di kedua kualitatif deskriptif. Menurut Maman (2002; 3)
sisi kendaraan. penelitian deskriptif berusaha menggambarkan
5. Ruang parkir mempunyai lebar 370 cm suatu gejala sosial. Dengan kata lain penelitian
untuk parkir tunggal atau 620 cm untuk ini bertujuan untuk menggambarkan sifat
parkir ganda dan sudah dihubungkan sesuatu yang tengah berlangsung pada saat
dengan ramp dan jalan menuju fasilitas- studi. Metode kualitatif ini memberikan
fasilitas lainnya. informasi yang mutakhir sehingga bermanfaat
6. Kedalaman minimal dari daerah naik turun bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta
penumpang dari jalan atau jalur lalu-lintas lebih banyak dapat diterapkan pada berbagai
sibuk adalah 360 cm dan dengan panjang masalah (Husein Umar, 1999:81).
minimal 600 cm
7. Diberi rambu penyandang cacat yang biasa Metode pengumpulan data yang digunakan
digunakan untuk mempermudah dan adalah
membedakan dengan fasilitas serupa bagi 1. Studi literatur, berupa kegiatan
umum. pengumpulan informasi / data mengenai
taman yang aksesibel terhadap
Telepon Umum penyandang difabel yang menjadi topik
Esensi : Peralatan komunikasi yang disediakan bahasan, baik mengenai sejarah, foto /
untuk semua orang yang sedang mengunjungi gambar dan aspek-aspek lainnya. Bertujuan
suatu bangunan atau fasilitas umum. untuk mendapatkan gambaran dengan
Persyaratan : sumber yang berasal dari buku, koran,
1. Telepon umum disarankan yang artikel, makalah, Perda, undang-undang
menggunakan tombol tekan, harus terletak dan penelitian-penelitian serupa yang sudah
pada lantai yang aksesibel bagi semua ada sebelumnya.
orang termasuk penyandang cacat, orang 2. Survei lapangan atau observasi, dilakukan
tua, orang sakit, balita dan ibu-ibu hamil. setelah mendapatkan beberapa data
2. Ruang gerak yang cukup harus disediakan mengenai topik bahasan untuk
di depan telepon umum sehingga mencocokkan data yang didapat dengan
memudahkan penyandang cacat untuk keadaan di lapangan. Selain itu dapat
mendekati dan menggunakan telepon. dilakukan pengukuran pada hal-hal yang
3. Ketinggian telepon dipertimbangkan bersifat kuantitatif.
terhadap keterjangkauan gagang telepon 3. Wawancara. Melakukan wawancara kepada
terhadap tunadaksa pengguna kursi roda narasumber yang terkait langsung dengan
80-100 cm permasalahan yang terjadi. Hal ini bertujuan
4. Bagi pengguna yang memiliki pendengaran untuk mengetahui kenyamanan dan
kurang, perlu disediakan alat kontrol keamanan aksesibilitas yang ada pada studi
volume suara yang terlihat dan mudah kasus menurut pandangan dan pendapat
terjangkau. mereka yang bersangkutan seperti para
5. Bagi tunanetra sebaiknya disediakan pengunjung taman baik pengunjung yang
petunjuk telepon dalam huruf Braille dan memiliki tubuh normal maupun pengunjung
dilengkapi juga dengan isyarat bersuara yang difabel.
(talking sign) yang terpasang di dekat Setelah pengumpulan kemudian data-data itu
telepon umum. dipilah antara data-data yang berkaitan dengan
6. Panjang kabel gagang telepon harus bahasan dan tujuan penelitian dengan data
memungkinkan tunadaksa pengguna kursi yang sama sekali tidak menunjang maksud dan
roda untuk menggunakan telepon dengan tujuan penelitian.
posisi yang nyaman. (± 75 cm).
7. Bilik telepon dapat dilengkapi dengan kursi PEMBAHASAN
yang disesuaikan dengan gerak pengguna
dan site yang tersedia. Pada bagian ini akan dibahas analisa
mengenai fasilitas yang ada di Taman Tribeca
Central Park mall, Taman Menteng, Taman
Ayodia apakah sudah aksesibel atau belum.
Analisa akan dilakukan berdasarkan hasil

151
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 2 Juli 2015:145-167

observasi di lapangan dan peraturan yang antara lobby mall dengan teras tidak terdapat
berlaku yang memuat pedoman aksesibilitas di perbedaan material lantai yang bisa dijadikan
ruang terbuka hijau di DKI Jakarta. petunjuk bagi tunanetra.

Karena Propinsi DKI Jakarta tidak memiliki Tunarungu tidak menemukan kesulitan karena
peraturan khusus maka guna menganalisa lokasi pintu masuk melalui bagian dalam mall
kajian sarana aksesibilitas publik di ketiga yang cukup mudah terlihat dengan adanya
taman digunakan 2 standar untuk menganalisa aktifitas naik turun pengunjung yang
fasilitas yang ada di ketiga taman yaitu : menggunakan kendaraan pribadi. Namun
a. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum karena lokasi pintu masuk 1 di bagian samping
Nomor 30 Tahun 2006 yang memuat taman yang agak tersembunyi di samping
pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pintu dropping zone mall central park,
pada bangunan gedung dan lingkungan. menyebabkan pengunjung tunarungu akan
b. 7 Prinsip Universal Design mengalami kesulitan karena mengira untuk
masuk ke taman hanya melalui pintu masuk
Pada peraturan menteri pekerjaan umum mall. Sedangkan akses pintu taman 2 mudah
diatas tidak memuat secara khusus pedoman dilewati oleh pengunjung difabel namun pintu
tentang aksesibilitas di ruang terbuka. Dalam ini lebih dikhususkan bagi pengunjung yang
peraturan ini hanya terdapat beberapa akan menuju hotel Pullman. Tunadaksa
peraturan fasilitas aksesibilitas di dalam pengguna kruk tidak mengalami kesulitan
bangunan yang dapat diterapkan di ruang melewati pintu masuk melalui bagian dalam
terbuka seperti ramp, jalur pemandu, parkir mall walaupun material lantai teras dan lobby
dan sebagainya. mall terbuat dari marmer yang cenderung licin.
Begitu juga saat melalui pintu masuk taman 1
Dalam analisa dan penilaian dipilih 4 klasifikasi di bagian samping taman dan pintu masuk 2,
difabel yaitu tunanetra, tunarungu, tunadaksa pengunjung pengguna kruk tidak mengalami
pengguna kruk dan tunadaksa kursi roda. kesulitan yang berarti.
Tidak dipilihnya tunawicara dan tunagrahita
sebagai variabel penelitian berdasarkan Tunadaksa pengguna kursi roda juga tidak
pertimbangan bahwa kebanyakan cacat mengalami kesulitan saat melewati pintu
tunawicara juga disandang oleh tunarungu masuk melalui dalam mall karena pintu masuk
sehingga antara tunarungu dengan tunawicara yang lebar sehingga pengguna kursi roda
dianggap sama dan difabel tunagrahita leluasa melewati pintu dan tidak terdapat
kebanyakan tidak berkegiatan diluar ruangan perbedaan ketinggian antara area dalam mal
dengan alasan keamanan difabel tersebut. dengan area taman. Sayangnya untuk
melewati pintu masuk taman 1 di bagian
Pintu Masuk samping taman pengguna kursi roda akan
kesulitan karena tidak terdapat handel untuk
A. Taman Tribeca membuka pintu sendiri tapi untungnya di
Pintu masuk pada taman Tribeca terdapat 2 depan pintu dijaga oleh petugas keamanan
buah yaitu yang melalui bagian dalam mall dan maka pintu ini dipastikan akan terbuka selama
akses langsung ke dalam taman dari luar jam buka taman dan mal. Selain itu jarak
taman yang dibagi lagi menjadi 2 akses yaitu antara pintu pagar dan gerbang metal detector
pintu masuk taman 1 di bagian samping taman yang dekat sekitar 3 meter cukup membuat
dan pintu masuk taman 2. Pengunjung biasa pengguna kursi roda kesulitan untuk bergerak
maupun pengunjung difabel cukup mudah apalagi saat keluar taman melalui pintu ini.
masuk taman melalui bagian dalam mall
karena penggunaan pintu otomatis dengan Pintu masuk menuju taman baik dari dalam
daun pintu yang lebar. Sedangkan untuk mall maupun kedua pintu masuk lainnya dapat
melalui pintu taman 1 di bagian samping dianalisa berdasarkan 7 prinsip universal
taman dan pintu taman 2 pengunjung difabel desain. Pintu masuk menuju taman, baik yang
juga cukup mudah melaluinya. melalui dalam mall maupun yang dari luar mall
bisa digunakan dengan mudah tidak saja bagi
Pengunjung tunanetra mengalami kesulitan pengunjung normal tapi juga bagi pengunjung
untuk melewati kedua pintu ini karena tidak difabel. Penggunaan pintu dengan sistem
tersedianya jalur pemandu untuk menuju otomatis pada pintu masuk melalui dalam mall
kedua pintu masuk. Selain itu di area pintu dapat mengakomodasi berbagai macam
masuk taman melalui bagian dalam mall kemampuan pengunjung. Pengunjung normal
152
Kajian Arsitektural Taman yang Mengakomodasi Aksesibilitas Difabel
(Fika Masruroh, Lily Mauliani, Anisa)

maupun pengunjung difabel mudah Toleransi kesalahan yang ada di pintu masuk
menggunakan fasilitas ini karena pengunjung taman dari dalam mal hanya ada di pintu
bisa masuk ke dalam taman dengan hanya dengan sistem sensor otomatis. Apabila terjadi
melewati sensor pintu yang otomatis akan kegagalan sensor otomatis merespon gerakan
membuka dan menutup sendiri berdasarkan pengunjung yang akan masuk atau keluar
respon yang diterima sensor. maka akan difungsikan pintu manual. Bagi
pengunjung difabel khususnya pengguna kursi
roda harus berhati-hati saat melewati pintu
masuk taman 1 pintu masuk taman 1 di bagian
samping taman karena jarak antara gerbang
metal detector dengan pintu pagar yang kecil
C menyebabkan pengguna kursi roda kesulitan
B untuk bergerak leluasa sehingga harus hati-
hati saat keluar atau masuk melalui pintu
A
masuk taman 1 di bagian samping taman
sedangkan di pintu taman 2 pengunjung
difabel bisa leluasa bergerak.

Karena menggunakan sistem otomatis untuk


membuka dan menutup maka tidak diperlukan
tenaga yang besar untuk membuka dan
menutup pintu yang tentu saja menguntungkan
Gambar 1. Letak Pintu taman pada denah A. Pintu difabel pengguna kursi roda namun cukup
Mall B. Pintu Taman 1 C. Pintu Taman 2. menyulitkan difabel tunanetra. Bagi pengguna
(Sumber : http://c1038.r38.cf3.rackcdn.com) kruk kondisi lantai di kedua area pintu masuk
bagian samping yang terbuat dari marmer
Desain pintu otomatis yang baku dan berlaku yang cenderung licin menyebabkan harus
universal menjadikan kebanyakan pengunjung berhati-hati saat melewatinya. Sedangkan
sudah familiar dan dapat menggunakan pintu untuk pengguna kursi roda material marmer
tanpa mengalami kebingungan. Kebingungan sebagai finishing lantai di kedua area pintu
hanya akan dialami difabel tunanetra saat masuk bagian samping malah menguntungkan
akan melewati pintu otomatis karena ketiadaan karena kursi roda dapat digerakkan dengan
jalur pemandu. Sedangkan pintu masuk taman lancar.
1 di bagian samping taman yang
menggunakan pagar setinggi 200 cm sebagai Aturan baku ukuran lebar pintu otomatis
pintu dengan gaya minimalis sudah baik. Pintu sebesar 180 cm pada pintu masuk melalui
masuk taman 2 cukup mudah digunakan baik dalam mall tentu memudahkan pengunjung
bagi pengunjung difabel maupun pengunjung difabel untuk menggunakan pintu masuk.
normal. Difabel pengguna kursi roda mendapat Pengunjung difabel leluasa untuk melewati
keistimewaan tidak harus melewati gerbang pintu dengan sistem otomatis tanpa harus
sensor metal detector karena gerbang yang berdesak-desakan dengan pengunjung
tidak muat dilewati kursi roda. lainnya. Sedangkan pada pintu masuk taman 1
di bagian samping taman jarak antara gerbang
Sayangnya di sekitar jalan menuju pintu metal detector dengan pintu pagar yang kecil
masuk di lobby depan mal dan di dalam mal tentu menyulitkan pengguna kursi roda.
tidak ada petunjuk khusus difabel yang Mungkin karena pintu ini lebih diperuntukkan
menandakan adanya pintu masuk. Pengelola bagi pengunjung normal hal ini terlihat dari
mal hanya menyediakan petunjuk dasar lokasi kedua pintu yang lebih tersembunyi dari
berupa tulisan yang digantung di langit-langit luar.
mal. Petunjuk khusus yang paling dasar bagi
difabel tidak ada seperti jalur pemandu bagi B. Taman Menteng
tunanetra, apalagi petunjuk khusus berupa
petunjuk suara. Selain petunjuk dasar berupa Taman Menteng memiliki 3 buah area pintu
tulisan yang digantung di langit-langit, petunjuk masuk yaitu melalui sisi jalan Sidoarjo, sisi
yang ada hanya gambar peta taman yang Jalan Prof Moh.Yamin, sisi Jalan H.O.S.
diletakkan di dekat kedua pintu ini itupun Cokroaminoto. Pengunjung difabel kursi roda
gambarnya sudah mulai memudar. yang akan memasuki ke tiga pintu masuk
taman tidak dapat memasuki ke area taman

153
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 2 Juli 2015:145-167

dengan menggunakan kursi roda karena di 90 cm dengan jarak antar tonggak 50 cm


tiga pintu masuk terdapat barrier berupa sebagai penghalang masuknya motor ke area
tonggak setinggi 90 cm dengan jarak antar taman tidak berfungsi dengan baik karena
tonggak 50 cm. Sedangkan tunanetra dan motor masih bisa masuk ke area taman
tunadaksa pengguna kruk justru terbantu melalui sela-sela tonggak. Selain itu tonggak
dengan keberadaan tonggak, mereka ternyata menghalangi pengguna kursi roda
menjadikan tonggak sebagai penanda untuk masuk ke dalam taman. Pengelola tidak
keberadaan pintu masuk dan alat bantu saat menyediakan petunjuk arah untuk masuk ke
memasuki taman. Bagi tunarungu memasuki taman, tentu akan menyulitkan pengunjung
taman sama mudahnya dengan pengunjung yang pertama kali datang ke Taman Menteng
biasa. untuk menemukan area pintu masuk terutama
area pintu masuk di sisi jalan Sidoarjo.

Bahaya yang timbul di semua area pintu


masuk taman paling besar kemungkinannya
terjadi di sisi Jalan Prof Moh.Yamin karena
ramp yang ada di sini dalam keadaan rusak,
terdapat retakan pada lantai ramp dan keramik
pada pembatas ramp banyak yang rusak dan
gompal sehingga membahayakan difabel
Gambar 2. Area masuk di Jalan Sidoarjo dan tunanetra serta menghambat pergerakan
Aksesibilitas Tunadaksa pengguna kursi roda tunadaksa pengguna kursi roda dan pengguna
Sumber : Dokumentasi Fika Masruroh, 2013 kruk.

Hampir semua pengunjung difabel dapat


Sedangkan di ketiga ramp di sisi jalan Sidoarjo berkegiatan dengan mudah dan cukup leluasa
akan sulit untuk digunakan oleh difabel di semua pintu masuk kecuali tunadaksa
tunanetra karena tidak ada jalur pemandu di pengguna kursi roda. Selain itu difabel juga
sekitar ramp yang menunjukkan keberadaan cukup kesulitan berkegiatan di area pintu
ramp selain itu kondisi di ramp sisi Jalan Prof masuk sisi Jalan Prof Moh.Yamin karena di
Moh.Yamin yang terdapat kerusakan seperti penghujung ramp sisi Jalan Prof Moh.Yamin
retakan yang cukup besar di lantainya dan terdapat parkir motor yang tetntu saja
keramik pada pembatas ramp banyak yang mengurangi area gerak difabel.
rusak dan gompal yang cukup berbahaya bagi
tunanetra. Tunadaksa pengguna kursi roda C. Taman Ayodia
dan pengguna kruk mudah menggunakan
ramp yang ada di semua pintu masuk karena Pintu masuk ke Taman Ayodia ada 6 buah.
ketinggian ramp yang nyaman digunakan Dari semua pintu masuk taman terdapat dua
walaupun tidak sesuai dengan peraturan yang kesamaan yaitu semua pintu masuk memiliki
ada selain itu kondisi ramp sisi Jalan Prof perbedaan level ketinggian dengan jalan di
Moh.Yamin yang terdapat kerusakan sekitar taman. Karena banyaknya pintu masuk
menyebabkan terhambatnya pergerakan kursi menuju taman Tribeca maka untuk
roda serta bisa membahayakan pengguna memudahkan analisa akan di bagi kriteria
kruk. Tunarungu pun mudah menemukan dan pintu masuk yaitu, pintu masuk utama, pintu 2
menggunakan ramp di semua pintu masuk. dan 6 yang dilengkapi tonggak sebagai barrier
serta pintu 3, 4 dan 5 yang terbuka tanpa
Area pintu masuk akan dianalisa berdasarkan penghalang.
7 prinsip universal desain. Area pintu masuk di
ke tiga sisi jalan dapat digunakan oleh hampir Di pintu utama taman tunadaksa pengguna
semua jenis pengunjung kecuali tunadaksa kursi roda dipastikan mengalami kesulitan
pengguna kursi roda harus masuk ke taman memasuki taman melalui pintu ini. Karena
melalui gedung parkir. Selain itu pengunjung terdapat perbedaan level ketinggian antara
tunanetra kesulitan untuk berkegiatan di pintu taman dengan jalan di sekitar taman
semua area pintu masuk karena ketiadaan selain itu juga disebabkan akses untuk masuk
jalur pemandu. ke taman menggunakan tangga. Difabel
tunanetra juga sama mengalami kendala untuk
Desain semua area masuk yang masuk ke taman melalui pintu ini karena tidak
menggunakan barrier berupa tonggak setinggi adanya jalur pemandu ataupun pegangan
154
Kajian Arsitektural Taman yang Mengakomodasi Aksesibilitas Difabel
(Fika Masruroh, Lily Mauliani, Anisa)

rambat di sisi tangga. Sedangkan difabel yang pintu masuk oleh hampir semua difabel kecuali
lain, tunarungu dan tunadaksa pengguna kruk tunadaksa pengguna kursi roda yang tidak
masih bisa memasuki taman melalui pintu ini bisa masuk ke taman menggunakan akses
dengan cukup mudah. pintu 2 yang diberi penghalang tonggak. Pintu
3 dan pintu 6 yang memiliki lebar 4,25 m juga
cukup mudah dijadikan akses untuk masuk ke
taman oleh hampir semua difabel kecuali
tunadaksa pengguna kursi roda. Di pintu 6
tunadaksa pengguna kursi roda tidak bisa
masuk ke taman karena terhalang oleh
6 tonggak. Di semua pintu masuk tunanetra
1
tetap bisa masuk ke taman namun harus
dengan hati-hati atau didampingi oleh
5 pendamping karena tidak terdapat jalur
2 pemandu.

4 3 Desain pintu masuk utama cukup menarik


namun adanya tangga justru membuat difabel
sulit masuk ke taman melalui akses ini.
Pengunjung difabel harus masuk ke taman
Gambar 3. Peta lokasi sebaran pintu masuk taman melalui pintu taman yang lain. Desain pintu
Sumber : Google Earth yang lain juga tidak aksesibel terhadap difabel.
Seperti yang sudah disebutkan diatas semua
pintu masuk memiliki perbedaan level
Difabel yang mengalami kesulitan saat ketinggian dengan jalan di sekitarnya cukup
memasuki taman melalui pintu 2 dan 6 adalah dan pintu 6 dilengkapi dengan tonggak yang
tunadaksa pengguna kursi roda dan tunanetra. berfungsi sebagai penghalang masuknya
Saat memasuki taman tunadaksa pengguna motor ke dalam taman.
kursi roda terhalang tonggak sebagai barrier
setinggi 90 cm dengan jarak antar tonggak 30 Lokasi pintu masuk yang banyak dan
cm. Keberadaan tonggak justru menjadi alat menyebar di 6 lokasi menjadi keuntungan
bantu bagi tunadaksa pengguna kruk dan tersendiri karena pengunjung taman dapat
tunanetra saat memasuki taman. Tunarungu dengan mudah menemukan lokasi pitntu
tidak mengalami kendala saat memasuki masuk selain itu walaupun tanpa dilengkapi
taman melalui kedua pintu walaupun terdapat papan petunjuk yang menunjukkan lokasi pintu
tonggak penghalang. masuk. Pintu masuk utama dapat ditemukan
dengan mudah karena terdapat tonggak
Di pintu 3, 4. dan 5, hampir semua jenis difabel setinggi ± 4 m yang di puncaknya terdapat
bisa memasuki taman dengan cukup mudah lampu taman. Tonggak ini menjadi penanda
kecuali tunadaksa pengguna kursi roda dan keberadaan pintu masuk utama taman.
tunanetra. Tunanetra dan tunadaksa
pengguna kursi roda yang ingin masuk ke Resiko yang ada di semua lokasi pintu masuk
taman bisa melalui ke tiga pintu ini dengan taman adalah kemungkinan tersandungnya
seorang pendamping. Karena di sekitar ke tiga pengunjung difabel tunanetra akibat adanya
pintu masuk ini tidak disediakan jalur pemandu perbedaan level ketinggian antara pintu masuk
ataupun ramp. dengan jalan di sekitar taman dan tidak
adanya jalur pemandu di sekitar area pintu
Analisa semua pintu yang ada di Taman masuk. Bagi tunadaksa pengguna kursi roda
Ayodia berdasarkan 7 prinsip universal desain yang tetap ingin masuk ke taman mau tidak
adalah sebagai berikut. Pintu utama taman mau harus dibantu diangkat kursi rodanya oleh
hanya bisa digunakan oleh tunadaksa orang lain karena perbedaan level ketinggian
pengguna kruk dan tunarungu. Sedangkan pintu taman dengan jalan disekitar taman.
tunadaksa pengguna kursi roda tidak mungkin
bisa masuk ke taman melalui akses ini karena Jalur Pedestrian
adanya tangga untuk masuk ke taman dan A. Taman Tribeca
Jalur pedestrian memiliki bentuk berliku-liku
Pintu 2, pintu 4 dan pintu 5 yang memiliki dengan desain dibuat berkontur mengikuti
lebar 170 cukup mudah digunakan sebagai desain kontur taman yang menyebabkan di

155
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 2 Juli 2015:145-167

beberapa tempat terdapat pedestrian dengan pedestrian yang lebih kecil. Jalur pedestrian
ramp yang cukup curam bisa mencapai 8º. utama taman sudah cukup nyaman dan
mudah digunakan oleh tunarungu, tunadaksa
Saat tunanetra berkegiatan di jalur pedestrian pengguna kursi roda dan pengguna kruk
dipastikan akan mengalami kesulitan karena karena lebar jalur pedestrian yang besar
tidak adanya jalur pemandu serta ada satu memudahkan mobilitas para difabel. Tetapi
jalur pedestrian yang terdapat penghalang bagi tunanetra mengalami kesulitan
berupa kolom penopang atap restoran. Kondisi berkegiatan di pedestrian utama karena
jalur pedestrian bagi tunarungu sudah cukup ketiadaan jalur pemandu.
mudah digunakan saat berkegiatan.
Pergerakan kursi roda difabel pengguna kursi
roda saat berkegiatan di jalur pedestrian juga
lancar tanpa hambatan berarti. Sedangkan
tunadaksa pengguna kruk mudah saat
berkegiatan di jalur pedestrian.

Jalur pedestrian dapat dianalisa berdasarkan 7


prinsip universal desain. Pengunjung biasa
maupun pengunjung difabel bisa berkegiatan
dengan baik di jalur pedestrian. Kegiatan
seperti berjalan-jalan dan lari-lari kecil di jalur Gambar 4. Jalur Pedestrian di Taman Menteng
pedestrian cukup mudah dilakukan oleh Sumber : Dokumentasi Fika Masruroh, 2013.
pengunjung baik pengunjung biasa maupun
pengunjung difabel. Sedangkan di jalur pedestrian yang lebih kecil
yang mudah dan nyaman menggunakan jalur
Jalur pedestrian didesain dengan bentuk garis ini adalah tunarungu dan tunadaksa pengguna
lengkung mengikuti kontur tanah yang naik kruk karena lebar jalur pedestrian yang 150 cm
turun. Kondisi jalur pedestrian yang naik turun hanya cukup digunakan oleh 2 orang
menyebabkan tunadaksa kursi roda dan pengunjung saat berpapasan. Tunadaksa
tunadaksa kruk harus mengeluarkan tenaga pengguna kursi roda juga bisa menggunakan
ekstra untuk berkegiatan di taman apabila jalur pedestrian kecil tentunya harus
tidak didampingi orang lain. Selain itu desain bergantian untuk melewati jalur pedestrian
jalur pedestrian yang lengkung menyebabkan saat berpapasan dengan pengunjung lain.
jarak tempuh antar satu spot taman ke spot Kemudian tunanetra lagi-lagi tidak bisa
taman yang lain menjadi panjang dan berkegiatan di jalur pedestrian dengan nyaman
membuat pengunjung lelah saat berkegiatan di karena tidak tersedianya jalur pemandu
jalur pedestrian. Sebenarnya hal ini tidak sebagai alat bantu.
menjadi masalah apabila di tempat-tempat
tertentu disediakan bangku-bangku taman Analisa jalur pedestrian di Taman Menteng
yang sayangnya tidak disediakan di sepanjang berdasarkan 7 prinsip universal desain akan
jalur pedestrian. Padahal bangku-bangku dibahas sebagai berikut. Jalur pedestrian
taman di sepanjang jalur pedestrian bisa utama dan jalur pedestrian yang kecil dapat
dimanfaatkan pengunjung untuk beristirahat dimanfaatkan oleh semua pengunjung
dan menikmati taman. walaupun pengunjung difabel khususnya
tunanetra harus berhati-hati saat berkegiatan
Material batu alam sebagai finishing jalur di kedua jalur pedestrian karena ketiadaan
pedestrian cukup membantu difabel pengguna jalur pemandu. Petunjuk yang ada di Taman
kursi roda dan pengguna kruk untuk Menteng tidak ada yang secara khusus berisi
melaluinya dan berkegiatan di jalur pedestrian. peringatan tentang bahaya yang mungkin bisa
Di sekitar jalur pedestrian hanya ada papan terjadi di area jalur pedestrian utama maupun
petunjuk berupa peta taman yang sudah pudar jalur pedestrian kecil. Padahal ada bahaya
gambarnya. yang mungkin bisa terjadi di kedua jalur
pedestrian seperti jalur yang licin sehabis
B. Taman Menteng hujan ataupun peringatan untuk berhati-hati
Bentuk jalur pedestrian di Taman Menteng bagi difabel tunanetra.
yang berbentuk sumbu utama yang lebar
membelah taman secara diagonal lalu Lebarnya jalur pedestrian utama menjadi
disebarkan ke penjuru taman dengan jalur keuntungan tersendiri bagi hampir semua

156
Kajian Arsitektural Taman yang Mengakomodasi Aksesibilitas Difabel
(Fika Masruroh, Lily Mauliani, Anisa)

difabel kecuali tunanetra. Pengunjung biasa pengguna kursi roda, dan tunadaksa
maupun pengunjung difabel kecuali tunanetra pengguna kruk harus benar-benar berhati-hati
bisa berkegiatan dengan mudah dan leluasa di saat melewatinya.
jalur pedestrian utama. Sedangkan di jalur
pedestrian yang kecil pengunjung difabel juga
bisa berkegiatan dengan cukup mudah
walaupun harus bergantian berjalan. Kegiatan
seperti jalan santai, jogging, ataupun sekedar
melihat-lihat taman dapat dilakukan dengan
mudah di kedua jalur pedestrian.

C. Taman Ayodia
Jalur pedestrian di Taman Ayodia terbagi
menjadi jalur pedestrian atas berada di sisi Gambar 5. : Kondisi Jalur Pedestrian di Taman
terluar dan jalur pedestrian bawah berada di Ayodia
sisi danau buatan. Kedua jalur dihubungkan Sumber : Dokumentasi Fika Masruroh, 2013
dengan ramp dan tangga di beberapa tempat.
Selain itu lebar pedestrian yang berukuran 170
Difabel tunanetra tidak dianjurkan untuk cm menyebabkan tunadaksa pengguna kursi
berkegiatan di taman ini seorang diri karena roda yang ingin berkegiatan di kedua jalur ini
tidak ada jalur pedestrian di kedua jalur harus bergantian melaluinya apabila
pedestrian. Bagi tunarungu, tunadaksa berpapasan dengan pengunjung lain. Di
pengguna kursi roda dan pengguna kruk tidak sekitar kedua jalur pedestrian hanya
mengalami kendala yang berarti saat ditemukan papan petunjuk tinggi yang berisi 8
berkegiatan di kedua jalur pedestrian. buah gambar dan tulisan kegiatan yang
Walaupun tunadaksa pengguna kursi roda dilarang di taman. Tidak ada petunjuk khusus
yang ingin melewati kedua jalur pedestrian difabel seperti jalur pemandu dan pegangan
harus bergantian melewatinya saat rambat.
berpapasan dengan pengunjung lain.
Vegetasi .
Jalur pedestrian di taman ini dapat di analisa A. Taman Tribeca
berdasarkan 7 prinsip universal desain. Kedua Pada beberapa tempat terdapat tanaman jenis
jalur pedestrian dapat digunakan oleh semua bunga-bungaan diantaranya bunga alamanda
pengunjung baik pengunjung bisa maupun dan tanaman iris. Vegetasi di sekitar kolam
pengunjung difabel dengan cukup mudah dan terdapat tanaman pakis, bunga teratai,
leluasa. Walaupun ada beberapa kendala kecil tanaman jenis pisang-pisangan (heliconia) dan
yang tidak terlalu menghambat kegiatan. tanaman jenis keladi. Berdasarkan observasi
Pengunjung dapat melakukan kegiatan seperti di lapangan ternyata difabel tunanetra cukup
berjalan-jalan santai, berlari-lari kecil ataupun terbantu dengan tanaman teh-tehan yang ada
hanya berjalan mengitari taman menikmati di beberapa spot di tepi jalur pedestrian
rindangnya pepohonan. sebagai petunjuk perabaan tongkat tunanetra
saat berjalan di jalur pedestrian. Bagi
Desain jalur pedestrian di Taman Ayodia sama tunarungu, tunadaksa pengguna kursi roda
dengan jalur pedestrian di taman –taman lain dan tunadaksa pengguna kruk tidak terganggu
di Jakarta. Material finishing menggunakan dengan keberadaan tanaman di taman.
paving block berwarna merah dan warna abu- Vegetasi yang ada di taman Tribeca memiliki
abu. Jalur pedestrian berbentuk kurva yang beberapa fungsi diantaranya sebagai peneduh
mengelilingi danau buatan menjadi kendala dari panas matahari, mempercantik tampilan
tersendiri bagi difabel karena di beberapa taman, dan sebagai penghasil oksigen yang
belokan terdapat pertemuan paving block yang membuat area di sekitar tanaman menjadi
tidak rapi dan tidak rapat sehingga sejuk. Karena taman ini didesain oleh
menghambat pergerakan kursi roda dan kruk konsultan lanskap dari Amerika maka desain
difabel. Apalagi adanya pertemuan paving perletakkan vegetasi menggunakan ciri khas
block yang tidak rapi dan tidak rapat dapat taman gaya Amerika yaitu lebih banyak
menimbulkan bahaya bagi difabel ditambah menempatkan vegetasi semak agak di tengah
lagi pengelola tidak menyediakan papan area rerumputan dengan pepohonan besar
peringatan adanya kondisi tersebut sehingga terletak di tengah vegetasi semak.
pengunjung difabel tunanetra, tunadaksa

157
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 2 Juli 2015:145-167

Gambar 6. Vegetasi di Taman Tribeca Gambar 7. Vegetasi di Taman Menteng


Sumber : Dokumentasi Fika Masruroh, 2013 Sumber : Dokumentasi Fika Masruroh, 2013

Keuntungan desain taman gaya Amerika pada Vegetasi di Taman Menteng di desain dengan
taman Tribeca dengan vegetasi terletak membuat tanaman dengan tajuk lebar sebagai
ditengah-tengah area rerumputan adalah point of interest. Tanaman besar di tanam di
vegetasi tidak membahayakan serta tidak tengah-tengah area bersantai. Supaya
mengganggu pergerakan pengunjung. pengunjung tidak menginjak rumput yang ada
Pengunjung difabel bisa berkegiatan dengan di taman pengelola menempatkan beberapa
mudah dan leluasa tanpa terganggu dengan petunjuk gambar. Petunjuk ini berisi gambar
keberadaan vegetasi. Pengunjung bisa dengan ukuran 60 cm x 60 cm dan
menikmati rindangnya dan indahnya ditempatkan di beberapa spot taman.
pepohonan dengan mudah bisa sambil
berjalan-jalan santai ataupun duduk santai di C. Taman Ayodia
spot tertentu yang telah disediakan pengelola Tanaman perdu dan pohon dengan tajuk yang
taman. Untuk menjaga pengunjung tidak lebar menjadi vegetasi yang banyak ditanam di
menginjak rerumputan, pengelola Taman Ayodia. Sedangkan vegetasi di sekitar
menempatkan papan petunjuk dengan kata- danau ditaman tanaman bakungan pohon
kata dalam bahasa Inggris yang menarik. tanjung, tanaman keladi-keladian, tanaman
Philodendron Selloum dan tanaman bunga
B. Taman Menteng kamboja jepang. Semua jenis difabel tidak
Vegetasi di Taman Menteng kebanyakan terganggu dengan keberadaan vegetasi di
berjenis tanaman peneduh dengan tajuk yang taman. Tunanetra justru terbantu dengan
lebar. Selain itu terdapat pula tanaman bunga- keberadaan tanaman kucai jepang di tepi
bungan, tanaman jenis keladi, dan tanaman danau buatan. Mereka menjadikan tanaman
perdu seperti kucai jepang. kucai petunjuk perabaan tongkat tunanetra
saat berjalan di jalur pedestrian. Kebanyakan
Tanaman kucai jepang ternyata memiliki fungsi tunarungu, tunadaksa pengguna kursi roda
lain bagi tunanetra karena dapat digunakan dan tunadaksa pengguna kruk memanfaatkan
sebagai petunjuk perabaan tongkat tunanetra vegetasi di Taman Ayodia sebagai peneduh
saat berjalan di jalur pedestrian utama. dari panas matahari. Hal ini terlihat dari
Sedangkan jenis difabel lain seperti tunarungu, rindangnya pepohonan di Taman Ayodia serta
tunadaksa pengguna kruk dan tunandaksa adanya area bangku taman dengan naungan
pengguna kursi roda memanfaatkan vegetasi tanaman rambat.
yang ada di Taman Menteng sebagai elemen
estetika. Dengan fungsi vegetasi sebagai peneduh dari
panas matahari, mempercantik tampilan
Fungsi vegetasi di Taman Menteng ada taman, dan sebagai penghasil oksigen yang
beberapa macam seperti sebagai elemen membuat area di sekitar tanaman menjadi
estetika taman, peneduh dari panas matahari, sejuk, hampir semua pengunjung bisa
dan sebagai penghasil oksigen yang membuat menikmati fungsi tersebut dengan mudah dan
area di sekitar tanaman menjadi sejuk. nyaman. Kecuali difabel tunanetra yang
Keindahan tanaman dapat dinikmati oleh memanfaatkan vegetasi di taman ini dengan
setiap pengunjung dengan mudah. Mereka cara yang berbeda. Hampir semua
kebanyakan menikmati keindahan tanaman pengunjung memanfaatkan vegetasi dengan
dengan duduk-duduk di bangku taman yang duduk-duduk di bangku taman yang tersebar
telah disediakan pengelola di beberapa di penjuru taman atau sambil berjalan-jalan
tempat. santai di jalur pedestrian.
158
Kajian Arsitektural Taman yang Mengakomodasi Aksesibilitas Difabel
(Fika Masruroh, Lily Mauliani, Anisa)

pengguna kruk yang menggunakan kendaraan


pribadi lebih sering menunggu di lobby lift atau
lobby utama untuk dijemput yang selanjutnya
dibantu masuk ke dalam mobil.

Petunjuk yang ada di area parkir berupa


tulisan yang digantung serta petunjuk lot
parkir. Tulisan pada papan petunjuk cukup
besar sehingga bisa dilihat dari jarak maks. 4
Gambar 8. Vegetasi di Taman Ayodia meter. Pengunjung difabel terutama difabel
Sumber : Dokumentasi Fika Masruroh, 2013 pengguna kruk yang menggunakan parkir
motor harus berjalan dengan hati-hati dan
Vegetasi di Taman Ayodia di tanam dengan dengan tenaga ekstra karena lokasi parkir
komposisi tanaman peneduh sebagai tamanan kendaraan motor yang jauh dari akses lift dan
naungan di sepanjang jalur pedestrian eskalator.
sedangkan tanaman perdu seperti kucai
jepang di taman di tepi danau buatan. Diantara B. Taman Menteng
kedua taman studi kasus hanya di Taman Parkir mobil di Taman Menteng disediakan
Ayodia yang tidak ditemukan petunjuk agar gedung parkir 4 lantai dengan 3 lantai untuk
tidak menginjak rumput. Namun sama dengan parkir dan 1 lantai semi basement untuk ruang
kedua taman yang lain di taman ini tidak serbaguna. Sedangkan parkir motor
ditemukan papan petunjuk khusus difabel. disediakan di 2 titik yaitu parkir motor 1 di sisi
jalan Moh.Yamin dan parkir motor 2 di sisi
Area Parkir Jalan Sidoarjo. Pengunjung difabel pengguna
kursi roda kebanyakkan masuk kedalam
A. Taman Tribeca taman melalui gedung parkir mobil karena
Hampir semua jenis difabel akan mengalami aksesnya yang lebih mudah, walaupun ramp
kesulitan untuk berkegiatan di sekitar area untuk naik dan turun menuju gedung parkir
parkir basement. Difabel tunanetra menemui cukup curam.
kendala saat berkegiatan di sekitar area parkir
motor dan mobil karena tidak adanya jalur Tunadaksa pengguna kruk dan tunarungu
pemandu sehingga harus didampingi. cukup mudah untuk berkegiatan di gedung
Tunarungu dan tunadaksa pengguna kruk parkir mobil. Untuk naik dan turun menuju
cukup mudah berkegiatan di area parkir parkir mobil tunadaksa pengguna kruk dan
walaupun harus berhati-hati. Namun tunarungu bisa menggunakan tangga dan
tunadaksa pengguna kursi roda tidak bisa ramp. Saat berkegiatan di kedua lokasi parkir
berkegiatan di area parkir karena tidak motor tunadaksa pengguna kruk dan
cukupnya ruang gerak untuk difabel pengguna tunarungu tidak menemui kendala. Tunanetra
kursi roda sehingga tunadaksa pengguna kursi tidak bisa berkegiatan dengan nyaman karena
roda harus menunggu di lobi lift untuk tidak disediakan jalur pemandu dari dan
selanjutnya di jemput oleh kendaraannya. menuju gedung parkir serta di kedua lokasi
parkir motor.
Untuk analisa parkir mobil dan motor di Difabel tidak dapat menggunakan fasilitas
basement berdasarkan 7 prinsip universal parkir dengan maksimal karena pengelola
desain akan dibahas sebagai berikut. Akses lift tidak menyediakan parkir khusus difabel.
dari dan menuju parkir dari taman cukup bahkan jalur pemandupun tidak disediakan.
mudah digunakan oleh pengunjung difabel. Pengelola hanya menyediakan fasilitas parkir
Difabel yang berkegiatan di area parkir harus standar sehingga ruang gerak difabel di
berhati-hati karena fasilitas yang ada di area gedung parkir tidak leluasa. Yang lebih parah
parkir tidak mengakomodasi kebutuhan dasar lagi, lokasi parkir motor 1 di sisi jalan
difabel seperti tidak tersedianya lokasi parkir Moh.Yamin berada tepat di depan ramp. Parkir
khusus difabel yang mudah dijangkau, tidak 1 ini malah memakan sebagian besar area
tersedianya jalur pemandu bagi tunanetra dan landing ramp yang tentu saja membuat ruang
ruang gerak difabel yang terbatas. gerak difabel yang memanfaatkan ramp
menjadi berkurang. Sedangkan parkir motor 2
Desain parkir yang hanya mengakomodasi di sisi Jalan Sidoarjo justru berada di tepi jalan
pengunjung biasa saja menyebabkan difabel yang memakan sebagian badan jalan.
seperti pengguna kursi roda, tunanetra,

159
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 2 Juli 2015:145-167

Untungnya jalan Sidoarjo tidak terlalu ramai menjadi hambatan untuk difabel masuk ke
lalu lintasnya. dalam taman secara nyaman dan aman.
Kendala ini terutama dialami oleh difabel
Hampir tidak ada petunjuk baik petunjuk arah tunanetra dan tunadaksa pengguna kursi roda.
mapun petunjuk khusus difabelyang
disediakan pengelola, yang ada hanya Bangku Taman
petunjuk arah di pintu masuk gedung parkir. A. Taman Tribeca
Sedangkan di parkir motor 1 di sisi jalan
Moh.Yamin dan parkir motor 2 di sisi Jalan Terdapat 2 macam bangku taman yang ada di
Sidoarjo sama sekali tidak disediakan petunjuk taman Tribeca yaitu 2 spot bangku taman
baik petunjuk arah maupun petunjuk khusus berbentuk bak tanaman dengan tepi yang
difabel. Pengunjung difabel yang akan diperlebar sebesar 30 cm dan tinggi dudukan
berkegiatan di area parkir mobil ataupun 60 cm, dan tempat duduk penonton dengan
kedua area parkir motor harus berhati-hati bentuk tribun terbuka dengan akses menuju
karena tidak disediakan parkir khusus difabel tempat duduk ini ada di belakang panggung.
serta ruang gerak difabel yang kurang leluasa. Untuk menuju bangku taman difabel tunanetra
cukup mudah walaupun harus dengan ekstra
C. Taman Ayodia hati-hati karena lokasi bangku yang terpusat di
Parkir di Taman Ayodia tersedia di dua lokasi. bagian depan taman dekat dengan teras mall.
Parkir 1 terdapat parkir mobil dan motor di Begitu juga untuk duduk tunanetra juga bisa
depan Gereja Katolik Santo Yohanes. melakukannya dengan mudah namun harus
Sedangkan parkir 2 hanya tersedia parkir tetap berhati-hati. Tunarungu mudah
motor yang terletak di sisi jalan Lamandau 4. menemukan dan duduk di bangku taman.
Semua area parkir di Taman Ayodia berada di Tunadaksa pengguna kursi roda tidak bisa
tepi jalan yang memakan sebagian badan berpindah dari kursi roda ke bangku taman
jalan. Hanya tunarungu dan tunadaksa karena tidak disediakan pegangan rambat.
pengguna kruk yang cukup mudah Tunadaksa pengguna kruk tidak menemui
menggunakan fasilitas parkir. Tunadaksa kendala untuk duduk.
pengguna kursi roda dan tunanetra tetap bisa
menggunakan fasilitas parkir tetapi dengan Berikut adalah analisa bangku taman
didampingi seorang pendamping. berdasarkan kriteria 7 prinsip universal desain.
Desain bangku taman yang sederhana lebih
Pengelola tidak menyediakan parkir khusus mudah digunakan bagi pengunjung biasa
difabel sehingga pengunjung difabel yang namun bagi difabel pengguna kursi roda
datang ke taman menggunakan kendaraan desain bangku taman yang sederhana dan
pribadi harus menggunakan parkir biasa yang memiliki dudukan lebih tinggi dari dudukan
tidak nyaman bagi difabel. Difabel yang datang kursi roda menyebabkan pengguna kursi roda
menggunakan mobil atau motor harus berhati- tidak bisa menggunakan bangku taman ini.
hati saat naik maupun turun dari kendaraan, Apalagi tidak adanya pegangan rambat
karena ruang gerak difabel bagi mereka menambah tingkat kesulitan difabel pengguna
sangat terbatas yang disebabkan semua parkir kursi roda untuk berpindah ke bangku taman.
kendaraan di Taman Ayodia memanfaatkan Tidak terdapat petunjuk khusus difabel untuk
tepi jalan yang cukup ramai lalu lalang menuju lokasi bangku taman. Namun karena
kendaraan. lokasi bangku taman yang terpusat di bagian
depan taman dekat dengan teras mall
Di sekitar kedua lokasi parkir tidak tersedia pengunjung biasa maupun pengunjung difabel
petunjuk khusus difabel. Ironisnya di sekitar bisa menemukan lokasi dengan cukup mudah
pintu masuk utama taman terdapat papan kecuali difabel tunanetra yang harus berhati-
petunjuk larangan untuk memarkirkan hati untuk menemukan lokasi bangku taman
kendaraan di tepi jalan yang justru dilanggar mengingat tidak tersedianya jalur pemandu.
oleh pengelola dan pengunjung taman. Selain
harus berhati-hati saat naik dan turun Selain itu material finishing bangku taman
kendaraan agar tidak tertabrak kendaraan berupa batu alam berwarna hitam menjadi
yang lalu lalang, kesulitan yang dihadapi penanda tersendiri karena bangku dapat
difabel di area parkir adalah terdapat terlihat dengan jelas walaupun dengan
perbedaan level ketinggian jalan tempat parkir kekurangan saat siang hari bangku menjadi
kendaraan dengan pintu masuk taman. panas. Bangku taman biasanya digunakan
Perbedaan level ketinggian sekitar 15 cm pengunjung untuk bersantai atau menonton
160
Kajian Arsitektural Taman yang Mengakomodasi Aksesibilitas Difabel
(Fika Masruroh, Lily Mauliani, Anisa)

kegiatan yang sedang dilakukan di lapangan. mudah mereka harus dibantu orang lain
Bangku taman yang ada di taman sudah karena tidak adanya jalur pemandu.
cukup mudah dan nyaman digunakan. Tunarungu dan tunadaksa pengguna kruk
cukup mudah menggunakan semua bangku
B. Taman Menteng taman.
Bangku taman di Taman Menteng ada 2 jenis
satu bangku taman besi dengan naungan Desain semua jenis bangku taman sudah
tanaman rambat dan bangku taman tanpa cukup menarik dan cukup mudah digunakan
naungan. Baik bangku besi dengan naungan oleh hampir semua jenis difabel kecuali
maupun yang tanpa naungan dapat digunakan tunadaksa pengguna kursi roda. Karena tinggi
oleh semua pengunjung. Tunarungu dan antar anak tangga pada tribun terbuka cukup
tunadaksa pengguna kruk adalah 2 jenis tinggi bahkan ada yang mencapai 20 cm dan
difabel yang mudah menggunakan fasilitas ini. ramp yang ada di kanan dan kiri kemiringanya
Lain halnya dengan tunanetra, mereka masih curam, maka yang dapat dengan mudah
bisa menggunakan bangku taman namun duduk di tribun terbuka hanya tunarungu,
harus berusaha lebih keras untuk menemukan sedangkan tunadaksa pengguna kruk dan
bangku taman karena tidak tersedianya jalur tunanetra hanya dapat duduk di lantai
pemandu untuk menemukan lokasi bangku terbawah tribun terbuka. Terlalu beresiko
taman. Selain itu tunadaksa pengguna kursi apabila tunanetra dan tunadaksa pengguna
roda mengalami kesulitan untuk berpindah dari kursi kruk memaksakan diri duduk di lantai
kursi roda ke bangku taman karena tidak tengah atau lantai teratas tribun terbuka.
disediakannya pegangan rambat.
Area duduk-duduk, bangku sekitar danau,
Pengunjung difabel dapat menggunakan bangku di taman dan gazebo sudah di desain
bangku taman dengan cukup mudah kecuali dengan baik sehingga dapat digunakan
tunadaksa pengguna kursi roda.. Bangku dengan cukup mudah oleh hampir semua jenis
taman yang terbuat dari besi dan desain yang difabel kecuali tunadaksa pengguna kursi
cukup rumit dengan bentuk yang klasik cukup roda. Sayangnya di dalam gazebo hanya
menyulitkan difabel untuk duduk. Terutama dilengkapi 2 buah bangku taman yang tentu
tunadaksa pengguna kursi roda harus saja tidak cukup untuk menampung
bersusah payah untuk berpindah dari kursi pengunjung yang ingin duduk-duduk dan
roda ke bangku taman karena tidak adanya biasanya datang dengan rombongan.
pegangan rambat.
Tribun terbuka, bangku taman, dan bangku di
Lokasi bangku taman yang menyebar di sekitar danau di desain tanpa atap sehingga
beberapa tempat taman cukup menyulitkan saat hujan turun pengunjung biasanya akan
pengunjung difabel khususnya tunanetra untuk berteduh di gazebo atau di bangku dengan
menemukannya. Hal ini diperparah dengan naungan tanaman rambat. Tidak disediakan
tidak disediakannya petunjuk khusus difabel papan petunjuk untuk menemukan lokasi
seperti jalur pemandu bagi tunanetra. bahkan semua bangku taman,namun tribun terbuka,
petunjuk keberadaan bangku taman bagi bangku dengan naungan tanaman rambat dan
pengunjung biasa juga tidak disediakan. bangku sekitar danau cukup mudah ditemukan
Padahal bangku taman merupakan elemen oleh pengunjung biasa maupun pengunjung
taman yang cukup penting. difabel kecuali tunanetra.

C. Taman Ayodia Drainase


Bangku taman yang ada di Taman Ayodia ada A. Taman Tribeca
5 macam yaitu tribun terbuka, area duduk-
duduk, bangku sekitar danau, bangku taman, Keberadaan drainase di tepi jalur pedestrian
dan gazebo. Semua jenis bangku taman di tidak mengganggu tunadaksa pengguna kruk
Taman Ayodia tidak dapat digunakan oleh tunanetra dan tunarungu beraktifitas di sekitar
tunadaksa pengguna kursi roda karena jalur pedestrian. Sedangkan tunadaksa
dimensi, bentuk semua bangku serta pengguna kursi roda mengalami kendala saat
ketiadaan pegangan rambat tidak beraktifitas di sekitar drainase yang memotong
memungkinkan tunadaksa pengguna kursi jalur pedestrian dengan deck kayu.
roda untuk berpindah dari kursi roda ke
bangku taman. Tunanetra juga tidak bisa Drainase sudah memenuhi beberapa kriteria 7
menggunakan semua bangku taman dengan prinsip universal desain. Letak drainase yang

161
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 2 Juli 2015:145-167

ada di tepi jalur pedestrian menjadikan tanpa penutup grill, tercebur dan bisa
kegiatan di jalur pedestrian tidak terganggu menimbulkan luka yang cukup serius. Secara
dengan keberadaan drainase. Fungsi drainase umum drainase di Taman Menteng
menampung limpahan air hujan sudah cukup keberadaanya tidak menggangu aktifitas dan
baik karena air hujan jadi tertampung dan tidak mobilitas pengunjung difabel kecuali tunanetra
mengenangi jalur pedestrian. dan tunadaksa pengguna kursi roda yang
harus berjati-hati saat berkegiatan disekitar
Dari segi desain saluran pedestrian yang di drainase khususnya saluran tanpa penutup
bagian atas diberi penutup dan batu kerikil grill.
serta saluran pedestrian dengan penutup grill
tentu sangat menarik dan bisa dijadikan C. Taman Ayodia
petunjuk keberadaan drainase bagi difabel Drainase di Taman Ayodia terletak di sisi
agar berhati-hati saat beraktifitas di sekitar terluar taman dan merupakan bagian dari riol
jalur pedestrian.. Namun desain seperti itu kota kawasan di sekelilingnya. Drainase
cukup menyulitkan dan membahayakan difabel berukuran lebar sekitar 75 cm dan tanpa diberi
pengguna kursi roda dan difabel tunanetra. penutup. Semua jenis difabel tidak mengalami
apabila tidak berhati-hati bisa saja difabel kendala untuk berkegiatan di sekitar drainase
tunanetra serta tunadaksa pengguna kursi karena antara jalur pedestrian dengan
roda terjerembab ke drainase dan kerikil-kerikil drainase dipisahkan taman selebar ± 150 cm
tersebut bisa membuat memar. Sayangnya dan antara jalur pedestrian dengan jalan
pengelola tidak menyediakan petunjuk khusus dihubungkan dengan jembatan kecil di atas
agar difabel berhati-hati terhadap keberadaan drainase. Sayangnya jembatan kecil tersebut
drainase yang cukup membahayakan. tidak dilengkapi pagar pengaman untuk difabel
dan tidak ada jalur pemandu untuk difabel
Kegiatan di jalur pedestrian berlangsung tuananetra. Pengunjung difabel kecuali difabel
nyaman dan lancar tanpa terganggu tunanetra dapat dengan mudah melewati
keberadaan drainase di tepi jalur pedestrian jembatan kecil diatas drainase tersebut. Letak
dan di tepi teras. Ukuran drainase selebar 30 drainase yang berada di sisi terluar taman
cm tidak mengganggu aktifitas di jalur menjadi keuntungan tersendiri karena
pedestrian. Keberadaan drainase terlihat jelas pengunjung biasa maupun pengunjung difabel
berkat penutup batu kerikil di atas drainase aman dari bahaya tercebur ke dalam drainase.
juga penutup grill di drainase di tepi teras. Tidak adanya pagar pengaman pada jembatan
kecil menghubungkan jalur pedestrian dengan
B. Taman Menteng jalan di sekitar taman menjadi salah satu
Tunarungu dan tunadaksa pengguna kruk bahaya yang ada di sekitar drainase. Tidak
tidak terganggu saat beraktifitas di sekitar ditemukan papan petunjuk di sekitar drainase
drainase. Berbeda dengan mereka, difabel baik papan petunjuk biasa maupun papan
tunanetra dan tunadaksa pengguna kursi roda petunjuk khusus difabel.
ternyata mengalami kendala saat berkegiatan
di sekitar drainase, karena tidak ada jalur
pemandu bagi tunanetra dan di beberapa
tempat drainase tidak dilengkapi penutup grill.
Dengan lebar 30 cm dan kedalaman 60 cm Kamar Kecil atau Toilet
ternyata drainase di Taman Menteng tidak
berfungsi dengan baik karena saat turun hujan A. Taman Tribeca
lebat air limpahan hujan tidak dapat Pengelola taman menyediakan toilet khusus
tertampung dengan maksimal. Bagi tunarungu difabel. Letaknya di area khusus toilet yang
dan tunadaksa pengguna kruk tidak terlampau tidak terlalu jauh dari pintu masuk taman dari
sulit untuk melewati drainase tanpa penutup dalam mall. Untuk menemukan lokasi toilet,
grill. Namun drainase tanpa penutup grill difabel tunanetra merasa kesulitan karena
menjadi kendala tersendiri bagi difabel tidak tersedianya jalur pemandu. Selain itu
tunanetra dan tunadaksa pengguna kursi roda. untuk menuju lokasi toilet pengunjung harus
melewati lorong yang hanya berukuran lebar
Sayangnya pengelola tidak menyediakan 150 cm. Saat menggunakan toilet tunanetra
petunjuk keberadaan drainase tanpa penutup juga akan kesulitan karena tidak ada
grill. Padahal potensi bahaya akibat tidak pegangan rambat. Tunarungu dan tunadaksa
tertutupnya drainase cukup fatal. Bisa saja pengguna kruk cukup mudah menemukan
tunanetra yang tidak tahu adanya drainase lokasi toilet dengan petunjuk gantung dan
162
Kajian Arsitektural Taman yang Mengakomodasi Aksesibilitas Difabel
(Fika Masruroh, Lily Mauliani, Anisa)

mudah pula menggunakan toilet biasa maupun difabel. toilet yang ada hanya mengakomodasi
toilet khusus difabel. kemampuan pengunjung biasa.

Tunadaksa pengguna kursi roda menemui Jangankan petunjuk khusus difabel, petunjuk
kendala saat menggunakan toilet karena tidak untuk menemukan lokasi toiletpun hanya
terdapat pegangan rambat untuk berpindah ke disediakan pengelola di depan pintu toilet.
dudukan toilet. Berikut adalah analisa toilet Tidak ada petunjuk arah yang menunjukan
khusus difabel berdasarkan 7 prinsip universal keberadaan lokasi toilet di lokasi lain di taman.
desain. Desain toilet khusus difabel sudah Sehingga pengunjung yang ingin
cukup baik dan cukup mudah digunakan menggunakan toilet harus bertanya kepada
namun difabel pengguna kursi roda mengalami pengunjung lain atau petugas untuk
kesulitan membuka pintu toilet karena menemukan lokasi toilet.
manuver bukaan pintu menutup lorong menuju
pintu masuk. Di depan pintu toilet terdapat C. Taman Ayodia
papan petunjuk toilet khusus difabel namun di Lokasi toilet yang berada di sisi utara taman
lorong menuju toilet tidak ada papan petunjuk dekat dengan pintu 6 dan area parkir 2 cukup
tersedianya toilet khusus difabel sehingga mudah ditemukan dari pintu masuk utama
difabel akan kesulitan menemukan sendiri taman. Hanya tunarungu yang bisa
lokasi toilet khusus. menggunakan toilet. Sedangkan difabel lain
tunadaksa pengguna kruk, tunadaksa
Ruang gerak difabel pengguna kursi roda saat pengguna kursi roda dan tunanetra tidak bisa
berada di dalam toilet cukup leluasa namun menggunakan fasilitas toilet. Kondisi toilet
pengguna kursi roda harus hati-hati. Toilet yang hanya diperuntukkan bagi pengunjung
khusus difabel dapat digunakan oleh hampir normal dan didesain dengan standar toilet
semua jenis difabel. Kemungkinan difabel biasa serta berukuran 200 cm x 150 cm tentu
pengguna kursi roda untuk celaka di dalam akan berbahaya bagi difabel seperti tunanetra
toilet cukup besar karena tidak terdapatnya yang ingin menggunakan toilet ini. Ditambah
pegangan rambat menjadikan pengguna kursi lagi untuk menuju toilet tidak tersedia petunjuk
roda harus berpegangan pada tepi meja apapun apalagi petunjuk khusus difabel seperti
wastafel atau dinding belakang toilet saat jalur pemandu ataupun pegangan rambat.
berpindah dari kursi roda ke dudukan toilet. Toilet yang ada di Taman Ayodia hanya
Padahal pegangan rambat ini juga berguna mengakomodasi pengunjung biasa.
bagi tunadaksa pengguna kruk dan tunanetra.
Tempat Sampah
B. Taman Menteng
Toilet yang disediakan pengelola Taman A. Taman Tribeca
Menteng berada di lantai semi basement Walaupun tempat sampah di taman Tribeca
gedung parkir. Sayangnya pengelola tidak diletakkan menyebar di area taman namun
menyediakan toilet khusus difabel. Lokasi tunanetra mengalami kesulitan untuk
toilet yang berada di sisi jalur pedestrian menemukan lokasi tempat sampah karena
utama dan dekat dengan area parkir motor 1 d tidak terdapat petunjuk khusus tunanetra
sisi jalan Sidoarjo cukup mudah ditemukan seperti petunjuk suara ataupun jalur pemandu
oleh pengunjung biasa maupun pengunjung untuk mengarahkan ke area tempat sampah.
difabel khususnya tunarungu dan tunadaksa Sedangkan tunarungu, tunadaksa pengguna
pengguna kruk. Karena toilet berada di lantai kruk, dan tunadaksa pengguna kursi roda
semi basement yang lantainya naik 10 cm dari mudah menggunakan dan menemukan lokasi
lantai jalur pedestrian utama. tempat sampah.

Kondisi perbedaan lantai yang cukup tinggi Pengunjung biasa maupun pengunjung difabel
menyulitkan tunadaksa pengguna kursi roda mudah mengunakan tempat sampah. Difabel
untuk masuk dan menggunakan toilet. pengguna kursi rodapun mudah menjangkau
Ditambah lagi tidak adanya jalur pemandu lubang bak sampah karena lubang bak
untuk menuju toilet menyebabkan tunanetra sampah yang memiliki tinggi ± 1 m. Namun
harus dibantu orang lain untuk masuk dan untuk menemukan lokasi tempat sampah
menggunakan toilet. Sedangkan tunadaksa tunanetra kesulitan karena tidak adanya jalur
pengguna kruk mengalami kesulitan untuk pemandu dan petunjuk khusus tunanetra.
menggunakan toilet. Hal ini terjadi karena
pengelola tidak menyediakan toilet khusus

163
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 2 Juli 2015:145-167

Desain bak sampah menarik dengan pengunjung difabel dapat membuang sampah
menggunakan warna hijau dan pemisahan bak dengan cukup mudah. Tunarungu, tunadaksa
sampah berdasarkan jenis sampah yaitu bak penguna kursi roda dan tunadaksa pengguna
sampah plastik, bak sampah kertas serta bak kruk mudah menemukan dan membuang
sampah bahan organik yang tergambar di sampah. Tunanetra harus dibantu orang lain
tutup bak sampah. Sayangnya pengelola tidak untuk menemukan lokasi tempat sampah tapi
menyediakan petunjuk khusus difabel tentang mudah membuang sampah karena lubang bak
keberadaan tempat sampah. Ada satu spot di sampah dapat dijangkau dengan mudah.
area pintu masuk taman di sisi jalan H.O.S
Cokroaminoto yang terdapat papan petunjuk Semua jenis difabel dapat dengan mudah
larangan untuk tidak membuang sampah membuang sampah, mereka tidak perlu
mengeluarkan tenaga eksatra untuk
B. Taman Menteng menjangkau tempat sampah. Dua jenis bentuk
Tempat sampah yang disediakan pengelola tempat sampah yang ada di taman ini
ada 2 jenis, satu terbuat dari beton cetak dan merupakan bentuk tempat sampah yang
satu lagi terbuat dari besi stainless. Untuk umumnya ada di tempat-tempat umum di
tempat sampah yang terbuat dari beton cetak Jakarta. Sedangkan satu jenis tempat sampah
terletak menyebar di seluruh penjuru taman berbentuk kotak terbuat dari beton cor dengan
sedangkan tempat sampah stainless hanya tinggi bak 60 cm.
ada di dekat area bermain anak.
Karena lokasi tempat sampah menyebar
Kegiatan membuang sampah disemua jenis cukup banyak di penjuru taman, pengunjung
tempat sampah bagi tunarungu, dan tidak terlalu membutuhkan papan petunjuk
tunadaksa pengguna kruk tidak menemui keberadaan tempat sampah. Namun
kendala yang berarti. Berbeda halnya dengan seharusnya petunjuk khusus difabel tetap
tunanetra yang harus berusaha sedikit keras diadakan di sekitar tempat sampah seperti
untuk menggunakan dan menemukan lokasi jalur pemandu atau petunjuk bersuara.
semua jenis tempat sampah, karena tidak Walaupun pengelola sudah menyediakan
tersedianya jalur pemandu. Lubang tempat tempat sampah yang cukup banyak dan
membuang sampah pada tempat sampah tersebar di penjuru taman tetap saja ada
beton cor mudah dijangkau oleh tunadaksa pengunjung biasa dan pengunjung difabel
pengguna kursi roda. Namun pada tempat yang membuang sampah sembarangan, untuk
sampah stainless tunadaksa pengguna kursi itu pengelola juga menyediakan petugas
roda kesulitan menjangkau tempat sampah kebersihan untuk membersihkan area taman
karena antara lokasi tempat sampah dengan setiap pagi jam 9 pagi dan jam 15 sore setiap
jalur pedestrian di dekatnya terdapat harinya.
perbedaan ketinggian sebesar 5 cm.

Beruntung tempat sampah yang ada di Taman Signage Khusus, Rambu dan Marka
Menteng terletak menyebar sehingga A. Taman Tribeca
walaupun tidak ada petunjuk arah tersedia di
Taman Menteng, pengunjung tidak kesulitan Di taman Tribeca hanya ada beberapa papan
untuk menemukan tempat sampah. Kegagalan petunjuk arah setinggi 200 cm dan lebar 60 cm
yang terjadi saat penggunaan tempat sampah serta diberi warna hijau sedangkan plakat
hanya terjadi di tempat sampah stainless berukuran 50 cm x 75 cm juga diberi warna
karena tunadaksa pengguna kursi roda hijau yang berisi tulisan penunjuk arah dan
kesulitan menjangkau tempat sampah akibat ada juga yang berisi gambar denah taman
adanya perbedaan level ketinggian. yang tidak begitu jelas karena memudar akibat
Sayangnya pengelola tidak menyediakan diterpa cuaca. Selain itu terdapat semacam
petunjuk khusus difabel tentang keberadaan plakat dengan quote bahasa Inggris menarik
tempat sampah. Ada satu spot di area pintu yang ditempatkan di area rerumputan dan di
masuk taman di sisi jalan H.O.S Cokroaminoto tengah kolam ikan.
yang terdapat papan petunjuk larangan untuk
tidak membuang sampah Sayangnya tidak tersedia satupun petunjuk
khusus difabel tunanetra, mulai dari jalur
C. Taman Ayodia pemandu, pegangan rambat hingga papan
Dengan banyaknya tempat sampah yang petunjuk suara. Tunadaksa pengguna kursi
disediakan pengunjung biasa maupun roda dan pengguna kruk di taman ini sudah
164
Kajian Arsitektural Taman yang Mengakomodasi Aksesibilitas Difabel
(Fika Masruroh, Lily Mauliani, Anisa)

cukup mudah memanfaatkan fasilitas papan melihat papan petunjuk bergambar. Papan
petunjuk yang ada. Untuk difabel pengguna petunjuk jenis ke dua yang memiliki tinggi 200
kursi roda harus menengadahkan kepala untuk cm memiliki kesamaan dengan papan petunjuk
melihat papan petunjuk karena ukuran papan yang ada di taman lain seperti Taman Ayodia.
yang tinggi Tunarungu yang mengerti tulisan Sepertinya papan petunjuk ini merupakan
bisa memanfaatkan papan petunjuk dengan kelengkapan taman yang di tempatkan oleh
cukup mudah. dinas pertamanan DKI Jakarta

Desain papan petunjuk cukup mencolok C. Taman Ayodia


namun hanya bisa dilihat dari jarak maksimal Hanya ada papan petunjuk setinggi 200 cm
200 cm. selain itu gambar di papan petunjuk yang berisi 8 buah gambar dan tulisan
sudah pudar dan tulisan pada papan petunjuk larangan kegiatan di taman. Papan petunjuk ini
yang kecil menyulitkan difabel seperti berada I dekat pintu masuk utama taman dan
tunarungu dan tunadaksa untuk melihat di dekat pintu 5. Papan petunjuk merupakan
dengan jelas tulisan dari jarak lebih dari 200 kelengkapan taman yang di tempatkan oleh
cm, serta tulisan pada plakat menggunakan dinas pertamanan DKI Jakarta. Tunarungu,
bahasa Inggris yang tidak semua pengunjung tunadaksa pengguna kruk dan tunadaksa
mengerti artinya. pengguna kursi roda dapat dengan mudah
membaca dan mengerti isi papan petunjuk
B. Taman Menteng karena papan petunjuk berisi tulisan dan
Bentuk papan petunjuk di Taman Menteng ada gambar yang mudah dimengerti.
2 jenis yaitu petunjuk gambar dan papan
petunjuk yang berisi gambar dan tulisan. Jenis Sama dengan papan petunjuk yang ada di
pertama terletak menyebar di beberapa spot Taman Menteng, untuk dapat melihat papan
dan berukuran 50 x 50 cm Untuk jenis yang petunjuk ini tunadaksa pengguna kursi roda
kedua terletak di depan area pintu masuk jalan harus menengadahkan kepala untuk melihat
Sidoarjo dan Jalan H.O.S Cokroaminoto. isi dari papan petunjuk. Namun selain
Petunjuk gambar berisi gambar menengadahkan kepala untuk melihat isi
dilarang menginjak rumput, dilarang merusak papan petunjuk tunadaksa pengguna kursi
tanaman dan dilarang membuang sampah. roda juga bisa melihat isi papan petunjuk
Untuk papan petunjuk larangan membuang dengan melihat dari jarak maks. 200 cm.
sampah memiliki ukuran tinggi 200 cm dan Tunadaksa pengguna kruk dan tunarungu
diletakkan di di area pintu masuk taman di sisi sudah cukup mudah melihat isi papan petunjuk
jalan H.O.S Cokroaminoto. Sedangkan papan karena papan petunjuk ini dilengkapi gambar
petunjuk yang jenis ke dua memiliki tinggi 200 yang cukup jelas dan dapat dimengerti dengan
cm dengan gambar dan tulisan yang berisi 8 mudah. Sedangkan tunanetra harus pasrah
larangan saat berada di taman. tidak mendapat fasilitas petunjuk khusus
difabel tunanetra.
Semua petunjuk yang ada di Taman Menteng
hanya bisa dimanfaatkan oleh hampir semua Karena papan petunjuk ini ada di setiap taman
jenis difabel kecuali difabel tunanetra. milik pemerintah DKI Jakarta maka
Walaupun untuk tunadaksa pengguna kursi kebanyakan pengunjung sudah familiar
roda harus menengadahkan kepala untuk dengan desain papan petunjuk ini dan dapat
melihat papan petunjuk yang berukuran mengerti dengan mudah isi dari papan
200cm. petunjuk ini. Hampir semua pengunjung difabel
dengan mudah membaca isi papan petunjuk
Sayangnya pengelola hanya menyediakan dari jarak maks. 200 cm.
papan petunjuk berisi gambar yang cukup
mudah dimengerti, tidak ada papan petunjuk KESIMPULAN
ataupun petunjuk khusus difabel seperti jalur
pemandu dan pegangan rambat disekitar Pada bagian ini akan berisi uraian tentang
bangku taman. kesimpulan dari penelitian dan analisa yang
telah dilakukan pada ketiga studi kasus, maka
Papan petunjuk gambar yang ada di taman ini dapat ditarik kesimpulan bahwa :
dapat dengan mudah dimanfaatkan oleh 1. Pintu Masuk. Dari ketiga taman yang telah
semua pengunjung kecuali difabel tunanetra. dianalisa pada bab sebelumnya dapat
Terdapat ruang gerak yang leluasa khususnya ditarik kesimpulan bahwa :
bagi tunadaksa pengguna kursi roda untuk

165
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 14 No 2 Juli 2015:145-167

 Hanya pintu masuk dari dalam mall  Pengelola taman di semua taman
yang menggunakan pintu otomatis di tidak yang menyediakan parkir khusus
Taman Tribeca yang sudah cukup difabel.
mengakomodasi aksesibilitas difabel.  Pengunjung difabel kesulitan saat
 Keberadaan tonggak-tonggak di pintu berkegiatan di area parkir karena
masuk di Taman Menteng ruang gerak difabel yang terbatas.
menghambat aksesiblitas tunadaksa  Pengunjung difabel jarang
pengguna kursi roda. menggunakan fasilitas parkir di semua
 Penyediaan ramp dan tangga yang taman, mereka lebih memilih untuk
cukup nyaman di semua pintu masuk menunggu di tempat yang lebih
di Taman Menteng sudah cukup mudah dijangkau untuk di jemput
mengakomodasi kemampuan difabel. 5. Bangku Taman
 Tunadaksa pengguna kursi roda sulit  Bangku taman di semua taman cukup
masuk ke dalam Taman Ayodia tanpa mudah digunakan oleh pengunjung
harus dibantu orang lain. difabel.
2. Jalur Pedestrian  Tunadaksa pengguna kursi roda tidak
 Kemiringan jalur pedestrian di Taman bisa memanfaatkan fasilitas bangku
Tribeca sudah cukup nyaman taman.
digunakan oleh difabel walaupun di 6. Drainase dan Water Feature/Air Mancur
beberapa tempat tunadaksa pengguna  Letak drainase di semua taman tidak
kursi roda harus dibantu orang lain. mengganggu kegiatan pengunjung
 Jalur pedestrian khususnya jalur difabel.
pedestrian utama di Taman Menteng  Drainase di Taman Tribeca dan
sudah cukup nyaman digunakan oleh Taman Menteng sudah cukup baik
difabel dari segi desain karena telah
 Di jalur pedestrian yang berukuran dilengkapi penutup untuk keamanan
lebih kecil juga sudah cukup nyaman pengunjung walaupun di beberapa
digunakan difabel meskipun tempat di Taman Menteng ada
tunadaksa pengguna kursi roda yang drainase yang tidak diberi penutup.
akan melewati jalur pedestrian harus  Sayangnya drainase di taman
bergantian melintas saat berpapasan menteng tidak berfungsi dengan baik
dengan pengunjung lainnya. sehingga sehabis hujan banyak timbul
 Pengunjung difabel yang genangan air yang mneyulitkan
menggunakan ke dua jalur mobilitas pengunjung.
pedestrian di taman yodia tidak 7. Toilet
menemui kendala berarti  Hanya di taman tribeca yang
 Di beberapa belokan terdapat menyediakan toilet khusus difabel
pertemuan paving block yang tidak yang bisa digunakan tunadaksa
rapi dan tidak rapat sehingga pengguna kursi roda.
menghambat pergerakan kursi roda  Di kedua taman lain tunadaksa
dan kruk difabel. pengguna kursi roda tidak bisa
3. Vegetasi menggunakan toilet karena toilet yang
 Vegetasi di semua taman memiliki disediakan pengelola hanya
fungsi yang sama yaitu sebagai mengakomodasi kemampuan
peneduh dari panas matahari, pengunjung biasa.
mempercantik tampilan taman, dan 8. Tempat Sampah
sebagai penghasil oksigen yang  Tempat sampat di semua taman
membuat area di sekitar tanaman sudah cukup mudah ditemukan karena
menjadi sejuk. tersebar di penjuru taman.
 Keberadaan vegetasi di semua taman  Pengunjung difabel dapat menjangkau
tidak mengganggu mobilitas difabel. dan membuang sampah dengan
 Di semua taman ada vegetasi tepi mudah.
jalur pedestrian yang bisa digunakan 9. Signage Khusus, Rambu dan Marka
sebagai petunjuk perabaan tongkat  Di semua taman telah tersedia papan
tunanetra saat berjalan di jalur petunjuk berupa gambar dan tulisan
pedestrian. yang cukup mudah dimanfaatkan
4. Area Parkir

166
Kajian Arsitektural Taman yang Mengakomodasi Aksesibilitas Difabel
(Fika Masruroh, Lily Mauliani, Anisa)

pengunjung difabel kecuali difabel masih terdapat kekurangan dan difabel


tunanetra. mengalami kesulitan saat menggunakan
 Minim petunjuk merupakan salah satu fasilitas tersebut.
ciri yang ada di taman-taman di
Jakarta. DAFTAR PUSTAKA
 Di semua pintu masuk ketiga taman
tidak tersedia petunjuk khusus difabel Abdurrahman, M dan Sudjadi. (1994).
seperti jalur pemandu, pegangan Pendidikan Luar Biasa Umum.
rambat dan petunjuk visual yang Departemen Pendidikan dan
mudah dibaca dari jarak yang jauh. Kebudayaan. Jakarta.
Suparno, dkk. (2007). Pendidikan Anak
Secara umum ketiga taman yang menjadi berkebutuhan Khusus. Direktorat
objek studi kasus masih belum Jenderal Pendidikan Tinggi
mengakomodasi aksesibilitas difabel. Departemen Pendidikan Nasional.
Tunanetra adalah difabel yang paling sering Jakarta.
mengalami kesulitan berkegiatan di ketiga Tim penyusun Pedoman Persyaratan Teknis
taman dan tidak diakomodasi aksesibilitasnya. Fasilitas dan Aksesibilitas pada
Jalur pemandu yang merupakan kebutuhan bangunan Gedung dan Lingkungan.
aksesibilitas paling dasar tidak disediakan oleh (2006). Undang-undang Republik
arsitek lansakap yang merancang taman dan Indonesia Nomor 28 tahun 2002
pengelola juga pemilik taman pada taman tentang Bangunan Gedung.
tribeca dan pemerintah melalui departemen Departemen Permukiman dan
pertamanan sebagai pengelola dan pemilik Prasarana Wilayah. Jakarta.
taman menteng dan taman ayodia. Tunadaksa Tim Penyusun. (2007). Undang-undang
pengguna kursi roda juga merupakan difabel Republik Indonesia No 4 tahun 1997
yang sering mengalami kesulitan tentang Penyandang Cacat.
menggunakan fasilitas ramp yang kadang http://kamusbahasaindonesia.org/Aksesibilitas
kemiringannya tidak manusiawi. (diakses 20 Mei 2013)
http://kurniasihmufidayati.blogspot.com/2010/0
Patut di apresiasi pula kesediaan pengelola 2/differently-abled-difable atau difabel
dan pemilik taman untuk menyediakan fasilitas (diakses 15 Mei 2013)
yang mengakomodasi aksesibilitas, walaupun

167

Anda mungkin juga menyukai