Anda di halaman 1dari 26

6/15/2012

REPRODUKSI
(REPRODUCTION)

• Re : kembali, berulang lagi
• Produksi : ‐ menghasilkan sesuatu ~ anak
‐ proses menghasilkan anak atau
berkembang biak untuk memperoleh
anak/keturunan
SEHAT (HEALTH) (WHO)

adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial


secara utuh, tidak semata – mata bebas penyakit atau
kecacadan

1
6/15/2012

KESEHATAN REPRODUKSI

adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial


secara utuh, tidak semata – mata bebas penyakit atau
kecacadan dalam semua hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya
REPRODUCTIVE HEALTH :

is a state of complete physical, mental and social 
wellbeing and not merely the absence of disease and 
infirmity, in all matters relating to the reproductive 
system and its functions and processes
y p

(International Conference on Population and 
Development, ICPD), Beijing + 5, di New York pada
tahun 2006)

HAK REPRODUKSI PERORANGAN

“ Setiap
 Setiap orang, baik
orang  baik laki‐laki
laki laki maupun perempuan
(tanpa memandang perbedaan kelas sosial, suku, 
umur, agama dll) mempunyai hak yang sama untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab
(kepada diri, keluarga dan masyarakat) mengenai
jumlah anak, jarak antar anak‐anak serta untuk
menentukan waktu kelahiran anak dan dimana
akan melahirkan”
(didasari : pengakuan akan Hak‐hak Asasi Manusia)

2
6/15/2012

Penjabarannya :

1. Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan


kesehatan reproduksi yang terbaik
2. Perempuan dand laki‐laki, sebagai
l ki l ki   b i pasangan atau sebagai
b i
individu berhak memperoleh informasi lengkap tentang : 
seksualitas, kesehatan reproduksi dan manfaat serta efek
samping obat‐obatan, alat dan tindakan medis yang 
digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan reproduksi
3. Hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, 
terjangkau, dapat diterima, sesuai pilihan, tanpa paksaan
dan tidak melawan hukum
4. Perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan
yang dibutuhkannya, yang memungkinkannya sehat dan
selamat dalam menjalani kehamilan dan persalinan, serta
memperoleh bayi yang sehat.

5. Hubungan suami isteri didasari penghargaan


terhadap pasangan masing‐masing dan dilakukan
dalam situasi dan kondisi yang diinginkan
y g g
bersama tanpa unsur paksaan, ancaman dan
kekerasan
6. Para remaja, laki‐laki maupun perempuan, berhak
memperoleh informasi yang tepat dan benar
tentang reproduksi remaja, sehingga dapat
berperilaku sehat dan menjalani kehidupan
seksual yang bertanggung jawab.
7. Berhak mandapat informasi yang mudah
diperoleh, lengkap dan akurat tentang PMS 
termasuk HIV/AIDS

3
6/15/2012

REPRODUKSI SEHAT

Kemampuan untuk melaksanakan proses reproduksi


(berkembang biak secara sehat)  :
• perempuan mudah d h menjadi
j di hamil
h il bila
bil
diinginkan
• selama hamil tetap sehat dan dan dapat
melaksanakan pekerjaan sehari‐hari
• melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan tanpa
cacat/kelainan
• dapat menyusui dan merawat anak/bayinya
• setelah hamil, melahirkan dan nifas ibu
kembali sehat tanpa cacad dan gangguan
kesehatan

Sehingga proses reproduksi

1. Harus terrencana
♀ /♂
2. Dalam kondisi yang sehat (  ♀ )
3. Hindari “4 terlalu” untuk
4 terlalu  untuk hamil
Terlalu muda ( < 18/20 tahun)
Terlalu tua (≥35 tahun)
Terlalu dekat jarak kehamilan ( < 2 tahun)
Terlalu banyak anak (≥ 3 orang)

Keluarga kecil, sehat, bahagia dan sejahtera

Ibu hamil dan melahirkan


umur 20 – 35 tahun
jarak kehamilan ≥ 2 tahun
jumlah anak maksimal 2 – 3 orang

4
6/15/2012

1
1. REPRODUKSI MANUSIA : abortus, kontrasepsi, TRB, seleksi
REPRODUKSI MANUSIA : abortus  kontrasepsi  TRB  seleksi
kelamin anak, rekayasa genetika, klonasi pada anak, HIV pada
kehamilan
2. KEPASTIAN MATI (brain death) : euthanasia, mechanical life 
support
3. DONASI/TRANSPLANTASI ORGAN TUBUH (hidup atau mati) : 
bank zygot /kulit/darah
4
4. RISET GENETIKA : sel induk (stem cell), DNA combination, proyek
(stem cell)  DNA combination  proyek
genome, terapi gen dll.
5. Dan lain‐lain.

• ETIKA PROFESI dari ORGANISASI 
PROFESI
• PERATURAN PERUNDANG‐UNDANGAN 
dari Negara
• FATWA AGAMA

5
6/15/2012

UU No 36 Tahun 2009 tentang KESEHATAN :

• Pasal 71 • Pasal 75
• Pasal 72 • Pasal 76
• Pasal 73 • Pasal 77
• Pasal 74

6
6/15/2012

ABORTUS
Adalah berakhirnya kehamilan sebelum berusia 20 (22) minggu

JENIS :
1. Abortus spontan ( keguguran, miskram, miscarriage) 
merupakan suatu mekanisme alamiah keluarnya hasil konsepsi
(pembuahan)

2. Abortus buatan (pengguguran, aborsi, abortus provocatus, induced 


abortion)
b i )
abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan
mengakhiri proses kehamilan.
a) Medicinalis / therapeutic  : legal, indikasi medik
b) Criminalis : ilegal, indikasi non‐medik, criminal abortion
Æ “ABORSI” : bahkan dilakukan sampai kehamilan lanjut

INDIKASI

• /
MEDIS / TERAPI :
– Ibu : Penyakit Jantung, Ginjal, Kanker dll
syarat ‐ kehamilan mengancam jiwa ibu
– Janin : cacad bawaan berat
syarat – janin tidak mungkin mampu hidup di luar rahim

• NON MEDIS : Kriminal
– Kehamilan tidak diinginkan secara sengaja
– Kehamilan tidak diinginkan secara tidak sengaja

7
6/15/2012

Berdasarkan :
Lafal Sumpah Hippocrates
Lafal Sumpah Dokter Indonesia
International Code of Medical Ethics
KODEKI

SETIAP DOKTER WAJIB MENGHORMATI
DAN MELINDUNGI MAKHLUK HIDUP 
INSANI

ABORSI BERDASARKAN INDIKASI NON‐MEDIK ADALAH TIDAK ETIS

UNDANG‐UNDANG REPUBLIK INDONESIA
No.36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN
Pasal 75
(1) Setiap
p orang
g dilarang
g melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia
dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu
dan/atau janin, yang menderita penyakit genetik
berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
d
dapat di b iki sehingga
diperbaiki hi menyulitkan
li k bayi
b i tersebut
b
hidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat 
menyebabkan trauma psikologis bagi korban
perkosaan.

8
6/15/2012

(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya 
dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau
penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling
pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan
medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) 
dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 76
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat
dilakukan:
a) sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung
d i hari
dari h i pertama haid
h id terakhir, kecuali
khi  k li dalam
d l h l
hal
kedaruratan medis;
b) oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan
kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan
oleh menteri;
c)   dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d)  dengan izin suami  kecuali korban perkosaan; dan
d)  dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e)  penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Menteri.

9
6/15/2012

Pasal 77
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan
dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) 
dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak
bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma
agama dan ketentuan peraturan perundang‐undangan.

Secara rinci KUHP mengancam pelaku-pelaku abortus perbuatan


ilegal sebagai berikut :
1 Wanita
1. W it yang sengaja j menggugurkan
k kandungannya
k d atau
t
menyuruh orang lain melakukannya, hukuman maksimal 4
tahun ( KUHP Pasal 336)
2. Seseorang yang menggugurkan kandungan tanpa seijinnya
hukuman maksimal 12 tahun dan bila wanita tersebut
meninggal, hukuman maksimal 15 tahun (KUHP Pasal 357)
3. Seseorang yang menggugurkan k kandungan
k d wanita
i dengan
d
seijin wanita tersebut, hukuman maksimum 5 tahun 6 bulan
dan bila wanita tersebut meninggal hukuman maksimum 7
tahun (KUHP Pasal 348)

10
6/15/2012

4. Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan di


atas, hukuman di tambah dan pencabutan hak pekerjaan
(KUHP Pasal 349)
5. Barang siapa mempertunjukan alat/cara pengguguran
kandungan kepada anak dibawah usia 17 tahun / dibawah
umur, hukumannya maksimal 9 bulan (KUHP Pasal 383)
6. Barang siapa menganjurkan / merawat / memberi obat
kepada seorang wanita dengan harapan agar gugur
kandungannya hukuman maksimum 4 tahun (KUHP Pasal
kandungannya,
299)

11
6/15/2012

2. KONTRASEPSI / KELUARGA BERENCANA
2. KONTRASEPSI / KELUARGA BERENCANA

Batasan : adalah cara‐cara atau alat‐alat untuk mencegah terjadinya


pertemuan antara spermatozoa dengan ovum sehingga tidak
terjadi fertilisasi (pembuahan) dan kehamilan

Sangat diperlukan untuk pengendalian kesuburan pasutri Æ pengendalian


angka kelahiran Æ pengendalian jumlah dan pertumbuhan penduduk :
1. Peningkatan derajat kesehatan keluarga
2. Peningkatan derajat kesejahteraan masyarakat

Jenis :

Tanpa Alat
1. Sanggama terputus ( coitus interruptus )
2. KB alamiah
3. Perpanjangan masa laktasi

Dengan Alat / Obat


1. Metoda barier : kondom, diaphragma, penutup
g serviks
2. Spermisida : pil vagina, jelly, tissue
3. Hormonal : pil oral, suntik, implan
4. AKDR / IUD
5. Sterilisasi : Pria (Vasektomi, MOP) dan Wanita
(Tubektomi (MOW)

12
6/15/2012

: Æ adalah hak klien


Prinsip Etika : Æ
1. Pemilihan secara sukarela cara kontrasepsi
2. Atas persetujuan suami‐isteri : punya hak dan kewajiban yang sama Æ PSP 
(persetujuan setelah penjelasan)

UU Kesehatan No 
36 tahun 2009 
Pasal 78
1. Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk
pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk
generasi penerus yang sehat dan cerdas.

2. Pemerintah bertanggung jawab dan menjamin ketersediaan tenaga, 


fasilitas pelayanan, alat dan obat dalam memberikan pelayanan keluarga 
berencana yang aman, bermutu, dan
berencana yang aman  bermutu  dan terjangkau oleh masyarakat.
masyarakat

3. Ketentuan mengenai pelayanan keluarga berencana dilaksanakan sesuai


dengan peraturan perundang‐undangan.

13
6/15/2012

3. TEKNOLOGI REPRODUKSI BUATAN (TRB) / 
3. TEKNOLOGI REPRODUKSI BUATAN (TRB) / 
ASSISTED REPRODUCTIVE TECHNOLOGY (ART)
Dalam 3 dasawarsa terakhir, kemajuan IPTEK Kedokteran dalam bidang
reproduksi manusia maju dengan begitu pesatnya sehingga dewasa ini terdapat
berbagai cara pelaksanaan dalam upaya kehamilan diluar cara alami yakni :
TRB / ART

TRB / ART adalah :


Penanganan terhadap gamet (sel telur, sperma) atau embrio dalam upaya
memperoleh kehamilan dari pasangan suami istri, apabila cara-cara
p
alami atau teknik kedokteran konvensional tidak memperoleh hasil.

Hal ini dilakukan sebagai upaya terakhir pengobatan Pasutri


kurang subur (infertil).

1. InsemInasi buatan (Artificial Insemination) : memasukkan sperma ke dalam


rahim di luar cara alamiah.
2. Fertilisasi In Vitro dan Tandur Alih Embrio (In Vitro Fertilization and 
Embrio transfer, IVT‐ET) : prosedur pembuahan secara laboratorium dari sel telur
yang diaspirasi dengan sperma selanjutnya hasil pembuahan (embrio) dipindahkan
ke dalam rahim.
3. Gamete Intra Fallopian Transfer (GIFT) : memindahkan sel telur yang diaspirasi
bersama dengan sejumlah sperma langsung ke dalam saluran telur.
4. Zygote Intra Fallopian Transfer (ZIFT) : Upaya pembuahan secara laboratorium
dari sel telur yang diaspirasi dengan sperma, diikuti pemindahan hasil pembuahan
(zygote) ke dalam saluran telur.
5. Kryopreservasi (Cryopreservation) : teknik simpan beku embrio atau sperma
serta pencairan kembali saat diperlukan
6. Donasi Oosit (Oocyte Donation) dan atau sperma (sperm donation)
7. Pembelahan
P b l h Embrio E b i (Embryo Splitting)
(E b  S li i )
8. Intra‐Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI) : penyuntikan satu sperma secara
langsung ke dalam ooplasma, terutama pada infertilitas faktor pria. Sperma dapat
dari ejakulat, aspirasi epididimis (MESA : Microsurgical Epididymal Sperm 
Aspiration) atau testis (TESE : Testicular Sperm Extraction)
9. Ibu Pengganti (Surrogate Mother).

14
6/15/2012

SEGI ETIKA

1. Tetap etis bila semuanya (ovum dan sperma) berasal


dari pasutri yang bersangkutan dan proses kehamilan
dilakukan pada alat reproduksi pasutri tersebut.
2 Donasi materi genetik baik berupa gamet (sperma,
2. (sperma
oosit) maupun zigot/praembrio tidak dibenarkan.
3. Berpegang teguh pada azas:
1) Benefience : tindakan tersebut berniat untuk
berbuat baik.
2) Non-maleficience : bukan kejahatan
3)) Autonomyy : menghargai
g g kebebasan individu untuk
berupaya
4) Justice : sesuai kaidah hukum yang berlaku
4. Penyelenggaraan TRB tidak boleh bertentangan dengan
undang-undang.

SEGI HUKUM

UU No.29 tahun 2009 tentang KESEHATAN


1. Kehamilan di luar cara alamiah dapat dilaksanakan sebagai upaya
terakhir untuk membantu suami isteri mendapat keturunan.
p y kehamilan diluar cara alami;; sebagaimana
2. Upaya g y 1,,
dimaksud ayat
hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami isteri yang syah,
dengan ketentuan :
a) Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami isteri yang
bersangkutan, ditanamkan dalam rahim isteri dari mana ovum
berasal
b) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu;
c) Pada sarana kesehatan tertentu.
3. Ketentuan mengenai persyaratan penyelenggaraan kehamilan di
luar cara alami sebagaimana pada ayart (1) dan (2) ditetapkan
oleh peraturan pemerintah

15
6/15/2012

4. SELEKSI KELAMIN ANAK


(SEX SELECTION)
Sudah sejak jaman dahulu, beratus ratus tahun sebelum
beratus-ratus
masehi, masyarakat memiliki budaya untuk memilih
anak dengan jenis kelamin tertentu, memilih anak laki-
laki lebih sering dari pada anak wanita. Perkembangan
ilmu genetika dan teknologi reproduksi memperluas
pilihan seseorang untuk menentukan kualitas keturunan
yang diinginkan.
Pilihan teresebut tidak hanya berupa penapisan terhadap
kemungkinan terjadinya penyakit keturunan, tetapi dapat
pula dilakukan untuk menyeleksi jenis kelamin anak
(gender) yang diinginkan

16
6/15/2012

Dewasa ini ada 3 cara melakukan seleksi gender :

1. Praimplantasi : dengan menyeleksi spermatozoa X


dan Y sebelum dilakukan TRB
2. Sebelum implantasi embrio ke dalam rahim
3. Setelah mengetahui jenis kelamin janin di dalam
kandungan

Jenis Indikasi Pemilihan Jenis Kelamin


1. Indikasi medik : dengan tujuan menghindari terjadinya sex-linked genetic
disorder misalnya penyakit Hemophilia
2. Indikasi non-medik (sosial) : dengan berbagai tujuan antara lain :
a)) Ingin
g anak ppertama laki-laki
b) Jumlah anak laki-laki dan perempuan berimbang
c) Segi ekonomi : lebih menentukan anak laki-laki
d) Alasan budaya, sosial atau pribadi.

Saat ini terjadi perbedaan pendapat dari segi hukum, etika dan sosial (ethical,
legal and social implication ,ELSI)
Bagi yang tidak setuju :
a. Dianggap sebagai diskriminasi kelamin
b. Bertentangan dengan keadilan (justice) sebagai salah satu prinsip etika
profesi kedokteran

17
6/15/2012

SEGI ETIKA

Proses pemilihan jenis kelamin hanya dilakukan atas


i dik i medis
indikasi di

SEGI HUKUM

Sampai saat ini di Indonesia belum ada peraturan


perundang‐undangan yang berkaitan dengan seleksi
jenis kelamin (seks atau gender)

18
6/15/2012

• Reproduksi dengan fertilisasi diperlukan


sel spermatozoa dan sel telur/ovum (sel
dari organ reproduksi).
• Cloning : reproduksi terjadi tanpa
f ili i  h
fertilisasi, hanya menggunakan
k sell somatis
i
bayi yang terjadi akan membawa sifat‐sifat
dari sel somatik asal

Sebenarnya bukan hal baru, di dunia pertanian dan kedokteran telah


lama mengenal dan mempraktikannya. Dalam dunia kedokteran
sudah lazim dilakukan klonasi sel‐sel dan jaringan kanker pada hewan
percobaan dan pada manusia untuk tujuan penelitian, juga klonasi sel
dan jaringan manusia untuk mengetahui seluk beluk penyakit, penyakit
terutama penyakit genetik.

Dalam bio‐industri baik pada tumbuh‐tumbuhan maupun pada


hewan telah dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia.

1977 : keberhasilan klonasi domba Dolly dilakukan oleh Ian Wilmut


dkk dari
d i Roslin
R li Institute,
I tit t Edinberg,
Edi b S tl di
Scotlandia.

Dimasa depan, dimungkinkan klonasi pada individu manusia


(manusia duplikat, kembaran identik, manusia fotokopi). Lalu
bagaimana sikap ilmuwan dan masyarakat pada umumnya ?

19
6/15/2012

20
6/15/2012

Cloning 

• Cloning dapat dilakukan dalam tiga 
tingkatan
– level  DNA, 
– level  single cell, 
– level whole organism
• P
Perhatian masalah etika difokuskan pada 
h ti   l h  tik  dif k k   d  
adanya  pengopian  genetik untuk 
keseluruhan organime

Ada 3 tipe/ jenis Cloning

• 1.  Embryo Cloning
• 2.  Adult DNA Cloning
• 3.  Therapeutic Cloning

21
6/15/2012

1.  Embryo cloning

• E
Embryo cloning: 
b   l i   adalah tehnik medis  yang 
d l h  h ik  di     
menghasilkan  kembar monozygote dan bisa 
menghasilkan kembar dua atau tiga(lebih). 
• Tehniknya satu sel atau lebih diambil dari 
embryo (ovum yang sdh dibuahi) kemudian 
dibiarkan berkembang  menjadi satu atau dua 
embryo atau lebih sehinga terbentuk kembar dua 
atau tiga dengan susunan genetik yang sama 

2.  Adult DNA cloning

• Adult DNA cloning (reproductive cloning) 
g p g
Tehnik ini bertujuan  menghasilkan duplikat 
(kopian) dari binatang yang ada.Hal ini telah 
dilakukan pada domba dan binatang mamalia 
lainnya. 
• Di sini DNA dari ovum di keluarkan  dan diganti 
dengan DNA dari sel binatang lain. Ovum ini 
akan menjadi omum yang dibuahi dan disebut 
sebagai pre‐embryo. Kemudain ditanam ke dalam 
uterus binatang lain.

22
6/15/2012

Adult DNA ......

• Tehnik ini belum dicobakan pada manusia
Tehnik ini belum dicobakan pada manusia.  
• Cara seperti ini ditentang oleh umumnya 
semua negara, dan oleh para pakar etika 
menganggap suatu perbuatan  immoral jika 
dilakukan pada manusia.

3.  Therapeutic cloning

• Therapeutic cloning (biomedical cloning):
adalah suatu cara yang awalnya sama dengan 
Adult DNA, 
• Akan tetapi di sini stem‐cell diambil dari pre‐
embryo dengan tujuan untuk menghasilkan 
jaringan atau organ utuh untuk kemudian 
ditansplantasikan  kembali ke dalam tubuh yang 
punya DNA. Dan Pre‐embryo dibiarkan mati.

23
6/15/2012

Manfaat terapeutik teknologi kloning

• Kl
Kloning
i manusia i memungkinkan
ki k banyak
b k
pasangan infertil untuk mendapatkan anak
• Organ manusia dapat dikloning secara
selektif untuk dimanfaatkan sebagai
pengganti
p gg bagi
g ppemilik sel organ itu
g sendiri
sehingga dapat meminimalisir risiko
penolakan

1. Perkembangan manusia tidak secara reproduksi alamiah : 


aseksual
2. Menyeleksi embrio yang baik saja diambil sedangkan yang 
tidak diinginkan dibuang / dimusnahkan, ini berarti terjadi
pembunuhan.
3. Manipulasi teknologi untuk mengambil manfaat dari
manusia hasil kloning Æ dapat dipandang sebagai kejahatan
oleh hukum.
4. Dapat memungkinkan terjadinya jual beli embrio

24
6/15/2012

KLONING
Masih merupakan kontroversi
Berbagai kalangan : Pemerintah, kelompok masyarakat, ilmuwan maupun
agamawan telah memberikan pernyataan bahwa kloning pada manusia
adalah tidak etis dan bertentangan dengan harkat dan martabat manusia
(reproductive cloning) sedangkan rekayasa jaringan (therapeutic cloning)
dianggap etis dan perlu mendapat perhatian (dianjurkan dan dilindungi)

PANDANGAN ‐ PANDANGAN

1. Direktur WHO Hiroshi Nakajima


2. Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) 2002
3. Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Yogyakarta, 2003
4. Deklarasi PBB tentang Klonasi pada manusia, 2005

25
6/15/2012

26

Anda mungkin juga menyukai